PENYELESAIAN YURIDIS TENTANG PENYADAPAN SEBAGAI BAGIAN DARI KEGIATAN SPIONASE YANG DIKATEGORIKAN DALAM PELANGGARAN KEKEBALAN DIPLOMATIK

PENYELESAIAN YURIDIS TENTANG PENYADAPAN SEBAGAI BAGIAN DARI KEGIATAN SPIONASE YANG DIKATEGORIKAN DALAM PELANGGARAN KEKEBALAN DIPLOMATIK

Dita Birahayu Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstract: In international relations conducted between states, countries sending delegates to negotiate with other countries in order to promote and safeguard their interests in addition to work towards the common good. Many disorders that can occur in the case of countries conduct cooperation with other countries and can not be separated from the conflict, one of which is the treatment or unpleasant activities of the recipient countries where diplomatic representation is placed. As one example of the violation of diplomatic immunity and privileges of officials is espionage case between Indonesia and Australia that occurred some time ago. This is the case, then the sending country may submit an objection to the recipient (receiving state) and the receiving country shall be fully responsible for it. This paper will discuss how the settlement of juridical acts of espionage to diplomatic officials as a violation of diplomatic immunity.

Keywords: juridical settlement, espionage, diplomatic agent

Abstrak: Di dalam hubungan internasional yang dilakukan antar negara, negara-negara mengirim utusannya untuk berunding dengan negara lain dalam rangka memperjuangkan dan mengamankan kepentingannya masing-masing di samping mengupayakan terwujud- nya kepentingan bersama. Banyak gangguan yang dapat terjadi dalam hal negara melakukan kerja sama dengan negara lain serta tidak lepas dari konflik, salah satunya yaitu perlakuan atau kegiatan yang tidak menyenangkan dari pihak negara penerima dimana perwakilan diplomatik tersebut ditempatkan. Sebagai salah satu contoh terjadinya pe- langgaran kekebalan dan keistimewaan pejabat diplomatik adalah kasus spionase antara Indonesia dengan Australia yang terjadi beberapa waktu lalu. Hal ini terjadi, maka negara pengirim dapat mengajukan keberatan kepada negara penerima (receiving state) dan negara penerima wajib bertanggung jawab sepenuhnya atas hal tersebut. Tulisan ini akan membahas bagaimana penyelesaian yuridis tindakan spionase kepada pejabat diplomatik sebagai pelanggaran kekebalan diplomatik.

Kata kunci: penyelesaian yuridis, penyadapan, pejabat diplomatik

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

Pendahuluan

dipimpin oleh seorang utusan yang di- Negara sebagai subjek hukum 1 namakan duta besar.

internasional memiliki kemampuan untuk Perkembangan masyarakat inter- melakukan hubungan hukum internasio-

nasional yang pesat memberikan suatu nal dalam berbagai kehidupan masyarakat

dimensi baru dalam hukum internasional internasional, baik dengan sesama negara

yaitu telah memberikan suatu pedoman maupun dengan subjek-subjek hukum

pelaksanaan berupa konvensi-konvensi internasional lainnya. Sebagai konseku-

internasional dalam pelaksanaan hubung- ensinya maka negaralah yang paling

an antar negara. Ketentuan-ketentuan dari banyak memiliki, memikul dan meme-

konvensi ini kemudian menjadi dasar gang kewajiban-kewajiban berdasarkan

bagi negara-negara dalam melaksanakan hukum internasional dibanding dengan

hubungannya dengan negara lainnya di subjek hukum intenasional lainnya.

dunia. Sejalan dengan peningkatan hu- Lahirnya negara-negara di dunia

bungan tersebut, maka makin meningkat maka berkembang pula prinsip-prinsip

pula kerjasama internasional. Konvensi hubungan internasional, hukum interna-

Wina Tahun 1961 tentang Hubungan sional dan diplomasi. Di dalam hubu-

Diplomatik, Konvensi Wina Tahun 1963 ngannya satu sama lain, negara-negara

tentang Hubungan Konsuler serta mengirim utusannya untuk berunding

Konvensi New York tahun 1969 tentang dengan negara lain dalam rangka mem-

Utusan Khusus menjadi pedoman pokok perjuangkan dan mengamankan kepen-

hubungan antarnegara dan antarorganisa- tingannya masing-masing di samping

si internasional. Dalam membina hubung- mengupayakan terwujudnya kepentingan

an antarnegara tersebut, hukum diploma- bersama. Cara-cara dan bentuk yang di-

tik menjadi sesuatu yang penting untuk lakukan dalam pendekatan dan berunding

dipahami.

dengan negara lain untuk mengembang- Diplomasi merupakan suatu cara kan hubungan tersebut dinamakan diplo-

komunikasi yang dilakukan antara berba- masi yang dilaksanakan oleh diplomat.

gai pihak termasuk negoisasi antara Selanjutnya pembukaan dan pemelihara-

wakil-wakil yang sudah diakui. Praktik- an hubungan diplomatik dengan negara

praktik negara semacam itu sudah me- lain atas dasar kesamaan hak merupakan

lembaga sejak dahulu dan kemudian manifestasi nyata dari kedaulatan suatu

menjelma sebagai aturan-aturan hukum negara. Sebagai entitas yang merdeka dan

internasional. Hubungan diplomatik di- berdaulat, negara-negara saling mengirim

perlukan untuk memperkuat tali persaha- wakilnya ke ibukota negara lain, merun-

batan dan kerjasama antar bangsa, tetapi dingkan hal-hal yang merupakan kepen-

juga dapat menjadi alat-alat negara-ne- tingan bersama, mengembangkan hu-

gara kuat untuk menekan negara-negara bungan, mencegah kesalahpahaman atau-

kecil.

pun menghindari terjadinya sengketa. Di dalam hubungan diplomatik Perundingan-perundingan ini biasanya

ada dua aspek yuridis yang perlu men-

1 Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era

Dinamika

Cetakan Kedua, Edisi Keempat, Bandung: Alumni, hal. 510.

