Prinsip moral dasar dan kepribadian mora

PRINSIP MORAL DASAR DAN KEPRIBADIAN MORAL YANG KUAT
MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi Guru
yang dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Mimien Heni Irawati Al Muhdar, M.S.

Kelompok 7/ B
Arum Tri Hayuning Tyas K.S.

1303416

Evi Wulandari

130341614815

Siti Nur Aisyah

130341614813

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2015

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami dapat meyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Prinsip Moral Dasar dan Kepribadian Moral yang Kuat”
guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi Guru yang dibimbing oleh
Prof. Dr. Hj. Mimien Heni Irawati Al Muhdar, M.S., kami berharap dengan adanya
makalah ini pengetahuan dan wawasan baru yang di peroleh pembaca dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah kami. Oleh karena itu,
kritik, saran dan tanggapan dari pembaca sangat kami harapkan agar kedepannya
makalah kami menjadi lebih baik. Akhirul kata wabiltaufiq walhidayah jaza khayra
katsira rabbi syrahli shodri wayassirli amri wahlul ‘uqdatan millisani yafqahu qawli.

Malang, 10 Oktober 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

I.

Latar Belakang
Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta
perhatian, terutama bagi para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan para orang tua.
Tidak henti-hentinya kita mendengar berita tentang tindakan kriminalitas yang
dilakukan oleh anak-anak, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang hampir setiap
minggu diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun elektronik. Bagi
warga Ibukota bukan suatu hal yang aneh apabila mendengar atau melihat anak-anak
sekolah melakukan tawuran (perkelahian antar pelajar) yang tidak sedikit
menimbulkan sejumlah korban. Diperlukan waktu yang panjang dan upaya pendidikan
yang sungguh-sungguh untuk mengatasi kondisi ini. Pendidikan dalam hal ini
diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap,
pengetahuan dan keterampilan tertentu dari generasi sebelumnya kepada generasi
berikutnya.

Pendidikan

merupakan


alat

strategis

untuk

membentuk

dan

mengembangkan nilai, sikap dan moral dari generasi sebelumnya kepada generasi
berikutnya. Adapun moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh
akal, adat dan agama, yang memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia di harapkan atau di tuntut agar
memiliki nilai Moral dan Etika yang baik. Moral dimiliki dalam diri manusia yang pada
dasarnya baik dan juga terpuji. disaat seseorang telah memiliki moral yang baik maka
penilai orang lain terhadap dirinya akan menilainya memiliki pribadi yang baik juga.
Didalam setiap agama di dunia mengajarkan bagaimana cara untuk menjadi pribadi yang
baik karna moral yang terdapat pada dirinya menentukan bagaimana kepribadian
seseorang tersebut. Ketika seseorang tidak memiliki moral yang baik maka hidupnya pun

tidak akan baik, kepribadiannya rapuh dan sulit menjalin hubungan sosial dengan orangorang disekitarnya. Maka itu pentingnya seseorang berusaha memiliki moral yang baik
adalah suatu keharusan.

Untuk itu, kita akan mulai pembahasan mengenai prinsip moral dasar, prinsip
keadilan, prinsip hormat terhadap diri sendiri, dan sikap kepribadian yang kuat. Agar
nanti sebagai calon pendidik dapat menerapkannya pada peserta didik.
II.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas yaitu:
1. bagaimana prinsip moral dasar?
2. bagaimana aplikasi prinsip moral dasar dalam kehidupan?
3. bagaimana kepribadian moral yang kuat?
4. mengapa keutamaan moral itu penting?

III. Tujuan
Tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu:
1. mengetahui prinsip moral dasar
2. mengetahui bagaimana aplikasi prinsip moral dasar dalam kehidupan
3. mengetahui bagaimana kepribadian moral yang kuat

