Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) – Tata Ruang Kota (TRK)
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) – Tata Ruang Kota (TRK)
(RTBL-TRK)
Jonny Wongso
“Pemahaman Umum Kawasan RTBL”
Pemahaman Umum
Kawasan
Di dalam proses penyusunan RTBL, dikenal adanya
Kawasan Kajian (Kawasan Study) dan Kawasan
Perencanaan yang masing-masing dapat dibedakan
atas:
•
•
•
•
Cakupan dan luas area
Tingkat kedalaman analisis
Tingkat kedalaman pola penanganan
Unsur pemilih kawassn.
Sifat Kegiatan Kawasan
Kawasan Fungsi
Tunggal
Kawasan Fungsi
Campuran
1) Kawasan fungsi hunian
(perumahan)
2) Kawasan fungsi usaha
3) Kawasan fungsi social budaya
4) Kawasan fungsi keagamaan
5) Kawasan fungsi khusus
6) Kawasan sentra niaga (CBD)
7) Kawasan industry
8) Kawasan bersejarah
Kawasan Fungsi Tunggal
1) Kawasan fungsi hunian (perumahan)
• Kawasan yang didominasi oleh bangunan dengan fungsi
utama hunian dan dilengkapi dengan prasarana, sarana
dan utilitas lingkungan.
• Kawasan hunian dapat berupa hunian tunggal, hunian
deret, huan susun, villa, asrama maupun campuran
diantaranya.
2) Kawasan fungsi usaha
• Kawasan dengan dominasi kegiatan yang bersifat
komersial atau menjadi pusat suatu kegiatan usaha
berskala kecil hingga menengah.
• Kawasan ini dapat berupa sentra industry kecil/kerajinan
rakyat hingga kawasan perdagangan dan jasa dengan
intensitas bangunan rendahsampai menengah dan
ketinggian bangunan bertingkat rendah sampai sedang.
Kawasan Fungsi Tunggal
3) Kawasan fungsi social budaya
• Kawasan yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan yang bersifat public dan
terkait dengan upaya menigkatkan kualitas budaya
manusia.
• Termasuk di dalamnya adalah kawasan pendidikan,
peribdatan, kesehatan kebudayaan, dll.
4) Kawasan fungsi keagamaan
• Kawasan yang didominasi dengan kegiatan
keseharian berkaitan pelaksanaan kegiatan
keagamaan.
• Kawasan ini dapat berupa suatu ingkungan denga
fungsi hunian dan social, maupun hanya kawasan
yang memiliki bangunan dengan kegiatan social.
Kawasan Fungsi Tunggal
5) Kawasan fungsi khusus
• Kawasan dengan fungsi tertentu yang membutuhkan
penanganan dengan cara yang spesifik.
• Misalnya: kawasan rawan bencana, kawasan nelayan,
kawasan pariwisata, kawasan tepi air, dll
6) Kawasan sentra niaga (CBD)
• Kawasan yang didominasi dengan kegiatan komersial
berupa perkantoran dan perdagangan.
• Kawasan ini memiliki intensitas bangunan menengah
sampai dengan tinggi dan ketinggian bangunan
sedang sampai tinggi.
Kawasan Fungsi Tunggal
7) Kawasan industry
Kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha kawasan
Industri.
8) Kawasan bersejarah
• Kawasan yang memiliki nilai kesejarahan tinggi dan
masih memiliki peninggalan fisik maupun non fisik
terkait sejarah. Kawasan ini memiliki objek yang telah
tetapkan atau belum sebagai cagar budaya.
• Kawasan yang memiliki nilai budaya tradisional baik
secara fisik maupun non fisik. Kawasan ini
padaumumnya masih digunakan sebgai kawasan
tempat dilaksanakannya kegiatan ritual budaya rutin,
insidentil maupun berkala.
Kawasan Fungsi Campuran
• Kawasan dengan dua atau lebih fungsi yang tertung
dalam kawasan fungsi tunggal.
• Kawasan fungsi campuran dapat memiliki lebih dari
satu fungsi pada saat yang bersamaan, namun juga
dapat menjadi kawasan fungsi campuran akibat
adanya pergiliran waktu.
Diperlukan penanganan yang lebih
berhati-hati, karena segala aturan
hingga disain kawasan yang akan
diberlakukan di kawasan tersebut
harus sesuai dengan kegiatan
kawasan tersebut pada siang maupun
malam hari.