Global ,

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 199-221

dapat perhatian khusus yaitu terdapatnya an internasional. Selanjutnya pada per- wewenang konkurensial dua negara di

tengahan abad ke-18 aturan-aturan ke- atas wilayah yang sama. Di suatu negara

biasaan hukum internasional mengenai dimana terdapat semua pelayanan umum

kekebalan dan keistimewaan diplomatik yang sepenuhnya berada di bawah kedau-

telah mulai ditetapkan termasuk harta latan negara tersebut juga berfungsi as-

milik, gedung perwakilan, dan komuni- pek-aspek tertentu layanan umum negara

kasi diplomat.

lain. Masalah lain yang dihadapi oleh Adapun gambar tata cara membu- pejabat diplomatik adalah masalah ke-

ka hubungan diplomatik antar negara amanan dan perlindungan pejabat diplo- 3 sebagai berikut:

matik sehingga diatur kekebalan dan ke-

I istimewaannya di dalam hukum. II

Kedua belah pihak saling

Mendapat persetujuan tukar informasi tentang akan (demende,

Pembahasan

dibukanya perwakilan oleh

agregation ) dari

Pembukaan Hubungan Diplomatik

Departemen Luar Negeri

negara yang

masing-masing negara. menerima. Suatu negara dalam melakukan

penyelenggaraan hubungan tersebut me- merlukan suatu alat untuk menjalin hu-

bungan dengan negara lainnya yang

Surat kepecayaan dise-

Diplomat yg akan di-

nantinya berfungsi sebagai penghubung

rahkan kepada kepala

tempatkan, menerima

negara penerima (lettre de

surat kepercayaan (

kepentingan antar negara yang diwakili

rapple ) dlm suatu upacara

lettre de creance )

dengan negara penerimanya. Alat peng- yang ditanda tangani

dimana seorang diplomatik

berpidato.

kepala negara

hubung tersebut diwujudkan dengan cara pengirim. membuka hubungan diplomatik dan me-

IV III

nempatkan perwakilan diplomatik (dise-

Gambar 1. Tata Cara Membuka Hubungan

but sebagai Duta) negara pengirim

Diplomatik

(sending state) pada negara penerima (re-

Sumber: http://www.authorstream.com/Presen- ceiving state 2 ). tation/aSGuest133929-1407369-bab-iv-hubungan -internasional/, diakses tanggal 27 Agustus 2014

Perwakilan diplomatik merupakan

wakil resmi dari negara asalnya. Per- Pembukaan hubungan diplomatik

wakilan diplomatik di suatu negara ini telah diatur dalam pasal 2 Konvensi Wina

dikepalai oleh seorang duta dari suatu tahun 1961 tentang Hubungan Diploma-

negara yang diangkat melalui surat peng- tik menentukan bahwa pembukaan hu- angkatan atau surat kepercayaan (letter of bungan diplomatik antara negara-negara credentials ). Dimulai sejak abad ke-16 terjadi dengan persetujuan timbal balik. dan ke-17 di Eropa dimana pertukaran Demikian pula dengan pengadaan misi-

perwakilan diplomatik sudah dianggap

nya. 4

sebagai hal yang umum saat itu, hal me-

ngenai kekebalan dan keistimewaan

3 Anonimus, http://www.authorstream.com/Pre-

diplomatik sudah dapat diterima dalam

sentation/aSGuest133929-1407369-bab-iv-hubu-

praktik negara-negara dan pada abad ke-

ngan-internasional/, diakses tanggal 27 Agustus 2014.

17 sudah dianggap sebagai suatu kebiasa-

4 Wasito, 1984, Konvensi-Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler dan

Hukum Perjanjian/Traktat , Yogyakarta: Andi

2 Ibid.

Offset, hal. 3.

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

Hukum diplomatik secara trade- perwakilan diplomatik menurut Konvensi sional digunakan untuk merujuk norma- 6 Wina Pasal 3 ayat (3) antara lain:

norma dalam Hukum Intemasional yang

1. Representing the sending State in the mengatur tentang kedudukan dan fungsi

receiving State;

misi diplomatik 5 yang ditentukan oleh

2. Protecting in the receiving State the interests of the sending State and of

negara-negara yang telah membina hu- its nationals, within the limits bungan diplomatik.

permitted by international law; Di dalam tulisan ini dikhususkan

3. Negotiating with the Government of kepada Konvensi Wina tahun 1961

the receiving State; tentang Hubungan Diplomatik (Vienna

4. Ascertaining by all lawful means Convention on Diplomatic Relations and

conditions and developments in the Optional Protocol 1961 ) yang merupakan

receiving State, and reporting thereon to the Government of the sending

instrumen sumber hukum internasional

State;

yaitu perjanjian internasional.

5. Promoting friendly relations between Seperti yang telah dijelaskan se-

the sending State and the receiving belumnya bahwa hukum diplomatik di-

State, and developing their economic, bangun atas dasar prinsip kebiasaan yang

cultural and scientific relations. dianut oleh negara. Prinsip ini menjadi

kebiasaan internasional yang dilakukan Tugas-tugas diplomatik yang diem- oleh negara-negara melalui sikap dan tin-

ban oleh pejabat diplomatik idealnya dakan yang diambil dalam suatu kebijak-

hanya menangani urusan-urusan politik, an. Kebijakan tersebut diikuti oleh ne-

dan perwakilan konsuler khusus mena- ngani urusan-urusan yang bersifat non

gara-negara lain serta tanpa adanya protes politis. Edy Suryono dan Moenir Ari-

atau tantangan dari pihak lain. Prinsip soehanda menegaskan bahwa fungsi per-

kebiasaan ini dituangkan dalam hukum wakilan diplomatik terutama pada urusan

tertulis yaitu konvensi yang merupakan instrumen perjanjian internasional. Ke-

representation (perwakilan) dan negotia- bijakan ini dilaksanakan dalam proses

tion (perundingan), sedangkan perwakil- hubungan diplomatik antar negara.

an konsuler lebih mengutamakan fungsi perlindungan atas kepentingan para war-

Adapun tugas-tugas diplomatik dilakukan

ga negara pengirim di negara penerima oleh perwakilan diplomatik. Tugas-tugas

serta memajukan kepentingan perdagang-

5 Menurut Ochank_Fine, diakses dari http://serba-

an, industri, dan pelayaran antara kedua

serbiceritasehari-hari.blogspot.com/2010/04/ yang

negara. Meskipun demikian pemilahan

-umum-diketahui-tentang-hukum.html, pengertian mengenai apa persisnya suatu misi diplomatik dan

fungsi perwakilan diplomatik dengan

hubungan diplomatik tidaklah tercantum secara

fungsi perwakilan konsuler secara konkrit

eksplisit dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik. Hal ini tidak mengheran-

sulit dilakukan karena dalam praktik

kan, sebab bila kita membaca secara keseluruhan

fungsi tersebut dapat dilakukan oleh salah

isi konvensi tersebut dapat kita simpulkan bahwa

satu perwakilan. Di dalam praktik kedip-

konvensi ini memang tidaklah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan yang normatif mengenai

lomatikan, apabila suatu negara tidak

pengertian – pengertian umum akan tetapi lebih

membuka perwakilan diplomatik dan ha-

mengarah ke aspek teknis bagaimana suatu hu-

nya membuka perwakilan konsuler maka

bungan diplomatik itu seharusnya berlangsung dalam aktivitas masyarakat internasional saat ini. Menurut hemat penulis, pengertian misi diploma-

