Modernisasi Purse Seine dan Pengembangan

Modernisasi Purse Seine dan Pengembangan SDM Nelayan
Alternatif Solusi Optimalisasi Perikanan Tangkap
*Moh Nur Nawawi

Pendahuluan.
Sumberdaya ikan yang begitu bayak di perairan Indonesia merupakan modal dasar
penguatan ekonomi nasional dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional
yang sangat penting artinya. Pembangunan nasional berdasarkan wawasan
nusantara dan ideologi pancasila mendorong sektor perikanan untuk mampu turut
serta mewujudkan kekuatan ekonomi sebagai upaya meningkatkan ketahanan
nasional.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan harus berdaarkan pada pengelolaan yang
tepat, efektif dan berkelanjutan dengan pendekatan kelestarian ekosistem, dan
optimalisasi kesejahteraan masyarakat. Indonesia memiliki banyak alat tangkap
baik untuk ikan, udang maupun biota laut lainya. Untuk mengekploitasi sumber
daya perikanan digunakan bermacam-macam alat tangkap yang besifat tradisional
oleh nelayan Indonesia, juga alat tangkap modern yang merupakan alat tangkap
lebih produktif dan efisien.
Alat tangkap purse seine atau pukat cincin merupakan salah satu dari sekian jenis
alat tangkap yang sangat dikenal dan banyak digunakan di kalangan nelayan
Indonesia karena pengoperasianya sangat mudah dan hasil tangkapannya banyak

terutama untuk menangkap ikan-ikan pelagis (Farid A,1989). Penangkapan ikan
dengan menggunakan alat penangkapan ikan pukat cincin (purse seine) yang
dilakukan oleh nelayan indonesia masih tergolong sederhana, begitu juga dengan
nelayan kita yang masih memiliki keahlian dalam pengoperasian alat tangkap
pukat cincin dengan cara sederhana.
Modernisasi alat tangkap dan pengembangan sumberdaya manusia nelayan harus
dilakukan agar pemanfaatan sumberdaya perikanan oleh nelayan kita bisa optimal.
Hal ini sangat perlu, bagi upaya mensejahterakan nelayan dan menjaga
keseimbangan ekosistem perikanan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang
bertanggung jawab, berkelanjutan dan berbasis konservasi harus dibarengi dengan
modernisasi alat tangkap dan kualitas sumberdaya manusia yang mumpuni.
Kapal Pukat Cincin (Purse Seiner)
Kapal adalah setiap jenis kendaraan air, termasuk berat kapal tanpa berat benam
(berat tanpa muatan/berat bersih) dan pesawat terbang laut yang digunakan
sebagai sarana pengangkutan di air. (P2TL,1972). Kapal dengan alat tangkap
pukat cincin (purse seine) biasanya di sebut purse seiner. Pukat cincin dapat
dioperasikan dengan satu kapal atau dua kapal. Salah satu kapal harus mempunyai
olah gerak yang baik dan cepat, karena kecepatan kapal melingkarkan jaring pada
gerombolan ikan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan.


Kapal purse seine Tradisional (kiri), Modern (kanan)
Sumber: https://kotaikan.blogspot.co.id/2009/04/nelayan-muncar-pertahankanperalatan.html dan http://www.fis.com/Fis/Worldnews/worldnews.asp?l=
e&id=69003&ndb=1
Kapal purse seine juga harus dilengkapi dengan palkah yang mempunyai
kapasitas yang cukup untuk menyimpan hasil tangkapan selama operasi
penangkapan berlangsung. Kapal pukat cincin harus mampu bergerak cepat
terutama pada saat mengejar gerombolan ikan dan pada saat proses pelingkaran
jaring, untuk itu mesin penggeraknya harus mempunyai daya atau tenaga dorong
yang kuat. Selain itu stabilitas kapal pukat cincin harus mantap karena pada saat
operasi berlangsung kapal akan menerima beban ke samping yang menyebabkan
kapal miring dan keadaan itu sangat berbahaya apabila laut berombak besar.
Kapal purse seine yang dimiliki oleh nelayan kita pada umumnya adalah kapal
purse seine kategori kapal tradisional, menggunakan sistem satu atau dua kapal,
sistem tradisional di tandai dengan sistem houling atau penarikan jaring dengan
menggunakan manusia, sehingga membutuhkan banyak tenaga manusia. Kapal
tradisional juga dalam melakukan penanganan ikan pasca panen hanya
menggunakan garam atau Es, dengan muatan yang tidak terlalu banyak karena
pada umumnya melakukan penangkapan ikan dengan sistem sehari operasi
langsung pulang ke darat (one day fishing).
Kapal purse seine modern seperti di negara-negara maju telah banyak

