TINJAUAN YURIDIS PEMBUBARAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

TINJAUAN YURIDIS PEMBUBARAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

Bambang Ariyanto

Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstract: Law No. 8 of 1985 only recognizes two forms of legal entity for the social organizations i.e. associations and foundations; while pursuant to Law No. 17 of 2013 on Social Organizations, there are four legal entity forms of the social organizations, namely (1) social organizations with legal entity of associations, (2) social organizations with legal entity of foundations, (3) social organizations with legal entity of foreign foundations, and (4) social organizations that are not legal entity. Four forms of the legal entity have different procedures for establishing, requirements, validating. The legal issue is whether the differences of the legal entity will affect the procedures for dissolving the organizations. Through normative research it is found that dissolving the organizations pursuant to Law No. 17 of 2013 is held through the legal procedures. The organizations may be dissolved by a binding court decision. The procedures for dissolving the organizations are also not simple. The first punishment is given as a written warning for three times. If it is ignored, then the punishment could be a suspension of grants, temporary suspension of the activity. The temporary suspension is conducted for 6 months and shall be permitted by the Supreme Court. If a verdict has permanently been published,

a status of the legal entity can be revoked. The revocation is held within 30 days.

Keywords: freedom of association, social organizations, legal entity.

Abstrak: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 hanya mengenal dua bentuk badan hukum bagi ormas, yakni perkumpulan dan yayasan. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan ada empat bentuk badan hukum ormas, yakni (1) Ormas dengan badan hukum Perkumpulan, (2) Ormas dengan badan hukum Yayasan, (3) Ormas dengan badan hukum Yayasan Asing, dan (4) Ormas yang tidak berbadan hukum. Empat bentuk badan hukum ini memiliki tata cara pendirian, persyaratan, pengesahan yang berbeda-beda. Persoalannya, apakah perbedaan masing- masing badan hukum dari ormas ini akan mempengaruhi mekanisme pembubaran dari ormas. Melalui penelitian yuridis normatif, dihasilkan bahwa pembubaran organisasi kemasyarakatan berdasarkan UU No. 17 Tahun 2013 melalui mekanisme legal formal. Ormas bisa dibubarkan dengan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Tata cara pembubaran ormas juga tidak sederhana. Sanksi awal diberikan peringatan tertulis sebanyak tiga kali. Apabila sanksi ini tidak dihiraukan maka sanksi bisa berubah penghentian bantuan hibah, penghentian sementara kegiatan. Sanksi penghentian sementara dilakukan selama 6 bulan dan harus seizin dari Mahkamah Agung. Apabila sudah keluar keputusan hukum yang tetap, maka pencabutan status badan hukum bisa dilakukan. Pencabutan ini dilakukan dalam jangka waktu 30 hari.

Kata kunci: kebebasan berserikat, organisasi kemasyarakatan, badan hokum.

Bambang Ariyanto, Tinjauan Yuridis Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan

Pendahuluan

lahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik Indonesia adalah negara hukum. 2 dan aparat negara. Harapannya dengan

Hal ini jelas tertuang dalam Pasal 1 ayat berlakunya UU HAM ini, seluruh (3) Undang-Undang Dasar Negara

aparatur pemerintah menghormati, mene- Republik Indonesia Tahun 1945 hasil

gakkan dan menyebarluaskan pemaham- amandemen keempat (selanjutnya disebut

an mengenai hak asasi manusia kepada UUD 1945). Salah satu perwujudan dari

seluruh masyarakat.

negara hukum adalah adanya jaminan Pengaturan secara tegas Hak Asa- konstitusional terhadap hak asasi manu-

si Manusia dalam Undang-Undang dan sia. Jaminan konstitusional ini tertuang

UUD 1945 sebenarnya menjadi tolok dalam Pasal 28A hingga Pasal 28J UUD

ukur bagi aparatur negara, pemerintah 1945. Pencantuman Hak Asasi Manusia

dan masyarakat untuk tidak melakukan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan termuat

pelanggaran HAM, baik pelanggaran secara tegas dalam sebuah bab tersendiri

yang sifatnya vertikal (dari negara ke merupakan sebuah perjuangan yang

masyarakat) atau sifatnya horizontal (ma- cukup panjang. 1 syarakat melanggar hak masyarakat lain).

Secara yuridis formal, upaya un- Ironisnya, pelanggaran Hak Asasi Manu- tuk mengakui dan melindungi Hak Asasi

sia yang terjadi kurang lebih sepuluh Manusia sebenarnya sudah muncul pada

tahun reformasi ini, justru dilakukan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

aktor non negara (individu maupun ke- tentang Hak Asasi Manusia (selanjutnya

lompok masyarakat) sendiri dengan disebut UU HAM). Hal ini dilatar

membawa isu yang bermacam-macam. belakangi karena selama lima puluh usia

Salah satu isu yang sering dikemukakan Republik Indonesia, telah terjadi berbagai

adalah mengenai kebebasan beragama. kejadian yang merugikan hak-hak asasi

Dalam hal ini, masyarakat menilai peme- manusia. Mulai dari penangkapan yang

rintah kurang tegas dan terkesan melaku- tidak sah, penculikan, penganiayaan, per-

kan pembiaran terhadap pelaku kekerasan kosaan, penghilangan paksa, perusakan

yang mengatasnamakan organisasi massa tempat ibadah, penyerangan pemuka 3 terhadap pemeluk agama lain.

agama beserta keluarganya serta penya-

2 Lihat Penjelasan UU No. 39 Tahun 1999 tentang

1 Pencantuman Hak Asasi Manusia dalam UUD

Hak Asasi Manusia.

1945 mengalami pasang surut. Hal ini tidak lepas 3 Data Wahid Institute dan Setara Institute selama dari dinamika yang terjadi dalam ketatanegaraan

tahun 2010-2012 menunjukkan bahwa kebebasan pemerintahan di Indonesia, yang harus mengalami

beragama di Indonesia semakin memburuk. Hal tiga kali pergantian UUD, yakni dari UUD 1945

ini bisa dilihat pada data Wahid Institute yang ke Konstitusi RIS 1945. Lalu pada tahun 1950,

menyatakan bahwa jumlah pelanggaran pada menjadi UUDSementara 1950, dan lagi pada

tahun 2010 mencapai 184 kasus, dan meningkat tahun 1959 melalui Dekrit Presiden, berlaku

pada tahun 2011 menjadi 267 kasus. Tahun 2012 kembali UUD 1945. Dari sejumlah pergantian

meningkat menjadi 278 kasus. Hal ini berbanding tersebut, UUD RIS 1945 dan UUDS 1950 pernah

lurus dengan data Setara Institute yang mencatat memuat secara komprehensif jaminan HAM yang

adanya kenaikan lebih dari 200 kasus terhadap secara umum diadopsi dari pasal-pasal HAM

kebebasan beragama. 3 Korban yang ada dalam Universal Declaration of Human

pelanggaran

terbanyak dari pelanggaran kebebasan beragama Rights 1948. Lihat: Majda El-Muhtaj, Hak Asasi

ini adalah kelompok Ahmadiyah dan Kristen. Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Dari UUD

di kalangan Syiah 1945 sampai dengan Amandemen UUD 1945 menunjukkan peningkatan dalam dua tahun Tahun 2002, Penerbit Prenada Media Group,

Sedangkan

korban

terakhir. Jelasnya bisa lihat di Laporan Infid Cetakan ke-4, April 2012, hal. 10.