6 Pasal 3 Konvensi Wina tentang Hubungan Dip- tik dapat disebut dengan pejabat diplomatik.

lomatik tahun 1961.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 199-221

tugas-tugas kediplomatikan dapat dilaku- keistimewaannya, apabila pejabat diplo- kan oleh perwakilan konsuler, begitu pula

matik mendapat tindakan-tindakan atau apabila suatu negara tidak membuka per-

perlakuan tidak semestinya atau diindika- wakilan konsuler tetapi membuka per-

sikan terdapat penyalahgunaan kekebalan wakilan diplomatik maka tugas-tugas ke-

dan keistimewaan pejabat diplomatik, konsuleran dapat dilaksanakan oleh per-

maka negara pengirim berhak melakukan wakilan diplomatik, misalnya dalam pen-

tindakan hukum.

catatan kelahiran, kematian, perceraian Perlindungan terhadap pejabat dan pewarisan dari warga negara peng-

diplomatik diatur di dalam Konvensi irim yang tinggal di negara penerima. 7 Wina 1961 tentang Hubungan Diploma-

tik khususnya dalam pasal 3 ayat (3) yang

Penyelesaian Yuridis tentang Penya-

menyatakan bahwa salah satu tugas per-

dapan sebagai Bagian Dari Kegiatan

wakilan diplomatik adalah mengumpul-

Spionase yang Dikategorikan dalam

kan informasi keadaan negara penerima

Pelanggaran Kekebalan Diplomatik

Perwakilan diplomatik ada yang secara akurat dan dengan cara yang sah bersifat tetap (permanent) dan ada perwa-

untuk kemudian dilaporkan kepada ne-

kilan sementara (adhoc). Lingkup fungsi gara pengirim. Membuat laporan ten- perwakilan diplomatik sementara sangat

tang keadaan disebut juga sebagai kewa- jiban paling mendasar dari perwakilan

terbatas begitu pula urusan dan rentang diplomatik kepada negara pengirimnya.

waktunya misalnya dalam menghadiri Asalkan laporan tersebut didapat dengan

konferensi antar negara, menandatangani cara yang sah, sehingga laporan dari hasil

perjanjian, melakukan negosiasi khusus. Sedangkan fungsi perwakilan diplomatik

memata-matai atau praktik spionase akan tetap melaksanakan seluruh tugas yang

dianggap sebagai informasi yang didapat dibebankan oleh negara pengirim di ne-

dengan cara yang tidak sah menurut Hu-

gara penerima sesuai dengan kesepakatan kum dan Kebiasaan Internasional. Berkaitan dengan adanya tindakan

kedua negara sepanjang tidak bertentang-

8 penyalahgunaan kekebalan dan keistime- an dengan Konvensi Wina tahun 1961

waan pejabat diplomatik, maka kekebalan dan konvensi lain yang berkaitan dengan

dan keistimewaan pejabat diplomatik te- hubungan diplomatik.

Perwakilan atau pejabat diploma- lah diatur dalam Konvensi Wina tahun tik merupakan utusan negara yang wajib

1961 yaitu:

a. Para pejabat diplomatik tidak dapat protokoler karena mereka membawa misi

dilindungi secara undang-undang maupun

diganggu-gugat (inviolable). Ia tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam

negara. Menurut hukum diplomatik, pe- jabat diplomatik telah dilindungi secara

undang-undang tentang kekebalan dan

9 Menurut penafsiran penulis, cara yang sah me- nurut konvensi ini adalah membuat laporan

7 Edy Suryono dan Moenir Arisoehanda, “Hukum tentang keadaan yang ada di negara penerima Diplomatik Ke kebalan Dan Keistimewaannya”,

untuk dilaporkan kepada negara pengirim yang dalam Widodo, 2009, Hukum Diplomatik dan

didapat dengan cara yang sah, bukan dengan Konsuler Pada Era Globalisasi, Surabaya: Laks-

tindakan mata-mata atau diam-diam. bang Justitia, hal. 49.

10 Syahmin AK., 2008, Hukum Diplomatik dalam 8 Menurut hemat penulis, khususnya dalam pasal

Kerangka Studi Analisis , Jakarta: PT Raja- 3 ayat (3) Konvensi Wina tahun 1961 yang telah

Grafindo Persada, hal. 93. dijabarkan sebelumnya.

11 Ibid.

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

bentuk apapun dari penahanan atau dapat dilakukan terhadap seorang pe- penangkapan.

jabat diplomatik. Dan tidak ada tin- Negara penerima harus mem-

dakan atau eksekusi apapun yang berlakukannya dengan hormat dan ha-

berhubungan dengan hutang-hutang rus mengambil semua langkah yang

dan lain-lainnya yang serupa dapat tepat untuk mencegah setiap serangan

diajukan terhadap para pejabat diplo- terhadap badannya, kebebasannya a-

matik di depan pengadilan perdata tau martabatnya.

atau pengadilan administrasi negara Sebagaimana kita ketahui bah-

penerima.

b. Para diplomat juga tidak dapat ditang- diplomatik mencakup dua pengertian

wa yang dimaksud dengan kekebalan

kap karena hutang-hutang mereka, ju- yaitu inviolability dan immunity. In-

ga terhadap alat-alat perkakas rumah violability adalah kekebalan terhadap

tangga mereka, kendaraan bermotor alat-alat kekuasaan dari negara pe-

dan lain-lainnya yang mereka miliki, nerima dan kekebalan terhadap gang-

tidak dapat disita untuk membayar guan yang merugikan, sehingga di

hutangnya.

sini terkandung pengertian bahwa se-

c. Demikian pula para pejabat diplo- orang pejabat diplomatik memiliki

matik tidak dapat dihalang-halangi hak untuk mendapat perlindungan

untuk meninggalkan wilayah negara dari alat-alat negara penerima. Se-

penerima berdasarkan karena belum dangkan immnunity diartikan sebagai

melunasi hutang-hutang dan tidak kekebalan terhadap yurisdiksi dari ne-

dapat paspornya di tahan dengan ala- gara penerima, baik hukum pidana

san yang demikian juga. maupun hukum perdata.