Tematik Kawasan
a. kawasan baru berkembang cepat;
b. kawasan terbangun;
c. kawasan dilestarikan;
d. kawasan rawan bencana;
e. kawasan gabungan atau campuran dari a, b,c
dan/atau d
Kawasan Baru Berkembang
Cepat
a) Memiliki potensi untuk cepat tumbuh;
b) Mengalami pertambahan densitas penduduk
maupun fisik terbangun dalam waktu yang singkat;
c) Mengalami pertambahan intensitas volume kegiatan
d) Mengalami pertambahan densitas penduduk
maupun densitas bangunan dalam waktu relative
singkat maupun pertumbuhan ekonomi yang
siknifikan dalam waktu yang singkat.
Kawasan Terbangun
a) Sebuah kawasan yang didominasi leh fisik terbangun
b) Memiliki sarana dan prasarana lingkungan
c) Memiliki pertumbuhan densitas, jumlah dan kualitas
lingkungan binaan
d) Memiliki perubahan jumlah dan struktur penduduk,
ekonomi dan budaya
e) Telah terbangun dalam waktu yang cukup lama
(antara 10-50 tahun).
Kawasan Dilestarikan
• Kawasan terbangun bilamana ditemukan indikasi
adanya kecenderungan kemerosotan nilai, makna dan
fungsi kawasan,hingga penurunan kualitas lingkungan
alamiah dan binaan.
• Dikategorikan dilestarikan, bila memiliki penetapan
sebagai cagar budaya dan atau bersejarah dan atau
revitalisasi. Penetapan tersebut dapat berskala
nasional, regional maupun lokal, sehingga dapat
ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Kawasan Rawan Bencana
a) Kawasan yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang sebaai kawasan yang pernah mengalami
atau mengandung atau diduga dapat meimbulkan
bahaya dikarenakan bencana alam maupun
bencana Yang diakibatkan kelalaian atau manusia.
b) Ragam kawasan rawan bencana antara lain adalah:
kawasan raawan gempa, rawan banjir, rawan longsor,
rawan sunami, dll.
Intervensi Penataan
Berdasarkan Jenis Kawasan
Jenis
Kawasan
Gentrifikasi
Konservasi
Peremajaan
Perubahan
stratifikasi
sosial (dr
permukiman
kumuh di tengah
kota menjadi
permukiman
golongan
mapan)
Pelestarian di
seluruh kondisi
struktur
lingkungan &
ruang eksisting di
kaw. bersejarah
Perbaikan
kondisi
lingkungan
secara mendasar
dan menyeluruh
√
√
√
√
Baru
berkembang
cepat
Terbangun
√
Dilestarikan
√
Rawan
Bencana
√
Rehabilitasi
Perbaikan
kerusakankerusakan
besar karena
usang atau
bencana
Pembangunan
Sisipan
Relokasi
Pemba ngunan
baru yang
dilakukan di
badan air
dengan
menimbun
badan air untuk
menciptakan
daratan baru
Pemba ngunan
dengan
menyisipkan 1
atau lebih
bangunan dgn
memper hatikan
konteks
tualitasnya
Pemindahan
sebagian atau
seluruh aktivitas
dari 1 tempat ke
tempat lain u
mempertinggi faktor
keamanan,
kelayakan dan
legalitas lahan
√
√
√
√
Reklamasi
√
√
√
√
Pertimbangan Kritis Pada Pengendalian Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Kata Kunci
GENTRIFIKASI
Contoh Tipe Pengembangan Kawasan
Lingkungan kepadatan tinggi,
tidak ada sarana dan
infrastruktur eksisting
KONSERVASI
Pelestarian
bangunan/lingkungan,
ada/tidak terdapat infrastruktur
eksisting
REHABILITASI
Lingkungan dengan kegiatan
yang unik,
kemunduran/kehancuran fisik
bangunan/lingkungan
RENEWAL
Secara ekonomi kinerja
lingkungan telah menurun,
secara fisik lingkungan masih
dapat dipertahankan,
restrukturisasi penyediaan
infrastruktur kota
Pertimbangan Fisik
Pertimbangan Sosial
• Keterbatasan ruang gerak
bagi penempatan utilitas
yang tidak leluasa.
• Keterbatasan kondisi jaringan
utilitas eksisting yang acak2an
dan tidak tertata.
• Kritis terhadap tanggapan
masyarakat yang kadang dikaitkan
dengan permasalahan social kota.
