Pendewasaan Usia Nikah dan Pengarusutamaan Keluarga Berencana pada Program-Program Partai Politik dan Calon Anggota Legislatif di Indonesia

BUKU SAKU

BUKU SAKU

  

Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si. Ph.D

Irwansyah, SH. MH.

  

Pendewasaan Usia Nikah dan Pengarusutamaan

Keluarga Berencana pada Program-Program Partai

Politik dan Calon Anggota Legislatif di Indonesia

  

Pendewasaan Usia Nikah dan Pengarusutamaan

Keluarga Berencana pada Program-Program Partai

Politik dan Calon Anggota Legislatif di Indonesia

  

Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si. Ph.D

Irwansyah, SH. MH.

KATA PENGANTAR

  Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera Buku saku untuk partai politik dan (calon) anggota legislatif ini dibuat sebagai pedoman bagi parpol dan para caleg dalam memberikan pendidikan politik kepada para anggota dan konstituennya. Buku Saku ini dapat digunakan sebagai materi pelatihan/ pengkaderan maupun sebagai calon program dan muatan kampanye para calon anggota legislatif maupun calon kepala daerah.

  Mengapa isu keluarga berencana dan pendewasaan usia nikah ini menjadi penting, karena ia adalah bagian dari masa depan Indonesia yang lebih baik. Proporsi penduduk yang baik dan keluarga yang dibangun secara berencana pada usia yang tepat, serta dengan memperhatikan aspek ketahanan keluarga, akan melahirkan generasi bangsa yang lebih baik serta berkualitas.

  Sayangnya, kedua isu di atas seringkali terlewatkan dalam program parpol maupun materi kampanye para caleg. Seolah-olah isu ini hanya isu sekunder dan cukup diperhatikan kaum poli- tisi perempuan saja. Padahal, masa depan Indonesia antara lain ditentukan dengan perhatian pada kedua aspek ini.

  Buku Saku ini adalah bagian dari program Direktorat Analis Dampak Kependudukan BKKBN tahun 2018 yang bermitra dengan akademisi dari perguruan tinggi (Universitas Indonesia) untuk penyelenggaraan penelitian dan proses FGD-nya. Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berkontribusi, utamanya BKKBN Pusat, BKKBN Propinsi Sumatera Utara, SKPD KB/ Kependudukan di Kota Medan, partai politik dan (calon) anggota legislatif Kota Medan, KPU Kota Medan, Bawaslu Kota Medan, PAHAM Indonesia Cabang Medan.

  Terimakasih tak terhingga juga disampaikan kepada Saudara Irwansyah, SH. MH (Pengajar FH UISU Medan) dan Saudari Delila Stefanya Pusparani, SH. (Alumni FHUI) yang telah memberikan kontribusi tulisan yang signikan dan Saudari Yasmin Hasna Jamila (mahasiswi FHUI) yang me-lay out buku saku ini. Semoga kontribusi sederhana ini bermakna banyak bagi pembangunan kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia.

  Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Salam Hangat Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si. Ph.D Peneliti/ Penulis

  KASUS-KASUS DI SEKITAR KITA…

  Anak SD (usia 13 tahun) Hamili Gadis SMP (13 tahun)

12 Siswi SMP dalam Satu Sekolah Hamil di-usia-14-tahun-mulai-alasannya-hinggajaminan-tak-hamil?page=3.

   Bocah Usia 15 tahun Nikahi Pacarnya Usia 14 tahun http://www.lensaindonesia.com/2012/06/14/perempuan-asal-sragen-melahirkan-26-kali-anak.html Perempuan Asal Sragen Melahirkan 26 Kali Pasal 3 UU No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga berdasarkan prinsip pembangunan kependudukan yang terdiri atas: kependudukan sebagai titik sentral kegiatan pembangunan; pengintegrasian kebijakan kependudukan ke dalam pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup; partisipasi semua pihak dan gotong royong; perlindungan dan pemberdayaan terhadap keluarga sebagai unit terkecil dalam

  masyarakat; kesamaan hak dan kewajiban antara pendatang dan penduduk

  setempat; perlindungan terhadap budaya dan identitas penduduk lokal; dan keadilan dan kesetaraan gender.

  Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga amat sangat memerlukan partisipasi semua pihak, apakah keluarga itu sendiri, lingkungan, masyarakat sekitar, masyarakat luas, pihak swasta dan dunia usaha, masyarakat sipil, hingga pemerintah baik pusat maupun daerah. Salah satu aktor penting dalam perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah para politisi,

  

yang berhimpun dalam partai politik, di lembaga legislatif, maupun di eksekutif

  (ketika mereka memenangkan kontestasi Pemilu).Karena politisi-lah yang melahirkan dan menentukan kebijakan publik di negera demokratis seperti Indonesia. Maka, memberikan penguatan dan pengarusutamaan aspek perkembangaan kependudukan dan pembangunan keluarga kepada para politisi akan sangat signikan.

SIGNIFIKANSI PENGARUSTAMAAN PENDEWASAAN USIA NIKAH DAN KB OLEH PARTAI POLITIK DAN CALON ANGGOTA LEGISLATIF

  Untuk dapat menentukan ketertarikan pemilih kepada pasangan calon dalam pilkada, antara lain diukur melalui kualitas program kerja yang ditawarkan karena program kerja itu akan menjadi kebijakan pemerintah daerah setelah pasangan calon menjadi kepala daerah denitif. Penilaian terhadap program kerja merupakan sesuatu yang penting, mulai dari tujuan, tahapan-tahapan yang dilakukan, implementasi yang dijalankan dan mampu mewujudkan kebijakan atau tidak.

  Penyampaian informasi berupa program kerja dan kebijakan pasangan calon kepada konstituen menggunakan media pidato kampanye secara langsung atau tidak langsung.

  Firmanzah (2010) mengkaji tipologi pe- milih dalam pilkada akan cenderung secara obyektif memilih partai politik atau kontestan calon yang memiliki ke-

  pekaan terhadap masalah & kejelasan program. Partai politik pengusung calon

  kepala daerah yang arah kebijakannya tidak jelas akan cenderung tidak dipilih.

  Sementara itu, pemilih yang lebih me- mentingkan ikatan ideologi suatu partai atau seorang calon (kontestan) akan lebih menekankan aspek-aspek subyek- titas yang mempengaruhi pemilih.

  Dalam kampanye, partai politik mengemu- kakan program-program yang nantinya menjadi kebijakan bila kandidat kelak ter- pilih. Program yang nantinya menjadi kebijakan pemerintahan inilah yang sering disebut janji kampanye. Menurut Robertson, janji-janji pada saat pemilu inilah yang harus konsisten untuk dilaksanakan ketika kandidat terpilih, sehingga partai politik dipercaya oleh publik. Visi misi Kepala Daerah terpilih yang pada umumnya di- usung oleh partai politik, secara otomatis menjadi visi misi yang nantinya diturunkan ke dalam program-program pemerintah daerah yang bersangkutan selama periode pemerintahannya. Permasalahan kemudian adalah sejauh mana partai politik dan calon calon

  anggota legislatif di Indonesia mengintegrasikan aspek keluarga berencana (KB) dan pendewasaan usia nikah dalam visi misi maupun program kerjanya sebelum mengikuiti kontestasi pemilu ataupun pemilukada? Apakah permasalahan KB dan pendewasaan usia nikah masih dianggap wilayah yang kurang sexy dan dianggap semata-mata wilayah kaum perempuan saja? (bias gender).

PERAN PARTAI POLITIK DAN POLITISI

  Kaye dan Richards (2014) menyebutkan bahwa peran penting politisi sebagai berikut:

  

Their role as elected representatives makes them more effective,

by providing a 'reality check' on policy and decision-making.