Kebebasan Beragama Tahun 2010-2012 , hal. 3.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 128-146

Setara Institute menemukan bah- wa sebagian besar pelaku pelanggaran adalah aktor non negara yang terdiri dari individu maupun kelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi atau forum-forum masyarakat. Organisasi Masyarakat yang teridentifikasi adalah Front Pembela Islam (FPI). Namun, ada juga kelompok masyarakat/massa yang tergabung dalam kerusuhan massal, tetapi sulit dicari kedekatan afiliasinya dengan

organisasi masyarakat. 4

Tindakan yang dilakukan oleh ak- tor non negara, khususnya organisasi ke- masyarakatan dengan menggunakan pola kekerasan dan pengerahan massa mem- buat masyarakat bertanya-tanya menge- nai sanksi bagi para pelakunya. Apalagi beberapa kali pelaku yang menggunakan identitas sebagai organisasi kemasyara- katan tidak tersentuh oleh hukum. Mes- kipun pelaku-pelaku di dalam organisasi tersebut ditangkap, lalu ada yang diadili, tetapi keberadaan organisasi kemasyara- katan masih tetap berjalan. Hal inilah yang membuat maraknya tuntutan pem- bubaran terhadap Organisasi Kemasyara- katan (selanjutnya disebut Ormas) yang melakukan tindakan-tindakan kekerasan tersebut.

Tuntutan pembubaran Ormas yang bertindak anarkhis ini membuat pe- merintah kebingungan untuk menindak- lanjutinya. Hal ini menimbulkan kritik dari Anggota Komisi III DPR RI Taslim Chaniago. Ia menilai, sikap pemerintah yang tidak tegas terhadap ormas anarkis telah membuat ormas anarkis tersebut

arogan. 5

4 Ibid, hal. 7. 5 http://www.antaranews.com/berita/Pemerintah tak Tegas, FPI Makin Arogan, diakses pada tanggal 4 Juli 2014 pukul 12.30 WIB.

Ada beberapa alasan yang mem- buat pemerintah merasa kesulitan dalam mengambil sikap. Pertama, keberadaan ormas merupakan perwujudan dari hak kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat sebagaimana diatur dalam Pasal 28E UUD 1945. Hal ini juga sesuai dengan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 24 ayat (2), yang menyatakan bahwa setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan Partai Politik, Lem- baga Swadaya Masyarakat, atau organi- sasi lainnya untuk berperan serta dalam jalannya pemerintahan dan penyeleng- garaan negara sejalan dengan tuntutan perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan ke- tentuan perundang-undangan. Kedua, meski Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 (selanjutnya disebut UU No. 8 Tahun 1985) mengatur mengenai pembu- baran ormas, namun mekanisme pembu-

barannya tanpa melalui proses hukum. 6 Artinya, pemerintah sebenarnya bisa secara tegas melakukan pembubaran Ormas yang anarkhis dengan keputusan dari pemerintah yang berlandaskan pada UU No. 8 Tahun 1985. Namun, hal itu tidak dilakukan karena pemerintah ber- usaha tidak bersikap otoriter dan ingin menyelesaikan pembubaran Ormas me- lalui mekanisme hukum. Ketiga, lemah- nya good will dari pemerintah dan tidak tegasnya aparat keamanan menyikapi

6 Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi

Kemasyarakatan bisa dibekukan dan/atau di- bubarkan apabila ormas melakukan kegiatan yang menganggu keamanan dan ketertiban umum, menerima bantuan dari pihak asing tanpa per- setujuan pemerintah, dan memberi bantuan ke- pada pihak asing yang merugikan kepentingan negara.

Bambang Ariyanto, Tinjauan Yuridis Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan

tindakan-tindakan hukum ormas yang 7 capai tujuan bersama. Organisasi berasal anarkis tersebut.

dari bahasa Yunani, yaitu “Organon” dan Menyikapi situasi tersebut, Peme-

istilah lain yaitu “Organum” yang berarti rintah bersama dengan DPR sepakat

alat, bagian, anggota, atau badan. mengundangkan Undang-Undang Nomor

Sondang P. Siagian menyatakan bahwa

17 Tahun 2013 tentang Organisasi organisasi dapat ditinjau dari tiga sudut Kemasyarakatan. UU Ormas ini meng-

pandang, yakni:

gantikan UU No 8 Tahun 1985 yang

1. Organisasi sebagai wadah, yaitu tem- sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan

pat kegiatan-kegiatan administrasi dan dinamika bermasyarakat, bermasya-

dan manajemen dijalankan dan sifat- rakat dan bernegara. Pertumbuhan jumlah

nya adalah “relatif statis”; Ormas, sebaran dan jenis kegiatan Ormas

2. Organisasi sebagai proses, yaitu dalam kehidupan demokrasi makin me-

interaksi antara orang-orang yang nuntut peran, fungsi dan tanggung jawab

menjadi anggota organisai dan sifat- Ormas untuk berpartisipasi dalam upaya

nya “dinamis;

mewujudkan cita-cita nasional bangsa

3. Organisasi sebagai kumpulan orang, Indonesia. Disinilah konsekuensi penting

yang tidak lain adalah organisasi untuk membangun sistem pengelolaan

sebagai wadah. Maksud dari organi- Ormas yang memenuhi kaidah ormas

sasi sebagai wadah berarti : (a) orga- yang sehat, mandiri, transparan, profe-

nisasi sebagai penggambaran jaringan sional dan akuntabel.

hubungan kerja dan pekerjaan yang Dari uraian sebagaimana tertuang

sifatnya formal atas dasar kedudukan dalam bagian latar belakang, maka isu

atau jabatan yang diperuntukkan hukum utama yang akan dikaji dalam

untuk setiap anggota organisasi; (b) penelitan ini adalah: Pertama, apa syarat-

organisasi merupakan susunan hierar- syarat pendirian Organisasi Kemasyara-

ki yang secara jelas menggambarkan katan sesuai UU Organisasi Kemasyara-

garis wewenang dan tanggung jawab; katan. Kedua, Bagaimana tata cara pem-

(c) organisasi merupakan alat yang bubaran Organisasi Kemasyarakatan ber-

berstruktur permanen yang fleksibel dasarkan peraturan perundang-undangan

(dimungkinkan dilakukan perubahan) yang berlaku di Indonesia? sehingga apa yang terjadi dan akan terjadi dalam organisasi relatif tetap

