Manajemen sumber daya manusia Organisasi

MANAJEMEN ORGANISASI
Oleh
Fridiyanto
A. Filsafat manajemen
Hakikat Tujuan Manajemen
Hakikat tujuan manajemen menurut Shrode dan Voich (1974) adalah
produktifitas dan kepuasan. Tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan
pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan
kelemahan, peluang, dan ancaman.
Sutermeister (1976) membatasi produktivitas sebagai ukuran kuantitas
dan kualitas kinerja dengan mempertimbangkan kemanfaatan sumber daya.
Produktivitas dipengaruhi perkembangan bahan, teknologi, dan kinerja
manusia. Produktivitas dalam arti teknis merupakan derajat keefektifan,
efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sementara produktivitas dalam
pengertian perilaku merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha
berkembang (Fatah, 1995: 15)
Produktivitas organisasi secara luas yaitu mengidentifikasi keberhasilan
dan atau kegagalan dalam menghasilkan produk tertentu secara kuantitas
dan kualitas dengan pemanfaatan sumber daya dengan benar. Menurut
Gillmore (1974) ada tiga aspek produktivitas, yaitu: prestasi akademis,
kreatifitas, dan pemimpin. Pencapaian produktivitas tersebut ada kaitannya

dengan kelompok. Menurut E. Mayo untuk meningkatkan produktivitas perlu
memperhatikan perilaku manusia, sosial serta segala aspeknya, dan inilah
tugas manajemen.
Hakikat Manusia
Terdapat beberapa pandangan tentang manusia, Hansen (1977)
menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari
dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku individu ditentukan dan
dikontrol oleh kekuatan psikologis yang semula sudah ada pada individu.
Freud mengemukakan tiga komponen individu, yaitu id, ego, super ego. Id
mendasarai berbagai insting manusia yang mendasari perkembangannya,
insting yang paling penting adalah insting seksual dan insting agresi. Instinginsting ini memotivasi manusia dengan prinsip pemuasan diri (Fatah, 1995:
17)
Kelompok Humanis mengatakan bahwa pribadi individu merupakan
proses yang terus berjalan, sesuatu kekuatan yang tidak statis, artinya
individu manusia terus berubah. Manusia pada hakikatnya adalah proses
menjadi, tidak pernah selesai, tidak pernah sempurna.
Kaum behavior menganggap bahwa manusiactora adalah mahluk reaktif
yang perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar, lingkungan sangat
menentukan (conditioning). Skinner (1976) mengemukakan bahwa
kemampuan memilih, menetapkan tujuan, terwujud tingkah laku yang

perkembangannya dapat dianalisis secara ilmiah.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, Fatah (1995) menyimpulkan
bahwa manusia:

1

1. Pada dasarnya memiliki potensi menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan.
2. Terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. Mampu mengarahkan diri ke tujuan positif, mampu mengatur, dan
mengontrol diri, dan menentukan nasibnya.
4. Manusia terus dalam proses dan tidak pernah selesai.
5. Melibatkan diri untuk kepentingan dirinya, dan orang lain.
Pendapat tentang hakikat manusia tersebut tentu akan berbeda apabila
menggunakan pendekatan agama, pada buku ini perspektif agama tersebut
tidak dibahas. Mengenal variabel yang dikemukakan para ahli tersebut
didapati variabel individu, variabel lingkungan yang menghasilkan perilaku
berbeda dan akan memengaruhi praktik manajemen. Dengan mempelajari
variabel tersebut, manajer atau pimpinan organisasi dapat memahami