mengunakan teknologi dalam pengoperasiannya, baik saat melakukan
pendeteksian ikan, saat setting dan houling alat tingkap hingga penanganan ikan
pasca panen. Selain lebih efektif dan efisien daya jelajah operasi kapal purse seine
modern juga samapa pada perairan lepas pantai, dan waktu operasi yang lama.
Kapal purse seine modern dengan teknologi mutakhir dalam melakukan operasi
secara terus menerus kecuali jika terjadi kendala maupun kerusakan-kerusakan
parah pada bagian mesin, alat tangkap, dan badan kapal yang sudah tidak dapat di
perbaiki di laut serta jika terdapat surat-surat kapal yang harus segera diperbaharui
sehingga mengharuskan kapal kembali ke darat. Segala kebutuhan terkait
operasional kapal dan kebutuhan crew kapal disuplay oleh kapal penampung yang
sedang service menampung ikan hasil tangkapan untuk dibawa kedarat.

Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine)

sumber : http://www.xinhaicorp.com/plus/view.php?aid=50
Subani dan H.R Barus (1989), mengatakan purse seine pertama kali diperkenalkan
di Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Laut pada tahun 1970, yaitu dengan
cara melakukan kerja sama dengan pengusaha di Batang Jawa Tengah yang
selanjutnya diaplikasikan di Muncar Jawa Timur pada tahun 1973 dan 1974.
Kalangan masyarakat nelayan tradisional di Indonesia telah lama mengenal purse

seine atau sejenisnya (bentuk dan pengoprasiannya) dengan nama berbeda-beda
seperti pukat langga (di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam), Pukat langgar (di
Sumatra Utara), Goma giob (di Sulawesi Utara dan Maluku), dan Gae (di
Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan).
Purse seine dalam statistik perikanan Indonesia disebut dengan pukat cincin.
Sebutan pukat cincin karena pada bagian bawah dipasangi cincin (ring) yang
berguna untuk mengerutkan bagian bawah jaring sehingga terbentuk kantong. Ada
pula yang menyebutkan purse seine dengan sebutan jaring kantong. Alat ini di
operasikan dengan cara melingkari kawanan ikan, sehingga disebut dengan jaring
lingkar. Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis, baik pelagis kecil
maupun pelagis yang besar.
Prinsip penangkapan purse seine adalah dengan cara melingkari gerombolan ikan
hingga terkurung oleh lingkaran dinding jaring. Agar ikan yang telah terkurung
tidak lolos dari perangkap pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan
sejumlah cincin) dikuncupkan dengan tali kerut (purse line), sehingga purse seine
membentuk seperti tangguk. Kemudian ikan yang telah tertangkap dinaikkan ke
atas kapal sebagai ikan hasil tangkapan.
Keberhasilan operasi penangkan ikan dengan pukat cincin ditentukan oleh desain
alat tangkapnya. Berdasarkan prisip alat tangkap ikan purse seine, maka
pembuatan jaring harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang dijadikan dasar

pembuatan desain, antara lain sebagai berikut:
1. Jaring harus cukup panjang sehingga mampu melingkari gerombolan ikan/
sasaran penangkapan. Panjang jaring haruslah lebih dari 15 kali panjang

kapal dan panjang kantong jaring minimal sama panjang dengan panjang
kapal.
2. Jaring harus mempunyai kedalaman yang cukup besar agar ikan/sasaran
yang meloloskan diri secara vertical ke bawah dapat terhambat oleh jaring.
Mata jaring harus cukup lebar untuk mengurangi berat tahan jaring tetapi
juga cukup sempit agar ikan terjerat/terpuntal pada jaring. Pada bagian
kantong mempunyai ukuran lebih kecil dari pada bagian jaring
lainnya.
3. Jaring dilengkapi dengan pelampung yang cukup untuk mendukung berat
jaring, termasuk berat ikan yang tertangkap pada bagian kantong. Tetapi
jumlah pemberat harus sesedikit mungkin dan cukup untuk menciptakan
kecepatan tenggelam. Pemberat purse seine rata-rata 0,8 kg/meter dan daya
apung minimal 2x jumlah pemberat (termasuk daya tenggelam bagian
lainya).
Purse seine merupakan alat tangkap berbentuk jaring yang dilingkari dengan kapal
yang berkecapatan tinggi. Di bagian bawah jaring terdapat beberapa cincin untuk

lintasan tali kerut. Tali kerut ditarik agar terbentuk kantong di tengah atau disalah
satu ujung jaring. Pada umumnya jaring terdiri dari tiga bagian : sayap, badan,
kantong. Nasution (1978), mengatakan purse seine termasuk alat tangkap yang
khusus untuk menangkap ikan-ikan pelagis baik yang hidup di perairan pantai
maupun lepas pantai. Purse seine dapat menangkap ikan dengan segala ukuran,
mulai dari ikan-ikan kecil sampai ikan-ikan besar tergantung pada mata jaring
yang digunakan. Semakin kecil ukuran mata jaring yang digunakan maka semakin
kecil ikan yang tertangkap.
Spesifikasi Purse Seine