  

Political leadership within government department represents the

crucial element of democracy, which separates government

departments from the mere function of administration. The role of

ministers, as politicians, is therefore a noble and necessary

element of governance. Politicians can bring a range of skills and

attributes to public policy, including decisiveness; ideological

cohesiveness; political understanding; leadership; partnership;

communication; the ability to balance interests; accountability; legitimacy and insights from their experience as representatives. Salah satu contoh menarik dari calon kepala daerah/ kepala daerah yang menaruh perhatian dengan wilayah ketahanan keluarga adalah pada kontestasi pemilihan Gubernur DKI Jaya pada tahun 2016-2017. Ketika itu Pasangan Basuki

  

Tjahaya Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat mengedepankan program

khusus untuk Lansia, serta menghadirkan RPTRA (Ruang Publik Terbuka

Ramah Anak) dimana-mana. Sedangkan Pasangan Anies Baswedan – Sandiaga

  Uno mengedepankan program Siaga Persalinan Darurat, program percepatan

  

ASI eksklusif untuk memenuhi target nasional, memperbanyak Tempat

Penitipan Anak, Cuti bagi Ayah yang istrinya melahirkan, penyediaan ruang

laktasi, penyediaan posyandu dan posbindu, serta program khusus untuk

Lansia.

KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN KELUARGA

  Salah satu amanat dari UU Nomor 52 Tahun 2009 adalah mewujudkan pendu- duk tumbuh seimbang dan berkualitas.

  Pemerintah kemudian menetapkan kebi- jakan keluarga berencana.

  Keluarga berencana memberikan kemung- kinan bagi pasangan untuk mengatur jarak kelahiran, sehingga orang tua dapat meng- optimalkan pertumbuhan anak. Laporan dari PBB menyajikan bahwa perencanaan kelahi- ran anak memiliki manfaat positif bagi perempuan, yaitu salah satunya perempuan dapat menuntaskan pendidikannya terlebih dulu sebelum hamil dan fokus mengurus anaknya. Kemudian, dampak positif lainnya adalah penggunaan alat kontrasepsi dalam program Keluarga Berencana juga dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, mengurangi jumlah aborsi, dan menurunkan angka kematian dan kecacatan terkait komplikasi kehamilan dan persalinan.

  Keluarga berencana merupakan “upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan ban- tuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.” Dalam melakukan kebijakan keluarga berencana, pemerintah harus dapat membantu calon atau pasangan suami istri dalam pengambilan keputusan me- ngenai usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak, dan juga penyuluhan kesehatan reproduksi.

KELUARGA BERENCANA

  Program Keluarga Berencana (KB) yang dilaksanakan sejak awal tahun 1970-an berhasil mengubah paham keluarga besar menjadi keluarga kecil. Keberha- silan ini ditandai dengan penurunan Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate

  • TFR) dimana sebelum ada program KB, rata-rata perempuan Indonesia memiliki lima atau enam orang anak (TFR 5,6) bahkan di beberapa provinsi di luar Jawa TFR mencapai 7 atau 8 orang anak; kini keluarga Indonesia pada umumnya hanya mempunyai dua atau tiga anak saja (BPS, 2011).

KETAHANAN KELUARGA

  Ketahanan keluarga mencakup kemam- puan keluarga untuk mengelola sumber daya dan masalah untuk mencapai kesejahteraan (Sunarti, 2001), kemam- puan untuk bertahan dan beradaptasi terhadap berbagai kondisi yang senantiasa berubah secara dinamis serta memiliki sikap positif terhadap berbagai tantangan kehidupan keluarga (Walsh, 1996). Menurut Megawangi, Zeitlin dan Garman (Sunarti dkk, 2003), ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga dalam mengelola sumber daya yang mereka miliki serta menanggulangi masalah yang dihadapi untuk dapat memenuhi kebutuhan sik maupun psikososial keluarga. Ketahanan keluarga (family strength atau family resilience) merupakan kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar antara lain: pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial (Frankenberger, 1998).

