Aspek Kebutuhan Teknologi dan Estetika B

Aspek Kebutuhan, Teknologi, dan Estetika Budaya pada
Era Arsitektur Renainssance



ERA RENAISSANCE
Renaissance sendiri mempunyai arti kelahiran kembali yaitu dimana pada masa ini
menghidupkan kembali kebudayaan masa lalu, budaya-budaya klasik pengaruh zaman Romawi
dan Yunani. Era Renaissance ini dimulai dari abad XIV-XVII sekitar tahun 1300. Pada masa ini,
dunia keagamaan berkembang dengan pesat, terutama agama Kristen, sehingga pengaruh otorita
seorang pemimpin gereja sangat kuat. Bersamaan dengan itu adalah tumbuhnya dan berseminya
benih-benih ambisius dari ilmu untuk men-jajarkan diri dengan agama, yang pada saatnya nanti,
akan menggantikan agama dalam perannya sebagai “penguasa semesta dan penguasa manusia”.
Mereka pun menganggap abad renaissance ini sebagai satu-satunya masa yang membawa
perubahan mendasar bagi umat manusia, yaitu paham yang menaruh perhatian pada masalah
dunia, masyarakat yang praktis dan sadar diri serta perubahan sekuler. Tidak seperti masa
sebelumnya yang lebih menitik beratkan pada masalah keagamaan serta perhatian pada akhirat.
Tak hanya kehidupan sosial masyarakat dan religi yang sangat kuat, namun juga memiliki
arsitektur yang berbeda. Di masa ini para arsitektur dan seniman ikut berusaha menghidupkan
kembali kebudayaan klasik zaman Yunani dan Romawi namun dengan pemikirannya sendiri.
Arsitektur Renaissanse (yang berjaya dalam abad 15–17 M) memperlihatkan sejumlah ciri khas

arsitektur.
Dalam masa Renaissance ini terjalinlah kesatuan gerak dalam berarsitektur, yakni kesa-tuan
gerak nalar dan gerak rasa. Di masa ini pula arsitektur Yunani dan Romawi ditafsir kembali
(reinterpretation) dengan menggunakan nalar (di-matematik-kan) dengan tetap mempertahankan
rupa-pokok Yunani (pedimen dan pilar/kolom yang menandai konstruksi balok dipikul tiang))
serta Romawi (bangun dan konstruksi busur, yakni konstruksi bagi hadirnya lubangan pada
konstruksi dinding pemikul). Setelah tahun 1600-an, arsitektur Renaisans mulai meninggalkan
gaya-gaya klasik, kemudian disambung dengan kebudayaan Barok (Baroque) dan Rococo. Barok
dan Rococo dianggap merupakan bentuk dari kebudayaan Renaisans.



Kebutuhan dan Estetika Budaya pada Era Arsitektur Renainssance
Pada umumnya arsitektur bangunan masa Renaissance memiliki fungsi keagamaan seperti gereja
dan kapel (peninggalan dan melanjutkan bangunan masa Medieval), bangunan-bangunan istana,
pusat pemerintahan dan rumah-rumah kediaman pendeta atau saudagar (yang merupakan
anggota masyarakat yang terhormat). Teori-teori yang menonjol pada bangunan tersebut adalah :
Penerapan konsep simetri yang kuat, pada tampak dan ruang dalam bangunan. Mayoritas
pemakaian bahan bangunan/material dari marmer pada interior dan warna bangunan yang
cenderung monochrome atau satu warna. Bangunan kaya akan elemen dekoratif, baik pada

interior

maupun

eksterior

bangunan.

Elemen

dekoratif

tersebut

umumnya

berupa

ukiran/sculpture, relief serta lukisan-lukisan. Tema elemen dekoratif tersebut umumya
melambangkan karakter-karakter atau penginterpretasian alam dan sosok manusia, flora, fauna

serta pemandangan alam. Pada ruang dalam, bagian dinding dan langit-langit umumnya dilapisi
ukiran (stucco) yang obyeknya seputar flora, sosok dan perilaku dari fauna dan manusia, topengtopeng, perahu maupun perisai. Penggunaan patung yang dipadukan dengan detail arsitektural,
baik pada interior maupun eksterior. ada façade bangunan terdapat deretan kolom-kolom dengan
kepala dihiasi elemen dekoratif bermotif flora, susunan order dapat berupa Doric, Ionic, maupun
Corinthian.
Penerapan garis-garis hirisontal dan elemen-elemen busur pada bidang datar. Atap, baik atap
perisai maupun datar dilengkap dengan hiasan, baik berupa Lantern, Louvre, Lucarne,
Ammortizement, Tympanum maupun Balustrade.
Contoh-Contoh Arsitek dan Bangunan di Awal Renaissance Brunelleschi.

Pusat Renainssance di Florence,Italia

Ciri-ciri Umum bangunan di era renainssance, antara lain:
i.

Pola tata ruang ( di luar benteng) (extra-muros >< intra muros

ii.

Bentuk dan pandangan dari luar cenderung mendatar.


iii.

Garis-garis horisontal dari dekorasi, bertolak belakang dengn Gotik

iv.

Bangunan melebar, datar, dan tipis (lebar banding panjang berbedanya besar)

v. Garis-garis lantai di bawah dan di atas diekspos menjadi garis horisontal, terkesan yang satu
menumpuk di atas lainnya.
vi.

Bangunan-bangunan umum penting (istana, gereja, balaikota dll) diletakkan dalam ujung
sumbu jalan atau taman luas terbuka

Tempietto di San Pietro in Montorio, Roma, 1502,
oleh Bramante.