Namun tidak seperti di dalam Pejabat diplomatik adalah ke-

kekebalan terhadap yurisdiksi pidana, bal (inviolable), ia tidak dapat ditang-

di mana seorang pejabat diplomatik kap dan ditahan. Begitu pula invio-

secara mutlak tidak dapat diajukan di lable sebagai gangguan yang merugi-

depan pengadilan negara penerima kan. Artinya: Seorang pejabat diplo-

atas kesalahan-kesalahan mereka. Te- matik mempunyai hak untuk men-

tapi dalam hal kekebalan terhadap dapat perlindungan dari negara pene-

yurisdiksi perdata dan administrasi ini rima, dengan adanya pengambilan

terdapat pengecualian, di mana tidak langkah yang dianggap perlu oleh ne-

berlaku terhadap kekebalan diploma- gara penerima untuk mencegah se-

tik dari yurisdiksi pidana. Pengecuali- rangan terhadap kehormatan, kebe-

an tersebut dicantumkan secara terpe- basan diri pribadi seorang pejabat

rinci dalam Konvensi Wina 1961. diplomatik. Sehingga ia kebal ter-

d. Kekebalan lain yang dapat dinikmati hadap gangguan yang merugikan pri-

oleh pajabat diplomat adalah keke- badinya. Selain ketentuan pidana, ke-

balan untuk menjadi saksi. Seorang kebalan diplomatik ini juga berlaku

wakil diplomatik tidak boleh diwajib- untuk bidang perdata dan administra-

kan untuk menjadi saksi di muka si.

Pengadilan negara setempat, baik Tuntutan perdata dan admi-

yang menyangkut perkara perdata nistrasi dalam bentuk apapun tidak

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 199-221

maupun menyangkut perkara pidana,

ga terserahlah kepada wakil diploma- dan administrasi.

tik tersebut untuk memberikan ke- Seorang wakil diplomatik ti-

saksiannya atau tidak, ia tidak dapat dak dapat dipaksa untuk bertindak

dipaksa.

sebagai seorang saksi dan untuk Banyak gangguan yang dapat ter- memberikan kesaksiannya di depan

jadi dalam hal kekebalan diplomatik, se- pengadilan, baik dalam peradilan sipil

perti perlakuan atau kegiatan yang tidak atau perdata, peradilan pidana mau-

menyenangkan dari pihak negara pene- pun peradilan administrasi. Hal mana

rima dimana perwakilan diplomatik ter- termasuk pula anggota keluarga dan

sebut ditempatkan. Apabila hal ini terjadi, pengikut-pengikutnya, juga tidak da-

maka negara pengirim dapat mengajukan pat dipaksa untuk bertindak sebagai

keberatan kepada negara penerima (re- saksi di depan pengadilan sehubung-

ceiving state) dan negara penerima wajib an dengan yang mereka ketahui.

bertanggung jawab sepenuhnya atas hal Apabila untuk warga negara

tersebut. Sebagai salah satu contoh ter- biasa dari negara setempat maka pe-

jadinya pelanggaran kekebalan dan keis- rintah untuk bertindak sebagai saksi

timewaan pejabat diplomatik adalah ka- ini adalah merupakan suatu kewajib-

sus penyadapan antara Indonesia dengan an, tetapi tidaklah halnya dengan se-

Australia yang terjadi beberapa waktu orang wakil diplomatik, yang meru-

lalu.

pakan wakil resmi dari negara peng- Berdasarkan kronologis kasus pe- irim. Namun dari segi untuk menjaga

nyadapan yang dilakukan oleh Australia hubungan baik kedua negara, seyog-

terhadap beberapa pejabat Indonesia apa- yanya tidak dipegang mutlak dan

bila dianalisis menggunakan Teori Kebu- untuk itu pemerintah negara peng-

tuhan Fungsional (Functional Necessity irimnya dapat secara khusus meng-

Theory ) dalam hukum diplomatik, dapat hapuskan atau menanggalkan keke-

dijelaskan bahwa teori ini menyatakan balan diplomatiknya tersebut dengan

kekebalan dan hak-hak istimewa seorang pernyataan yang jelas dan tegas.

wakil diplomatik perlu diberikan kepada Penghapusan atau penanggal-

diplomat agar dapat melaksanakan fung- an kekebalan itu juga berarti bahwa

sinya secara optimal sehingga hasil pe- selain memenuhi kewajiban sebagai

kerjaannya memuaskan negara penerima saksi juga dapat memulai perkaranya 12 dan negara pengirim. Segala yang mem-

secara langsung. pengaruhi secara buruk haruslah dicegah, Dengan demikian ia boleh di-

sehingga dengan adanya pelanggaran katakan tunduk pada yurisdiksi hu-

maupun kelalaian yang terjadi yang kum atau pengadilan setempat selama

mengancam pejabat diplomatik haruslah untuk keperluan khusus ini kekebalan

ditindak tegas secara hukum baik secara diplomatik yang melekat pada diri

damai, secara yuridis maupun kekerasan. pribadinya dihapuskan atau ditanggal-

Berpijak pada teori di atas, pe- kan. Tetapi menurut Konvensi Wina

nyadapan yang terjadi merupakan bentuk 1961 Pasal 31 ayat 1 bahwa seorang

pelanggaran terhadap kekebalan dan keis- wakil diplomatik tidak diwajibkan

untuk memberikan kesaksian, sehing-

12 Widodo, Op.cit, hal.120.

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

timewaan pejabat diplomatik yang mana

3) Kaidah hukum negara penerima seharusnya dalam melaksanakan fungsi

yang mengatur pelaksanaan kekebal- sebagai diplomat harus terjamin keama-

an dan keistimewaan diplomatik bagi nannya, karena tanpa kekebalan dan keis- 13 misi diplomatik asing.

timewaan maka diplomat tidak dapat Penyadapan yang dilakukan Aus- menjalankan fungsi di negara penerima.

tralia terhadap Indonesia bukanlah bentuk Sebagai dasar hukum dari hukum diplo-

efisiensi pelaksanaan fungsi-fungsi misi matik, Konvensi Wina Tahun 1961 ten-

diplomatik dalam mewakili negaranya tang Hubungan Diplomatik menganut

namun sudah menjadi suatu pelanggaran. teori kebutuhan fungsional, tampak jelas

Bentuk penyadapan yang dilakukan oleh dalam bunyi Pembukaan Konvensi Wina

Australia terhadap beberapa pejabat di Tahun 1961 Alinea IV yang mengatur

Indonesia adalah penyadapan telepon. bahwa:

Adapun gambar dari teknik pe- Realizing that the purpose of such

nyadapan melalui telepon pada umumnya privileges and immunities is not to

dan yang terjadi pada kasus di atas se- benefit individuals but to ensure

bagai berikut:

the efficient performance of the

functions f diplomatic missions as

representing State.