TOTAL FERTILITY RATE

  Hasil Sensus Penduduk (SP) di Indonesia pada 2010 menunjukan bahwa kenaikan laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,49 persen, atau naik 0,04 persen dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 1990-2000. Pada tahun 2010-2017 laju pertumbuhan penduduk per tahun telah mencapai angka 1,34 persen.

  Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, angka Total Fertility Rate(TFR) Indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 2,6 dan di tahun 2016 data dari World Bank menunjukkan bahwa TFR Indonesia menurun menjadi angka 2,4. Angka tersebut adalah dua kali lebih tinggi dari TFR Singapura pada tahun yang sama.

TOTAL FERTILITY RATE IDEAL

  Sebuah negara dapat dikatakan men- capai tahap replacement level fertility atau suatu tingkat fertilitas di mana sebuah populasi berganti dengan sendirinya dari satu generasi ke generasi berikutnya, jika negara itu telah mencapai angka TFR 2,1. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia masih membutuhkan kebijakan-kebijakan pemerintah guna melakukan intervensi sehingga Indonesia dapat mencapai angka ideal TFR 2,1.

URGENSI PENDEWASAAN USIA NIKAH

  Kasus pernikahan usia anak di Indonesia jarang atau sangat sedikit muncul ke permukaan, akan tetapi sesungguhnya kasus tersebut banyak terjadi. Riset yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNICEF menunjukan bahwa korban utama dari adanya pernikahan usia anak adalah kaum perempuan. Pernikahan usia anak bagi perempuan mengakibatkan r e n d a h nya p e n c a p a i a n t i n g k a t pendidikannya, karena anak perempuan cenderung tidak melanjutkan sekolah setelah mereka menikah. Jumlah anak perempuan yang terkena dampak perkawinan usia anak jauh melampaui jumlah anak laki-laki. Secara internasional, bagi anak perempuan angka pernikahan yang dilakukan sebelum menginjak usia 18 tahun mencapai 720 juta anak, sedangkan untuk anak laki-laki sebanyak 156 juta anak, atau dapat d i k a t a k a n k e r e n t a n a n a n a k perempuan terhadap pernikahan usia anak adalah hampir lima kali lebih besar dibandingkan anak laki-laki.

PERLINDUNGAN HAK ASASI

  Perkawinan Usia Anak melanggar beberapa hak asasi manusia yang dijamin oleh Konvensi Hak Anak (KHA), di antaranya adalah:

  1. Hak atas pendidikan

   2. Hak untuk hidup bebas dari kekerasan dan pelecehan

   3. Hak atas kesehatan

   4. Hak untuk dilindungi dari eksploitasi

   5. Hak untuk tidak dipisahkan dari orang tua mereka

MENGAPA NIKAH USIA DINI TIDAK DIANJURKAN

  Fenomena kawin muda di daerah- daerah di Indonesia selain memiliki konsekuensi kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial juga memiliki pengaruh terhadap kehamilan di usia anak yang penuh risiko, baik dari segi kesehatan sik maupun emosional. Alasan mengapa hamil di usia muda memiliki banyak risiko adalah:

  Pertama, calon ibu muda umumnya be-

  lum memiliki emosi yang stabil; Kedua, kematangan alat reproduksi perempuan muda belum sempurna sehingga belum berfungsi secara optimal; Ketiga, terjadinya pendarahan dan infeksi, karena otot rahim yang dimiliki oleh perempuan muda masih terlalu lemah untuk berkontraksi;

  Keempat, pertumbuhan tulang panggul masih belum sempurna, sehingga memiliki pengaruh terhadap letak janin dalam rahim. Isu program Pendewasaan Usia Perkawinan dan Keluarga Berencana membutuhkan adanya perhatian khusus dari legislator dan partai politik. Pasalnya, program-program tersebut selama ini memiliki kesulitan mendapatkan penganggaran dari APBD. Padahal isu mengenai kependudukan memiliki peran penting terhadap pembangunan daerah dan pembangunan Indonesia. Isu mengenai program Pendewasaan Usia Perkawinan dan Keluarga Berencana akan menggambarkan bagaimana para calon legislatif dan partai politik mengerti dan memiliki rasa sensitif yang tinggi terhadap permasalahan yang terjadi di masyarkat, utamanya permasalahan mendasar mengenai kependudukan.