Menciptakan perletakan dome untuk memperkuat kesan horizontal, membuat dinding rangkap

untuk memberi kesan berat pada bangunan, memakai konstruksi Gothic dengan merenggangkan
kulit luar dome dengan 24 kerangka dan mengarahkan profil bangunan dengan menggunakan
konstruksi dome. (bangunan: S. Spirito dan Cathedral of Florence). Alberti.

Menyatukan dua

konsep matematik dan lukisan sebagai elemen dekoratif. Bangunan berciri megah dan memiliki
konsep simetris. (bangunan : S. Andrea, Mantua). Perencanaan Kota dan Istana di Pienza, Urbino
dan Florence, Konsepnya mengimbangi blok-blok masa berdinding masif dengan unsur-unsur
horisontal, dan deretan kolom dengan irama tertentu yang diberi sentuhan akhir pada kaki dan
kepala kolom tersebut. atap konstruksi kayu dibuat datar dengan dibatasi cornice. (bangunan :
Gaudagni Palace, Florence dan Grimanti Palace, Venice).



Teknologi pada Era Arsitektur Renainssance
Teknologi sangat mendukung dalam pengembangan konsep-konsep dan teori arsitektur
Renaissance. Pertama adalah ilmu pertukangan yang mendapat kemudahan karena penemuan
teknik penyajian stereotomy karya Delorme (1510–1570). Teknik ini dapat menggambarkan
pembuatan „busur‟ (vaulting) dengan batu potongan. Hal ini kemudian dikembangkan pula oleh

Gottfried Semper (1803-1879) dengan teori tentang tektonik. Semper mengatakan bahwa bahasa
arsitektur adalah bahasa tangan yang perwujudannya adalah tektonik sedangkan ruang perlu
diungkap melalui stereotomik. Bahasa tangan ini meliputi cara menyambung unsur konstruksi.
Kedua adalah ilmu bangunan yang mengeluarkan tipe-tipe rumah, diikuti dengan perkembangan
peraturan dan baku bangunan.
Giotto adalah seniman Renaissance dari Firence yang pertama kali menguasai penggunaan
persfektif mekanis, pemakaian bentuk anatomi manusia, serta eksperimen tentang chiaroscuro,
yaitu suatu cara melukis bayangan dengan maksud memberikan ketajaman pada bentuk-bentuk
yang terkena bayangan. Hal diatas merupakan 3 unsur pokok bagi pelukis masa Renaissance
pada awalnya.
Selanjutnya azas persfektif mekanis ditemukan oleh Arsitek Brunelleschi, yang menemukan
prisip-prinsipnya pada saat menelaah proporsi bangunan Romawi kuno.
Azas-azas persfektif, suatu telaah yang mempesonakan seniman Renaissance, memperlihatkan
bagaimana persfektif mengungkapkan kesan kedalaman suatu permukaan yang datar, semua
garis bertemu sebelum mulai melukis.
Teknik Sfumato sebagai pengembangan dari teknik Chiarooscuro, yakni pengaburan atau
peremangan garis bentuk suatu benda sehingg a menyatu dengan keadaan kelilingnya, sehingga
memperkuat kesan obyek.
Analisa Perbandingan
 Bentuk denah keseluruhan simetri.

 Menara lebih sederhana dalam bentuk maupun jumlahnya.
 Kesan skyline horisontal.
 Atap kembali pada ½ lingkaran tanpa rib / rusuk, sehingga ketebalannya sama (kesan
kekokohan Romawi ditonjolkan kembali)
 Pedoman klasik (Yunani dan Romawi) dipergunakan kembali dan distandarkan menurut
pemikiran humanis
Dengan perhitungan dan pertimbangan struktur/konstruksi bangunan, maka jarak antar kolom dapat dibuat sebesar a
meter. Akan tetapi, karena jarak a meter dengan tinggi kolom yang b meter tidak menghasilkan kesesuaian dengan
dalil yang menunjuk pada perbandingan 2b=3a, maka di antara kedua kolom itu dimunculkanlah rupa yang tak jauh

berbeda dari rupa kolom (dinamakan pilaster) sehingga nisbah (ratio) 2b:3a dapat dipenuhi. Ringkas kata, dalam
masa Renaisans ini terjalinlah kesatuan gerak dalam berarsitektur, yakni kesa-tuan gerak nalar dan gerak rasa. Di
masa ini pula arsitektur Yunani dan Romawi ditafsir kembali (reinterpretation) dengan menggunakan nalar (dimatematik-kan) dengan tetap mempertahankan rupa-pokok Yunani (pedimen dan pilar/kolom yang menandai
konstruksi balok dipikul tiang)) serta Romawi (bangun dan konstruksi busur, yakni konstruksi bagi hadirnya lubangan
pada konstruksi dinding pemikul

(gambar konstruksi balok yang dipikul tiang khas yunani dan
gambar dimana hadirnya lubang (ukiran) pada konstruksi
dinding pemikul khas romawi)


Dimana tiang-tiang beserta balok murni masuk ke dalam arsitektur Yunani. Gaya ini disebut Gaya Dorik dan lebih
murni dibandingkan gaya ionic.Tiang gaya ionik dari Bait Olympicon terkesan lebih muda. Lebih elegan dan lebih
langsing. Setelah tahun 1600-an, arsitektur Renaisans mulai meninggalkan gaya-gaya klasik, kemudian disambung
dengan kebudayaan Barok (Baroque) dan Rococo. Barok dan Rococo dianggap merupakan bentuk dari kebudayaan
Renaisans juga.
Contoh bangunan dari aliran Barok adalah:
1.Gereja Basilika St. Petrus, Roma (Vatikan)

2.St.Maria Del Voire, Florence

Kubah pada kathedralnya digubah oleh Brunellechi, sedangkan kampanilnya oleh Giotto pada masa
renaissance awal.

3.Doges Palace, Venice

4.El Escorial, Spain