mengapa suatu individu melakukan suatu tindakan, apa motivasi dan
motivnya.
Hakikat Kerja
Kerja merupakan kegiatan melakukan sesuatu dan orang yang kerja tersebut
ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan mendapatkan imbalan
atas prestasi yang telah diberikan kepada organisasi.
Pada dasarnya orang bekerja utuk memenuhi kebutuhan atas dorongan
motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak perilaku,
sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Proses motivasi sebagian
besar diarahkan untuk memenuhi dan mencapai tujuan (Fatah, 1995: 19).
Teori motivasi tersebut menjadi perhatian para ahli, diantaranya, Maslow,
Herzberg, David C.McClelland, McGregor, Smith, dan Vromm. Kebutuhan
psikologis yang dikemukakan para ahli tersebut berhubungan dengan
pekerjaan. Tetapi William Casteter (1981) menjelaskan alasan lain, dan itu
adalah tugas manajemen untuk mengatasinya. Berikut adalah tiga masalah
yang dihadapi dalam pencapaian tujuan:
1. Bersumber dari individu: Kelemahan intelektual, kelemahan
psikologis, kelemahan fisiologis, demotivasi, personalitas, keusangan
dan ketuaan, preparasi sosial, orientasi nilai.
2. Bersumber dari organisasi. Sistem organisasi, peranan organisasi,

kelompok dalam organisasi, perilaku pengawasan, iklim organisasi.
3. Bersumber dari Eksternal Organisasi. Keluarga, kondisi ekonomi,
kondisi hukum, nilai sosial, peranan kerja, perubahan teknologi,
perkumpulan.
B.Sejarah manajemen
Praktek manajemen sejalan dengan peradaban manusia, namun manajemen
yang sistematik masih baru diterapkan dan dikembangkan. Sekarang ilmu
manajemen diterapkan hampir di setiap organisasi: pendidikan, bisnis, dan
sosial.

2

Islam pada dasarnya telah menyampaikan konsep manajemen, pada awal
penciptaan manusia Allah menyampaikan hal ini kepada malaikat, dan
berdialog.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya
Aku hendak menjdaikan khalifah di bumi’,’Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan

memuji
Engkau
dan
menyucikan
Engkau?’Tuhan
berfirman,’sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(al-Baqarah: 30)
Pada surat al-Baqarah ayat 30 tersebut tujuan Allah menciptakan manusia
sebagai khalifah dengan kejelasan arah, sebagaimana konsep organisasi,
yaitu adanya tujuan.
Banyak pesan mengenai manajemen, mulai dari masa Nabi Adam,
peristiwa Qabil dan Habil merupakan pesan tentang adanya peraturan. Masa
Nabi Nuh tentang manajemen dakwahnya yang baik, dan peristiwa Bahtera
Nuh yang merupakan unsur manajemen, perencanaan. Masa Nabi Yusuf
merupakan masa dimana manajemen diterapkan dengan sangat baik, dan
kepemimpinan handal. Peristiwa Nabi Ibrahim dan Ismail, dimana terjadinya
sebuah dialog tentang perintah dari Allah. Sedangkan pada masa Nabi
Muhammad saw, merupakan cerminan bagaimana ajaran slam meninginkan
umat yang teroganisir dan melakukan pekerjaan dengan baik. Konsep dan
praktek manajemen dalam sejarah Islam terus berlangsung pada masa klasik

Islam, misalnya Abad ke 8 s/d 13 M yang berpusat di Baghdad dan Cordova
Spanyol telah menerapkan ilmu manajemen dalam berbagai bidang
kehidupan, bisa diterapkan di perpustakaan, administrasi pemerintahan,
pendidikan (madrasah)..
Winardi (1990) mengemukakan bahwa peradaban kuno Mesopotamia dan
Mesir sekitar tahun 1200 SM menunjukkan adanya pengetahuan dan
penggunaan manajemen untuk pengelolaan soal politik. Robbins (2011)
menjelaskan bahwa bangunan piramid di Mesir membutuhkan 100.000
pekerja dengan lama pengerjaannya 20 tahun untuk membangun sebuah
piramid. Sebuah pekerjaan yang mustahil kalau tidak ada manajemen dan
manajer yang baik.
Selanjutnya Robbins memberikan contoh manajemen pada masa klasi
yaitu Kota Venice yang merupakan pusat ekonomi dan perdagangan pada
tahun 1400 an. Warga Venice mengembangkan bentuk bisnis dan terlibat
dalam aktifitas sebagaimana yang dilakukan pada saat ini. Misalnya di
Arsenal Venice, kapal perang yang mengarungi kanal pada setiap
pemberhentian, barang barang dan tali menali dipindahkan kekapal barang.
Warga Venice menggunakan gudang dan sistem penyimpanan yang baik
untuk menyimpan barang. Divisi sumber daya manusia berperan mengelola
kekuatan buruh dan sistem penghitungan penghasilan dan biaya.