Pembahasan

sifatnya dan karenanya dapat diper- Pengertian Organisasi Kemasyarakat- 8 kirakan.

an

Menurut M. Manulang, organisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa 9 itu mempunyai ciri-ciri antara lain: Indonesia, “organisasi” adalah kesatuan

1. Adanya sekelompok orang; (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagai-

nya) dalam perkumpulan untuk tujuan 7 Badudu-Zain, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia tertentu; kelompok kerja sama antara , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal.

orang-orang yang diadakan untuk men-

8 Sondang P. Siagian, 1980, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, hal. 68.

9 M. Manulang, 1983, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 67.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 128-146

2. Antarhubungan yang terjadi dalam kepengurusan, dengan kewenangan suatu kerjasama yang harmonis; dan

tanggung jawab pada setiap tingkatan

3. Kerja sama didasarkan atas hak, kepengurusan yang jelas; kewajiban atau tanggung jawab ma-

5. Mempunyai arah kebijakan dan sing-masing orang untuk mencapai

program kerja yang jelas, berlandas- tujuan.

kan pada visi dan misi guna mencapai Secara filosofis, kehadiran organi-

tujuan organisasi; sasi merupakan sebuah kebutuhan yang

6. Mempunyai sistem kaderisasi dan re- menyesuaikan dari karakteristik dari ma-

generasi yang jelas, berlandaskan nusia sebagai zoon politicon atau mahk-

pada aspek moralitas, integritas, tang- luk sosial, yakni secara kodrati manusia

gung jawab, dan prestasi. tidak bisa hidup sendiri, dan harus hidup

Sementara pengertian “kemasya- secara berkelompok. Dari kehidupan se-

rakatan” dalam Kamus Besar Bahasa cara sosial dan berkelompok inilah, ma-

Indonesia, berasal dari kata “masyarakat” nusia mempunyai tujuan yang bisa di-

yang berarti sejumlah manusia dalam arti lakukan secara bersama-sama dengan

seluas-luasnya dan terikat oleh suatu melalui sebuah wadah atau organisasi. Di

kebudayaan yang mereka anggap sama. organisasi inilah dirumuskan mengenai

Adapun “Kemasyarakatan” berarti peri- ideologi, visi misi, tujuan, target dan

hal (mengenai) masyarakat. Kata program kerja agar organisasi bisa

“masyarakat” yang berarti kumpulan in- berjalan dengan baik. Hal ini berbanding

dividu yang menjalin kehidupan bersama lurus dengan pandangan Nia Kania

sebagai kesatuan yang besar, saling mem- Winayanti bahwa suatu organisasi secara

butuhkan, memiliki ciri-ciri yang sama hakiki harus memenuhi syarat antara 11 sebagai kelompok.

lain: 10 Dengan pengertian di atas tadi, or-

1. Adanya pendiri sebagai pemrakarsa ganisasi kemasyarakatan merupakan wa- terbentuknya suatu wadah organisasi

dah yang dibentuk sekelompok orang, tertentu;

yang mempunyai visi, misi, ideologi dan

2. Mempunyai anggota yang jelas, di tujuan yang sama, mempunyai anggota mana para pemrakarsa biasanya seka-

yang jelas, mempunyai kepengurusan ligus juga sebagai anggota organisasi

yang terstruktur sesuai hierarki, kewe- yang bersangkutan;

nangan, dan tanggung jawabnya masing-

3. Mempunyai landasan hukum internal masing, dalam rangka memperjuangkan organisasi, sebagai aturan main men-

anggota dan kelompoknya dibidang me- jalankan organisasi yang disebut

ngenai/perihal kemasyarakatan seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Ru-

pendidikan, kesehatan, keagamaan, kepe- mah Tangga (AD/ART);

mudaan, dan lain-lain dalam arti ke-

4. 12 Adanya kepengurusan organisasi. masyarakatan seluas-luasnya. Organisasi yang mempunyai struktur

organisasi pada setiap tingkat wilayah

10 Nia Kania Winayanti, 2011, Dasar Hukum 11 Baddudu-Zain, 1994, Kamus Umum Bahasa Pendirian dan Pembubaran ORMAS (Organisasi

Indonesia , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. Kemasyarakatan), Yogyakarta: Pustaka Yustisia,

hal. 13-14. 12 Nia Kania Winayanti, Op.Cit, hal. 15.

Bambang Ariyanto, Tinjauan Yuridis Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan

Secara lebih detail, Nia Kania didikan, kesehatan dan persoalan-per- Winayanti menggambarkan ciri organisa-

soalan sosial lainnya. si kemasyarakatan yakni: 13 Apabila dilihat dari kecenderung-

1. Organisasi yang dibentuk oleh ma- an/orientasi dari kiprah organisasi, secara syarakat dengan dasar sukarela;

sederhana konfigurasi organisasi kema-

2. Alat perjuangan dan pengabdian satu syarakatan di Indonesia mempunyai ka- bidang kemasyarakatan tertentu atau 15 rakteristik:

lebih;

a. Ormas yang merupakan underbow

3. Sebagai wadah berekspresi anggota secara langsung maupun tidak lang- masyarakat dalam kehidupan berma-

sung dari partai politik, seperti Mu- syarakat, berbangsa, dan bernegara;

syawarah Kekeluargaan Gotong Ro-

4. Kegiatannya bukan merupakan ke- yong (MKGR), yang umumnya peng- giatan politik, tetapi gerak langkah

urusnya adalah kader Partai Golkar. dan kegiatan dari setiap program or-

b. Ormas keagamaan seperti Nahdlatul ganisasinya dapat mempunyai dam-

Ulama (NU) dan Muhammadiyah. pak politik.

c. Ormas yang didasarkan pada komu- Berdasarkan empat ciri organisasi

nitas etnis yang eksis di suatu wi- kemasyarakatan tersebut, secara umum

layah, seperti Forum Betawi Rembug organisasi kemasyarakat dapat dibagi

(FBR). menjadi dua kelompok, yaitu: 14 d. Ormas yang berdiri berawal dari

1. Organisasi kemasyarakatan yang ber- keprihatinan terhadap kondisi bangsa gerak dalam satu bidang kekhususan.

yang mengalami keterpurukan di Organisasi kemasyarakatan yang ter-

berbagai bidang kehidupan, seperti masuk dalam kelompok ini adalah

Perhimpunan Nasional Indonesia organisasi profesi, seperti Persatuan

(Pernasindo), Persatuan Indonesia, Insinyur Indonesia (PII), Perhim-

lalu Nasional Demokrat (Nasdem) punan Advokat Indonesia (PERADI),

yang akhirnya berubah menjadi partai Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan

politik.

Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Him- Sementara itu, Rustam Ibrahim punan Kerukunan Tani Indonesia

mengkategorisasikan organisasi masyara- (HKTI), dan lain-lain;

kat sosial (OMS) di Indonesia, terbagi

2. Organisasi kemasyarakatan yang ber- dalam 19 (sembilan belas) jenis ke- gerak dan/atau mempunyai kegiatan 16 lompok atau organisasi, yaitu:

bidang kemasyarakatan lebih dari satu

1. Kelompok atau organisasi petani dan kekhususan, seperti Muhammadiyah,

nelayan;

Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan

2. Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Islam (Persis), dan lain-lain. Dalam

asosiasi-asosiasi pengusaha; praktiknya organisasi keagamaan/

dakwah juga bergerak dalam bidang

15 Ronald Rofiandri, UU Ormas: Sejarah dan

kemasyarakatan lainnya seperti pen-

Implementasi, makalah PSHK phsk.or.id/site/ download.php?docid=5f5243e9e0f1dde42c02123 68295ae17, diunduh pada 10 Juli 2013.

16 Rustam Ibrahim, 2008, “Upaya Peningkatan

Kinerja Transparansi dan Akuntabilitas Ormas

13 Ibid, hal. 15-16. dan Lembaga Nirlaba Lainnya ”, Makalah, 14 Ibid, hal. 16.

Jakarta, hal. 23.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 128-146

3. Organisasi profesi, antara lain peng- adalah organisasi yang dibentuk oleh acara, dokter, insinyur, akuntan;

anggota masyarakat warga Negara Re-

4. Serikat pekerja atau serikat buruh; publik Indonesia secara sukarela atas

5. Badan Perwakilan Desa (BPD)/ dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, Dewan Kelurahan;

agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan

6. Kelompok-kelompok pengajian, anta- Yang Maha Esa untuk berperan serta ra lain majelis taklim dan paroki;

dalam wadah Negara Kesatuan Republik

7. Organisasi seni dan budaya, seperti Indonesia yang berdasarkan Pancasila”. seni, musik, teater, film;

Dalam penjelasan pasal tersebut men-

8. Koperasi, kelompok usaha bersama, jelaskan bahwa salah satu ciri penting kelompok simpan pinjam, seperti ko-

dari organisasi kemasyarakatan adalah perasi simpan pinjam;

kesukarelaan dalam pembentukan dan

9. Yayasan yang bergerak dalam bidang

keanggotaannya.

sosial kesehatan, antara lain yayasan Pengertian dari Organisasi Kema- yatim piatu, anak cacat, panti asuhan;

syarakatan di dalam Undang-Undang

10. Kelompok-kelompok pendidikan se- Nomor 8 Tahun 1985 memiliki makna perti Komite Sekolah, persatuan

yang rancu. Rustam Ibrahim mengatakan orang tua murid dan guru (POMG);

pengertian tersebut sering diasosiasikan

11. Organisasi olah raga; dengan organisasi massa atau organisasi

12. Organisasi pemuda/mahasiswa/ pela- yang mempunyai anggota yang cukup jar; 17 besar (mass-based organizations). Hal

13. Organisasi kelompok-kelompok pe- ini dipertegas juga di Pasal 5 huruf (a) rempuan;

dan (b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

14. Organisasi non pemerintah advokasi 1985 yang menyatakan bahwa organisasi (hak asasi manusia, demokrasi, ling-

kemasyarakatan merupakan penyalur ke- kungan, organisasi pengawas publik);

giatan sesuai kepentingan anggotanya,

15. LSM pembangunan (bergerak dalam termasuk wadah pembinaan dan pengem- pelayan dan pembangunan masyara-

bangan anggotanya dalam mewujudkan kat;

tujuan organisasinya. Artinya, organisasi

16. Organisasi berdasarkan kesukuan, et- kemasyarakatan yang dimaksud di dalam nis, dan masyarakat adat;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985

17. Organisasi yang bergerak dalam per- lebih menitikberatkan pada asas keang- lindungan hidup dan konservasi;

gotaan. Sedangkan pengaturan mengenai

18. Organisasi sosial keagamaan (Nah- organisasi tanpa anggota sama sekali dlatul Ulama, Muhammadiyah, Hiz-

tidak diatur secara jelas dalam norma di but Tahrir, organisasi yang bernaung

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985. di bawah gereja, dan agama-agama

Atas penafsiran inilah, menjadi alasan lain);

bagi sebagian besar Lembaga Swadaya

19. Organisasi hobi, seperti klub pendaki Masyarakat (LSM) bahwa mereka tidak gunung, pengumpul perangko.

17 Rustam Ibrahim, Beberapa Pokok Pikiran untuk Penyusunan RUU tentang Perubahan Undang-

Sementara itu, pengertian Organi-

Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

sasi Kemasyarakatan menurut Undang-

Kemasyarakatan, dalam diskusi di Biro Polhukam

Undang Nomor 8 Tahun 1985 Pasal 1, dan Kesra Sekretariat Jenderal DPR-RI, 8

Februari 2011.

Bambang Ariyanto, Tinjauan Yuridis Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan

termasuk yang diatur dalam undang- ormas tanpa terkecuali. Hal ini membuat undang tersebut sebab sebagian besar

tidak adanya batasan yang tegas menge- LSM di Indonesia berbentuk Yayasan

nai karakteristik dari organisasi kemasya- (organisasi tanpa anggota) yang didirikan

rakatan. Ketidakjelasan dalam batasan untuk kepentingan publik (public in-

atau definisi dari organisasi kemasyara- terest) 18 . Yayasan merupakan organisasi

katan ini berusaha diperjelas melalui ben- badan hukum yang tidak berdasarkan

tuk organisasinya, yakni berupa badan asas keanggotaan (non-membership or- 19 hukum atau tidak berbadan hukum. Hal

ganization) . ini sesuai dengan konsep badan hukum Kerancuan dalam definisi atas Or-

untuk organisasi-organisasi yang dikate- ganisasi Kemasyarakatan ini berusaha di-

gorikan sebagai sektor nirlaba, yaitu per- perbaiki dengan melakukan revisi atas

kumpulan (association) dan yayasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985. 20 (foundation). Untuk ormas berbadan

Revisi ini menghasilkan Undang-Undang hukum perkumpulan didirikan dengan Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organi-

berbasis anggota, sedangkan ormas ber- sasi Kemasyarakatan. Di Pasal 1 angka 1

badan hukum yayasan didirikan dengan menyebutkan Organisasi Kemasyarakatan 21 tidak berbasis anggota.