4. mengetahui mengapa keutamaan moral itu penting

BAB II
PEMBAHASAN
I. Prinsip Moral Dasar dan Kepribadian Moral yang Kuat
1.1 Prinsip Moral Dasar
a. Prinsip Sikap Baik
Prinsip ini merupakan prinsip yang paling utama daripada prinsip yang lain
karena prinsip ini mempunyai arti yang sangat besar di kehidupan manusia. Prinsip ini
mengatakan bahwa pada dasarnya, kecuali ada alasan khusus, kita harus mendekati siapa
saja dan apa saja dengan positif, dengan menghendaki yang baik bagi dia. Artinya, bukan
semata-mata perbuatan baik dalam arti sempit, melainkan sikap hati positif terhadap
orang lain, kemauan baik terhadapnya. Bersikap baik berarti, memandang seseorang dan
sesuatu tidak hanya sejauh berguna bagi dirinya, melainkan menghendaki, menyetujui,
membenarkan, mendukung, membela, membiarkan, dan menunjang perkembangannya
(Suseno, 1987:131). Bersikap baik inilah yang menjadi dasar semua norma moral. Karena
hanya atas dasar prinsip itu, maka akan masuk akal bahwa kita harus bersikap adil, atau
jujur, atau setia kepada orang lain.
b. Keadilan
Prinsip keadilan pada hakikatnya adalah dari kata dasarnya, yaitu adil yang

artinya memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Karena pada hakikatnya
semua orang sama nilainya sebagai manusia, maka tentunya semua orang wajib
diperlakukan sama, dan mendapat keadilan yang sama pula. Disini artinya bahwa prinsip
ini menuntut kita agar tidak melanggar hak orang lain, dan selalu bertindak, bersikap
yang baik (Adyantari, 2014).
Jadi prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan
yang sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi yang sama dan untuk
menghormati hak semua pihak yang bersangkutan. Secara singkat, keadilan menuntut

agar kita jangan mau mencapai tujuan-tujuan, termasuk hal yang baik, dengan melanggar
hak seseorang.
c. Hormat terhadap Diri Sendiri
Prinsip ini menekankan bahwa setiap manusia harus memperlakukan dirinya
dengan hormat, melakukan sesuatu yang bernilai pada dirinya. Kita wajib untuk
menghormati martabat kita sendiri. Prinsip ini mempunyai dua arah:
1. Pertama, dituntut agar kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, atau
diperbudak.
Perlakuan tersebut tidak wajar untuk kedua belah pihak, maka yang
diperlakukan demikian jangan membiarkannya berlangsung begitu saja apabila ia
dapat melawan, sebab kita mempunyai harga diri. Dipaksa untuk melakukan atau

menyerahkan sesuatu tidak pernah wajar.
2. Kedua, kita jangan sampai membiarkan diri terlantar.
Prinsip ini berdasarkan paham bahwa manusia adalah person, pusat
berpengertian dan berkehendak, yang memiliki kebebasan dan suara hati, mahluk
yang berakal budi (Suseno, 1987:133). Sebagai kesimpulan, kebaikan dan
keadilan yang kita tunjukkan kepada orang lain, perlu diimbangi dengan sikap
yang menghormati diri kita sendiri sebagai mahluk yang bernilai pada dirinya
sendiri. Kita mau berbaik kepada orang lain dan bertekad untuk bersikap adil,
tetapi tidak dengan membuang diri.
2.1 Implementasi Prinsip Moral Dasar Dalam Kehidupan Sehari-hari dan Dalam
Profesi Guru
Menurut saya dalam masyarakat Indonesia terjadi krisis moralitas, apalagi pada
generasi muda yang notabene merupakan ujung tombak bangsa. Banyak peristiwa mulai
dari korupsi, narkoba, pencurian, dan tindakan-tindakan kriminal lainnya yang
mencerminkan bagaimana moral sudah dikesampingkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Contohnya banyak dari generasi muda yang mengkonsumsi narkoba,
Seharusnya sebagai generasi muda tidak perlu ikut-ikutan terkena arus westernisasi yang
negatif seperti ini. Ini tidak akan terjadi jika kita menerapkan ketiga prinsip moral di atas

yakni prinsip sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap diri sendiri. Jelas menggunakan