• Kritis terhadap kesesuaian kegiatan
sector informal yg umumnya
mendominasi lingkungan kepadatan
tinggi
• Keterbatasan factor penentu
ruang gerak bagi
penempatan utilitas sangat
beragam dan ketat
• Keterbatasan pertimbangan
kondisi jaringan utilitas
eksisting dari bangunan /
lingkungan yang dikonservasi.
• Kritis dan sensitive terhadap
tanggapan public secara luas
tentang implementasi fisik pada
bangunan/lingkungan konservasi.
• Kritis terhadap kesesuaiannya dengan
kegiatan spesifik dalam
bangunan/lingkungan konservasi.
• Permasalahan pertimbangan
integrasi system utilitas
dengan kegiatan / aktifitas
unik lingkungan
• Permasalahan keharusan
untuk mempertahankan /
menciptakan karakter khas
lingkungan dari kegiatan unik
yang ada.
Kritis terhadap pelaksanaan jangka
pendek terutama semasa konstrusi
berlangsung mengingat alokasinya
selama masa itu tidak boleh
mengganggu pemenuhan kebutuhan
warga ataupun kegiatan yang
berlangsung.
• Permasalahan restrukturisasi
infrastruktur secara
menyeluruh dan menyisipkan
dalam fisik terbangun.
Kritis terhadap tanggapan masyarakat
yang kadang dikaitkan dengan
permasalahan social kota.
KRITERIA PENATAAN PADA TIAP FUNGSI KAWASAN
ELEMEN
KONSEP
PERANCANGAN
LINGKUNGAN
KOTA
MENYELURUH
FUNGSI HUNIAN
FUNGSI USAHA
(hunian tunggal, deret,
susun, villa, asrama, dll)
(usaha kantor, hotel, industry,
terminal, penyimpanan, dll)
(pendidikan, layanan kesehatan,
kebudayaan, dll)
• Skenario: berjati diri, mengapresiasi konteks lokal.
• Menciptakan pusat-pusat aktifitas sebagai generator
• Membenahi lingkungan dengan penyuntikan aktifitas
• Lingkungan sebagai bagian struktur setempat dan saling bertautan
• Indikasi penanganan sesuai potensi setempat.
• Berjati diri mengacu
pada kekhasan
setempat.
• Lingkungan hunian yang
menyatu dengan sekitar
dan tidak mengotakkotakkan golongan
ekonomi.
• Berorientasi padaruang
terbuka lingkungan
sebagai pusat interaksi
masyarakat.
KONSEP
PERUNTUKAN
LAHAN
FUNGSI SOSIAL BUDAYA &
PERIBADATAN
• Mengkatalis kehidupan
ruang kota dengan aktifitas
ekonomi sebagai alat.
• Mengangkat dan
memberdayakan aktifitas
ekonomi dan jasa setempat.
• Bertautan dan berintegrasi
dengan pusat ekonomi lain.
• Zonasi merunut pada
keragaman aktifitas
ekonomi
• Indikasi penanganan
merunut pertimbangan
investasi dan tahapan
pembangunan.
• Mengkatalis kehidupan ruang
kota dengan aktifitas socialbudaya sebagai alat.
• Mengangkat dan
memberdayakan aktifitas
kegiatan social-budaya
setempat.
• Mendukung image kota
• Merupakan titik
pengembangan kehidupan
social-budaya sekitar.
• Zonasi merunut pada
keragaman potensi budaya
• Indikasi penanganan merunut
padakehidupan social-budaya
yang telah/akan berkembang.
• Menghidupkan kegiatan berskala PEJALAN KAKI
• Manajemen RUANG TRANSISI (Interface) antar AKTIFITAS PUBLIK dan PRIVAT
• Mendukung atifitas
lingungan
• Penyuntikan aktifitas
ekonomi berskala pejalan
kaki (lantai dasar)
• Aktifitas 24 jam pada spot
tertentu
• Penyuntikan aktifitas spesifik dan
tematikalberskala pejalan kaki
(lantai dasar)
• Aktifitas lebih dari 18 jam.
KRITERIA PENATAAN PADA TIAP FUNGSI KAWASAN
ELEMEN
KONSEP
INTENSITAS
PEMANFAATAN
LAHAN
•
•
•
•
FUNGSI HUNIAN
FUNGSI USAHA
(hunian tunggal, deret, susun,
villa, asrama, dll)
(usaha kantor, hotel, industry,
terminal, penyimpanan, dll)
• Penerapan KDB, KLB, KDH
untuk memaksimalkan
ruang public kegiatan
usaha
• Penerapan KDB, KLB, KDH
untuk memaksimalisasi
ruang public kegiatan
social-budaya.