adalah organisasi yang didirikan dan di- bentuk oleh masyarakat secara sukarela

Pendirian Organisasi Kemasyarakatan

berdasarkan kesamaan aspirasi, kehen- Pengaturan organisasi kemasyara- dak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan

katan dalam bentuk badan hukum se- dan tujuan untuk berpartisipasi dalam

benarnya merupakan upaya dari peme- pembangunan demi tercapainya Negara

rintah untuk mempermudah pendirian, Kesatuan Republik Indonesia yang ber-

pengawasan, pembinaan dan pembubaran dasarkan Pancasila. Pengertian Ormas

terhadap organisasi kemasyarakatan. tersebut dimaksudkan untuk mewadahi

Dalam teori pertanggungjawaban hukum, semua organisasi atau lembaga yang di-

suatu badan hukum (rechstpersoon) me- bentuk masyarakat dengan mengacu pada

rupakan subjek hukum yang secara tiga pilar dasar, yakni kesamaan tujuan,

kewenangan dapat melakukan perbuatan kepentingan, dan kegiatan sebagai sarana

hukum sepertinya halnya orang (natuur- untuk menyalurkan pendapat dan pikiran

lijk person), walaupun perbuatan hukum- bagi anggota masyarakat dan mening-

nya hanya sebatas pada bidang hukum katkan keikutsertaan secara aktif seluruh 22 harta kekayaan.

lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Pancasila berdasarkan Un- 19 Pasal 10 UU No. 17 Tahun 2013.

20 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang

dang-Undang Dasar 1945, dan sekaligus

Organisasi Kemasyarakatan, Badan Legislasi

menjamin tercapainya tujuan nasional.

DPR RI, 2011, hal. 17.

Definisi Organisasi Kemasyarakat- 21 Pasal 11 ayat (2) dan (3) UU No.17 Tahun

an dalam Undang-Undang Nomor 17

22 Untuk menentukan suatu kedudukan badan

Tahun 2013 ternyata masih bersifat

hukum harus memenuhi empat persyaratan yakni:

umum. Artinya, semua wadah untuk ber- (1) adanya harta kekayaan yang terpisah; (2)

mempunyai kepentingan tersendiri; (3) mem-

kumpul dan berserikat dianggap sebagai

punyai tujuan tertentu; (4) mempunyai organisasi yang teratur. Empat syarat itu penting untuk membedakan segala perbuatan hukum badan

18 Ibid., hal. 6. dengan manusia pengurusnya. Lihat Achmad Ali,

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 128-146

1. Badan hukum Perseroan Terbatas di- organisasi kemasyarakatan adalah Yaya-

Frasa bentuk badan hukum dalam

atur dalam Undang-Undang Nomor san dan Perkumpulan. Hal ini menun-

40 Tahun 2007. Undang-Undang ini jukkan ruang lingkup dari badan hukum

menggantikan Undang-Undang No 1 yang diatur berada dalam badan hukum

Tahun 2005 tentang Perseroan Ter- privat (perdata) yang non profit, bukan

batas.

berada dalam lingkup badan hukum pub-

2. Badan hukum Koperasi berlandaskan lik.

pada Undang-Undang Nomor 17 Ta- Dari dua bentuk badan hukum

hun 2012 tentang Perkoperasian. organisasi kemasyarakatan yakni Per-

3. Badan hukum Organisasi Kemasya- kumpulan dan Yayasan, hanya badan

rakatan yang diatur di Undang- hukum perkumpulan yang pengaturannya

Undang Nomor 17 Tahun 2013 ten- belum diperbaharui sejak Indonesia mer-

tang Organisasi Kemasyarakatan. deka dan pengaturannya sangat sedikit

4. Badan Hukum Partai Politik yang sekali. Landasan hukum badan hukum

diatur dalam Undang-Undang Nomor Perkumpulan ini masih tunduk pada hu-

2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. kum zaman penjajahan berdasarkan asas

5. Badan hukum Yayasan yang diatur konkordasi (asas hukum yang menyata-

dengan Undang-Undang Nomor 21 kan bahwa semua peraturan hukum di

Tahun 2004 tentang Yayasan. negara penjajah berlaku juga di negara

Dengan beberapa kriteria di atas jajahannya). Aturan perkumpulan itu ada

tadi, untuk menentukan pendirian suatu di dalam KUHPerdata Buku III Bab IX

organisasi kemasyarakatan berdasarkan tentang Perkumpulan, yaitu Pasal 1653 –

peraturan perundang-undangan yang ber- 1665, kemudian diperbaiki dengan

laku sangat ditentukan oleh bentuk dari Staatsblad 1870 No.64 (Stb.1870-64) dan

organisasi kemasyarakatan tersebut. Da- disempurnakan dengan Staatsblad 1939

lam hal ini ada beberapa bentuk or- No. 570 mengenai Perkumpulan Indo-

ganisasi kemasyarakatan yang akan di- nesia (Inlandsche Vereniging) (Stb. 1939-

bahas lebih mendalam di bagian ini, 570) yang pada awalnya hanya berlaku

antara lain:

untuk daerah Jawa Madura saja. Kemu-

1. Ormas Berbadan Hukum Perkum-

dian berdasarkan Staatsblad 1942 No. 13

pulan

jo No. 14 (Stb. 1942-13 jo 14) berlaku Peraturan perundang-undangan untuk seluruh wilayah Indonesia.

dalam hukum positif Indonesia yang Badan Hukum Usaha Dagang

mengatur tentang perkumpulan masih (UD), Comanditer (CV), dan Firma,

memiliki kelemahan dan kekurangan. sampai saat ini landasan hukumnya masih

Salah satu kelemahan yang sangat pen- tunduk pada ketentuan dalam KUHPer-

ting adalah belum adanya definisi yang data dan KUHDagang. Sementara untuk

tegas dan jelas mengenai perkumpulan, Perseroan Terbatas, Koperasi, Ormas,

sehingga menimbulkan interpretasasi Parpol semuanya diatur dalam Undang-

yang bias. Kekurangan lainnya adalah Undang, antara lain:

ketentuan perundang-undangan tentang perkumpulan masih menggunakan bahasa

2011, Menguak Tabir Hukum, Edisi Kedua,

Belanda yang belum pernah diterjemah-

Cetakan Ketiga, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 175.

Bambang Ariyanto, Tinjauan Yuridis Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan

kan secara resmi, sehingga tidak men- dimaksud baik yang ada dalam Staastblad jamin kepastian hukum.