  PENGARUH PARTAI POLITIK DALAM PENDEWASAAN USIA NIKAH & KB

  Partai politik dan calon legislator harus mengerti bahwa masalah kependudukan merupakan kunci dasar bagi negara dalam arti luas untuk menjamin hak-hak warga negara dan menciptakan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Fokus pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan dan kualitas keluarga yang baik dapat tercipta jika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah ideal. Grassroot partai politik merupakan potensi besar dalam mensukseskan program Pendewasaan Usia Perkawinan dan Keluarga Berencana karena para anggota partai politik dapat dengan mudah bersentuhan langsung dengan masyarakat sehingga mengetahui permasalahan-permasahan spesik di daerah tertentu dalam mengimplementasikan kedua program tersebut.

PROBLEM KEPENDUDUKAN KOTA MEDAN

  Khususnya untuk Kota Medan, menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang mempunyai penduduk paling banyak jumlahnya. Kota Medan dengan luas kurang lebih 265 km2 atau 0.37% dari luas wilayah Sumatera Utara mempunyai penduduk 2.109.339 jiwa (16.8% dari penduduk Sumatera Utara) dan Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 2.486 km2 berpenduduk 1.789.243 jiwa.

  Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Medan mencatat sepanjang tahun 2015 lalu untuk kasus keterlibatan dengan narkoba dan permasalahan pernikahan dini diusia remaja menjadi angka tertinggi di Kota Medan. Dikatakannya, ada sebanyak 40 persen remaja di Medan terlibat seks pra nikah, sedangkan, untuk pranikah tingginya angka kematian ibu, tercatat dikarenakan terlalu mudanya pasangan yang menikah, sehingga rentan terhadap kondisi perempuan tersebut. Kemudian, pada tahun 2014, ditengarai 30 – 35 persen remaja usia 15 – 24 tahun melakukan pernikahan usia dini.

DASAR HUKUM

  Secara normatif, eksistensi Partai Politik diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 (selanjutnya disebut UU Parpol), sedangkan eksistensi keluarga berencana dan ketahanan keluarga diatur berdasarkan Undang- Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

  Adapun peran Partai Politik dalam pengarusutamaan keluarga berencana dan ketahanan keluarga berhubungan dengan sistem perencanaan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.

PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI SUMATERA UTARA

  Permasalahan hukum dalam keluarga sangat berhubungan dengan kualitas penduduk. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek sik dan nonsik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

  Kondisi kesehatan di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKP) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Sumatera Utara dan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013, adalah mencapai: (1) Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup; (2) Angka Kematian Ibu Melahirkan sebesar 275 per 100.000 kelahiran hidup; (3) Angka prevalensi Gizi Buruk dan Kurang pada balita yaitu 20%; dan (4) Umur Harapan Hidup penduduk mencapai 72 tahun.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI SUMUT

  Dalam hal lain, berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumatera Utara per 31 Oktober 2016, korban pengguna narkoba di Sumatera Utara sebanyak 350.000 jiwa, dengan usia dari 10 tahun sampai dengan 59 tahun, rangkin ke 3 di Indonesia, dan rangkin 1 peredaran narkoba adalah Jakarta.

  Berdasarkan pernyataan Ketua Dewan Pendidikan Sumut Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, S.Sos., M.Pd, pada Harian Analisa tanggal 2 Mei 2016, menyatakan: … dari hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG), Sumut yang masuk peringkat 25 ke atas dari 33 provinsi di Indonesia…”Indeks pembangunan sumber daya manusia (human development) di Sumut juga masih di bawah Riau….”

JUMLAH PENDUDUK MISKIN

  Sedangkan jumlah penduduk miskin Sumatera Utara berdasarkan data BPS per September 2016, adalah sebanyak 1.452.550 orang (10,99%) dari 13.216.401 orang. Berdasarkan Harian SIB tanggal 6 Mei 2016, sekitar 30 % sampai dengan 35 % remaja melakukan perkawinan dini.