• Mempeertimbangkan pembetukan Karakter/Identitas Visual kaasan
• Memaksimalkan penataan ruang dan visual bagi pejalan kaki
• Menjaga privasi ruang dan
fungsi pribadi hunian dengan
fungsi public
• Menjaga kualitas ekologis
untuk kenyamanan
lingkungan hunian.
KONSEP SISTEM
SIRKULASI DAN
JALUR
PENGHUBUNG
(pendidikan, layanan
kesehatan, kebudayaan, dll)
Mempertimbangkan system Unit Perancangan kawasan setempat
Mempertimbangkan Daya Dukung kawasan
Mempertimbangkan penataan zona kepadatan kawasan
Mempertimbangkan keterjangkauan konsep TOD
• Penerapan KDB, KLB, KDH
untuk memperjelas bata
ruang privat dan ruang publik
KONSEP TATA
BANGUNAN
FUNGSI SOSIAL BUDAYA &
PERIBADATAN
• Memprioritaskan tata guna
lahan fungsi campuran
(mixed use)
• Mendefinisikan ruang public
dengan jelas.
• Mengoptimalkan wajah
jalan/street scape untuk
orientasi visual.
• Memperhatikan keserasian
dan kelestarian lingkungan
social-budaya
• Mengoptmalkan kontinuitas lingkungan pejalan kaki dan aksesibiltas penyandang cacat
• Mempertimbangkan jangkauan konsep TOD pada penataan kawasan
• Mempertimbangkan moda transportasi dan system sirkulasi bagi transportasi informal setempat
• Sirkulasi terpusat dalam
jangkauan pelayanan tiap
blok/cluster hunian.
• Sistem transit pada pusat
pelayanan usaha
• Fasilitas padaode moda
transportasi dapat
berintegrasi dengan fungsi
usaha
• Sirkulasi terpusat dalam
jangkauan pelayanan tiap
blok/cluster hunian
• Pendefinisian secara tegas
system sirkulasi yang tidak
mengganggu kegiatan
social-budaya.
KRITERIA PENATAAN PADA FUNGSI KAWASAN
ELEMEN
KONSEP RUANG TERBUKA
DAN TATA HIJAU
FUNGSI HUNIAN
(hunian tunggal, deret,
susun, villa, asrama, dll)
FUNGSI SOSIAL BUDAYA &
PERIBADATAN
(pendidikan, layanan
kesehatan, kebudayaan,
dll)
• Mempetimbangkan jangkaua Pejalan Kaki
• Mengoptimalkan Ruang Terbuka sebagai elemen system tautan kawasan
• Mengoptimalkan Ruang Terbuka dan RTH sebagai identitas dan orientasi kaasan (vs
beautifikasi)
• Pengolahan RT dan RTH sebagai dasar perencanaan vs sekedar pengisi ruang sisa
pada kawasan.
• RTH merupakan pusat
cluster
KONSEP KUALITAS
LINGKUNGAN: IDENTITAS
LINGKUNGAN
FUNGSI USAHA
(usaha kantor, hotel,
industry, terminal,
penyimpanan, dll)
• Merupakan pusat
layanan ekonomi untuk
satu satuan jangkauan
pelayanan.
• Merupakan pusat
layanan social-budaya
untuk satu satuan
jangkauan pelayanan
• Sistem media penanda, media luar ruang dan perabot jalan terpadu
• Mengolah karakter lingkungan setempat: tengeran, vista, focal point
• Manajemen interaksi dan konflik ruang public yang tegas bagi kegiatan pendukung.
• Menonjolkan tengaran,
vista, focal point
setempat lebih sebagai
orientasi sekuensial.
• Pembatasan jumlah,
bentuk dan ekspresi fisik
media penanda /luar
ruang.
• Manajemen interaksi
kegiatan social
komunitas.
• Menonjolkan
tengaran,vista, focal
point setempat lebih
sebagai orientasi pusat
aktifitas usaha.
• Pembatasan jumlah dan
bentuk fisik media
penanda/luar ruang.
• Manajemen konflik
kegiatan sector formalinformal.
• Menonjolkan tengaran,
vista, focal point
setempat lebih sebagai
orientasi dan identitas
pusat ktifitas socialbudaya
• Pembatasan tegas
ekspresi dan bentuk fisik
media penanda/luar
ruang
• Manajemen konflik
kegiatan social-budaya
setempat/eksisting.