Tahun 1976, Adam Smith mempublikasikan buku berjudul the Wealth
Nation yang menyatakan bahwa organisasi dan masyarakat akan
memperoleh keuntungan ekonomis melalui Divisi Pekerja (spesialisasi kerja).
Dengan meneliti industri peniti dan lencana, Smith menemukan bahwa 10
individu yang mengerjakan pekerjaan khusus, dapat memproduksi kira kira
48.000 peniti setiap hari. Smith menyimpulkan bahwa divisi buruh akan dapat
meningkatkan kinerja dan produktifitas melalui peningkatan keahlian dan

3

kecekatan, menghemat waktu, dan penciptaan mesin (Robbins, 2011: 57).
Awal Abad VIII ketika mesin sebagai pengganti tenaga manusia, telah
menjadi sebuah Revolusi Industri, yang membuat lebih ekonomis.
Perkembangan besar ini membuat perusahaan membutuhkan seseorang
untuk meramalkan masa tuntutan, menjamin materi cukup untuk menciptakan
produk, membagi tugas, mengarahkan aktifitas sehari-hari, dan itu adalah
manajer.
C.Azas-azas/Prinsip manajemen
Fayol menggambarkan bahwa praktek manajemen tidak jauh dari
menghitung, keuangan, produksi, distribusi, dan fungsi-fungsi bisnis lainnya.

Menurut Fayol aktifitas manajemen merupakan aktifitas umum dari
pengembangan bisnis, pemerintah. Fayol mengembangkan 14 Prinsip
Manajemen yang dapat diterapkan di segala situasi organisasi:
1. Divisi Kerja (Division of Work). Peningkatan spesialisasi melalui
penghususan kerja agar lebih efisien.
2. Otoritas (Authority). Manajer harus dapat memberi perintah, dan
otoritas memberikan mereka hak.
3. Disiplin (Discipline). Anggota harus patuh dan menghormati aturan
organisasi.
4. Kesatuan Perintah (Unity of Command). Setiap anggota seharusnya
menerima perintah dari satu pengawas.
5. Kesatuan Arah (Unity of Direction). Organisasi seharusnya mempunyai
satu rencana tindakan yang memandu manajer dan anggota.
6. Kepatuhan kepentingan individu kepada kepentingan organisasi
(Subordination of individual interests to the general interest).
Kepentingan setiap anggota tidak menganggu kepentingan organisasi
secara keseluruhan.
7. Remunerasi (Remuneration). Anggota harus mendapat bayaran atas
pelayanan dan kinerja mereka.
8. Sentralisasi (Centralization). Tingkat keterlibatan dalam pengambilan

keputusan.
9. Garis Koordinasi (Scalar Chain). Garis otoritas dari top management
ke tingkat terendah.
10. Keteraturan (Ordr). Orang dan barang seharusnya berada pada tempat
yang benar dan waktu yang benar.
11. Keadilan (Equity). Manajer seharusnya adil kepada bawahan mereka.
12. Stabilitas jabatan personil (Stability of tehure of personnel).
Manajemen seharusnya menyediakan dan menjamin penempatan
untuk mengisi peluang jabatan.
13. Inisiatif (Initiative). Anggota terlibat aktif mewujudkan rencana.
14. Semangat korp (Esprit de corps). Semangat tim dalam organisasi akan
membangun harmonisasi. (Robbins, 2011: 31)
Berikut adalah prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan berdasarkan
pendapat pakar manajemen.
1. Prinsip Manajemen Berdasarkan Sasaran (MBS)