  Dari berbagai data tersebut, sangat mempengaruhi kualitas keluarga dalam hubungannya terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Indek Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Utara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara 2015 mencapai 69,51. IPM Sumatera Utara tahun 2014 dan 2015 masih berstatus “sedang'. Tahun 2015 terdapat 12 Kabupaten/kota angka IPM berstatus “tinggi”, sebanyak 17 Kabupaten/Kota status IPM 'sedang' dan 4 Kabupaten/Kota status IPM “rendah”.

PERAN PARTAI POLITIK

  Secara khusus tujuan khusus Partai Politik adalah:

  a. meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan; b. memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan c. membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Tujuan Partai Politik dimaksud menjadi dasar peran Partai Politik dalam mengatasi permasalahan keluarga dapat dilakukan dengan melaksanakan fungsi Partai Politik yang diimplementasikan dalam program dan kegiatan Partai Politik, dengan pemberdayaan dan pembiayaan potensi Partai dan/atau melalui anggaran Negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan khususnya yang berhubungan dengan eksistensi Partai Politik dan sistem pemilihan umum di Indonesia.

FUNGSI PARTAI POLITIK

  Pasal 11 UU Parpol No. 2 tahun 2008 : : Partai Politik berfungsi sebagai sarana:

  a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat; c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; d. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

  e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

PROGRAM DAN KAMPANYE CALEG DAN PARPOL YANG SEHAT DAN KOMPREHENSIF

  Satu tantangan bagi caleg dan parpol di wilayah manapun adalah tidak sekedar mendulang suara sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan kursi eksekutif maupun legislatif, namun juga bagaimana partai dapat melahirkan program-program dan kampanye-kampanye yang berkualitas serta penting bagi konstituennya dan masyarakat pada umumnya.

  Dengan sistem demokrasi perwakilan yang berlaku di Indonesia saat ini, rakyat setuju menyerahkan pengelolaan negara ini di pundak para anggota Dewan.

  Berpijak dari kenyataan itu, Pemilihan Umum diharapkan dapat menghasilkan para legislator yang lebih baik, yang betul-betul bekerja untuk kepentingan bangsa di atas kepentingan lainnya. Di beberapa parpol, kaderisasi dilakukan secara instan dengan membekali kader atau simpatisan, antara lain dengan visi misi parpol dan tugas kepartaian, dalam sebuah forum seperti seminar. Kalangan elite parpol mengakui, cara itu belum cukup untuk menciptakan kader yang sebenarnya. Karena itu, tak heran jika kader yang dihasilkan banyak yang belum siap menjadi pejabat politik.

KIAT MEMILIH CALEG YANG BERKUALITAS

  Titi Anggraini (2018), Ketua Perkumpulan Perludem, menyebutkan bahwa cara memilih caleg yang baik adalah pemilih bisa mulai mengenali caleg yang dirasa Sejalan dengan aspirasi politik pemilih secara pribadi. Sedangkan untuk mengetahui aspirasi politik secara pribadi, pemilih bisa mengidentikasi hal yang menjadi kebutuhan pribadi dan masyarakat dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.

  Pemilih harus memahami apa yang menjadi kebutuhan pemilih dan kebutuhan masyarakat. Setelahnya, pemilih dapat mencermati program dan gagasan yang ditawarkan oleh caleg. Langkah tersebut harus diimbangi dengan pengamatan rekam jejak calon. Jangan sampai, program yang ditawarkan hanya berupa janji tanpa adanya realisasi. Bahkan, pemilih juga harus cermat terhadap kasus hukum yang mungkin saja menjadi rekam jejak caleg. Dengan begitu, pemilih punya banyak pertimbangan dalam menentukan pilihannya. Program-program dan kampanye-kampanye caleg yang sehat dan komprehensif dengan demikian masih menjadi salah salah satu modal utama dalam melahirkan caleg berkualitas. Dan salah satu tema kampanye yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun bangsa adalah program-program untuk penguatan ketahanan keluarga, Keluarga Berencana, dan pendewasan usia nikah.