(RTBL) – Tata Ruang Kota (TRK)
(RTBL-TRK)
Jonny Wongso
“Pemahaman Umum Kawasan RTBL”
Pemahaman Umum
Kawasan
Di dalam proses penyusunan RTBL, dikenal adanya
Kawasan Kajian (Kawasan Study) dan Kawasan
Perencanaan yang masing-masing dapat dibedakan
atas:
•
•
•
•
Cakupan dan luas area
Tingkat kedalaman analisis
Tingkat kedalaman pola penanganan
Unsur pemilih kawassn.
Sifat Kegiatan Kawasan
Kawasan Fungsi
Tunggal
Kawasan Fungsi
Campuran
1) Kawasan fungsi hunian
(perumahan)
2) Kawasan fungsi usaha
3) Kawasan fungsi social budaya
4) Kawasan fungsi keagamaan
5) Kawasan fungsi khusus
6) Kawasan sentra niaga (CBD)
7) Kawasan industry
8) Kawasan bersejarah
Kawasan Fungsi Tunggal
1) Kawasan fungsi hunian (perumahan)
• Kawasan yang didominasi oleh bangunan dengan fungsi
utama hunian dan dilengkapi dengan prasarana, sarana
dan utilitas lingkungan.
• Kawasan hunian dapat berupa hunian tunggal, hunian
deret, huan susun, villa, asrama maupun campuran
diantaranya.
2) Kawasan fungsi usaha
• Kawasan dengan dominasi kegiatan yang bersifat
komersial atau menjadi pusat suatu kegiatan usaha
berskala kecil hingga menengah.
• Kawasan ini dapat berupa sentra industry kecil/kerajinan
rakyat hingga kawasan perdagangan dan jasa dengan
intensitas bangunan rendahsampai menengah dan
ketinggian bangunan bertingkat rendah sampai sedang.
Kawasan Fungsi Tunggal
3) Kawasan fungsi social budaya
• Kawasan yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya kegiatan yang bersifat public dan
terkait dengan upaya menigkatkan kualitas budaya
manusia.
• Termasuk di dalamnya adalah kawasan pendidikan,
peribdatan, kesehatan kebudayaan, dll.
4) Kawasan fungsi keagamaan
• Kawasan yang didominasi dengan kegiatan
keseharian berkaitan pelaksanaan kegiatan
keagamaan.
• Kawasan ini dapat berupa suatu ingkungan denga
fungsi hunian dan social, maupun hanya kawasan
yang memiliki bangunan dengan kegiatan social.
Kawasan Fungsi Tunggal
5) Kawasan fungsi khusus
• Kawasan dengan fungsi tertentu yang membutuhkan
penanganan dengan cara yang spesifik.
• Misalnya: kawasan rawan bencana, kawasan nelayan,
kawasan pariwisata, kawasan tepi air, dll
6) Kawasan sentra niaga (CBD)
• Kawasan yang didominasi dengan kegiatan komersial
berupa perkantoran dan perdagangan.
• Kawasan ini memiliki intensitas bangunan menengah
sampai dengan tinggi dan ketinggian bangunan
sedang sampai tinggi.
Kawasan Fungsi Tunggal
7) Kawasan industry
Kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha kawasan
Industri.
8) Kawasan bersejarah
• Kawasan yang memiliki nilai kesejarahan tinggi dan
masih memiliki peninggalan fisik maupun non fisik
terkait sejarah. Kawasan ini memiliki objek yang telah
tetapkan atau belum sebagai cagar budaya.
• Kawasan yang memiliki nilai budaya tradisional baik
secara fisik maupun non fisik. Kawasan ini
padaumumnya masih digunakan sebgai kawasan
tempat dilaksanakannya kegiatan ritual budaya rutin,
insidentil maupun berkala.
Kawasan Fungsi Campuran
• Kawasan dengan dua atau lebih fungsi yang tertung
dalam kawasan fungsi tunggal.
• Kawasan fungsi campuran dapat memiliki lebih dari
satu fungsi pada saat yang bersamaan, namun juga
dapat menjadi kawasan fungsi campuran akibat
adanya pergiliran waktu.
Diperlukan penanganan yang lebih
berhati-hati, karena segala aturan
hingga disain kawasan yang akan
diberlakukan di kawasan tersebut
harus sesuai dengan kegiatan
kawasan tersebut pada siang maupun
malam hari.