Sumber : http://rustadhieperikanan.blogspot.co.id/2011/05/mengenal-jaringpurse-seine.html

Nasution (1995), mengatakan bahwa bagian-bagian utama dari purse seine adalah
sebagai berikut :
Jaring utama
Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian purse seine berbeda-beda, dan ada pula
yang sama. Bagian yang mempunyai ukuran yang sama terdapat pada bagian
sayap dengan ukuran mata jaring yang besar. Sementara itu pada bagian kantong
ukuran matanya kecil, karena pada bagian ini merupakan tempat berkumpulnya
ikan yang tertangkap sebelum ikan diangkat ke permukaan. Pada umumnya

ukuran benang yang digunakan adalah kebalikan dari mata jaring. Semakin kecil
ukuran mata jaring maka ukuran benangnya semakin besar, begitu sebaliknya.
Selvedge
Pada tali ris atas maupun tali ris bawah, selvedge merupakan mata jaring penguat
yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar tidak
mudah robek pada saat operasi penangkapan berlangsung. Pada umumnya ukuran
mata jaring pada selvedge dua kali lebih besar dibandingkan pada jaring utama.
Sedangkan untuk ukuran mata benangnya tiga sampai empat kali lebih besar dari
ukuran mata jaring utama. Bahan yang digunakan adalah Poly Ethylene (PE) atau
nylon / poly amit (PA).
Tali Ris
Tali ris terdiri dari ris atas dan ris bawah. Tali ris atas untuk pelampung dan tali ris
bawah untuk pemberat. Tali ris atas maupun bawah menggunakan tali yang arah
pintalnya berlawanan yaitu pintalan kiri dan pintalan kanan. Hal ini gunanya
untuk mencegah agar jaring tidak mudah terbelit atau melintir.
Pelampung
Pelampung berguna untuk memberi daya apung pada alat tangkap agar alat
tangkap tersebut dapat berdiri tegak waktu dioperasikan di dalam air. Pelampung
terbuat dari bahan sintetis yang mempunyai berat jenis lebih kecil dari berat jenis
air laut. Pelampung dipasang dengan menggunakan tali yang bahan maupun

ukurannya disesuaikan dengan tali risnya.
Pemberat
Pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap dan agar
jaring dapat terbentang sempurna. Pemberat dipasang dengan mengguanakan tali
pemberat. Pemberat ini dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, murah dan
bahannya mudah didapat, misalnya timah hitam.

Cincin
Cincin terbuat dari kuningan atau besi yang anti karat. Alat ini berguna untuk
jalanya tali kolor waktu ditarik sehingga jaring membentuk kantong. Untuk
memasang ring diperlukan tali ring.
Tali ring
Tali ring adalah tali penghubung antara cincin dengan tali ris bawah. Tali ring
terbuat dari bahan yang sama dengan tali ris atas dan tali ris bawah.
Tali kerut/ Tali kolor ( Purse Line)
Untuk menutup bagian bawah jaring pada waktu dioperasikan digunakan tali
kerut/ tali kolor untuk dilewatkan pada lobang cincin. Dengan ditariknya tali kerut
ini maka ring akan berkumpul sehingga akan membentuk sebuah kantong. Bahan
tali kerut biasanya dipilih tali yang permukaannya licin, kaku dan tinggi
kekuatannya.

Alat Bantu Penangkapan Purse Seine
Dalam operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin diperlukan alat
bantu penangkapan untuk mempermudah dan memperlancar jalannya operasi
penangkapan ikan. Adapun alat bantu penangkapan yang dimaksud sebagai
berikut:
Rumpon

Sumber: http://manajemensplendidus.blogspot.co.id/2016/03/cara-membuatrumpon-sederhana_4.html

