Konsep Risiko dan asuransi 192

Konsep Risiko
(Abdul Hakim Sembiring 1205170192)
A. Pengertian Konsep Risiko
Dari buku Introduction to Insurance (Study Course 010 The CII Tuition Service)
tulisan Gordon CA Dickson M.Litt. Ph D. FCII; banyak sekali pengertian definitive yang
dapat diuraikan mengenai Risiko.
a. Risiko adalah ketidak pastian akan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian
ekonomis.
b. Risiko adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi, dimana kadangkala kenyataan yang
terjadi berbeda dengan hasil – hasil prediksinya.
c. Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan.
d. Risiko adalah kemungkinan kerugian (Risk is the chance of Loss).
e. Risiko adalah kombinasi dari berbagai keadaan yang mempengaruhinya (Risk is the
combination of hazards), dll.
Pengertian risiko dalam kaitan dengan asuransi, dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti. Ketidakpastian yang dominan adalah ketidak
pastian akan selalu dihadapi semua manusia dalam seluruh aktivitas kehidupannya, baik
kehidupan pribadi (personal) maupun kegiatan usaha (Business)”. Ketidakpastian yang
dominan adalah ketidakpastian akan terjadinya peristiwa dan ketidakpastian akan dialaminya
kerugian (Uncertainlty of Occurrence & Uncertainty of Loss) dari konsep inilah kita bertitik
tolak mempelajari asuransi. Gambaran lebih jelas dapat kita proyeksikan dengan berita-berita

atau catatan tentang peristiwa kecelakaan lalu lintas, bencana alam, kejahatan manusia, dan
kejadian – kejadian lain, yang sering kita baca di surat kabar , majalah dan hampir setiap hari
kita lihat melalui layar kaca televisi.

Ada

lima

konsep

dasar

dalam

Manajemen

Risiko

yang


menurut James

Essinger dan Joseph Rosen harus terlebih dahulu dipahami oleh para pejabat bank yang
terlibat dalam proses Manajemen Risiko, yaitu:
a. Manajemen Risiko hanyalah sebuah pendekatan. Ada banyak pendekatan dalam menilai
risk and return dari setiap transaksi atau instrument. Manajemen risiko akan lebih efektif
untuk portofolio yang besar dan kompleks. Tetapi manajemen risiko merupakan strategi
yang fleksibel, karena tidak hanya diterapkan untuk portofolio yang besar, tetapi juga
dapat menjadi pendekatan yang rinci bagi portofolio yang kecil.
b. Sifat dari instrument yang digunakan akan menentukan parameter dari sebuah strategi
Manajemen Risiko. Secara relative tidak ada satu strategi Manajemen Risiko yang dapat
diterapkan pada semua jenis pasar uang atau semua instrument.
c. Sistem manajemen risiko haruslah sistematis dan diikuti secara konsisten tetapi tidak
kaku dan fleksibel.
d. Manajemen Risiko bukan merupakan alat sulap yang secara ajaib akan meningkatkan
Return dan sekaligus mengurangi Risiko. Peter L. Berstein berpendapat bahwa
manajemen risiko sendiri bisa menghasilkan risiko baru, yaitu berkurangnya
kewaspadaan manajemen Bank terhadap seluruh risiko Bank yang ada. Ibarat pengemudi
mobil yang menggunakan tali pinggang pengaman, akan mengemudikan mobil secara
kurang berhati-hati dibandingkan apabila ia tidak menggunakan ikat pinggang pengaman.

e. Lingkungan usaha bank saat ini telah menyebabkan kompleksitas Manajemen Risiko
menjadi sangat tinggi dan merupakan proses yang semakin sulit. Kecenderungan pasar
yang semakin bergejolak, perkembangan instrument baru, meningkatnya persaingan,
meningkatknya interaksi global, nasabah yang semakin menuntut, dan perkembanganperkembangan baru dalam teknologi informasi dan telekomunikasi telah semakin
mempersulit Pengelolaan Risiko Bank.