Tematik Kawasan
a. kawasan baru berkembang cepat;
b. kawasan terbangun;
c. kawasan dilestarikan;
d. kawasan rawan bencana;
e. kawasan gabungan atau campuran dari a, b,c
dan/atau d
Kawasan Baru Berkembang
Cepat
a) Memiliki potensi untuk cepat tumbuh;
b) Mengalami pertambahan densitas penduduk
maupun fisik terbangun dalam waktu yang singkat;
c) Mengalami pertambahan intensitas volume kegiatan
d) Mengalami pertambahan densitas penduduk
maupun densitas bangunan dalam waktu relative
singkat maupun pertumbuhan ekonomi yang
siknifikan dalam waktu yang singkat.
Kawasan Terbangun
a) Sebuah kawasan yang didominasi leh fisik terbangun
b) Memiliki sarana dan prasarana lingkungan
c) Memiliki pertumbuhan densitas, jumlah dan kualitas
lingkungan binaan
d) Memiliki perubahan jumlah dan struktur penduduk,
ekonomi dan budaya
e) Telah terbangun dalam waktu yang cukup lama
(antara 10-50 tahun).
Kawasan Dilestarikan
• Kawasan terbangun bilamana ditemukan indikasi
adanya kecenderungan kemerosotan nilai, makna dan
fungsi kawasan,hingga penurunan kualitas lingkungan
alamiah dan binaan.
• Dikategorikan dilestarikan, bila memiliki penetapan
sebagai cagar budaya dan atau bersejarah dan atau
revitalisasi. Penetapan tersebut dapat berskala
nasional, regional maupun lokal, sehingga dapat
ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Kawasan Rawan Bencana
a) Kawasan yang telah ditetapkan oleh instansi yang
berwenang sebaai kawasan yang pernah mengalami
atau mengandung atau diduga dapat meimbulkan
bahaya dikarenakan bencana alam maupun
bencana Yang diakibatkan kelalaian atau manusia.
b) Ragam kawasan rawan bencana antara lain adalah:
kawasan raawan gempa, rawan banjir, rawan longsor,
rawan sunami, dll.
Intervensi Penataan
Berdasarkan Jenis Kawasan
Jenis
Kawasan
Gentrifikasi
Konservasi
Peremajaan
Perubahan
stratifikasi
sosial (dr
permukiman
kumuh di tengah
kota menjadi
permukiman
golongan
mapan)
Pelestarian di
seluruh kondisi
struktur
lingkungan &
ruang eksisting di
kaw. bersejarah
Perbaikan
kondisi
lingkungan
secara mendasar
dan menyeluruh
√
√
√
√
Baru
berkembang
cepat
Terbangun
√
Dilestarikan
√
Rawan
Bencana
√
Rehabilitasi
Perbaikan
kerusakankerusakan
besar karena
usang atau
bencana
Pembangunan
Sisipan
Relokasi
Pemba ngunan
baru yang
dilakukan di
badan air
dengan
menimbun
badan air untuk
menciptakan
daratan baru
Pemba ngunan
dengan
menyisipkan 1
atau lebih
bangunan dgn
memper hatikan
konteks
tualitasnya
Pemindahan
sebagian atau
seluruh aktivitas
dari 1 tempat ke
tempat lain u
mempertinggi faktor
keamanan,
kelayakan dan
legalitas lahan
√
√
√
√
Reklamasi
√
√
√
√
Pertimbangan Kritis Pada Pengendalian Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Kata Kunci
GENTRIFIKASI
Contoh Tipe Pengembangan Kawasan
Lingkungan kepadatan tinggi,
tidak ada sarana dan
infrastruktur eksisting
KONSERVASI
Pelestarian
bangunan/lingkungan,
ada/tidak terdapat infrastruktur
eksisting
REHABILITASI
Lingkungan dengan kegiatan
yang unik,
kemunduran/kehancuran fisik
bangunan/lingkungan
RENEWAL
Secara ekonomi kinerja
lingkungan telah menurun,
secara fisik lingkungan masih
dapat dipertahankan,
restrukturisasi penyediaan
infrastruktur kota
Pertimbangan Fisik
Pertimbangan Sosial
• Keterbatasan ruang gerak
bagi penempatan utilitas
yang tidak leluasa.
• Keterbatasan kondisi jaringan
utilitas eksisting yang acak2an
dan tidak tertata.
• Kritis terhadap tanggapan
masyarakat yang kadang dikaitkan
dengan permasalahan social kota.