Rumpon adalah alat bantu penangkapan yang fungsinya untuk mengumpulkan
ikan pada suatu tempat. Dengan berkumpulnya ikan pada rumpon tersebut
memudahkan nelayan untuk melakukan penangkapan dan kemungkinan
keberhasilan suatu operasi akan semakin besar (Subani dan Barus,1988).
Rumpon tempat berkumpulnya plankton dan ikan-ikan kecil lainnya sehingga
memudahkan ikan-ikan yang lebih besar untuk tujuan mencari makan. Merupakan
salah satu tingkah laku dari berbagai jenis ikan untuk berkelompok di sekitar kayu
terapung jenis ikan tongkol, cakalang dan ikan pelagis lainnya. Dengan demikian
tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan penangkapan.
Kepadatan gerombolan ikan pada rumpon dapat diketahui oleh nelayan
berdasarkan buih atau gelembung-gelembung udara yang timbul di permukaan air,

warna air yang gelap karena pengaruh gerombolan ikan atau banyaknya ikan-ikan
kecil yang bergerak disekitar rumpon (Monitja,1993).
Lampu

Selain rumpon alat bantu penangkapan ikan dengan pukat cincin juga bisa
menggunakan lampu, untuk alat bantu ini digunakan pada saat pengoperasian di
malam hari. Seperti rumpon alat bantu lampu berfungsi untuk mengumpulkan ikan
dengan memanfaatkan tingkah laku ikan yang suka bergerombol dan selalu
menyukai cahaya.
Fish Finder

Sumber: http://eco-globe.com/best-fishfinder-reviews/

Fish finder adalah alat untuk mengetahui kedalaman perairan, mengetahui
gerombolan ikan, mengetahui bentuk dan kondisi di dasar perairan. Dengan
diketahuinya kedalaman perairan maka dapat ditentukan warp yang harus
dikeluarkan dari winch purse seine (area), dan dapat melihat topografi dasar
perairan diantaranya : berlumpur, berpasir, berbatu keras, dasar terdapat banyak
sea weed, bergunung-gunung karang atau dasar rata berkarang keras.
Fish finder merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang sangat dibutuhkan

pada saat survey pada rumpon dan selama operasi penangkapan. Hal ini
disebabkan karena fish finder dapat memberikan informasi pada nahkoda antara
lain mengenai keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan, plankton dan
kedalaman perairan di daerah tersebut.
Global Position System (GPS)

Sumber: https://www.amazon.in/Furuno-GP-25-Colour-Plotter/dp/B01MS4ON0W
GPS adalah alat untuk menentukan posisi kapal di laut dan merupakan hasil
perhitungan satelit. Alat ini juga sangat membantu dalam operasional di atas kapal
terutama ketika kapal sedang mengadakan operasi penangkapan jauh dari pantai
atau pulau.
Pemakaian GPS dan Fish Finder banyak dimanfaatkan oleh kapal-kapal modern
yang beroperasi di perairan laut lepas, zona ekonomi eksklusif sedangkan untuk
nelayan tradisional yang beroperasi diperairan dekat pantai dengan system one
day fishing biasanya menggunakan insting / naluri dan petunjuk alam dalam
menemukan sasaran dan menentukan posisi kapal. Panjerwala adalah seorang
petugas dikapal yang telah memiliki pengalaman lama dalam menacari ikan
bahkan tidak sedikit yang percaya seorang panjerwala memiliki insting yang kuat
dan ilmu magis sehingga bisa menemukan gerombolan ikan dilaut.
Para nelayan tradisional dalam menentukan posisi dan alur pelayaran biasanya
berpatokan pada alam, seperti gunung, suar karena beroperasi dekat dengan
pantai, bisa juga dengan melihat bintang, matahari dan arah angin.

Purse Line Winch

Sumber: http://balebetenajuku.blogspot.co.id/2017/03/teknik-pengoperasian-alattangkap-pukat.html
Purse Line Winch digunakan untuk menarik tali kerut dan menggulungnya pada
purse line drum. Ukuran kecepatan menggulungnya dan kekuatan tarik purse line
winch harus sesuai dengan bentuk dan besarnya winch roller terhadap purse line
yang umumnya berkapasitas 6 ton dan digerakkan dengan hidrolik. Tali kolor
harus terbuat dari bahan yang tahan gesekan dan memiliki breaking strength yang
baik.
Purse line winch biasanya dipakai untuk kapal purse kelas modern, sedangkan
untuk kapal tradisonal biasanya menggunakan sistem dua kapal dimana tali kerut
(purse line) ditarik oleh kapal.
Power Block

Sumber: http://www.thmarco.com/en/productos/una-purse-seiners__6/item/ureticpowerblocks__6.html