1870-64 dan KUHPerdata masih meng- Perkumpulan (dalam arti sempit)

andung definisi secara luas. Definisi ini diatur dalam Buku Ketiga, Bab Ke-

menyangkut apakah perkumpulan itu ber- sembilan Pasal 1653 sampai Pasal 1665

badan hukum, atau bukan badan hukum, KUHPerdata, dan diatur lebih lanjut

lalu berorientasi pada laba maupun nir- dalam Staatsblad 1870-64 tentang Ke-

laba.

dudukan Badan Hukum dari Perkum- Perkumpulan dalam arti luas sen- pulan (Rechstpersoonlijkheid van Ve-

diri sebenarnya secara parsial telah diatur reenigingen) dan dalam Staatsblad 1939-

dalam berbagai Undang-Undang, seperti 570 jo 717 tentang Perkumpulan Indo-

Undang-Undang Perseroan Terbatas, nesia (Inlandsche Vereeniging). Dengan

Undang-Undang tentang Perkoperasian, demikian, dikenal ketentuan perundang-

Undang-Undang tentang Organisasi Ma- undangan mengenai Perkumpulan yang

syarakat, Undang-Undang tentang Parpol, berlaku bagi golongan Eropa dan Timur

Undang-Undang tentang Advokat (yang Asing (KUHperd dan Staatsblad 1970-

mengatur juga organisasi profesi Advo-

64) 25 dan Perkumpulan yang berlaku bagi kat). Dengan pengaturan yang parsial golongan pribumi (Staatsblad 1939-570

ini sebenarnya belum memberikan keje- jo 717). lasan dan ketegasan tentang makna dari

Menurut konsideran dari Staats- perkumpulan itu sendiri. Rustam Ibrahim blad 1939-570 jo 717 Perkumpulan

mengungkapkan bahwa perkembangan Indonesia merupakan perkumpulan yang

perkumpulan yang begitu pesat di Indo- anggota-anggotanya hanya terdiri dari

nesia dengan beraneka ragam kegiatan orang-orang dari golongan Pribumi,

tidak bisa lagi diatur dalam Staatsblad mengatur secara menyimpang dari

1870-64 karena sudah tidak sesuai Hukum Adat sekadar perlu untuk meme-

dengan keadaan. Dalam prakteknya ba- nuhi kebutuhan sosial dan kepentingan

nyak organisasi masyarakat sipil yang umum dari masyarakat golongan Pri-

mengajukan permohonan untuk diakui bumi. Apabila ada orang pribumi menjadi

sebagai badan hukum tidak dapat di- anggota perkumpulan menurut Staatsblad

proses karena tidak diatur oleh regulasi 1870-64, maka hak dan kewajiban dari

tersebut. Misalnya dalam membentuk orang Pribumi itu akan tunduk pada

organisasi payung (umbrella organiza- Staatsblad 1870-64. 23 tion) yang terdiri dari asosiasi-asosiasi

Perkumpulan yang diatur dalam Staatsblad 1870-64, memberikan ketentu-

perbutan pribadi para pengurusnya. Lihat di Pasal

an status badan hukum bagi suatu per- 8 Staatsblad 1870-64.

25 Wirjono Prodjodikoro mengemukakan bahwa

kumpulan. 24 Namun, perkumpulan yang

arti luas merupakan berkumpulnya orang perseorangan atau orang- orang yang merasa mempunyai kepentingan, yang hanya atau mungkin dapat lebih memuaskan

perkumpulan

dalam

23 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang apabila mereka berkumpul dan bekerja sama satu Perkumpulan, hal. 8.

Dalam konteks ini, 24 Staastblad 1870-64 sebenarnya juga mengenal

perkumpulan yang berorientasi laba ada empat dan mengakui perkumpulan yang tidak berbadan

yakni: Perseroan Perdata (maatschap), Perseroan hukum. Akan tetapi bagi perkumpulan yang tidak

Firma (Vennootschap onder firma), Perseroan berbadan hukum segala perbuatan dan tindakan-

Komanditer (Commanditaire Vennootschap) dan nya terhadap pihak ketiga akan dipandang sebagai

Perseroan Terbatas (Naamlooze Vennootschap).

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 128-146

atau jaringan ormas yang tidak berang- Perkumpulan yang merpakan Organi- gotakan orang perseroangan melainkan

sasi Massa (Ormas) ini bisa berbentuk organisasi badan hukum banyak menemui

Swadaya Masyarakat kendala mengenai status hukumnya.

Lembaga

(LSM) yang bergerak menangani ma- Organisasi-organisasi ini hanya didaftar-

salah anak jalanan, partai politik, atau kan kepada notaris untuk memperoleh

perkumpulan biasa pada umumnya akte notaris, tetapi dari sudut pandang

seperti: perkumpulan pencinta moge legalitas belum dikatakan sebagai badan

(motor gede), perkumpulan pencinta hukum. 26 perangko, perkumpulan pencinta keris

Definisi perkumpulan bisa di-

dll.

temukan dalam Peraturan Menteri Men-

2. Perkumpulan yang Berbadan Hukum. teri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Perkumpulan jenis ini sebagaimana Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pengesahan

dimaksud dalam Pasal 1 Staatsblad Badan Hukum Perkumpulan. Sedangkan

1870 No. 64 (berdasarkan Keputusan di UndangUndang Nomor 17 Tahun

Raja tanggal 28 Maret 1870), yaitu: 2013, norma mengenai perkumpulan

perkumpulan yang akta pendiriannya sama sekali tidak ada. Menurut Peraturan

disahkan oleh pejabat yang ditunjuk Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,

oleh Gubernur Jendral (pada waktu perkumpulan adalah badan hukum yang

itu Directeur van Justitie – kini merupakan kumpulan orang didirikan

Menteri Hukum & HAM RI). untuk mewujudkan kesamaan maksud

Pendirian Organisasi Masyarakat dan tujuan tertentu di bidang sosial,

yang berbadan hukum perkumpulan harus keagamaan, dan kemanusiaan dan tidak 28 memenuhi persyaratan antara lain :

membagikan keuntungan kepada ang- (a) Akta pendirian dikeluarkan oleh gotanya. Sedangkan dalam Rancangan

notaris yang memuat AD dan ART; Undang-Undang Perkumpulan disebut-

(b) Program Kerja;

kan pengertian Perkumpulan adalah ba- (c) Sumber pendanaan; dan hukum yang merupakan kumpulan

(d) Surat keterangan domisili; orang, didirikan untuk mewujudkan ke-

(e) Nomor pokok wajib pajak atas nama samaan maksud dan tujuan tertentu sesuai

perkumpulan; dan dengan yang dicita-citakan oleh para ang-

(f) Surat pernyataan tidak sedang dalam gotanya, dan tidak membagikan keun-

sengketa kepengurusan atau dalam tungan kepada anggotanya dan organ

perkara di pengadilan. perkumpulan.