Tujuan pemberian hak-hak istime-

wa dan kekebalan hukum pada misi

diplomatik tidak untuk kepentingan indi- vidu, tetapi untuk menjamin efisiensi pe-

laksanaan fungsi-fungsi misi diplomatik

dalam mewakili negaranya. Indonesia se-

bagai masyarakat internasional mendu-

kung kebenaran teori kebutuhan fung-

sional yang tampak jelas dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1982 tentang

Ratifikasi Konvensi Wina Tahun 1961

dan Tahun 1963 mencantumkan bahwa hak istimewa dan kekebalan tersebut

Gambar 2. Teknik Penyadapan melalui Telepon

diberikan hanya untuk menjamin pelak-

Sumber: Raymond Wacks, Privacy, A Very Short

sanaan fungsi perwakilan. Adapun dasar

Introduction, Oxford, 2010

yuridis pemberian kekebalan dan keis-

timewaan pejabat diplomatik adalah: Sejalan dengan Teori Functional

1) Perjanjian multilateral, baik yang Neccessities , menurut pandangan dari tercakup dalam Konvensi Wina

intelejen dalam Teori Spiral Of Silence Tahun 1961 dan Tahun 1963 atau

(spiral keheningan) yang dikemukakan konvensi internasional lainnya;

oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976) 2)

Perjanjian bilateral antara negara pe- yang mengasumsikan bahwa terbentuk- nerima dengan negara pengirim per-

nya pendapat umum ditentukan oleh wakilan diplomatik;

13 Ibid.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 199-221

proses saling mempengaruhi antara ko- munikasi massa, komunikasi antarpribadi dan persepsi individu tentang pendapat- nya dalam hubungannya dengan pendapat orang lain. Lebih lanjut dia menjelaskan mengapa dan bagaimana orang sering merasa perlu untuk menyembunyikan (to conceal ) pendapatnya, preferensi, pan- dangan dan lain sebagainya manakala mereka berada dalam kelompok minori- tas. Berdasarkan teori tersebut, menurut pandangan penulis apabila dikaitkan dengan kasus penyadapan di atas dapat dijelaskan bahwa tindakan penyadapan adalah tindakan sembunyi-sembunyi yang dilakukan sekelompok orang untuk kepentingan sendiri yang nantinya dapat mempengaruhi suatu tindakan orang lain.

Menurut pandangan Mayor Datuk Sinaga 14 terhadap kasus penyadapan Aus- tralia-Indonesia menyatakan bahwa ke- giatan sadap-menyadap antar negara da- lam dunia intelejen adalah hal yang biasa karena dua negara pasti memiliki kepentingan startegis. Kelemahan intele- jen kita yang harus diperbaiki. Kita se- bagai Bangsa Indonesia juga tidak bisa begitu saja menyalahkan Australia, justru kita harus instropeksi diri mengapa kita bisa disadap, yang berarti kita punya ke- lemahan dalam sistem dan peralatan perlindungan berita, informasi, percakap- an komunikasi (anti sadap). Di dalam du- nia intelejen ada yang disebut dengan Kontra Intelejen yaitu segala kegiatan dan usaha melawan intelejen, sehingga anti sadap merupakan bagian dari kontra

intelejen. Berdasarkan kronologis kasus di atas, kasus penyadapan melalui telepon terhadap Presiden, ibu negara dan se-

14 Hasil wawancara penulis dengan Mayor (Mar) Datuk Sinaga selaku Komandan Batalyon IX

Pertahanan di Ambon tanggal 18 Agustus 2014.

jumlah menteri merupakan salah satu bentuk tindakan spionase yang dilakukan dan dapat dikategorikan sebagai pelang- garan hukum internasional khususnya dengan cara yang tidak sah. Mengutip kalimat yang ditulis oleh Syahmin AK bahwa di dalam memperoleh informasi tentang keadaan negara penerima yang didapat dengan memata-matai atau diam- diam tergolong tindakan spionase. Kela- laian dan kegagalan negara penerima dalam memberikan perlindungan terha- dap kekebalan diplomatik merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap keten- tuan konvensi, oleh karenanya negara pe- nerima wajib bertanggung jawab atas terjadinya hal yang tidak menyenangkan tersebut. Kelalaian dan kegagalan ter- sebutlah yang akhirnya memunculkan tanggung jawab tersendiri yang dikenal sebagai “pertanggungjawaban negara”. Apabila hal ini terjadi, maka negara pengirim dapat mengajukan keberatan ke- pada negara penerima (receiving state) dan negara penerima wajib bertanggung jawab sepenuhnya atas hal tersebut.

Selain pelanggaran penyadapan telepon yang dilakukan, pelanggaran lain yang telah dilakukan oleh Perwakilan Diplomatik Australia adalah mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Penya- dapan tersebut secara jelas dilakukan oleh Pemerintah Australia terhadap orang- orang yang mempunyai jabatan penting di Indonesia yang mana hal ini jelas melanggar pasal 41 ayat (1) Konvensi Wina tahun 1961: Pasal 41 ayat (1)

(1) Without prejudice to their privileges

and immunities, it is the duty of all persons enjoying such privileges and immunities to respect the laws and regulations of the receiving State. They also have a duty not to interfere in the internal affairs of that State.

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

Tanpa merugikan hak-hak istimewa dan kekebalan hukum mereka itu ada- lah menjadi kewajiban semua orang yang menikmati hak-hak istimewa dan kekebalan hukum itu untuk menghormati hukum dan peraturan negara penerima. Mereka juga berke- wajiban tidak mencampuri masalah dalam negeri negara tersebut.

Kegiatan penyadapan ini selain melanggar pasal 41 ayat (1) juga jelas melanggar ketentuan dalam Pasal 2 ayat (7) Piagam PBB yang isinya: Pasal 2 ayat (7)

(7) Nothing contained in the present Charter shall authorize the United Nations to intervene in matters which are essentially within the domestic jurisdiction of any state or shall re- quire the Members to submit such matters to settlement under the pre- sent Charter; but this principle shall not prejudice the application of en- forcement measures under Chapter

Vll. 15

Pasal 2 ayat (7) Piagam PBB menggarisbawahi prinsip dari non-inter- vensi di dalam urusan dalam negeri (the principle of non-interference in the inter- nal affairs of state) dan tidak menerima intervensi dari PBB selain dalam situasi menurut Bab VII, hanya situasi politik yang paling ekstrim yang dapat meme- nuhi persyaratan bagi intervensi menurut Bab VII, yang mengandung arti betapa pentingnya kedaulatan negara itu dipan-

dang. 16

15 http://www.un.org/en/documents/charter/chap- ter1.shtml, diakses tanggal 20 Agustus 2014,

pukul 14.25 WIB. 16 http://pusham.uii.ac.id/ham/10_Chapter4.pdf,

diakses tanggal 20 Agustus 2014, pukul 14.15 WIB.