Fungsi Power Block adalah alat untuk menarik jaring purse seine dari dalam air ke
atas kapal. Dengan adanya power block maka tubuh jaring yang ada di atasnya
terus terbawa sehingga jaring berada di atas air terangkat naik ke permukaan dan
dapat diturunkan tepat di atas buritan sehingga anak buah kapal hanya bertugas
untuk mengatur alat tangkap tersebut. Keuntungan menggunakan power block
adalah dapat menekan dan meringankan penggunaan tenaga manusia secara
berlebihan.
Power Blok juga di operasikan bagi kapal pukat cincin sekala modern sedangkan
kapal pukat cincin tradisional sebagaimana pada umumnya dioperasikan oleh
nelayan kita masih menggunakan tenaga manusia untuk menarik jaring.
Pengoperasian Pukat cincin (Purse Seine)

Sumber: http://www.nirmalagroup.in/portfolio-items/purse-seine/
Metode penangkapan dengan alat tangkap purse seine adalah dengan cara
melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu bagian bawah jaring
dikerutkan sehingga ikan-ikan akan berkumpul di bagian bawah kantong. Dalam
hal ini dengan mempersempit ruang lingkup gerak ikan, maka ikan-ikan tidak
dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Mata jaring dan lembaran jaring
berfungsi sebagai penghadang ikan dan bukan sebagai penjerat ikan yang akan di
tangkap (Ayodhyoa,1981).
ISSCFG (Internasiaonal Standart Statistical Classification On Fishing Gear) di
dalam Nedelec (1991), mengatakan pukat cincin merupakan salah satu alat
penangkap ikan pelagis yang hidup bergerombol dalam bentuk kelompok renang
(antara lain : cakalang, tongkol, layang, kembung). Ikan terkurung oleh lingkaran
dinding jaring. Agar ikan yang terkurung tersebut tidak dapat lolos dari penangkap
pukat, maka tali ris bawah (yang dilengkapi dengan sejumlah cincin) dikuncupkan
oleh tali kerut (purse line) sehingga pukat cincin membentuk seperti tangguk.
Selanjutnya ikan yang telah ditangkap dipindahkan ke atas kapal sebagai ikan
hasil tangkapan.

Sadhori (1985), mengatakan bahwa arah pelingkaran jaring pada saat melingkari
gerombolan ikan dilakukan berdasarkan arah putaran baling-baling dan letak
penempatan posisi jaring pada lambung kapal. Apabila kapal mempunyai arah
baling-baling kanan maka pada saat melingkari gerombolan ikan kapal berbelok
ke arah kanan akan lebih mudah. Sedangkan penempatan posisi alat tangkap di
tempatkan pada lambung sebelah kanan. Hal ini untuk menghidari jaring dari
putaran baling-baling pada saat kapal melakukan pelingkaran jaring. Dan apabila
kapal mempunyai arah putaran baling-baling kiri, maka arah pelingkaran akan
lebih mudah dilakukan jika berbelok arah kiri dan penempatan jaring disebelah
kiri. Hal ini dilakukan untuk mempermudah operasi penangkapan ikan.
Sebelum dilakukan penurunan alat, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah
menemukan gerombolan ikan atau berusaha untuk menarik gerombolan ikan
supaya berkumpul dengan menggunakan alat bantu berupa rumpon dan cahaya
lampu. Selain itu, pada saat pelingkaran jaring perlu diperhatikan kedudukan
gerombolan ikan dan jaring terhadap arah datangnya angin yaitu harus di atas
angin. Kedudukan kapal terhadap arah pergerakan gerombolan ikan harus berada
di belakang. Sedangkan kedudukan jaring harus menghadang arah pergerakan
ikan.
Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam suatu penangkapan, penentuan akan
suatu daerah penangkapan sangat penting. Yang dimaksud dengan fishing ground
atau daerah penangkapan adalah daerah dimana terdapat berkumpul gerombolan
ikan yang menjadi sasaran tangkap, alat tangkap dapat di operasikan dengan baik,
dan biaya operasi tidak terlalu tinggi.
Ayodhyoa (1981), mengatakan bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan
dengan purse seine ini adalah ikan-ikan pelagic schoaling species. Artinya ikan
tersebut haruslah ikan yang membentuk suatu gerombolan (Schoal) dan berada
dekat dengan permukaan air (Sea surface). Sangat diharapkan pula agar densitas
schoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dengan ikan lainya harus sedekat
mungkin.
Hasil tangkapan
Hasil tangkapan purse seine pada umumnya adalah jenis ikan pelagis (ikan
permukaan) diantaranya ikan layang, bentong, kembung, lemuru, tongkol,
cakalang, tuna, dan lain-lain. Hal ini senada dengan Ayodhyoa (1981), yang
mengatakan pukat cincin pada umumnya digunakan untuk menangkap ikan-ikan
yang lingkungan hidupnya atau daerah geraknya dekat dengan permukaan air.
Jenis-jenis ikan tersebut pada umumnya disebut dengan ikan pelagis yang
hidupnya selalu berkelompok..