Setelah semua persyaratan di atas Irma Devita Purnamasari me-

terpenuhi, maka pengesahan sebagai ba- ngemukakan perkumpulan umumnya di-

dan hukum perkumpulan dilakukan oleh bagi menjadi dua: 27 menteri yang menyelenggarakan urusan

1. Perkumpulan biasa yang merupakan pemerintahan di bidang hukum dan hak Organisasi Massa;

asasi manusia dengan pertimbangan dari instansi terkait. Ormas yang telah men- dapatkan pengesahan badan hukum akan

26 Rustam Ibrahim, Ibid., hal. 6.

mendapatkan legalitas berupa organisasi

27 Irma Devita Purnamasari, 2010, Kiat-kiat Cer- das, Mudah dan Bijak Mendirikan Badan Usaha ,

Kaifa, hal. 33-34. 28 Pasal 12 UU No 17 Tahun 2013 tentang Ormas

Bambang Ariyanto, Tinjauan Yuridis Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan

masyarakatnya terdaftar di Kementerian Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- Hukum dan HAM dan mendapatkan surat

Undang Nomor 16 Tahun 2001 (se- keterangan terdaftar.

lanjutnya disebut UU No 16 Tahun 2001) disebutkan bahwa Yayasan adalah badan

2. Ormas Berbadan Hukum Yayasan

hukum yang terdiri atas harta kekayaan Organisasi Masyarakat berbadan

yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk hukum Yayasan merupakan salah satu

mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, jenis organisasi masyarakat yang banyak

keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak dipilih oleh lembaga swadaya masyarakat

mempunyai anggota. Makna yayasan (LSM) untuk menghindari kontrol politik

dalam UU No 16 Tahun 2001 belum dari Orde Baru. Alasannya, Yayasan

memberikan ketegasan dan kejelasan merupakan badan hukum yang tidak ber-

mengenai definisi dari yayasan. Hal itu dasarkan asas keanggotaan (non-member-

diakui oleh Rudhi Prasetya yang me- ship organization). 29 Selain itu, ada ke-

nyatakan bahwa UU No 16 Tahun 2001 cenderungan masyarakat mendirikan ba-

dan UU No 28 Tahun 2004 belum bisa dan hukum yayasan tidak hanya diguna-

menemukan definisi dari yayasan. Yang kan sebagai wadah pengembangan kegi-

ada hanyalah sekadar penunjukkan unsur- atan sosial, keagamaan, kemanusiaan, 31 unsurnya.

melainkan bertujuan untuk memperkaya Unsur-unsur yayasan sebagaimana diri para pendiri, pengurus dan pengawas.

dikemukakan dalam UU No 16 Tahun Kecenderungan inilah yang pada akhir-

2001 hampir sama dengan unsur-unsur nya memunculkan sengketa antara peng-

yang dikemukakan oleh Utrect dan

urus dan pendiri atau pihak lain. 32 Wirjono Prodjodikoro yakni antara lain: Badan Hukum Yayasan merupa-

 Adanya suatu harta kekayaan, kan badan hukum yang tata cara pen-

 Dan harta kekayaan itu merupakan dirian, pendaftaran, pembubaran dan ke-

harta kekayaan tersendiri tanpa ada giatan lainnya diatur berdasarkan Un-

yang memilikinya melainkan diang- dang-Undang Nomor 28 Tahun 2004

gap sebagai milik dari yayasan, tentang Perubahan Undang-Undang No-

 Atas harta kekayaan itu diberi suatu mor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

tujuan tertentu,  Dan adanya pengurus yang melak-

29 Konsep Yayasan merupakan badan hukum

sanakan tujuan dari diadakannya harta

yang tidak memiliki anggota sebenarnya juga dikenal di dalam kepustakaan Belanda. Dalam

kekayaan itu.

Wet of Stichting 31 Mei 1956 S.327 di Belanda

Perbedaan yang mendasar dari

disebutkan bahwa Yayasan (stichting) tidak dikenal adanya anggota. Di aturan tersebut hanya

definisi yayasan seperti yang dikemuka-

adanya donateurs, yakni orang yang berkala

kan Utrecth dan Wirjono Prodjodikoro

memberikan sumbangan kepada yayasan, tetapi

dengan Pasal 1 ayat (1) UU No 16 Tahun

tanpa sedikitpun mempunyai hak-hak, termasuk hak untuk mengontrol yayasan. Lihat Rudhi

2001 adalah pada penggunakan harta

Prasetya, 2012, Yayasan Dalam Teori dan Prak-

kekayaan. Di dalam undang-undang dise-

tik, Sinar Grafika, Cetakan Pertama, Jakarta, April

butkan bahwa harta kekayaan hanya se-

hal. 9. 30 Hal inilah yang menjadi latar belakang ter-

kadar diperuntukkan untuk tujuan-tujuan

bentuknya UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, karena selama ini pendirian yayasan hanya berdasarkan atas kebiasaan dalam masya-

31 Ibid, hal. 3.

rakat dan jurisprudensi Mahkamah Agung.

32 Ibid, hal. 4.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 128-146

di bidang sosial, keagamaan dan kema- mengajukan izin operasional. Syaratnya nusiaan.

izin operasionalnya adalah harus memi- liki perjanjian tertulis dengan Pemerintah

3. Ormas Berbadan Hukum Yayasan

sesuai dengan bidang kegiatannya. Jang-

Asing

ka waktu pemberian izinnya tidak mele- UU No. 17 Tahun 2013 mem-

bihi jangka waktu izin prinsip dan dapat berikan kesempatan kepada warga negara 35 diperpanjang. Mengenai pengesahannya

asing untuk melakukan kegiatan di adalah menyeri yang menyelenggaran wilayah Indonesia dengan mendirikan

urusan pemerintahan di bidang hukum ormas. Ormas itu bisa berbentuk badan

dan hak asasi manusia setelah mendapat- hukum yayasan asing, badan hukum

kan pertimbangan tim perizinan. yayasan yang didirikan badan hukum

Ormas yang didirikan warga ne- asing atau badan hukum yayasan yang

gara asing atau warga negara asing ber- didirikan oleh warga negara asing ber-

sama warga negara Indonesia wajib me- sama warga negara Indonesia. 33 Ormas

menuhi syarat : (a) telah tinggal di Indo- yang didirkan dengan berbadan hukum

nesia selama 5 (lima) tahun berturut- yayasan asing wajib memiliki izin dari

turut; (b) memegang izin tinggal tetap; (c) pemerintah berupa izin prinsip dan izin

jumlah kekayaan awal yayasan yang operasional. Izin prinsip ini diberikan

didirikan oleh warga negara asing atau oleh menteri urusan pemerintahan di

warga negara asing bersama warga ne- bidang luar negeri setelah memperoleh

gara Indonesia yang berasal dari pemi- pertimbangan tim perizinan, sedangkan

sahan harta kekayaan pribadi pendiri izin operasional diberikan oleh Peme-

paling sedikit senilai Rp. 1.000.000. rintah dan Pemerintah Daerah sesuai

000,00 (satu miliar rupiah) yang dibukti- dengan ketentuan peraturan perundang-

kan dengan surat pernyataan pengurus undangan. 34 badan hukum pendiri mengenai keabsah-