Apabila diamati ada beberapa perbedaan antara penyadapan dan spiona- se. Beberapa perbedaan ini dapat dijelas- kan dalam tabel berikut ini:

Pem- beda

Penyadapan Spionase

Keterang- an

Definisi -Penyadapan

adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan atau penyidikan dengan cara menyadap pembicaraan, pesan, informasi, dan/atau jaringan komunikasi yang dilakukan melalui telepon dan/atau alat komunikasi elektronik lainnya (Pasal 1 Angka

19 UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika) -Intersepsi atau penyadapan adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam, membelokkan, mengubah, menghambat, dan/atau mencatat transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik, baik menggunakan jaringan kabel komunikasi maupun jaringan nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis atau radio frekuensi (pasal

31 ayat (1) UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE). -Penyadapan Informasi adalah mendengarkan, mencatat, atau merekam suatu

pembicaraan

-Spionase adalah penyelidikan secara rahasia terhadap data kemiliteran dan data ekonomi negara lain -Spionase adalah penyelidikan secara rahasia terhadap data kemiliteran dan data ekonomi negara lain; segala sesuatu yang berhubungan dengan seluk beluk spion; pemata- mataan; penangkapan dua orang wakil atase militer itu atas tuduhan

-Penulis menyatakan bahwa pengertian penyadapan yang sesuai dengan kasus di atas adalah menurut Pasal 31 ayat (1) UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 199-221

Pem- beda

Penyadapan

Spionase

Keterang- an

yang dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum dengan memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan telekomunikasi tanpa sepengetahuan orang yang melakukan pembicaraan atau komunikasi tersebut (Peraturan Menkomino Nomor 11 /PER/M.KOMIN FO/02/2006 tentang Teknis Penyadapan Terhadap Informasi yang berisi pedoman dalam melakukan penyadapan secara sah) -Penyadapan pembicaraan melalui telepon atau alat telekomunikasi yang lain dilarang, kecuali dilakukan terhadap pembicaraan yang terkait dengan tindak pidana serius atau diduga keras akan terjadi tindak pidana serius tersebut, yang tidak dapat diungkap jika tidak dilakukan penyadapan.(RU U KUHAP Pasal

83 ayat (1))

Fungsi -Untuk mencegah dan mendeteksi dalam hal kejahatan- kejahatan yang sangat serius -Dasar kepentingan khusus bagi keamanan negara (interest of national

-Bagian dari upaya konstitusion al biasanya dilakukan untuk tujuan militer

-Menurut penulis fungsi penyadap- an berdasar- kan contoh kasus di atas adalah sebagai dasar kepentiinga

Pem- beda

Penyadapan Spionase

Keterang- an

security ), penegakan hukum dan stabilitas ekonomi di sebuah negara.

n khusus bagi keamanan negara (interest of national security ) tertentu yaitu Australia

Syarat

(1) Dipergunakan karena metode investigasi kriminal lainnya telah mengalami kegagalan, atau (2) Tiada cara lainnya yang dapat digunakan selain penyadapan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan (3) Harus ada alasan yang cukup kuat dan dipercaya bahwa dengan penyadapan maka bukti-bukti baru akan di temukan dan sekaligus dapat digunakan untuk mengukum pelaku pidana yang disasar

Pem- batasan

(1) Adanya otoritas resmi yang jelas berdasarkan UU yang memberikan izin penyadapan (mencakup tujuan yang jelas dan objektif ) (2) Adanya jaminan jangka waktu yang pasti dalam melakukan penyadapan (3) Pembatasan penanganan materi hasil penyadapan (4) Pembatasan mengenai orang yang dapat mengakses penyadapan dan pembatasan- pembatasan

Mengumpul kan informasi dengan mengakses tempat dimana informasi tersebut disimpan atau orang yang mengetahui mengenai informasi tersebut dan akan membocorka n melalui berbagai dalih.

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

Pem- Penyadapan

Spionase

Keterang-

Gambar 3. Hubungan Penyadapan dengan

beda

Spionase lainnya

an

Tindakan penyadapan tersebut

Sifat Khusus

merupakan pelanggaran terhadap Kon-

sifat penyadap-

vensi 1961. Pertanggungjawaban negara

an dalam

dilakukan sebagai bentuk pemulihan atas

kasus di atas adalah

kerugian yang ditimbulkan oleh suatu

khusus

negara atau suatu konsekuensi dari suatu

karena penyadap-

kesalahan atau kegagalan untuk melak-

an adalah

sanakan suatu kewajiban atau untuk me-

salah satu bagian dari

menuhi suatu standar internasional ter-

praktik

tentu yang telah ditetapkan.

spionase.

Upaya-upaya penyelesaian terha-

Tabel 1. Perbedaan Penyadapan dan Spionase

dap kasus penyadapan telah menjadi per- hatian yang cukup penting di masyarakat

Berdasarkan contoh kasus di atas, internasional sejak awal abad ke-20. Upa-

teknik penyadapan yang digunakan ada- ya-upaya ini ditujukan untuk mencipta- lah teknik penyadapan melalui telepon kan hubungan antarnegara yang lebih yang merupakan bagian dari praktik baik berdasarkan prinsip perdamaian dan spionase. Terkait dengan penyadapan se- keamanan internasional. 17 bagai bagian dari praktik spionase, me- Latar belakang terjadinya sengke- nurut hukum internasional memang dapat ta internasional adalah sesuatu yang me- dikatakan melanggar hukum internasional nyebabkan perbedaan pendapat, perteng- khususnya yurisdiksi suatu negara, ka- karan perkara atau pembantahan yang rena sejatinya suatu negara yang ber- melibatkan negara-negara di seluruh du- daulat memiliki kewenangan penuh da- nia atau mendapat perhatian yang luas lam menjalankan pemerintahannya tanpa dari masyarakat dunia. Di dalam menye- turut campur (intervensi) dari negara lain, lesaikan sengketa, harus menjunjung baik secara terbuka maupun diam-diam. prinsip-prinsip penyelesaian sengketa in- Dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan ternasional, diantaranya: 18 jelaskan!!! penyadapan merupakan praktik spionase

a.

karena telah melanggar hukum inter- Prinsip Itikad Baik

Prinsip itikad baik dapat di- nasional dan juga kegiatan mencampuri katakan sebagai prinsip fundamental urusan dalam negeri dari negara penerima dan paling sentral dalam penyelesaian (dalam hal ini negara Indonesia) dan di- sengketa antarnegara. Prinsip ini gambarkan dalam diagram sebagai beri- mensyaratkan dan mewajibkan ada- kut: nya itikad baik dari para pihak dalam

menyelesaikan sengketanya. Tidak Spionase

heran apabila prinsip ini dicantumkan

sebagai prinsip pertama (awal) yang

penya dapan

17 Ibid.

18 Huala Adolf, 2006, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional , Jakarta: Sinar Grafika,

hal.15-18.

