MAKALAH EKONOMI SUMBER DAYA ALAM Konsep (1)

MAKALAH EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
“KONSEP PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN”

Disusun Oleh :
Kelompok 4:
1. Muhammad Khairul Anwar
2. Nur Farida
3. Madha Rifal Fallakhi
4. Ananda Pratama Saputra
5. Bayu Pangestika

(201410210311028)
(201410210311033)
(201410210311035)
(201410210311046)
(201410210311052)

AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015/2016


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1.

Latar Belakang..........................................................................................3

1.2.

Rumusan Masalah.....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................5
3.1

Pengertian Hutan.......................................................................................5

3.2


Fungsi dan Formasi Hutan........................................................................5

3.3

Penanggulangan Kerusakan Hutan secara Umum...................................11

BAB IV PENUTUP..............................................................................................13
4.1.

Kesimpulan..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

1

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah. Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa,
pengatur segala urusan dan takdir. Oleh karena itu, sangat beralasan jika puncak
segala pujian tercurah kepada Engkau atas segala nikmat yang diberikan. Dengan

kucuran nikmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam makalah ini, kami menjelaskan sedikit tentang Konsep Pengelolaan
Sumber Daya Hutan secara umum dan ringkas.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, yang disebabkan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.

Malang, 27 Jumadil Akhir 1437
Malang, 5 April 2016

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sumber daya hutan merupakan berkah yang tak ternilai harganya bagi semua

aktor biologis disekitarnya. Salah satu sumber daya alam yang begitu potensial
dan merupakan tumpuan bagi keberlangsungan hidup suatu insan biologis adalah
hutan. Hutan merupakan rumah dan sekaligus bank yang mensuplai kebutuhan
hidup mendasar dari aktor biologis yang ada didalamnya termasuk manusia
(masyarakat).
Selama ini perhatian khusus terhadap nilai pentingnya keberadaan hutan bagi
masyarakat sangat kurang. Hutan selalu identik dengan bank-hidup yang mampu
memberikan keuntungan dan kepuasan ekonomi diantaranya dalam bentuk uang
tunai. Hutan memberikan kontribusi besar baik untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari rumah tangga atau sumber penghasilan dalam bentuk uang tunai.
Masyarakat secara teknis sudah mampu untuk memanfaatkan hasil hutan baik
hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu.
Kondisi ekonomi yang terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu
mendorong laju perubahan pola hidup masyarakat yang semakin cepat pula.
Kebutuhan akan uang manjadi faktor pendorong krusial dalam pemanfaatan
sumber daya hutan. Namun sangat disayangkan bahwa perubahan-perubahan
diatas tidak diseimbangkan dengan kemampuan manajemen hasil dan manajemen
usaha rumah tangga yang baik.
1.2. Rumusan Masalah


1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

Apa pengertian hutan ?
Apa fungsi hutan dan formasi hutan ?
Apa sajakah penyebab kerusakan hutan ?
Bagaimanakah bentuk penanggulangan kerusakan Hutan secara umum?

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayahwilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari
tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.
Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis dan
fungsi ekonomis.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Pengertian Hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama
pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
3.2

Fungsi dan Formasi Hutan

A. Fungsi Hutan
Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis

dan fungsi ekonomis. yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai fungsi ekologis, hutan menghisap karbon dari udara dan
mengembalikan oksigen (O2) kepada manusia. Hutan melakukan
penyaringan udara yang kotor akibat pencemaran kendaraan bermotor,
pabrik - pabrik, usaha - usaha pertambangan, aktivitas rumah tangga
masyarakat, maka hilangnya hutan berarti bumi tidak memiliki
keseimbangan untuk mempertahankan keseimbangan atas tersedianya
oksigen yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup dalam melaksanakan
proses respirasi ( pernapasan ). Hal ini juga dapat mengakibatkan udara di
bumi menjadi semakin panas karena begitu banyaknya bahan pencemar
yang menyelimuti bumi dan mengurung hawa panas bumi untuk
dipantulkan lagi ke bumi ( efek rumah kaca ). hutan sebagai tempat hidup
berbagai macam tumbuh - tumbuhan, hewan dan jasad renik lainnya.
semua bahan yang dimakan berasal dari flora dan fauna yang plasma

nutfahnya berkembang di hutan. semua obat yang menyembuhkan
penyakit berasal dari bahan hasil plasma nutfah hutan.

2. Sebagai fungsi ekonomis, manusia telah memanfaatkan hutan dari
generasi ke generasi. Pemanfaatan yang dikenal manusia dari hutan adalah
pengambilan hasil hutan, terutama kayu. Pengambilan mulai dari kayu
ramin, meranti, ulin sampai dengan kayu bakar dimanfaatkan manusia
baik untuk keperluan sendiri ataupun sebagai penghasil devisa negara.
Bahkan bagi masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya
sebagai tempat tinggal dan tempat mencari nafkah.
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam
berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil
manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan
hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti
penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan
peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global.
Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan
yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya
berjuta tanaman.