• Kritis terhadap kesesuaian kegiatan
sector informal yg umumnya
mendominasi lingkungan kepadatan
tinggi
• Keterbatasan factor penentu
ruang gerak bagi
penempatan utilitas sangat
beragam dan ketat
• Keterbatasan pertimbangan
kondisi jaringan utilitas
eksisting dari bangunan /
lingkungan yang dikonservasi.
• Kritis dan sensitive terhadap
tanggapan public secara luas
tentang implementasi fisik pada
bangunan/lingkungan konservasi.
• Kritis terhadap kesesuaiannya dengan
kegiatan spesifik dalam
bangunan/lingkungan konservasi.
• Permasalahan pertimbangan
integrasi system utilitas
dengan kegiatan / aktifitas
unik lingkungan
• Permasalahan keharusan
untuk mempertahankan /
menciptakan karakter khas
lingkungan dari kegiatan unik
yang ada.
Kritis terhadap pelaksanaan jangka
pendek terutama semasa konstrusi
berlangsung mengingat alokasinya
selama masa itu tidak boleh
mengganggu pemenuhan kebutuhan
warga ataupun kegiatan yang
berlangsung.
• Permasalahan restrukturisasi
infrastruktur secara
menyeluruh dan menyisipkan
dalam fisik terbangun.
Kritis terhadap tanggapan masyarakat
yang kadang dikaitkan dengan
permasalahan social kota.
KRITERIA PENATAAN PADA TIAP FUNGSI KAWASAN
ELEMEN
KONSEP
PERANCANGAN
LINGKUNGAN
KOTA
MENYELURUH
FUNGSI HUNIAN
FUNGSI USAHA
(hunian tunggal, deret,
susun, villa, asrama, dll)
(usaha kantor, hotel, industry,
terminal, penyimpanan, dll)
(pendidikan, layanan kesehatan,
kebudayaan, dll)
• Skenario: berjati diri, mengapresiasi konteks lokal.
• Menciptakan pusat-pusat aktifitas sebagai generator
• Membenahi lingkungan dengan penyuntikan aktifitas
• Lingkungan sebagai bagian struktur setempat dan saling bertautan
• Indikasi penanganan sesuai potensi setempat.
• Berjati diri mengacu
pada kekhasan
setempat.
• Lingkungan hunian yang
menyatu dengan sekitar
dan tidak mengotakkotakkan golongan
ekonomi.
• Berorientasi padaruang
terbuka lingkungan
sebagai pusat interaksi
masyarakat.
KONSEP
PERUNTUKAN
LAHAN
FUNGSI SOSIAL BUDAYA &
PERIBADATAN
• Mengkatalis kehidupan
ruang kota dengan aktifitas
ekonomi sebagai alat.
• Mengangkat dan
memberdayakan aktifitas
ekonomi dan jasa setempat.
• Bertautan dan berintegrasi
dengan pusat ekonomi lain.
• Zonasi merunut pada
keragaman aktifitas
ekonomi
• Indikasi penanganan
merunut pertimbangan
investasi dan tahapan
pembangunan.
• Mengkatalis kehidupan ruang
kota dengan aktifitas socialbudaya sebagai alat.
• Mengangkat dan
memberdayakan aktifitas
kegiatan social-budaya
setempat.
• Mendukung image kota
• Merupakan titik
pengembangan kehidupan
social-budaya sekitar.
• Zonasi merunut pada
keragaman potensi budaya
• Indikasi penanganan merunut
padakehidupan social-budaya
yang telah/akan berkembang.
• Menghidupkan kegiatan berskala PEJALAN KAKI
• Manajemen RUANG TRANSISI (Interface) antar AKTIFITAS PUBLIK dan PRIVAT
• Mendukung atifitas
lingungan
• Penyuntikan aktifitas
ekonomi berskala pejalan
kaki (lantai dasar)
• Aktifitas 24 jam pada spot
tertentu
• Penyuntikan aktifitas spesifik dan
tematikalberskala pejalan kaki
(lantai dasar)
• Aktifitas lebih dari 18 jam.
KRITERIA PENATAAN PADA TIAP FUNGSI KAWASAN
ELEMEN
KONSEP
INTENSITAS
PEMANFAATAN
LAHAN
•
•
•
•
FUNGSI HUNIAN
FUNGSI USAHA
(hunian tunggal, deret, susun,
villa, asrama, dll)
(usaha kantor, hotel, industry,
terminal, penyimpanan, dll)
• Penerapan KDB, KLB, KDH
untuk memaksimalkan
ruang public kegiatan
usaha
• Penerapan KDB, KLB, KDH
untuk memaksimalisasi
ruang public kegiatan
social-budaya.