Penanganan Hasil Tangkap pasca panen (di atas kapal)
Setelah ikan ditangkap, hal yang tidak kalah pentingnya adalah penanganan ikan
selama berada di atas kapal. Dengan kandungan protein dan kadar air yang cukup
tinggi, ikan merupakan komoditi yang mudah mengalami pembusukan (higly
perishable). Atas dasar itu proses penanganan ikan hasil tangkap pasca panen
harus diperhatikan dengan baik, ikan harus ditangani dengan benar dengan
menjaga kualitas dan rantai dingin agar saat diterima konsumen masih dalam
kondisi segar dan meminimalkan protein dan kandungan ikan lainnya yang
terbuang. Beberapa teknik penanganan hasil tangkapan diantaranya:
Penggunaan Suhu Rendah (Es Batu)
Afrianto.E,dan Liviawaty.E (1989), mengatakan bahwa es batu merupakan
medium pendingin yang paling baik bila dibandingkan dengan medium pendingin
lain karena es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa
mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan juga relative lebih murah. Oleh
karena itu, ikan yang belum mengalami proses apapun (kecuali hanya diberi
proses pendingin) masih dapat dianggap sebagai ikan segar.
Dengan demikian harga jual ikan ini relatif akan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan ikan yang kurang segar. Proses pendinginan ikan lebih efektif bila
dilaksanakan sebelum fase rigomortis berakhir. Apabila dilakukan setelah fase
autolisis, biasanya proses pendingin tidak bermanfaat. Oleh karena itu sebaiknya
proses pendinginan ikan dilakukan secepat mungkin.
Penggunaan Garam (Penggaraman)
Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan diberbagai
negara termasuk Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai media
pengawet. Ikan yang telah mengalami proses penggaraman, sesuai dengan prinsip
yang berlaku, akan mempunyai daya simpan yang tinggi karena garam dapat
berfungsi menghambat atau menghentikan reaksi autolysis dan membunuh bakteri
yang terdapat di dalam tubuh ikan (Afrianto.E,dan Liviawaty.E,1989).
Penggaraman dimaksudkan untuk menghambat ikan hasil tangkapan dari reaksi
kimia yang menyebabkan penurunan kualitas hingga pembusukan, selain itu
proses penggaraman mampu membunuh bakteri dalam ikan. Penggaraman adalah
salah satu teknik penanganan pasca panen yang tergolong murah. Baik
penanganan dengan es batu maupun garam adalah banyak digunakan oleh nelaynnelayan kita, khususnya nelayan tradisional.
Pembekuan dengan mesin pendingin (Freezer)
Pengoperasian alat tangkap pukat cincin dengan sistem kapal modern sudah
banyak yang menggunakan mesin pendingin jenis air blast freezer (ABF) sehingga
ikan hasil tangkapan bisa langsung dibekukan. Sehingga kualitas ikan tetap terjaga
karena proses kimiawi ikan cepat berhenti. Bahkan beberapa kapal modern sudah

langsung melakukan proses produksi dari hasil tangkapan hingga pengolahan ikan
dengan sistem pembekuan (whole round) sehingga ketika sampai ke industri
pengolahan ikan selanjutnya atau konsumen sudah dalam kemasan yang baik.
Teknik Operasi Penangkapan
Persiapan
Kapal purse seine memulai operasi penangkapan dimulai dengan menuju daerah
fishing ground daerah ini diidentifikasi dengan informasi dari lembaga
berkompeten seperti ditjen perikanan tangkap Kementerian kelautan dan
perikanan, dari info perusahaan, dari data operasi lama atau dari fish finder. Bisa
juga fishing ground adalah rumpon yang elah ditanam di perairan.
Setelah di fishing ground jangkar dilanjutkan dengan persiapan jarring dan jika
rencana operasi malam hari menyiapkan lampu sebagai penarik/ pengumpul
gerombolan ikan. Untuk menentukan setting (penururnan alat tangkap) ada dua
hal yang harus diperhatikan diantaranya pencahayaan bulan dan arus. Jika terjadi
pencahayaan bulan yang kuat (bulan purnama), maka operasi penangkapan tidak
dapat dilaksanakan karena pengaruh cahaya bulan dapat mengakibatkan ikan
tersebar merata dan ikan tidak bergerombol.
Keadaan arus yang dilihat yaitu arus bawah dan arus atas harus searah dan
pergerakanya harus sedang/ tidak terlalu kuat. Jika diantara arus atas dan arus
bawah tidak searah dan memiliki pergerakan/tekanan yang sangat kuat, maka
kalau kita menurunkan jaring akan ada beberapa kemungkinan yaitu, (1) Ikan
tidak tertangkap, (2) Jaring tidak dapat melingkar dengan sempurna dan jaring
bisa menjadi kusut, (3) Jaring masuk ke dalam propeller/baling-baling kapal, (4)
Jaring sobek dan biasa hilang.
Penurunan alat tangkap (setting)
Penurunan alat tangkap dilakukan jika sudah dipastikan bahwa daerah tersebut
terdapat gerombolan ikan. Terlebih dahulu diturunkan lampu sebagai alat
pengumpul ikan. Sambil menunggu ikan membentuk gerombolan pada rakit
lampu/ rumpon, kapal mempersiapkan untuk manuver melingkarkan jaring.
Dalam melaksanakan kegiatan setting atau penurunan alat tangkap harus
mengikuti dan memperhatikan pola:
Pertama, Arah Angin, pada saat akan melakukan setting hal yang harus selalu
diperhatikan adalah arah angin. Pada saat cuaca baik jaring diturunkan di bawah
angin dan kapal berada diatas angin, sehingga pada saat jaring selesai diturunkan
kapal akan melintang angin, dan jaring akan terdorong oleh arus. Hal ini
dimaksudkan agar pada waktu proses penarikan tali kolor berlangsung dimana
kapal (mesin) dalam keadaan berhenti, kapal tidak masuk dalam lingkaran jaring
yang bisa mengakibatkan jaring membelit baling-baling kapal.