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 199-221

termuat dalam Manila Declaration the threat or use of force and Section 1 paragraph 1.

shall at all times setlle such Dalam Treaty of Amity and

disputes among themselves through friendly negotiations.

Cooperation in Southeast Asia (Bali

Concord 1976), persyaratan itikad Dalam berbagai perjanjian in- baik juga ditempatkan sebagai syarat ternasional lainnya, prinsip ini tam- utama pasal 13 Bali Concord yang pak dalam Pasal 5 Pakta Liga Negara- menyatakan: “the high contracting Negara Arab 1945 (Pact of the parties shall have the determination League of Arab States ), Pasal 1 dan 2 and good faith to prevent disputes from arising”. the Inter-American Treaty of Re-

ciprocal Assistance (1947), dan lain- Dalam penyelesaian sengketa,

lain.

prinsip ini tercermin dalam dua tahap:

c. Prinsip Kebebasan Memilih Cara-

1) Prinsip itikad baik disyaratkan Cara Penyelesaian Sengketa untuk mencegah timbulnya seng- Prinsip penting lainnya adalah keta yang dapat mempengaruhi prinsip dimana para pihak memilih hubungan baik antarnegara. kebebasan penuh untuk menentukan

2) Prinsip ini disyaratkan harus ada dan memilih cara atau mekanisme ba- ketika para pihak menyelesaikan gaimana sengketanya diselesaikan sengketanya melalui cara-cara pe- (Principle Of Free Choice Of Means). nyelesaian sengketa yang dikenal Prinsip ini termuat dalam dalam hukum internasional, yaitu Pasal 33 ayat (1) Piagam PBB dan negoisasi, mediasi, konsiliasi, ar- Section 1 Paragraph 3 dan 10 Dek- bitrase, pengadilan atau cara-cara larasi Manila dan Paragraph 5 dari

lain yang dipilih para pihak. Da- Friendly Relation Declaration . In-

lam kaitan ini, section 1 pa- strumen hukum tersebut menegaskan ragraph 5 deklarasi manila men- bahwa penyerahan sengketa dan pro- syaratkan adanya prinsip itikad sedur penyelesaian sengketa atau baik ini dalam upaya mencapai cara-cara penyelesaian sengketa harus penyelesaian sengketa secara le- didasarkan keinginan bebas para pi- bih dini (lebih cepat). hak. Kebebasan ini berlaku baik un-

b. Prinsip Larangan Menggunakan Ke- tuk sengketa yang telah terjadi atau

kerasan sengketa yang akan datang.

d. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum dan penting. Prinsip inilah yang me- yang akan Diterapkan Terhadap larang para pihak untuk menyelesai-

Prinsip ini juga sangat sentral

Pokok Sengketa

kan sengketanya dengan mengguna- Prinsip fundamental selanjut- kan senjata (kekerasan). Prinsip ini nya yang sangat penting adalah prisip termuat antara lain dalam Pasal 13 kebabasan para pihak untuk menen- Bali Concord dan Preambule ke-4 tukan sendiri hukum apa yang akan Deklarasi Manila yang menyatakan: diterapkan bila sengketanya diselesai- .. In case of disputes on kan oleh badan peradilan. Kebebasan

matters directly affecting them, they shall refrain from

para pihak untuk menentukan hukum

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

ini termasuk kebebasan untuk memi- Prinsip ini termuat dalam lih kepatutan dan kelayakan (et aquo

Section 1 paragraph 10 Deklarasi et bono ). Yang terakhir ini adalah

Manila. Menurut prinsip ini sebelum sumber bagi pengadilan untuk memu-

para pihak mengajukan sengketanya tus sengketa berdasarkan prinsip

ke pengadilan internasional maka keadilan, kepatutan atau kelayakan.

langkah-langkah penyelesaian seng- Dalam sengketa antarnegara

keta yang tersedia atau diberikan oleh merupakan hal yang lazim bagi peng-

hukum nasional negara harus terlebih adilan internasional, misalnya Mahka-

dahulu ditempuh (exhausted). Dalam mah Internasional untuk menerapkan

sengketa the interhandel (1959), hukum internasional, meskipun pene-

Mahkamah Internasional menegas- rapan hukum internasional ini tidak

kan:

dinyatakan secara tegas oleh para Before resort may be had to in pihak. Dalam Special Agreement an-

international court, the state tara RI-Malaysia mengenai penye-

where the violation occurred should have an opportunity to

rahan sengketa Pulau Sipadan-Ligitan redress it by its own means,

ke Mahkamah Internasional para pi- within the framework of its hak menyatakan:

own domestic legal system. The principles and rules of

international law applicable

g. Prinsip-Prinsip Hukum Internasional to the dispute shall be those

Tentang Kedaulatan, Kemerdekaan, recognized in the provisions

dan Integritas Wilayah Negara- of Article 38 of Statute of the

Court… (Article 4 Special Negara Agreement).