narkoba sudah bertentangan dengan ketiga prinsip moral itu (Adyantari, 2014).
Menerapkan moral dalam kehidupan sehari-hari memang sebuah keharusan
karena sering terjadi pertentangan moral antara moral masyarakat dengan moral dalam
diri kita. Misalnya dalam hal menyontek waktu ujian. Seringkali saya dihadapkan pada
teman-teman yang memang hobi menyontek saat ujian, padahal menyontek dari segi
moral sudah salah, sudah melanggar ketiga prinsip moral dasar, selain itu menyontek juga
sikap tidak jujur, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Di sini saya harus
mempertahankan suara hati saya untuk tidak memberi contekan, walaupun dipaksa oleh
lingkungan saya. Nah, peran suara hati di sini membantu saya untuk menentukan
tindakan penolakan yang saya ambil (Adyantari, 2014). Dalam kaitannya dengan profesi
guru, seorang guru juga harus menerapkan ketiga prinsip di atas, yaitu bersikap baik dan
adil pada siswanya. Artinya guru tidak membeda-bedakan siswa berdasarkan apapun,
baik itu ras, agama maupun sosial ekonomi.
2.3 Sikap Kepribadian yang Kuat
a. Kejujuran
Menurut KBBI pengertian jujur adalah lurus hati, tidak berbohong , tidak curang,
tulus dan

ikhlas. Sedangkan kejujuran menurut KBBI adalah sifat (keadaan) jujur,


ketulusan (hati) dan kelurusan (hati). Dalam bahasa Arab jujur sama maknanya dengan
“ash-shidqu” atau “shiddiq” yang berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini
adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu
bermakna:
(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
(2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;
(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan
(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.
Kejujuran merupakan pondasi utama atas tegaknya nilai-nilai kebenaran karena
jujur itu identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman dalam al-Qur'an yang Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan

ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzāb/33:70) Orang yang beriman
perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya (jujur) karena sangat berdosa besar bagi
orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau
berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman, “Wahai orangorang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.” (Q.S. ash-¤aff/61:2-3).
Macam-macam kejujuran:
1. Jujur dalam berbicara

Setiap manusia berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan
dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan,
kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu. Setiap
muslim dituntut untuk selalu berkata jujur, walau pun bercanda. Rasulullah saw. bersabda,
"Aku akan menjamin rumah dipinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan
walau pun (dalam posisi) benar, dan (aku akan menjamin) rumah di tengah-tengah surga
bagi orang yang meninggalkan kata dusta dalam keadaan bercanda, dan (aku akan
menjamin) rumah di surga yang paling tinggi bagi orang yang berbudi pekerti tinggi bagi
orang yang berbudi pekerti mulia." (HR Abu Dawud; hadits hasan).
Setiap muslim wajib jujur ketika berjual beli. Hendaknya setiap kekurngan dn
kelebihan barang yang dijual dikatakan secara jujur dan tidak ada yang ditutupi lagi.
Dengan kata lain, dia harus berkata jujur, tidak menyuap dan tidak menipu. Tersebarnya
Islam di seluruh belahan negara Afrika, bahkan di seluruh pelosok dunia, disebabkan oleh
kejujuran orang-orang muslim dalam praktik jual-beli mereka. Orang-orang non muslim
takjub dengan kejujuran dan toleransi yang ada pada tubuh umat Islam. Itulah yang
menyebabkan mereka berbondong-bondong memeluk Islam. Kini umat Islam sangat
membutuhkan etika dan transaksi yang telah diatur oleh Islam demi mewujudkan
kebahagiaan seluruh umat manusia.
2.


Jujur dalam niat dan kehendak
Kejujuran bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika amalnya tidak murni untuk

Allah swt., tetapi demi kepentingan nafsunya berarti dia tidak jujur dalam berniat, bahkan
bisa dikatakan telah berbohong.

3.

Jujur dalam berkeinginan dan dalam meralisaikannya
Keinginan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan seseorang, "Jika

Allah memberiku harta, akau akan menginfakkan semuanya." Keinginan seperti ini ada
kalanya benar-benar jujur dan ada kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran
dalam merialisasikan keinginan, seperti apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk
bersedekah. Tekas tersebut bisa terlaksana bisa juga tidak. Penyebab tidak terealisainya
tekad tersebut bisa saja karena dia memiliki kebutuhan yang mendesak, tekadnya hilang,
atau lebih mengedepankan kepentingan nafsunya.
4.

Jujur dalam bertindak
Kejujuran dalam bertindak berarti tidak ada perbedaan antara niat dan perbuatan.

Jujur dalam hal ini juga bisa berarti tidak berpura-pura khusyu dalam beramal sedangkan
hatinya tidaklah demikian.
5.

Jujur dalam hal keagamaan
Jujur dalam agama adalah derajat kejujuran tertinggi, seperti jujur dalam rasa

takut kepada Allah swt., mengharap ridha-Nya, zuhud, rela dengan pemberi-Nya, cinta
dan tawakal. Semua perkara tadi memiliki fondasi yang menjadi tolok ukur kejujuran
seseorang dalam menyikapinya. Kejujuran juga memiliki tujuan dan hakikat. Orang yang
jujur adalah mereka yang mampu mencapai hakikat semua perkara tadi dan mampu
mengalahkan keinginan nafsunya.
Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang
biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan
kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan
harfiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau
tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap
atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya. Bersikap
jujur terhadap orang lain memiliki dua arti : pertama, sikap terbuka, kedua bersikap adil
atau wajar. sikap terbuka yang dimaksud yaitu kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri,
sesuai dengan keyakinan kita. Dalam setiap sikap dan tindakan kita memang hendaknya
tanggap terhadap kebutuhan. Kedua terhadap orang lain orang jujur bersikap wajar atau
fair, ia memperlakukan menurut standar-standar yang diharapkannya di pergunakan orang
lain terhadap dirinya. Ia menghormati hak orang lain, ia akan selalu memenuhi janji yang

diberikan. Ia tidak pernah akan berindak bertentangan dengan suara hati atau
keyakinannya.
Pengaruh kejujuran bagi manusia
1.

Orang yang terbiasa hidup jujur ketika akan melakukan kebohongan tentu akan
berfikir akibat dari kebohongan itu, minimal antara dirinya dengan manusia.lihatlah
contoh negara-negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, semua maju
dengan pesat dalam segala bidang, padahal negara-negara tersebut ada yang tidak
beragama, kenapa mereka maju? Karena mereka telah mengedepankan nilai-nilai
kejujuran dalam hidupnya, hanya mungkin yang kurang pada diri mereka hubungan
dirinya dengan Tuhan.

2.

Hidup tidak akan pernah gelisah, apalagi kejujuran itu sangat diagungkan oleh
Tuhan
b. Nilai Otentik
Otentik berarti asli, manusia otentik adalah manusia yang menghayati dan

menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya.
Sedangkan manusia yang tidak otentik adalah orang yang seakan-akan tidak mempunyai
kepribadian sendiri melainkan terbentuk oleh peranan yang di timpakan kepadanya oleh
masyarakat (Bartens,1993). Untuk menguji keotentikan cita-cita perlu dilakukan
percobaan-percobaan, contohnya ia memasuki lingkungan yang lain dengan nilai-nilai
yang lain yang tanggung jawab dan inisiatifnya ditantang dan diberi kesempatan untuk
menunjukkan inisiatifnya dengan tidak terlalu diatur.
Tentu nilai-nilai dapat berkembang. Orang harus mengerti apa yang sebenarnya di
nilainya tinggi dan apa yang sebenarnya tidak disukainya. Ia harus berani untuk
menunjukkan diri secara otentik terhadap lingkungannya. Jadi ia tidak lagi menunjukkan
diri sebagaimana ia mengira bahwa lingkungan mengharapkan ia menunjukkan diri,
melainkan sesuai dengan kediriannya yang sesungguhnya. Jadi ia berani muncul di
panggung masyarakat, ia sendiri, dan bukan jiplakan harapan masyarakat yang sering
sekali juga bukan harapan masyarakat, melainkan apa yang dibayangkannya bahwa di
harapkan masyarakat dari padanya.