Kedua, Arus, selain arah angin, arus merupakan hal yang tidak boleh kita abaikan
pada saat melakukan setting. Arah arus yang mendorong jaring diupayakan tidak
membuat posisi jaring menjadi semakin mendekati dan menyelimuti kapal atau
menghindari kondisi dimana akibat dorongan arus menyebabkan posisi kapal
semakin mendekati dan masuk ke dalam lingkaran jaring yang bisa
mengakibatkan jaring membelit baling-baling kapal.
Ketiga, Panjang jarring, setting alat tangkap harus juga memeperhatikan panjang
jaring yang akan dioperasikannya. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan
keliling lingkaran jaring serta jari-jari lingkaran atau merupakan jarak antara
rumpon/rakit lampu kapal sehingga bentuk lingkaran jaring bisa tepat dan sudut
kemudipun dapat diperhatikan.
Setting diawali dengan diturunkannya tali selambar depan kemudian kapal maju
dan melingkari rakit lampu/rumpon dengan kecepatan penuh sambil menurunkan
jaring. Jika jarring sudah bertemu ujung demi ujung dan membentuk lingkaran
yang mengelilingi gerombolan ikan maka selanjutnya tali kolor (purse seine)
segera ditarik secepatnya dengan Winch atau kapal (sistem dua kapal).
Penarikan alat tangkap (Houling)
Hauling diawali dengan menarik tali kolor dengan menggunakan purse winch,
atau kapal. Kecepatan penarikan sesuai dengan keadaan angin, arus, dan ombak.
Apa bila arus sangat kuat maka jangan menarik tali kolor terlalu kuat karena bisa
mengakibatkan putusnya tali kolor. Jika kedalaman laut lebih dangkal dari tinggi
jaring maka penarikan tali kolor segera dilakukan untuk menghindari agar jaring
dan pemberat tidak menyentuh dasar perairan. Namun jika penangkapan
dilakukan di laut dalam, penarikan tali kolor tidak perlu tergesah-gesah dilakukan
dan sebaiknya menunggu sampai pemberat jaring turun semua. Hal ini dapat
diketehui dengan tanda yaitu pelampung telah rata-rata mengapung, barulah
dilakukan penarikan tali kolor.
Penarikan tali kolor (purse line) dilakukan dengan menggunakan purse winch atau
kapal. Sedangkan badan jaring, tali ris atas dan pelampung ditarik dengan tenaga
manusia atau menggunakan power block bagi kapla modern. Setelah jaring naik
diatas kapal maka akan tersisa kantong jaring yang berisi ikan hasil tangkapan.
Ikan hasil tangkapan di naikkan keatas kapal untuk diproses lebih lanjut.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan jaring untuk mengetahui kondisi jaring rusajk
atau sobek atau kondisi masih bagus. Setelah dinyatakan jaring dalam kondisi baik
maka disusun ulang untuk memudadahkan setting selanjutnya.
Penaganan Ikan Pasca Panen
Proses penanganan hasil tangkapan pasca panen adalah proses yang sangat
penting karena ikan adalah komoditi yang mudah mengalami pembusukan, maka
jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat akan cepat mengalami
pembusukan atau rusak. Penanganan ikan pasca panen bisa dilakukan dengan

proses pendinginan dengan Air ES, dengan penggaraman, dengan pendingan air
garam dan es atau dikenal dengan AGADI (air garam dingin) atau untuk kapal
modern bisa menggunakan system pendingan dengan Air blast Freezer.
Sistem penanganan ikan pasca panen dengan menggunakan es, dilakukan dengan
es curah (es yang sudah dihaluskan) dengan susunan es-ikan-es-ikan-es yang
artinya dasar palka ikan diberi lapisan es yang tebal baru di isi ikan dan ditimbun
es kemudian ikan dan ditutup dengan es.