TANTANGAN DAN HAMBATAN

  Tantangan dan hambatan Parpol dan (calon) anggota legislatif dalam pengarusutamaan keluarga berencana dan pendewasaan usia nikah antara lain :

  1. Kesadaran dan pemahaman caleg yang bervariasi terhadap urgensi keluarga berencana dan pendewasaan usia nikah.

  2. Sistem manajerial dan kaderisasi dalam tubuh partai politik yang belum terselenggara baik.

  3. Pendidikan politik dan proses transfer pengetahuan yang belum komprehensif dalam lembaga parpol.

  4. Komunikasi antara pemangku kepentingan di tingkat Kementerian/ Lembaga di tingkat pusat maupun daerah dengan partai politik di daerah yang belum terjalin baik.

  5. Masyarakat, pelaku usaha, dan konstituen partai politik pada umumnya belum menganggap isu KB dan pendewasaan usia nikah sebagai hal yang penting. Sebaliknya, masih banyak warga dan konstituen parpol yang resisten.

  BAHAN BACAAN Bakran Suni, Program Kerja Calon Kepala Daerah dan Tipologi Pemilih dalam Pilkada, artikel pada Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Vol. 12 No. 2n 2 Januari 2013. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia: Statistical Yearbook of Indonesia 2018, Jakarta, Badan Pusat Statistik, 2018. . Vol. 1 No. 2 Oktober 2015.

Dede Kartini, et.al., Konsistensi antara Program Partai dengan Kebijakan Publik di Kabupaten Bandung (2011-2015), artikel pada Jurnal Ilmu Pemerintahan,

Craig J., “Replacement Level Fertility and Future Population Growth,

  INTERNET SITES The World Bank, “Fertility Rate, Total (Births per Woman),

  

DUKUNG KELUARGA BERENCANA

HINDARKAN PERNIKAHAN USIA ANAK!

DUKUNG KELUARGA BERENCANA

HINDARKAN PERNIKAHAN USIA ANAK!

Dokumen yang terkait

BAB VI PERANCANGAN SISTEM TERINCI (OUTPUT dan INPUT) - 6 Bab VI Perancangan Sistem Terinci

0 2 13

BAB IV PENDEKATAN PERANCANGAN TERSTRUKTUR dan DATA FLOW DIAGRAM - 4 Bab IV Pendekatan Perancangan Terstruktur

0 4 18

1. Pembina dan Penanggung Jawab - PEMENUHAN HAK ATAS PERUMAHAN YANG LAYAK BAGI MASYARAKAT MISKIN KOTA DALAM PERSPEKTIF HAM (The Fulfillment of Right on Adequate Housing to the Urban Poor in Human Rights Perspective)

0 0 20

1. Pembina dan Penanggung Jawab - ALTERNATIF PENJATUHAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA DILIHAT DARI PERSPEKTIF HAM (Alternative of Death Penalty of Human Rights Perspective, In Indonesia)

0 0 20

HAK ASASI ANAK ( The Politics of Law of The Constitutional Court of Indonesia on Child Born Out of Wedlock: The Application of Progressive Law as Child Rights Protection)

0 0 12

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 204-214 Kebijakan Tax Amnesty: Suatu Peninjauan dalam Perspektif Etika Deontologi Sebagai Bentuk Pilihan Wajib Pajak dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan

0 0 11

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 196-203 Pengaruh Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agency Cost dan Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 0 8

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 188-195 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Pembelian Ulang Dawet Jabung yang Dilihat dari Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Mediasi

0 0 8

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 181-187 Analisis Pengaruh Pengawasan Fungsional, Akuntabilitas Publik Dan Peningkatan Pelayanan Publik Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada SKPD di Provinsi Jambi)

1 2 7

Jurnal Akuntansi dan Pajak, 18(02), 2018, 174-180 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza Di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo

0 0 7