B. Bentuk Bentuk Risiko
1. Risiko Murni (Pure Risk) adalah Bentuk risiko yang kalau terjadi akan menimbulkan
Kerugian

(Loss) atau tidak menimbulkan kerugian (No Loss/Breakeven).

Contoh : Risiko Kebakaran, Risiko Kecelakaan.

2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk) adalah Risiko kalau terjadi dapat menimbulkan
Kerugian (Loss), menimbulkan kerugian (No Loss) atau mendatangkan keuntungan
(Gain).
Contoh: Risiko Produksi, Risiko Moneter (Kurs Valuta Asing).
3. Risiko Fundamental (mendasar) adalah Risiko yang kalau terjadi dampak kerugiannya
bisa sangat luas atau bersifat catastrophic. Contoh : Risiko Perang, Gempa Bumi dan

Polusi Udara.
4. Risiko Khusus (Particular), adalah Risiko yag kalau terjadi, dampak kerugiannya
Bersifat lokal tidak menyeluruh atau non catastrophic. Contoh : Risiko Kebakaran,
Risiko Kecelakaan, Pencurian.
Dari ke empat bentuk risiko tersebut, Risiko murni (Pure Risk) dan Risiko khusus
(Particular) yang akan melengkapi 8 (delapan) syarat atau 8 (delapan) elemen agar risiko
dapat diasuransikan (Insurable Risk) atau dapat dialihkan kepada perusahaan Asuransi.

C. Bahaya (Perils)
Adalah kejadian atau peristiwa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi (may and
may not happen). Kalau perils atau bahaya tersebut terjadi, akibatnya dapat menimbulkan
kerugian,

atau

tidak

menimbulkan

kerugian


atau

keuntungan

apa



apa

(Breakeven/Statusquo).
Wujud kejadian atau peristiwanya bisa bermacam-macam, yang semuanya bersumber dari :
a. Alam (Nature) : Bencana Alam (Arc of God) seperti Petir, Gempa Bumi, Angin
Topan, Banjir, Letusan Gunung Api.
b. Manusia (Human) : Kelalaian, kejahatan (Pencurian, Perampokan, Penganiayaan).
c. Peralatan/Harta Benda yang dimiliki, dipergunakan, disimpan, disewa, misalnya :
Kecelakaan Mobil, Korsluiting Listrik, Kompor Meledak dan lain sebagainya.

D. Hazards


Hazards adalah suatu keadaan atau sifat, yang berwujud secara fisik (Physical
Hazards), atau berwujud tingkah laku, karakter dan sifat manusia (Moral hazards), yang
mempengaruhi kemungkinan terjadinya bahaya dan dampak kerugian yang ditimbulkan.
Menurut kamus Inggris yang disusun oleh John B. Echols dan Hanan Shality diartikan
bahwa Hazards adalah bahaya, risiko, mengambil risiko.
Oleh karena itu Physical Hazards adalah Risiko yang berkaitan dengan keadaan fisik
misalnya objek yang diasuransikan berupa rumah atau pabrik dengan konstruksi kelas I, kelas
II, atau kelas III, tidak terawat atau cukup terawat, keadaannya bagus atau kurang bagus.
Risikonya dari segi fisik tinggi atau rendah.
Moral Hazards adalah Risiko yang menyangkut sifat atau karakter manusia, misalnya
sifat tertanggung pemarah, pemabuk, mempunyai hutang, pelit dan sebagainya. Risikonya
dari segi moral yang bersangkutan cukup tinggi atau rendah.

REFERENSI
http://www.darakonsultanasuransi.com/index.php/risk-management-and-risiko/48manajemen
http://www.asuransi-mobil.com/asuransi-konsep-resiko.htm
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx
Darmawai, Drs Herman. Manajemen Risiko: Edisi 1 cetakan ke 8, Jakarta: Bumi Aksara,
2011.