c. Kesediaan untuk Bertanggung Jawab
Tanggung jawab menurut KBBI adalah kewajiban menanggung segala sesuatu.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang
disengaja atau tidak disengaja. Dengan kata lain tanggung jawab adalah kewajiban atau
beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak lain atau
sebagai pengabdian dan pengorbanan pihak lain. Kesediaan untuk bertanggung jawab
sendiri terdiri atas beberapa aspek yaitu;
1) bersedia untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin.
Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita. Kita
akan melaksanakan dengan sebaik mungkin, meskipun di tuntut pengorbanan,
kurang menguntungkan atau di tentang orang lain. Sebenarnya tugas bukan hanya
sekedar masalah tetapi tugas dapat kita rasakan sebagai sesuatu yang mulia yang
harus kita pelihara dan kita selesaikan dengan baik.
2) sikap bertanggung jawab mengatasi segala etika peraturan. Orang yang
bertanggung jawab akan melanggar peraturan jika tampak tidak sesuai dengan
tuntunan situasi. Misalnya saja, seorang pembantu rumah tangga berhak untuk
pergi sesudah jam 18.00, akan tetapi tetapi dia juga harus tetap menjaga anak tuan
rumah sampai mereka pulang meskipun lewat jam 18.00.
3) wawasan orang yang bersedia untuk bertanggung jawab secara prinsipsial tidak
terbatas. Ia tidak membatasi perhatiannya pada apa yang menjadi urusan dan
kewajibanya, melainkan merasa bertanggung jawab dimana saja ia di perlukan.
4) kesediaan untuk bertanggung jawab termasuk kesediaan untuk diminta dan
memberikan pertanggungjawaban atas tindakan-tindakanya atas pelaksanaan
tugas dan kewajibannya. Kesediaan untuk bertanggung jawab demikian adalah
tanda kekuatan batin yang sudah mantap.
d. Kemandirian dan Keberanian Moral
Menurut Wibowo (2001) moral adalah hal yang mendorong manusia untuk
melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai “kewajiban” atau “norma”. Sedangkan
menurut Atkinson (1969) menemukaan moral atau moralitas merupakan pandangan
tentang baik dan buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Selain

itu moral juga merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu masyarakat berkenaan
dengan karakter atau kelakuan dan apa yang harus dilakukan manusia.
Menurut Bartens (1993), kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk
mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya. Kemandirian
moral juga berarti bahwa kita tak pernah ikut-ikutan saja dengan berbagai pandangan
moral dalam lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian
sendiri dan bertindak sesuai dengannya. Mandiri secara moral berarti bahwa kita tidak
dapat “dibeli” oleh mayoritas, bahwa kita tidak akan pernah rukun hanya demi
kebersamaan kalau kerukunan itu melanggar keadilan. Sikap mandiri pada hakekatnya
merupakan kemampuan untuk selalu membentuk penilaian terhadap suatu masalah moral.
Kemandirian merupakan keutamaan intelektual dan kognitif. Sebagai ketekatan dalam
bertindak sikap mandiri di sebut keberanian moral.
Keberanian moral menunjukkan diri dalam tekat untuk tetap mempertahankan
sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban, walaupun tidak disetujui atau secara aktif
dilawan oleh lingkungan. Orang yang berani secara moral akan membuat pengalaman
yang menarik. Setiap kali ia berani mempertahankan sikap yang diyakini, ia merasa lebih
kuat dan berani dalam hatinya, dalam arti bahwa ia semakin dapat mengatasi perasaan
takut dan malu yang sering mencekamnya. Ia merasa lebih mandiri. Ia memberikan
semangat dan kekuatan berpijak bagi mereka yang lemah, yang menderita akibat
kezaliman pihak-pihak yang kuat dan berkuasa.
f. Kerendahan Hati
Kerendahan hati tidak berarti bahwa kita merendahkan diri, melainkan bahwa kita
melihat diri seadanya. Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai
dengan kenyataannya. Ia tidak mengambil posisi berlebihan yang sulit dipertahankan
kalau ditekan. Ia tidak takut bahwa kelemahannya ketahuan. Ia sendiri sudah
mengetahuinya dan tidak meyembunyikannya. Tanpa kerendahan hati keberanian moral
mudah menjadi kesombongan atau kedok untuk menyembunyikan. Orang yang rendah
hati sering menujukkan daya tahan yang paling besar apabila betul-betul harus diberikan
perlawanan. Orang yang rendah hati tidak merasa diri penting dan karena itu berani untuk
mempertaruhkan diri apabila ia sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya.