• Mempeertimbangkan pembetukan Karakter/Identitas Visual kaasan
• Memaksimalkan penataan ruang dan visual bagi pejalan kaki
• Menjaga privasi ruang dan
fungsi pribadi hunian dengan
fungsi public
• Menjaga kualitas ekologis
untuk kenyamanan
lingkungan hunian.
KONSEP SISTEM
SIRKULASI DAN
JALUR
PENGHUBUNG
(pendidikan, layanan
kesehatan, kebudayaan, dll)
Mempertimbangkan system Unit Perancangan kawasan setempat
Mempertimbangkan Daya Dukung kawasan
Mempertimbangkan penataan zona kepadatan kawasan
Mempertimbangkan keterjangkauan konsep TOD
• Penerapan KDB, KLB, KDH
untuk memperjelas bata
ruang privat dan ruang publik
KONSEP TATA
BANGUNAN
FUNGSI SOSIAL BUDAYA &
PERIBADATAN
• Memprioritaskan tata guna
lahan fungsi campuran
(mixed use)
• Mendefinisikan ruang public
dengan jelas.
• Mengoptimalkan wajah
jalan/street scape untuk
orientasi visual.
• Memperhatikan keserasian
dan kelestarian lingkungan
social-budaya
• Mengoptmalkan kontinuitas lingkungan pejalan kaki dan aksesibiltas penyandang cacat
• Mempertimbangkan jangkauan konsep TOD pada penataan kawasan
• Mempertimbangkan moda transportasi dan system sirkulasi bagi transportasi informal setempat
• Sirkulasi terpusat dalam
jangkauan pelayanan tiap
blok/cluster hunian.
• Sistem transit pada pusat
pelayanan usaha
• Fasilitas padaode moda
transportasi dapat
berintegrasi dengan fungsi
usaha
• Sirkulasi terpusat dalam
jangkauan pelayanan tiap
blok/cluster hunian
• Pendefinisian secara tegas
system sirkulasi yang tidak
mengganggu kegiatan
social-budaya.
KRITERIA PENATAAN PADA FUNGSI KAWASAN
ELEMEN
KONSEP RUANG TERBUKA
DAN TATA HIJAU
FUNGSI HUNIAN
(hunian tunggal, deret,
susun, villa, asrama, dll)
FUNGSI SOSIAL BUDAYA &
PERIBADATAN
(pendidikan, layanan
kesehatan, kebudayaan,
dll)
• Mempetimbangkan jangkaua Pejalan Kaki
• Mengoptimalkan Ruang Terbuka sebagai elemen system tautan kawasan
• Mengoptimalkan Ruang Terbuka dan RTH sebagai identitas dan orientasi kaasan (vs
beautifikasi)
• Pengolahan RT dan RTH sebagai dasar perencanaan vs sekedar pengisi ruang sisa
pada kawasan.
• RTH merupakan pusat
cluster
KONSEP KUALITAS
LINGKUNGAN: IDENTITAS
LINGKUNGAN
FUNGSI USAHA
(usaha kantor, hotel,
industry, terminal,
penyimpanan, dll)
• Merupakan pusat
layanan ekonomi untuk
satu satuan jangkauan
pelayanan.
• Merupakan pusat
layanan social-budaya
untuk satu satuan
jangkauan pelayanan
• Sistem media penanda, media luar ruang dan perabot jalan terpadu
• Mengolah karakter lingkungan setempat: tengeran, vista, focal point
• Manajemen interaksi dan konflik ruang public yang tegas bagi kegiatan pendukung.
• Menonjolkan tengaran,
vista, focal point
setempat lebih sebagai
orientasi sekuensial.
• Pembatasan jumlah,
bentuk dan ekspresi fisik
media penanda /luar
ruang.
• Manajemen interaksi
kegiatan social
komunitas.
• Menonjolkan
tengaran,vista, focal
point setempat lebih
sebagai orientasi pusat
aktifitas usaha.
• Pembatasan jumlah dan
bentuk fisik media
penanda/luar ruang.
• Manajemen konflik
kegiatan sector formalinformal.
• Menonjolkan tengaran,
vista, focal point
setempat lebih sebagai
orientasi dan identitas
pusat ktifitas socialbudaya
• Pembatasan tegas
ekspresi dan bentuk fisik
media penanda/luar
ruang
• Manajemen konflik
kegiatan social-budaya
setempat/eksisting.