Mencegah erosi; dengan adanya hutan, air hujan tidak langsung jatuh ke




permukaan tanah, dan dapat diserap oleh akar tanaman.
Sumber ekonomi; melalui penyediaan kayu, getah, bunga, hewan, dan
sebagainya.



Sumber plasma nutfah; keanekaragaman hewan dan tumbuhan di hutan
memungkinkan diperolehnya keanekaragaman gen.
Menjaga keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau. Dengan

terbentuknya humus di hutan, tanah menjadi gembur. Tanah yang gembur mampu
menahan air hujan sehingga meresap ke dalam tanah, resapan air akan ditahan
oleh akar-akar pohon. Dengan demikian, di musim hujan air tidak berlebihan,
sedangkan di musim kemarau, danau, sungai, sumur dan sebagainya tidak
kekurangan air.

Ada berbagai jenis hutan. Formasi jenis-jenis hutan ini pun bermacammacam pula. Misalnya:
1. Menurut asal

Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran antara
biji dan tunas. Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena
pepohonan yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat
mencapai umur lebih lanjut. Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’
dengan alasan sebaliknya. Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan
sedang’.
Penggolongan lain menurut asal adalah hutan perawan (hutan primer) dan
hutan sekunder. Hutan perawan merupakan hutan yang masih asli dan belum
pernah dibuka oleh manusia. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali
secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya,
pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika
dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan
hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder
akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.
2. Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)
Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami,
permudaan buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami
berarti bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia,
melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan permudaan buatan berarti
manusia sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk menumbuhkan

kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis
sebelumnya.
Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering
tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin.
Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap
tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di
Kalimantan dan Sumatera terjadi secara berkala. Pada tahun tertentu, hutan
meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya meranti
sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan kesempatan

emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap melayanglayang terbawa angin.
3. Menurut susunan jenis
Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan
campuran. Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian
besar berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu.
Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang
sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam
(pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah
terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat
juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama
yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan
HTI (hutan tanaman industri).
Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun
jarum (konifer) dan hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara)
umumnya terdapat di daerah beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti
hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis.
4. Menurut umur
Kita dapat membedakan hutan sebagai hutan seumur (kira-kira berumur
sama) dan hutan tidak seumur. Hutan alam atau hutan permudaan alam biasanya
merupakan hutan tidak seumur. Hutan tanaman boleh jadi hutan seumur atau
hutan tidak seumur.
5. Berdasarkan letak geografisnya:
a) Hutan tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa
b) Hutan temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis
lintang 23,5º - 66º).
c) Hutan boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.
6. Berdasarkan sifat-sifat musimannya:
a) Hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan.
b) Hutan selalu hijau (evergreen forest)
c) Hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest)

d) Hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim
kemaraunya panjang. Dll.
7. Berdasarkan ketinggian tempatnya:
a) Hutan pantai (beach forest)
b) Hutan dataran rendah (lowland forest)
c) Hutan pegunungan bawah (sub-mountain forest)
d) Hutan pegunungan atas (mountain forest)
e) Hutan kabut (mist forest)
f) Hutan elfin (alpine forest)
8. Berdasarkan keadaan tanahnya:
a) Hutan rawa air-tawar atau hutan rawa (freshwater swamp-forest)
b) Hutan rawa gambut (peat swamp-forest)
c) hutan rawa bakau, atau hutan bakau (mangrove forest)
d) Hutan kerangas (heath forest)
e) Hutan tanah kapur (limestone forest), dan lainnya
9. Berdasarkan jenis pohon yang dominan:
a) Hutan jati (teak forest), misalnya di Jawa Timur.
b) Hutan pinus (pine forest), di Aceh.
c) Hutan dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan
Kalimantan.
d) Hutan ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara. Dll.
10. Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya:
a) Hutan alam (natural forest)


Hutan buatan (man-made forest), misalnya:



Hutan rakyat (community forest)