g. Realistik dan Kritis
Orang-orang yang mau kita bantu adalah orang-orang yang hidup dunia real.
Maka, tanggung jawab kita harus real juga. Kita harus membuka mata lebar-lebar
terhadap realitas. Kita mempelajari keadaan dengan serealis-realisnya agar semakin
disesuaikan dengan tuntutan prinsip-prinsip dasar. Sikap kritis diperlukan agar kita terus
menerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih adil, sesuai dengan martabat manusia,
dan orang-orang lain dapat lebih bahagia. Sikap kritis juga perlu terhadap segala macam
kekuatan, kekuasaan, dan wewenang dalam masyarakat. Kita tidak dapat tunduk begitu
saja terhadap wewenang yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan menciptakan
kebahagian bagi semakin banyak orang. Pedomannya adalah untuk menjamin keadilan
dan menciptakan suatu anggota masyarakat yang membuka kemungkinan lebih besar
bagi anggota-anggota untuk membangun hidup yang lebih bebas dari penderitaan dan
lebih bahagia (Machmud dan Rumate, 2005).
2.4 Pentingnya Keutamaan Moral dalam Menjalankan Tugas dan Kehidupan
Sehari-hari
Mengapa moral begitu penting bagi kehidupan kita dan bagi kehidupan
masyarakat? Menurut Aly (2012) berikut ini akan diuraikan beberapa alasan kenapa
moral atau akhlaq itu sangat penting bagi kehidupan kita.
1. Dengan akhlaq maka kehidupan manusia akan menjadi makmur. Suatu
masyarakat yang penduduknya berakhlaq, mereka akan selalu berbuat sebaikbaiknya untuk diri dan masyarakatnya. Mereka akan senantiasa menjalankan
amanah yang dipercayakan masyarakat kepadanya sesuai dengan haknya.
2. Dengan akhlaq, maka tindakan kejahatan tidak akan terjadi. Perilaku kejahatan,
seperti korupsi, manipulasi, perampokan, serta tindakan kejahatan lain, bisa
terjadi oleh karena moral atau akhlaq pada diri pelakunya sudah tidak ada lagi.
Atau punya moral, tetapi kadar kekuatannya sangat lemah, sehingga tidak mampu
mengontrol dan mengekang nafsu jahatnya.

3. Dengan akhlaq tersebut kita akan menjadi manusia yang luhur dan terhormat, baik
di dunia maupun di akhirat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan pembahasan di atas yaitu
1) Prinsip moral dasar terdiri dari tiga, yaitu prinsip sikap baik, prinsip keadilan
dan hormat pada diri sendiri
2) Ketiga prinsip di atas harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
aplikasinya kita melakukan hal-hal yang baik seperti tidak mencuri, tidak
memakai narkoba, tidak mencontek, dan lain-lain.
3) Kepribadian moral yang kuat meliputi kejujuran, nilai otentik, kesediaan
untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, keberanian moral, kerendahan
hati, realistik dan kritis
4) Implementasi moral yang kuat dalam kehidupan sehari-hari adalah agar
kehidupan makmur, tidak ada kejahatan dan manusia menjadi luhur di dunia
maupun di akhirat.
3.2 Saran
Mengingat begitu pentingnya kejujuran dan peningkatan moral di era yang
semakin “di luar batas ini” penulis mengharapkan bahwa makalah ini tidak hanya sebagai
persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Profesi Guru saja, tetapi
juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri. Sebab seperti yang kita ketahui sendiri sangat tabu
apabila seseorang membagikan ilmu kepada yang lain sementara dia sendiri belum
melakukannya. Dengan demikian, mengingat pentingnya materi kejujuran dan moral ini
untuk dipelajari, maka penulis mengharapkan agar kedepannya penulisan makalah ini
lebih disempurnakan lagi karena penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap dengan adanya makalah ini, degradasi
moral yang ada saat ini setidaknya dapat dikurangi dan memotivasi pembaca untuk selalu
bersikap jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.

DAFTAR RUJUKAN
Adyantari, Api. 2014. Prinsip Moral Dasar dan Sikap-Sikap Kepribadian Moral yang
Kuat. (online) diakses dari http://api-a-feb11.web.unair.ac.id pada tanggal 08
Oktober 2015
Atkinson,R/F/,B.A. 1969. An Introduction to Moral Philosophy. Toranto: Macmillan.Co.
K. Bertens.1993. Etika. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama
Machmud, A. I., dan Rumate, Frans A. 2005. Etika dan Perilaku. Jakarta : Jurusan
Farmasi FMIPA Universitas Hasanudin
http://kbbi.web.id/jujur
Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius. Halaman 129-151
Wibowo, Mungin Eddy. 2001. Etika dan Moral dalam Pembelajaran. Jakarta: UT