4

MBS dipopulerkan oleh Peter Drucker (1954), prinsip ini membantu
memperjelas dan menjabarkan tahap

tujuan organisasi, proses ini
menetukan tujuan atasan dan bawahan. Manajer tingkat atas bersama-sama
dengan manajer tingkat bawah menentukan tujuan unit kerja agar serasi
dengan tujuan organisasi.
Reddin (1971) menjelaskan bahwa MBS akan sukses apabila memiliki
unsur-unsur sebagai berikut: 1) komitmen pada program; 2) penentuan
sasaran pada tingkat puncak; 3) sasaran individu ; 4) peran serta aktif ; 5)
otonomi dalam pelaksanaan ; 6) penilaian prestasi.
MBS memilik keunggulan-keunggulan : Pertama, pengelolaan cendrung
lebih baik karena keharusan membuat program. Kedua, Individu mengikat diri
pada tugasnya (commited). Ketiga, pengawasan lebih efektif berkembang.
Tetapi MBS juga memiliki kekurangan-kekurangan sebagai berikut. Pertama,
tidak mudah menanamkan pemahaman tentang konsep-konsep dan
pemberian motijvasi kepada bawahan untuk mempelajari penggunaan teknik
MBS. Kedua, tidak mudah menentukan tujuan dengan memberikan
kesempatan kepada para anggota untuk berpartisipasi. Ketiga, tidak mudah
menilai prestasi, dan Keempat, perubahan yang diinginkan MBS dalam
perilaku manajer kemungkinan akan menimbulkan masalah dalam proses.
2. Prinsip Manajemen Berdasarkan Orang (MBO)
MBO merupakan konsep modern dalam mengkaji keterkaitan dimensi

perilaku, komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan
pengembangan organisasi. tuntutan perubahan akibat dari internal maupun
eksternal, membawa implikasi terhadap perubahan perilaku kelompok (Fatah,
1995: 39)
Tuntutan perubahan sering ditemukan dalam konflik individu, kelompok,
maupun antar kelompok. Konflik mengharuskan adanya restrkturisasi, dan
perubahanpun tidak terelakkan. Perubahan perilaku dan perubahan
organisasi merupakan bagian esensial manajemen.
3. Manajemen Berdasarkan Informasi (SIM)
SIM dibutuhkan oleh manajer sebagai dasar melakukan pemantauan dan
penilaian kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai. Gordon B. Davis (1974)
mendefinisikan SIM sebagai sebuah sistem manusia dan mesin yang terpadu
untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen,
dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
SIM merupakan keseluruhan jaringan informasi yang ditujukan kepada
pembuatan keterangan-keterangan bagi manajer yang berfungsi untuk
mengambil keputusan. Informasi merupakan data yang telah diolah, dianalisis
melalui suatu cara sehingga menjadi berarti. Sedangkan data adalah fakta
atau fenomena yang belum dianalisis (Fatah, 1995: 45)
D.Fungsi-fungsi manajemen
Perencanaan
Mondy dan Premeaux (1995) dalam Syafaruddin (2005: 61) menjelaskan
bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya
dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. Usman (2008: 60)
mengatakan bahwa perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan

5

sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka
mencapai tujuan yang ditetapkan.
Terry (1973: 192) menjelaskan definisi perencanaan sebagai berikut:
“Planning is the selecting and relating of facts and the making and using of
assumption regarding the future in the visualization and formulation of
proposed activities, believe necessary to achieve desired results.”
Perencanaan menurut Handoko (2003) meliputi: pemilihan atau
penetapan tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijakan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan mencapai
tujuan. Menurut Usman (2008) perencanaan pada hakikatnya merupakan
proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif mengenai sasaran
dan cara yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang guna mencapai
tujuan yang dikehendaki.
Syafaruddin (2005: 68) mengemukakan hasil perencanaan sebagai
berikut:
1. Tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran. Tujuan merupakan rencana
yang dinyatakan harus dicapai yang meliputi sasaran, maksud, tugas
pokok, batas waktu, standar, target.
2. Rencana-rencana tetap. Rencana tetap adalah jenis kebijakan,
metode baku, prosedur operasional yang dirancang untuk berguna
dalam situasi beragam.
Rencana-rencana terpakai. Rencana-rencana terpakai adalah
tindakan yang cocok dengan situasi khusus untuk mencapai tujuan
tertentu. Rencana terpakai dapat berupa: program pokok, proyek,
program khusus, rencana terperinci.
Pengorganisasian
Menurut Holt (1993), “…organizing…the function of gathering resources,
allocating resources, and structuring tasks to fulfill organizational plans.”
Reezer (1973:323) mengatakan “as managerial function, organizing is
defined as grouping work activities into department, assigning authority and
coordinating tha activities of the different departments so that objectives are
met and conflicts minimized.” Pemahaman anggota organisasi akan
penetapan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya itu penting agar mereka
dapat mengambil keputusan terhadap tugas tersebut. Aktifitas manusia yang
terorganisasi timbul karena pembagian kerja yang logis dan sistem
koordinasi.
Pengorganisasian perlu otoritas sebagai hak untuk mengarahkan anggota
organisasi. Tanpa adanya koordinasi yang jelas organisasi akan mengalami
kesulitan mencapai tujuan. Untuk itulah perlunya rantai komando dalam
sebuah organisasi efektif. Saul W. Gellerman mengutip pendapat Samuel B.
Certo, menjelaskan bahwa ada lima macam langkah pokok proses
pengorganisasian sebagai berikut:
1. Melaksanakan refleksi tentang rencana-rencana dan sasaran.
2. Menetapkan tugas-tugas pokok.
3. Menetapkan tugas-tugas pokok menjadi tugas-tugas bagian.
4. Mengalokasi sumber-sumber daya dan petunjuk-petunjuk un tukk
tugas-tugas bagaian tersebut.

6

5. Mengevaluasi mengevaluasi hasil-hasil dari strategi pengorganisasian
yang diimplementasi.
Henri Fayol dalam Winardi (2003) mengemukakan Enam Belas petunjuk
upaya pengorganisasian, sebagai berikut:
1. Persiapkanlah rencana operasi dan laksanakan hal tersebut secara
cermat.
2. Laksanakanlah pengorganisasian faset-faset manusia dan material
demikian rupa, hingga mereka konsisten dengan sasaran-sasaran,
sumber daya, dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh organisasi.
3. Tetapkanlah sebuah otoritas tunggal yang kompeten, dan yang dapat
melaksanakan pembinaan secara enerjik (struktur manajemen formal)
4. Koordinasi semua aktifitas serta upaya.
5. Rumuskan keputusan-keputusan yang jelas, yang bersifat khas dan
tepat.
6. upayakan adanya pemilihan efisien demikian rupa, hingga masingmasing departemen dipimpin oleh seorang manajer kompeten yang
enerjik, dan semua anggota ditempatkan pada posisi didapatkannya
servis maksimal.
7. Rumuskan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban.
8. Rangsanglah inisiatif dan tanggung jawab.
9. Sajikan imbalan cocok dan layak untuk servis yang diberikan.
10. Terapkan sanksi-sanksi terhadap kesalahan yang dilakukan.
11. Pertahankanlah disiplin.
12. Upayakan agar kepentingan individual konsisten dengan kepentingan
umum organisasi yang bersangkutan.
13. Peliharalah kesatuan perintah.
14. Tingkatkan koordinasi material dan manusia.
15. Tetapkan dan laksanakan pengawasan-pengawasan.
16. Hindarilah peraturan-peraturan kaku dan kegiatan administratif
berlebihan.
Konsep dalam pengorganisasian menurut Mondy dan Premeaux (1995) yaitu
tanggung jawab, dan pertanggungjawaban. (Syafaruddin, 2005: 71)
Penggerakan
Penggerakan merupan keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk
mendorong anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik
mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan
ekonomis (Siagian, 2007: 95).
Menurut Siagian (2007) bahwa penggerakan merupakan fungsi organisasi
yang paling sulit dilakukan, dikarenakan faktor-faktor berikut:
1. Dengan berkembangnya ilmu seperti sejarah, psikologi, antropologi,
ekonomi, politik, dan berbagai ilmu tentang manusia lainnya belumlah
mampu menguak misteri manusia itu sendiri.
2. Sumber daya manusia yang paling mendapatkan tempat adalah
manusia, karena manusia mempunyai harkat dan martabat yang
harus dijunjung tinggi, disisi lain manusia harus menjalankan tugasnya
ketika di dalam organisasi.
3. Segala sumber daya seperti dana, alat hanya akan bermakna ketika
dimanfaatkan oleh manusia.