Sunaryo T. Manajemen Risiko Financial, Jakarta: Salemba 4, 2009.

LAMPIRAN
Penerapan Manajemen Risiko Korporat di PT. KIMIA FARMA
Manajemen risiko telah diterapkan di Perseroan sejak tahun 2011 dengan mengadopsi
kerangka kerja manajemen risiko COSO ERM. Pada tahun 2012, seiring dengan
perkembangan dan perubahan organisasi, Perseroan melakukan revisi Pedoman Manajemen
Risiko menjadi berbasis ISO 31000:2009.
Pengelolaan manajemen risiko berada di bawah Unit Kepatuhan dan Manajemen
Risiko (KMR) dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama. Pada tahun 2013,
KMR membangun kesadaran manajemen risiko semua unit bisnis melalui pelatihan
profilisasi risiko dan membangun infrastruktur yang menjadi basis proses manajemen risiko
yang efektif.
Paparan berikut ini adalah profil risiko Perseroan yang dibagi berdasarkan 3 kategori risiko
yaitu: (1) risiko strategis, (2) risiko keuangan, dan (3) risiko operasional
1. R isiko Strategis
Risiko strategis merupakan peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal
seperti perubahan kondisi ekonomi makro, hukum dan regulasi, sosial/masyarakat, politik
dan/atau faktor lain yang mempengaruhi keberlangsungan Perseroan.



Pemberlakuan UU BPJS Kesehatan

R isiko penerapan Undang-Undang No. 24tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) dapat berdampak pada perubahan strategi manajemen Perseroan serta pada
peraturan pengadaan barang dan jasa, yang selanjutnya dapat mempengaruhi penjualan dan
laba Perseroan. Selain itu, Perseroan mendapat tuntutan yang lebih besar untuk pemenuhan
kebutuhan layanan kesehatan bagi seluruh peserta BPJS Kesehatan. Risiko ini ditangani
dengan menyediakan produk-produk yang terjamin kualitas dan mutunya, meningkatkan
pendistribusian produk hingga ke pelosok daerah, membuat selebaran untuk publikasi
layanan pemenuhan sistem kesehatan nasional, serta menyiapkan sistem informasi yang
terintegrasi yang dapat mengelola database peserta BPJS Kesehatan guna memudahkan
pelayanan dan pemantauan peserta yang berobat di seluruh jaringan klinikkesehatan
Perseroan.



Dukungan infrastruktur untuk meningkatkan pangsa pasar luar negeri

Risiko ketidaksiapan infrastruktur dalam mengantisipasi permintaan pasar di luar negeri

berdampak pada pencapaian sasaran pertumbuhan penjualan Perseroan. Risiko ini ditangani
dengan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM serta mendorong aktivitas produksi
yang terencana dan terintegrasi.


Integrasi fungsi supply chain dalam manajemen ketersediaan bahan baku

R isiko ketersediaan bahan baku berdampak pada sasaran Perseroan untuk mewujudkan value
chain Supply Chain Management (SCM) yang efektif. Penyebab risiko tersebut adalah
terlambatnya pengiriman bahan baku oleh supplier serta belum optimalnya perencanaan atau
forecasting dalam pengadaan bahanbaku. Risiko ini ditangani dengan melakukan pemantauan
intensif terhadap proses pengadaan bahan baku, terutama untuk bahanbaku impor, serta
melakukan pemantauan terhadap optimalisasi proses Surat PermintaanPengadaan Barang
(SPPB).
2. Risiko Keuangan
R isiko keuangan merupakan peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh pergerakan atau
fluktuasi variabel-variabel pasar serta perubahan kurs valuta asing, harga bahan baku, tingkat
suku bunga, biaya transportasi dan distribusi, serta gagal bayar dari pelanggan.