Sistem penanganan ikan dengan Es
Sumber: http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.co.id/2015/02/pendinginanikan.html

Sistem pembekuan ikan
Sumber: http://adiaksa17.blogspot.co.id/2014/12/proses-pembekuan-ikan-didalam-pan.html

Penutup.
Penangkapan ikan dengan alat tangkap pukat cincin adalah menangkap ikan
pelagis yang berada dipermukaan. Ikan-ikan pelagis yang membentuk gerombolan
ikan (Schooling pelagic), Tapi tidak menutup kemungkinan ikan-ikan demersal
juga dapat tertangkap. dikarenakan ikan-ikan ini juga mencari makan ikan-ikan
kecil yang berada di sekitar rumpon
Untuk mencapai keberhasilan suatu operasi penangkapan nelayan haruslah betulbetul memahami beberapa factor yang menentukan keberhasilan suatu operasi
penangkapan di antaranya adalah pemahaman dan penguasaan Fishing Ground
atau daerah penangkapan yang baik untuk dijadikan target penangkapan. Dan
untuk menjaga kualitas ikan hasil tangkapan agar tetap baik dan tidak cepat rusak
atau bertahan lama dan mutu ikan tetap terjaga sampai di pelelangan atau
pemasaran, maka penanganan ikan adalah proses yang sangat perlu perhatian.
Demi kelestarian dan kelangsungan biota laut, khususnya ikan-ikan ekonomis
penting, maka sudah saatnya kita semua bersinergi dalam mewujudkan
pemanfaatan sumberdaya perikanan yang memperhatikan kelangsungan stok dan
kelestarian ekosistem perikanan. Modernisasi alat tangkap dan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia adalah agenda penting untuk direalisasikan.
Bijak memanfaatakan sumberdaya laut untuk kesejahteraan masyarakat dan
warisan kekayaan anak cucu kelak.
Sumber Pustaka:
Direktorat Jendral Perikanan (BPPI).(1988). Pengenalan Bentuk Kapal Perikanan.
Bagian Proyek Pengembagan Teknik Penangkapan Ikan. Semarang.
Monitja, D.R.(1993).Study on The Development of Rumpon As Fish Aggregation
devicein Indonesia. Bulletin.ITK.Maritek. Special Issue.Volume 3 No
2 Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor.
Afrianto.E, Liviawaty.E.(1989). Pengawetan dan Pengelolahan Ikan. KANISIUS.
Barus, H.R dan C.Nasution.(1982).Purse Seine Sebagai Alat Tangkap Ikan
Lemuru (Sardinella Longicep) di selat Bali. Procceding Seminar Ikan
Lemuru di Banyuwangi.
Subani. W,HR Barus.(1988/1989). Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian dan
Pengembangan. Pertanian Depertemen Pertanian Jakarta.
Ayodhyoa,(1988/1989).
Fishing
Methode.
Diktat
Kuliah
Teknik
PenangkapanIkan. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan
Tinggi. Institut Pertanian Bogor.

Farid,A.,

Fauzi.,N.Bandung,Fachrudin,Sugino.(1988).Teknologi Penangkapan
Ikan. Jaringan Informasi Perikanan I Indonesia (Indonesia Fisheries
Information System). Direktorat Jendral Perikanan Bekerja Sama
dengan International Development Research Centre. INFIS Manual
Seri N0. 5. Jakarta.

Naryo Sadhori S.(1985). Bahan Alat Penangkapan Ikan. CV. Yasaguna Jakarta.
Standar Statistik Perikanan.(1975). Direktorat Jendral Perikanan. Jakarta.
--------------,2017. Alat tangkap purse seine. Online diakses 30 maret 2018 dalam
http://purseine.blogspot.co.id/2017/01/alat-tangkap-purse-seine.html
--------------,2015. Alat tangkap purse seine. Online diakses 30 maret 2018 dalam
http://sutris8868.blogspot.co.id/2015/09/alat-tangkap-purse-seine.html