Deklarasi Manila mencantum- kan prinsip ini dalam Section 1

e. Prinsip Kesepakatan Para Pihak Yang paragraph 1. Prinsip ini mensyaratkan Bersengketa

negara-negara yang bersengketa un- Prinsip kesepakatan para

tuk terus menaati dan melaksanakan pihak merupakan prinsip fundamental

kewajiban internasionalnya dalam dalam penyelesaian sengketa inter-

berhubungan satu sama lainnya ber- nasional. Prinsip inilah yang menjadi

dasarkan prinsip-prinsip fundamental dasar bagi pelaksanaan prinsip ketiga

integritas wilayah negara-negara. dan keempat di atas. Prinsip-prinsip

Di samping ketujuh prinsip- kebebasan 3 dan 4 hanya akan bisa

prinsip di atas, Office of the Legal dilakukan atau direalisasikan manaka-

Affairs PBB memuat prinsip-prinsip la ada kesepakatan dari para pihak.

lainnya yang bersifat tambahan. Sebaliknya prinsip kebebasan

Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1) Prinsip arangan intervensi baik apabila kesepakatan hanya ada dari

3 dan 4 tidak akan mungkin berjalan

terhadap masalah dalam atau luar salah satu pihak atau bahkan tidak ada

negeri para pihak; kesepakatan sama sekali dari kedua

2) Prinsip persamaan hak dan penen- belah pihak.

tuan nasib sendiri;

f. Prinsip Exhaustion Of Local Re-

3) Prinsip persamaan kedaulatan ne-

medies gara-negara;

Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 2 November 2015 : 199-221

4) Prinsip kemerdekaan dan hukum Perundingan adalah cara penye- internasional, yang semata-mata

lesaian sengketa yang paling dasar dan merupakan penjelmaan lebih lan-

yang paling tua digunakan oleh umat ma- jut dari prinsip 7 yaitu prinsip

nusia. Penyelesaian melalui negosiasi hukum internasional tenttang ke-

merupakan cara yang paling penting. Ba- daulatan, kemerdekaan dan integ-

nyak sengketa diselesaikan setiap hari ritas wilayah negara-negara.

melalui cara ini tanpa adanya publisitas atau perhatian publik.

Penyelesaian sengketa internasio- Alasan utamanya adalah dengan nal dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

cara ini para pihak dapat mengawasi pro- yaitu penyelesaian sengketa secara da-

sedur penyelesaian sengketanya dan seti- mai, secara hukum dan secara paksa.

ap penyelesaiannya didasarkan kesepa- Dapat digambarkan dalam bagan sebagai

katan atau konsensus para pihak. berikut:

Cara penyelesaian melalui nego- siasi biasanya cara pertama kali ditempuh Penyelesaian Sengketa manakala para pihak bersengketa. Nego-

Internasional siasi dalam pelaksanaannya mempunyai dua bentuk utama yaitu bilateral dan mul-

tilateral. Negosiasi dapat dilangsungkan

melalui saluran diplomatik pada konfe- rensi internasional atau dalam suatu lem-

Retorsi

baga atau organisasi internasional. Perundingan Cara ini dapat pula digunakan

Arbitrase dalam menyelesaikan setiap bentuk seng-

Internasional Reprisal

keta, apakah itu sengketa ekonomi, po-

Mediasi

litik, hukum, sengketa wilayah, keluarga, Mahkamah

suku dan lain-lain. Bahkan apabila para

Blockade

internasional pihak telah menyerahkan sengketa me-

Penyelidika n

lalui suatu badan peradilan tertentu, pro- Intervensi ses penyelesaian melalui negosiasi ini

masih mungkin dilaksanakan.

Konsiliasi

Perang

Mengenai prosedur pelaksanaan

dibedakan menjadi dua, yaitu:

Bagan 1. Penyelesaian Sengketa Internasional

a) Negosiasi yang digunakan manakala Penyelesaian sengketa internasio-

suatu sengketa belum lahir (disebut nal secara damai merupakan hal yang

pula konsultasi).

b) Negosiasi digunakan manakala suatu sengketa yang terjadi karena dengan pe-

harus diutamakan dalam penyelesaian

sengketa telah lahir. Prosedur ini me- nyelesaian secara damai tidak akan me-

rupakan proses penyelesaian sengketa nimbulkan kekerasan ataupun korban

oleh para pihak (dalam arti negosiasi). jiwa bagi negara yang saling bersengketa.

Penyelesaian sengketa internasional seca- Mediasi (mediation)

Mediasi (mediation) adalah ben- ra damai terdiri dari lima jenis, yaitu:

1. Perundingan (negotiation)

tuk perundingan dengan mengikutsertkan

Dita Birahayu, Penyelesaian Yuridis tentang Penyadapan sebagai Bagian dari Kegiatan Spionase..........

pihak ketiga dimana pihak ketiga ini akan perbedaan pandangan para pihak terhadap ikut secara aktif dengan suatu kewenang-

fakta yang menentukan hak dan kewajib- an yang diakui oleh para pihak.

an tersebut. Penyelesaian sengketa demi- Pihak ketiga tersebut disebut

kian karenanya bergantung pada peng- dengan mediator yang dapat berupa nega-

uraian fakta-fakta para pihak yang tidak ra, organisasi internasional (misalnya

disepakati.

PBB) atau individu (politikus, ahli hu- Oleh sebab itu, pemastian kedu- kum atau ilmuwan). Ia secara aktif ikut

dukan fakta yang sebenanrnya dianggap serta dalam proses negosiasi. Biasanya

sebagai bagian penting dari prosedur pe- dengan kapasitasnya sebagai pihak yang

nyelesaian sengketa. Dengan demikian, netral berupaya mendamaikan para pihak

para pihak dapat memperkecil masalah dengan memberikan saran penyelesaian

sengketanya dengan menyelesaikannya sengketa.

melalui metode pencarian fakta yang me- Jika usulan tersebut tidak diteri-

nimbulkan persengketaan. ma, mediator masih dapat melanjutkan

Karena para pihak pada intinya fungsi mediasinya dengan membuat usul-

mempersengketakan perbedaan mengenai an-usulan baru, karena itu salah satu

fakta maka untuk meluruskan perbedaan fungsi utama mediator adalah mencari

tersebut, campur tangan pihak lain dirasa- berbagai solusi, mengidentifikasi hal-hal

kan perlu untuk menyelidiki kedudukan yang dapat disepakati para pihak dan

fakta yang sebenarnya. Biasanya para pi- membuat usulan-usulan yang dapat

hak tidak meminta pengadilan tetapi me- mengakhiri sengketa.

minta pihak ketiga yang sifatnya kurang Seperti halnya dalam negosiasi,

formal. Cara inilah disebut dengan penca- tidak ada prosedur khusus yang harus di-

rian fakta (inquiry-fact finding). tempuh dalam proses mediasi. Para pihak bebas menentukan prosedurnya, yang pa-

4. Konsiliasi (conciliation) ling penting adalah kesepakatan para

Konsialiasi adalah penyelesaian pihak, mulai dari proses pemilihan me-

sengketa yang pihak melibatkan pihak diator, cara mediasi, diterima atau tidak-

ketiga secara formal dan institusional, di- nya usulan-usulan yang diberikan oleh

mana para pihak setuju untuk menyerah- mediator sampai pada berakhirnya tugas

kan penyelesaian sengketanya pada komi- mediator.