Efisiensi dan efektivitas anggaran

Risiko perencanaan biaya yang tidak efisien dan efektif akan berdampak pada manfaat
optimal dari penggunaan anggaran. Penyebab risiko tersebut adalah kurangnya analisis yang
terintegrasi dalam proses penentuan anggaran yang dilakukan oleh baik unit terkait maupun
lintas unit, serta tingginya biaya pegawai yang sangat dipengaruhi oleh besaran UMP. Risiko
ini ditangani dengan melakukan koordinasi lintas unit yang terintegrasi serta memastikan
penerapan pengendalian internal yang efektif di seluruh tingkatan dan fungsi di dalam
Perseroan.



Perubahan nilai valuta asing

Risiko perubahan nilai valuta asing akan berdampak terhadap keberlangsungan pemenuhan
kewajiban atas penyelesaian transaksi pembayaran barang atau bahan impor yang dilakukan
oleh Perseroan. Penyebab risiko tersebut adalah terjadinya krisis global. Risiko ini ditangani
dengan melakukan analisis risiko pasar yang sesuai dengan selera Perseroan, menjaga tingkat

likuiditas baik dengan membentuk cadangan dana dalam mata uang asing secara cermat

dan/atau mengupayakan pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif.


Pengendalian harga pokok penjualan (HPP)

Risiko HPP yang tinggi akan berdampak terhadap penentuan harga produk dan pada akhirnya
akan mempengaruhi daya beli konsumen, dan/atau setidaknya, pengurangan permintaan
terhadap produk tersebut. Penyebab risiko tersebut adalah persaingan sektor farmasi yang
semakin ketat dan belum diterapkannya sistem pembelian pengadaan bahan baku/bahan
kemas dengan sistem kontrak jangka panjang. Risiko ini ditangani dengan membentuk daftar
sumber bahan baku dan bahan kemas yang optimal guna mendapatkan harga yang kompetitif,
menguntungkan, dan menekan biaya inklaring (bongkar muat) barang impor, serta
memperkuat proses pemantauan berkala di internal pengadaan.
3. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh tidak cukupnya
dan/atau tidak berfungsinya proses internal/prosedural, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Perseroan.


Pengembangan produk non-generik

Risiko pengembangan produk non-generik akan berdampak pada optimalisasi tingkat
pertumbuhan penjualan. Penyebab risiko tersebut adalah pengembangan produk non generik
sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar dan daya beli masyarakat. Risiko ini ditangani
dengan inovasi produk yaitu menciptakan dan/atau mengembangkan produk yang mengacu
pada kebutuhan demografi.
Integrasi perencanaan produksi lintas
fungsi
R isiko perencanaan produksi lintas fungsi
yang belum terintegrasi dan komprehensif
berdampak pada pencapaian sasaran
Perseroan, yaitu terwujudnya value chain
Supply Chain Management (SCM) yang efektif.
Penyebab risiko tersebut adalah ketidaktepatan hasil forecasting serta keterlambatan
pelaporan
hasil forecasting kepada fungsi perencanaan

dan pengendalian logistik. Risiko ini ditangani
dengan mengembangkan Prosedur Operasi
Standar (Standar Operating Procedure, SOP)
yang terkait dengan proses perencanaan
penjualan dari bagian marketing, pemesanan
bahan baku dari pabrik, dan pengiriman produk
ke logistik
• Penempatan karyawan sesuai kompetensi
R isiko penempatan karyawan yang tidak tepat
akan berdampak pada kinerja dan produktivitas
karyawan dalam melaksanakan proses bisnis
Perseroan sesuai dengan sasaran Perseroan
yang telah ditetapkan. Penyebabnya adalah
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
dan kurangnya pelatihan dan pengembangan
karyawan yang efektif. Risiko ini ditangani
dengan melakukan talent mapping untuk
setiap individu sebagai acuan untuk promosi,
mutasi, dan rotasi sesuai dengan kebutuhan
Perseroan.