7

4. Sumber manusia merupakan modal terpenting dan bermanfaat bagi
organisasi jika di digerakan secara tepat. Sebaliknya sumber daya
manusia pulalah yang mungkin akan menjadi perusak organisasi
apabila tidak dipenuhi motivasinya dan harga dirinya sebagai manusia.
Henri Fayol berpendapat bahwa cara terbaik menggerakan anggota adalah
dengan cara pemberian komando dan tanggung jawab utama, konsep ini
dikenal dengan istilah commanding. Luther Gullick menyampaikan istilah
directing yaitu sebuh konsep petunjuk dan penentuan arah yang harus
ditempuh anggota di level pelaksana operasional.
George Terry
menyebutnya dengan actuating sebuah konsep yang menyatakan bahwa
manajer harus berkonsultasi terlebih dahulu di level operasional, tetapi
biasanya peran ini lebih bersifat meyakinkan diri level operasional. John F.
Mee menggunakan istilah motivating yang lebih menekankan manajer harus
bersifat mendorong anggota agar intrinsic anggota digabung dorongan
external diharapkan mampu memberikan yang terbaik bagi organisasi.
Pengawasan
Menurut Murdick dalam Fatah (2007) pengawasan merupakan proses dasar
yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya
organisasi. Robins (1984) menjelaskan “Control is the process of monitoring
activities to ensure they are being accomplished as planned and of correcting
any significant deviations.” Sementara Terry (1973) “Controlling is determining
what is being accomplish, that evaluating performance and, if necessary
applying corrective measures so performance takes according to plans.”
Pengawasan akan efektif apabila memiliki karakter sebagai berikut:
1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang
diselenggarakan.
2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan
adanya deviasi dari rencana.
3. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik startegis
tertentu.
4. Objektif dalam melakukan pengawasan.
5. Keluwesan pengawasan.
6. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi.
7. Efisiensi pelaksanaan pengawasan.
8. Pemahaman system pengawasan oleh semua pihak yang terlibat.
9. Pengawasan mencari apa yang tidak beres.
10. Pengawasan harus bersifat membimbing.

8

DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Nanang, Landasan manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008
Robin, Stephen R. Organisation Theory, Structure, Design and Applications.
3-d Edition. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall Inc, 1991.
______________, Management, New York: Prentice Hall, 2011
Winardi, J. Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali Pers,
2003
Siagian, P. Sondang, Kiat Meningkatkan Produktifitas Kerja, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002
Kast, E. Fremont dan Rosenzwerg, E. James, Organisasi dan Manajemen,
Jakarta: Bumi Aksara, 1995
___________Fungsi-fungsi Manajerial (edisi revisi), Jakarta: Bumi Aksara,
2007
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,
2005

9