Hutan kota (urban forest)

b) hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation) dll.
11. Berdasarkan tujuan pengelolaannya:
a) Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun
hasil hutan bukan kayu (non-timber forest product)
b) Hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air

c) Hutan

suaka

alam,

dikelola

untuk

melindungi

kekayaan

keanekaragaman hayati atau keindahan alam
d) Hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan
lain, dapat dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.
Hal-hal yang sering menjadi penyebab kebakaran hutan antara lain sebagai
berikut :
a. Musim kemarau yang sangat panjang.
b. Meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.
c. Pembuatan arang di hutan.
d. Membuang puntung rokok sembarangan di hutan.
Sementara itu, selain kebakaran hutan Sumber-sumber kerusakan hutan
lainnya adalah :
a. Alih fungsi dan penyerobotan kawasan hutan.
b. Bencana alam misalnya kebakaran, letusan gunung berapi, angin dan
sebagainya.
c. Penebangan (legal) yang berlebihan dan penebangan ilegal.
d. Hama dan penyakit.
Kriteria kerusakan hutan dapat mengacu pada akibat yang ditimbulkan
oleh kerusakan tersebut terhadap :
a. Keanekaragaman hayati
b. Produktivitas dan vitalitas hutan
c. Margasatwa
d. Aestetik dan lain sebagainya.
Pola pikir masyarakat yang bisa merusak hutan:
a. Mereka menganggap bahwa hutan boleh dimanfaatkan sesuai dengan
keinginannya
b. Mereka belum mengetahui secara benar tentang fungsi dan manfaat hutan
c. Mereka ada yang menginginkan untuk mendapatkan sesuatu manfaat
dengan cepat tanpa mengindahkan aturan yang ada.
d. Mereka melihat contoh yang dilakukan oleh petugas.
e. Factor x yang tidak bisa dimengerti oleh orang lain (berkaitan dengan pola
hidup)

3.3

Penanggulangan Kerusakan Hutan secara Umum
Sementara ilegal logging terus berjalan. Jadi mau tidak mau kita harus

menanam dan tidak menebangi hutan alam. Permasalahan yang sering kita hadapi
sekarang ini adalah adanya berbagai kepentingan yang ingin memanfaatkan
sumberdaya lahan dan hutan yang ada di Indonesia. Adanya Otonomi daerah,
yang masing-masing daerah ingin memanfaatkan sumberdaya yang ada seoptimal
mungkin. Disisi lain, kerusakan lingkungan tidak bisa dihindarkan, akibat dampak
pemanfaatan sumberdaya alam tanpa mengindahkan aspek kelestariannya. Untuk
itu, salah satu upaya dalam mengatasi masalah-masalah diatas adalah dengan cara
antara lain :
a. Rehabilitasi lahan melalui berbagai cara, antara lain dengan : Reboisasi,
penghijauan, penanaman kembali dengan tanaman perkebunan, tanaman
pertanian, reklamasi lahan pada lahan bekas tambang, dll.
b. Koordinasi dengan berbagai stackholder dalam merancang pemanfaatan
sumberdaya alam, secara arief, tanpa meninggalkan aspek kelestarian
c. Membuat skala prioritas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.
Salah satu cara yang mungkin bisa dijadikan opsi dalam rangka
rehabilitasi lahan kritis terutama yang berbenturan dengan berbagai masalah
khususnya masyarakat adalah antara lain dengan penerapan aplikasi silvikultur.
Karena dengan penerapan aplikasi silvikultur akan bisa mewadahi berbagai
kepentingan yang berkait dengan rehabilitasi lahan kritis.
Lahan kritis diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1. Lahan ktitis di daratan, misalnya : lahan bekas tambang, lehan bekas
illegal logging, dan lahan tandus dan gundul
2. Lahan kritis di kawasan perairan, misalnya : hamparan pasir dipantai dan
degradasi kawasam hutan payau.
Dalam mengeksploitasi sumber daya tumbuhan, khususnya hutan, perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.


Tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena
(tebang habis).



Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem
tebang pilih (penebangan selektif). Artinya, pohon yang ditebang adalah
pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan.



Cara penebangannya pun harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya.



Melakukan reboisasi (reforestasi), yaitu menghutankan kembali hutan
yang sudah terlanjur rusak.



Melaksanakan aforestasi, yaitu menghutankan daerah yang bukan hutan
untuk mengganti daerah hutan yang digunakan untuk keperluan lain.



Mencegah kebakaran hutan. Kerusakan hutan yang paling besar dan sangat
merugikan adalah kebakaran hutan. Diperlukan waktu yang lama untuk
mengembalikannya menjadi hutan kembali.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan


Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayahwilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling
penting.



Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis dan
fungsi ekonomis.



Upaya dalam mengatasi masalah-masalah kerusakan hutan adalah dengan
cara antara lain :
a. Rehabilitasi lahan melalui berbagai cara, antara lain dengan : Reboisasi,
penghijauan, penanaman kembali dengan tanaman perkebunan,
tanaman pertanian, reklamasi lahan pada lahan bekas tambang, dll.
b. Koordinasi dengan berbagai stackholder dalam merancang pemanfaatan
sumberdaya alam, secara arief, tanpa meninggalkan aspek kelestarian
c. Membuat skala prioritas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.


13

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Rahmat. (2012). Makalah SDA Hutan. (Online)
http://laporanlengkappraktikumkimia.blogspot.co.id/2012/11/makalah-sdahutan.html?m=1 Diakses 5 April 2016