Untuk izin prinsip, ormas ber- an harta kekayaan tersebut; (d) salah satu badan hukum yayasan asing harus meme-

jabatan, ketua, sekretaris atau bendahara nuhi persyaratan antara lain: (a) ormas

dijabat oleh warga negara Indonesia; dan badan hukum yayasan asing atau sebutan

(e) surat pernyataan pendiri bahwa ke- lain dari negara yang memiliki hubungan

giatan ormas berbadan hukum yayasan diplomatik dengan Indonesia; (b) memi-

yang didirikan tidak merugikan masyara- liki asas, tujuan, dan kegiatan organisasi 36 kat, bangsa, dan/atau negara Indonesia.

yang bersifat nirlaba. Izin prinsip ini di- berikan dengan jangka waktu paling lama

4. Ormas Tidak Berbadan Hukum

3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang, UU No. 17 Tahun 2013 tentang sedangkan untuk perpanjangan diajukan

Organisasi Kemasyarakatan mengatur or- paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin

ganisasi kemasyarakatan yang tidak ber- prinsip berakhir.

badan hukum. Perbedaan yang signifikan Setelah mendapatkan izin prinsip,

dengan ormas yang berbadan hukum ormas berbadan hukum yayasan asing

adalah pada proses pendirian dan peng-

33 Pasal 43 UU No. 17 Tahun 2013. 35 Pasal 46 UU No. 17 Tahun 2013 34 Pasal 44 UU No. 17 Tahun 2013.

36 Pasal 47 UU No. 17 Tahun 2013

Bambang Ariyanto, Tinjauan Yuridis Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan

esahan status dari ormas tersebut. Menge- Keterangan Terdaftar (SKT) adalah surat nai hak dan kewajiban, kedudukan, ke-

yang diterbitkan oleh Menteri Dalam Ne- anggotaan, kepengurusan, pemberdayaan

geri, Gubernur, Bupati/Walikota yang memiliki kesamaan dengan ormas yang

menerangkan bahwa sebuah organisasi berbadan hukum.

kemasyarakatan telah tercatat pada admi- Pasal 16 ayat (2) UU No. 17

nistrasi pemerintahan sesuai dengan ta- Tahun 2013 menyatakan bahwa pendaf-

hapan dan persyaratan. taran ormas yang tidak berbadan hukum dilakukan dengan pemberian surat ke-

Tata Cara Pembubaran Organisasi

terangan terdaftar oleh Pemerintah dan

Kemasyarakatan

Pemerintah Daerah. Namun, Istilah surat Dalam konsep normatif mengenai keterangan terdaftar tidak diketemukan

organisasi kemasyarakatan, UU No. 17 dalam Ketentuan Umum yang ada di

Tahun 2013 tentang Organisasi Ke- Pasal 1. Pengertian Surat Keterangan

masyarakatan memang mengatur menge- Terdaftar (SKT) baru bisa kita temukan

nai pendirian ormas baik yang berbadan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

hukum perkumpulan, yayasan, yayasan Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pedoman

asing, ataupun ormas yang tidak berbadan Pendaftaran Organisasi Kemasyarakatan

hukum. Pengaturan mengenai pembekuan di Lingkungan Kementerian Dalam Ne-

dan pembubaran ormas, lebih banyak geri dan Pemerintah Daerah (selanjutnya

diatur dalam Bab XVII mengenai sanksi disebut Permendagri No. 33 Tahun

terhadap ormas yang melanggar terhadap 2012). 37 Dalam Permendagri No. 33

larangan-larangan yang diatur dalam UU Tahun 2012 disebutkan bahwa Surat

No. 17 Tahun 2013.

Larangan terhadap ormas sebagai-

37 Munculnya Permendagri No. 33 Tahun 2012

mana diatur di dalam Pasal 59 UU No. 17

membuat rancu mengenai posisi organisasi kemasyarakatan yang tidak berada di lingkungan

Tahun 2013 terlihat lebih detail. Ada

Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah

empat larangan yang diatur dalam pasal

Daerah. Sebab, dari judul Permendagri tersebut secara jelas dan tegas menunjukkan bahwa

tersebut yakni :

kebijakan tersebut diperuntukkan bagi Ormas di

a. Larangan penggunaan bendera, lam-

lingkungan Kementeria Dalam Negeri dna

bang, atribut yang sama dengan

Pemerintah Daerah. Sedangkan di Pasal 2 ayat (2) Permendagri mengecualikan kewajiban mendaftar

bendera, lambang negara Republik

bagi ormas yang didirikan berdasarkan ketentuan

Indonesia, lembaga pemerintahan,

peraturan perundang-undangan. Pertanyaannya, bagaimana dengan status serikat pekerja/serikat

lembaga internasional, organisasi ter-

buruh yang didirikan berdasarkan Undang-

larang atau partai politik.

Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

b. Larangan untuk melakukan tindakan

Pekerja/Serikat Buruh. Apakah Serikat –Peker- ja/Serikat buruh wajib tunduk pada Permendagri

yang menganggu keamanan dan ke-

tersebut. Dalam praktik, serikat pekerja/serikat

tertiban umum diantaranya: melaku-

buruh wajib melakukan pencatatan pada Badan

kan tindakan permusuhan terhadap

Kesbang. Jika tidak tercatat pada Badan Kesbang maka Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

suku, agama, ras atau golongan; me-

tidak mau mencatatkan pembentukan Serikat

lakukan kegiatan separatis yang

Pekerja/Serikat Buruh. Kebijakan ini tentu ber- tentangan dengan UU No. 21 Tahun 2000 tentang

mengancam kedaulatan Negara Ke-

Serikat Pekerja/Serikat Buruh, lalu Peraturan

satuan Republik Indonesia; melaku-

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 6

kan tindakan kekerasan, menganggu

Tahun 2005 tentang Pedoman Verifikasi Ke- anggotaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

ketentraman dan ketertiban umum,

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 128-146

atau merusak fasilitas umum dan fasi- litas sosial.

c. Larangan untuk menerima sumbang- an dalam bentuk apapun, termasuk dilarang mengumpulkan dana untuk partai politik. Pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjelas- kan mengenai bahwa ormas dilarang menerima bantuan pihak asing tanpa persetujuan pusat dan/atau memberi bantuan kepada pihak asing. Bantuan asing itu meliputi bantuan keuangan, peralatan, tenaga dan fasilitas.

d. Larangan untuk mengembangkan, menganut, serta menyebarkan ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila.