Etika dan Estetika dalam Forum Ilmiah
Etika dan Estetika dalam Forum Ilmiah
Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan dalam bidang akademik.
Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan mengenai informasi ilmiah. Biasanya dilakukan
dengan presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi yang dilakukan dalam forum ilmiah ini
berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah dan diskusi yang terjadi di dalamnya merupakan
hal yang penting dalam forum ilmiah yaitu sebagai salah satu cara mencari solusi, dan
pengembangan materi ilmiah yang dikaji.
Karena mahasiswa merupakan intelektual yang berkewajiban mengumpulkan ilmu yang
dimilikinya, kemahiran untuk melakukan forum ilmiah ini merupakan suatu kebutuhan. Dalam
suatu forum ilmiah selalu terdapat proses penyampaian informasi dan diskusi mengenai masalah
dan solusi yang belum terpecahkan. Selama proses penyampaian informasi dan diskusi banyak
sekali pendapat yang berbeda. Agar forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif dan lancar, maka
diperlukan suatu pengetahuan mengenai etika dan estetika berforum ilmiah, khususnya dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan suatu media komunikasi utama.
Etika merupakan suatu aturan, yaitu aturan penggunaan bahasa Indonesia dalam forum
ilmiah ini. Seperti halnya sebuah kehidupan, aturan ini diperlukan untuk membatasi kesalahan
khusunya dalam pemilihan kata dan kalimat yangdigunakan dalam berforum ilmiah. Mengetahui
estetika berbahasa Indonesiadalam forum Ilmiah ini juga sangat diperlukan, guna
menyempurnakan diskusi dalam suatu forum ilmiah. Oleh karena itu, makalah ini disusun
dengan harapan dapat digunakan sebagai pedoman mahasiswa dalam melakukan forum ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1
2
3
4
5
6
7
8
Apa definisi dari forum ilmiah?
Apa sajakah jenis-jenis forum ilmiah?
Apa pengertian dari etika?
Apa defininisi dari estetika?
Bagaimana etika dan estetika berbahasa dalam forum ilmiah?
Bagaimana etika dan estetika presentasi dalam forum ilmiah?
Apa peran dalam forum ilmiah?
Apa etika dan peran dalam berbahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1
Mahasiswa mengetahui definisi dari forum ilmiah
2
Mengetahui jenis-jenis forum ilmiah
3
Memahami pengertian dari etika.
4
Memahami defininisi dari estetika.
5
Mengetahui cara untuk menjaga etika dan estetika berbahasa dalam forum ilmiah.
6
Mengetahui etika dan estetika presentasi dalam forumilmiah.
7
Mengetahui peran dalam forum ilmiah.
8
Mengetahui etika dan peran dalam berbahasa Indonesia
1.4Manfaat
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penulisan makalah ini:
1 Bidang akademik: Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai cara penyajian presentasi
dalam bentuk forum ilmiah secara beretika dan berestetika dengan penggunaan bahasa indonesia
yang baik dan benar.
2 Bidang praktis: Makalah ini dapat diaplikasikan sebagai pedoman nyata dalam melakukan
presentasi forum ilmiah yang beretika dan berestetika dengan penggunaan bahasa indonesia yang
baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat
kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatuyang telah dilakukan. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat- pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi
itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat
orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia (Mussarafah, 2012).
Kata “etika” mempunyai dua arti. Pertama, etika sebagai suatu cabang filosofi; kedua,
sebagai objek atau materi dalam kajian filosofi tersebut. Filosofi moral meliputi dua masalah
utama:
1. Meta–etika yang menganalisis arti dan sifat elemen moral normatif dalam tindakan, pikiran,
serta bahasa manusia.
2. Etika normatif yang menyangkut penilaian elemen tersebut dengan memberikan dan menilai
kriteria untuk membenarkan peraturan dan penilaian (judgment) tentang hal moral disebut benar
dan salah atau
baik dan buruk. Etika normatif mempunyai implikasi langsung dengan
tindakan, sifat, institusi, dan cara hidup manusia yang seharusnya (Sulistiyo, 2001).
2.2 Pengertian Estetika
Kata estetika berasal dari kata aesthesis yang artinya perasaan atau sensitifitas, karena
memang pada awalnya pengertian itu berhubungan dengan lidah dan perasaan. Dalam pengertian
teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara
umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu secara umum, maka
obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan sebagainya yang sejalur dengan kata tersebut,
maka dapat dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan. Estetika secara
sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana
seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni
(Mussarafah, 2012).
2.3 Pengertian Forum Ilmiah
Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa ataupun
pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi
ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural. Dalam forum ilmiah, presentasi ilmiah
merupakan suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Presentasi ilmiah dalam forum ilmiah selalu
diikuti diskusi ilmiah yang membahas mengenai permasalahan dan solusi masalah yang sedang
dikaji.
Dari segi istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah:
untuk memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Pada
hakikatnya, diskusi merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah dengan proses berpikir
kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan kegiatan kerja sama yang mempunyai cara-cara
dasar yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok (Sulistiyo, 2001).
Kemahiran untuk melakukan presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan. Agar presentasi
ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan, yaitu (Mussarafah,
2012):
1. Menarik perhatian dan minat pelaku ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang penyaji
dapat menggunakan media yang menarik misalnya media visual seperti gambar dengan
warna yang dan ilustrasi yang menarik, menunjukkan latar belakang agar informasi bisa
tersampaikkan dengan baik sehingga semakin memperjelas pemahaman pendengar, dan
menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar dengan jelas oleh seluruh peserta yang
berada di suatu ruangan.
2. Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas.
Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada makalah yang dibahas, penyaji harus
menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat, terhadap butir-butir
inti.
3. Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menjaga etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat
merugikan (menyinggung perasaan) orang lain. Merupakan hal yang penting untuk melatih dan
mengontrol emosi serta ekspresi wajah agar penampilan penyaji tetap pantas, sopan dan beretika
sehingga tidak menyinggung perasaan salah satu pihak (Haryanta, 2009).
4. Mempertahankan perhatian minat dan perhatian peserta.
Untuk menyampaikan pemikiran secara efektif, pembicara harus dapat mempertahankan
perhatian pendengar. Beberapa hal yang penting yang dapat dipersiapkan adalah dengan
menghubungkan subyek pembahasan dengan kebutuhan pendengar, karena pendengar tertarik
dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka secara pribadi, bahasa yang digunakan sebaiknya
jelas dan hidup agar pendengar tidak bosan, hubungkan gagasan dengan subyek yang dikenal
dengan luas, dan melibatkan pendengar dengan memberi kesempatan dalam menanggapi. Selain
itu, dalam presentasi juga dapat diselipkan sedikit komentar ringan/humor, cerita singkat,
mengedarkan sampel, mengajukkan pertanyaan singkat dan mengemukakkan data statistik
(Purbasari, 2009).
2.4 Jenis-Jenis Forum Ilmiah
Forum ilmiah terbagi menjadi beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan tujuan forum,
jumlah penyaji meupun pendengar dan proses penyajian forum tersebut. Berikut ini adalah
beberapa jenis forum ilmiah (Mussarafah, 2012):
a. Diskusi Panel
Diskusi Panel merupakan suatu diskusi yang terdiri atas seorang pemimpin, sejumlah peserta,
dan beberapa pendengar. Dalam jenis diskusi ini tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga
pendengar dapat mengikuti jalannya diskusi dengan seksama. Setelah berlangsung tanya jawab
antara pemimpin dan peserta, peserta dan pendengar, pemimpin merangkum hasil tanya-jawab
atau pembicaraan, kemudian mengajak pendengar ikut mendiskusikan masalah tersebut sekitar
separuh dari waktu yang tersedia.
b. Seminar
Pertemuan berkala yang biasanya diselenggarakan oleh sekelompok mahasiswa dalam
rangka melaporkan hasil penelitiannya, dan umumnya di bawah bimbingan seorang dosen
atau ahli. Tujuan diskusi jenis ini tidak untuk memutuskan sesuatu. Seminar dapat bersifat
tertutup atau terbuka. Yang terakhir dapat dihadiri oleh umum, tetapi mereka tidak ikut
berdiskusi, melainkan hanya bertindak sebagai peninjau.
Untuk menyelenggarakan seminar harus dibentuk sebuah panitia. Pembicara yang ditentukan
sebelumnya, umumnya menguraikan gagasan atau topiknya dalam bentuk kertas kerja.
c. Simposium
Pertemuan ilmiah untuk mengetengahkan atau membandingkan berbagai pendapatatau sikap
mengenai suatu masalah yang diajukan oleh sebuah panitia. Uraian pendapat dalam simposium
ini diajukan lewat kertas kerja yang dinamakan prasaran. Dan beberapa prasaran yang
disampaikan dalam simposioum harus berhubungan.
d. Konferensi
Pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau badan resmi sehubungan dengan
masalah tertentu. Konferensi biasanya dilakukan untuk mengambil keputusan dan akan
dilakukan tindakkan dari pengambilan keputusan tersebut. Jika konferensi hanya bertujuan
menyampaikan hasil keputusan suatu organisasi atau badan pemerintah mengenai suatu masalah
maka hal tersebut dinamakan dengar pendapat atau jumpa pers.
e . Lokakarya (Academic Workshop)
Suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan
mencari solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil. Lokakarya dimulai
dengan pandangan umum tentang masalah yang akan dipecahkan. Sesudah itu, peserta dibagi
dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh penasehat ahli.
Dalam
lokakarya, masalah yang dibahas spesifik, diskusi dan pengkajian sangat terarah dan mendalam
secara teknis, dan kesimpulan/keputusan diambil sebagai hasil lokakarya.
f. Whole Group
Bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal, paripurna dan sebagainya).
g . Buzz Group
Diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (4-5) orang. Diskusi ini biasanya dilakukan jika
peserta berjumlah banyak dan materi yang didiskusikan bermacam-macam.
h. Syndicate Group
Bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yangterdiri
dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
i. Brain Storming
Diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik,
dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
j. Informal Debate
Diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yangdalam
diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang
dimensi dan kedalamannya tinggi. Selanjutnya bila penyelesaian masalah tersebut dilakukan
secara sistematis disebut diskusi informal.Adapun langkah dalam diskusi informal adalah :
(1) Menyampaikan problema; (2) Pengumpulan data; (3) Alternatif penyelesaian; (4) Memlilih
cara penyelesaian yang terbaik.
k. Fish Bowl
Diskuasi dengan beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan diskusi
untuk mengambil keputusan. Diskusi model ini biasanya diatur dengan tempat duduk melingkar
dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk
mengelilingi kelompok diskusi sehingga seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok.
l. Santiaji
Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat menjelang pelaksanaan
suatu kegiatan.
m . Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang dihadapi
bersama.
n. Diskusi Kelompok
Diskusi dengan anggota kelompok dalam suatu organisasi.
o. Bedah Buku
Kumpulan pakar-pakar ilmuwan untuk membicarakan hal-hal yg menyangkut ilmu pengetahuan
tertentu yg ada pada sebuah buku yg dianggap sumber.
2.5 Etika dan Estetika Berbahasa dalam Forum Ilmiah
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu
karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian
terhadap keindahan. Dalam suatu forum ilmiah, kegiatan yang sangat ditonjolkan adalah
kemampuan berkomunikasi. Etika dan estetika dalam suatu presentasi akan terlihat dari cara dan
metode yang digunakan dalam berkomunikasi. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah, jika
pelaku ilmiah dapat berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah juga dapat
tersampaikan secara optimal pula. Berikut adalah contoh teknik dan etika komunikasi yang baik
dalam forum ilmiah
1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut.
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.
5. Menggunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar.
6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai dengan situasi.
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.
10.
Mampu
menempatkan
diri
dan
menyesuaikan
gaya
komunikasi
sesuai
dengan karakteristik lawan bicara.
11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan, merunduk, hormat atau semacamnya.
Tantangan dalam komunikasi lisan ialah mampu mengendalikan apa yang terjadi. Ketika
mengembangkan setiap bagian dalam pembicaraan sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu
kesesuaian pola pikir dan kesinambungannya. Untuk menjaga agar komunikasi dapat tetap fokus
maka dapat dipersiapkan rancangan alur yang dapat dipergunakan sebagai panduan selama
berjalannya presentasi. Rancangan alur tersebut terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
1. Pengenalan/pendahuluan: menit pertama dalam pembicaraan sangat penting untuk menangkap
perhatian dan memupuk rasa percaya diri dan merupakan penyampaian tinjauan awal isi. Dalam
pendahuluan hal-hal penting yang dapat disampaikan antara lain:
Membangkitkan minat pendengar. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan topik
dengan kebutuhan dan minat pendengar dan sesuaikan nada bicara yang ringan-serius.
Membangun kredibilitas. Hal ini dengan melakukan perkanalan untuk menunjukkan
reputasi pembicara.
Tinjauan awal presentasi. Tinjauan ini berisi kilasan singkat bahasan materi yang akan
dibicarakan.
2. Isi: sebagian besar isi pembicaraan dibatasi menjadi tiga atau empat butir utama yang meliputi:
Menghubungkan gagasan kalimat dan paragraf, dan bagian-bagian utama. Penekanan
dapat diberikan dengan mengulang gagasan kunci, gerak tubuh, nada, suara atau alat
bantu visual.
Mempertahankan perhatian pendengar untuk menyampaikkan pemikiran secara efektif.
Penutup: penutup pembicaraan sama pentingnya dengan bagian pendahuluan karena
perhatian pendengar memuncak disini. Penutup harus meninggalkan kesan yang kuat dan
bertahan lama dengan menyimpulkan pembicaraan yang telah dilakukan.
Periode tanya jawab: pembicara harus mendorong pertanyaan sepanjang pembicaraan
(Purbasari, 2009).
Estetika dalam suatu presentasi dapat ditunjukkan dengan menguasai seni penyampaian.
Untuk menguasai seni penyampaian maka harus diperhatikan dan memilih dahulu metode
penyampaian presentasi yang akan digunakan. Metode presentasi yang dapat digunakan antara
lain menghafal, membaca, berbicara dari catatan, dan berbicara tanpa persiapan. Setelah memilih
metode yang dapat digunakan lselama presentasi, kemudian menfokuskan diri kepada usahauasaha dalam menguasai seni penyampaian yang meliputi mempersiapkan diri untuk
penyampaian presentasi, mengatasi kegelisahan, menggunakan alat bantu visual secara efektif,
dan menghadapi pertanyaan.
1. Menyiapkan diri untuk penyampaian presentasi:
a
Meningkatkan rasa percaya diri dengan berlatih.
b
Periksa lokasi untuk presentasi sebelum waktu yang ditentukan.
c
Pertimbangkan perbedaan budaya dengan pendengar.
2. Mengatasi kegelisahan:
a
Siapkan materi lebih banyak dari yang diperlukan.
b
Berlatih sampai benar-benar menguasai materi.
c
Berpikir positif mengenai pendengar, diri sendiri dan apa yang harus dikatakan.
d
Bayangkan kesuksesan.
e
Atur nafas sebelum berbicara.
f
Hafalkan kalimat pertama yang siap untuk diucapkan.
g
Kendalikan diri dan jangan panik.
3. Menggunakan alat bantu secara efektif:
a
Buat informasi dengan informatif.
b
Bangun rasa ingin tahu.
c
Menyatakan pendapat dan diperjelas.
d
Mempertahankan fokus dan kontak mata dengan pendengar.
4. Menghadapi pertanyaan:
a
Terima pertanyaan dengan ekspresi ramah dan menyenangkan.
b
Jangan terbawa emosi.
c
Jawab dengan tenang dan tegas untuk meyakinkan pendengar.
Dalam
berforum
ilmiah,
akan
terlihat
lebih
indah jika pelaku dalam
forum tersebut, baik moderator, pendengar maupun penyaji menyajikan karya ilmiah nya dengan
komunikasi yang baik. Diantaranya adalah, pemilihan kata-kata yang formal dan santun,
penyusunan kalimat yang baik dan teratur, juga penyajian kata-kata yang lembut namun tetap
tegas dan jelas. Penambahan senyuman dalam suatu forum ilmiah seperti halnya suatu aksen
yang dapat memperindah jalannya diskusi dalam forum ilmiah tersebut (Mussarafah, 2012).
2.6 Etika Peran dalam Forum Ilmiah
Forum ilmiah merupakan wadah berbagi wawasan akademik dan media pernyebaran ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Dalam forum ini terdapat beberapa peran yang saling
berkontribusi antara satu dengan yang lain. Peran-peran tersebut antara lain penyaji (pemakalah,
referator), pemandu/moderator (pemimpin forum), penulis/notulen, peserta (audien, partisipan),
dan teknisi. Satu peran saja tidak dihadirkan maka akan mempengaruhi jalannya forum secara
umum. Pada tingkatan tertentu, kegagalan forum dalam mencapai tujuan yang diharapkan, dapat
terjadi apabila peran-peran tersebut tidak berjalan dengan baik.
Kegagalan forum ilmiah dalam mencapai tujuan tidak hanya dipengaruhi oleh kealpaan
atau tidak berfungsi optimalnya peran tetapi juga oleh masalah etika. Tidak sedikit forum ilmiah
yang dilaksanakan dengan peran lengkap yang berakhir dengan kegagalan. Tidak sedikit pula
forum ilmiah terselenggara dengan penuh motivasi dan antusias karena peran-peran yang terlibat
di dalamnya berfungsi maksimal. Akan tetapi, perasaan dikalahkan, dilecehkan, dan
dipermalukan menjadi permasalahan yang berkepanjangan, bahkan setelah forum berakhir.
Masalah etika dalam forum ilmiah benar-benar memegang peran penting dalam mencapai tujuan
forum. Karena itu, masalah ini perlu dijaga. Jika etika forum ilmiah senantiasa dijaga, bukan
tidak mungkin suatu saat nanti perhatian dan penghargaan terhadap etika berforum ilmiah akan
menjadi sebuah tradisi yang melembaga dan membudaya.
Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum ilmiah.
Bagaimana seharusnya perilaku benar dan berterima secara moral yang harus diterapkan oleh
peran-peran dalam forum. Sesuai perannya, moderator diharapkan bersikap moderat selama
forum berlangsung. Objektivitas dan ketidakberpihakan harus benar-benar dipegang teguh oleh
moderator. Dalih apapun yang melanggar prinsip moderat adalah sikap yang tidak berterima
secara moral dan sudah barang tentu melanggar etika forum ilmiah. Motif pertemanan,
hubungan kekerabatan, kepentingan politis, atau kepentingan ideologis apapun hendaknya
dijauhkan. Perilaku prinsip lainnya yang harus diperhatikan oleh moderator adalah keadilan,
kedisiplinan, dan keberanian. Keadilan berkaitan dengan pemerataan kesempatan berpartisipasi
bagi seluruh forum. Kedisiplinan bersinggungan dengan manajemen waktu dan manajemen
interaksi. Keberanian berhubungan dengan ketegasan terhadap segala hal yang kontraproduktif
terhadap prinsip keadilan dan kedisiplinan.
Fokus forum seharusnya lebih mengarah pada permasalahan yang disajikan. Individu atau
kelompok yang bertanggung jawab dalam penyajian masalah/topik forum adalah penyaji.
Umumnya penyajian masalah diskusi dibakubukukan dalam paper, resume atau makalah. Karena
itulah penyaji disebut pula dengan referator atau pemakalah. Makalah yang disajikan dalam
forum ilmiah (misalnya diskusi, seminar, lokakarya) seharusnya terdistribusi sebelum forum
digelar. Hal ini dilakukan agar forum tidak lagi disibukkan dengan aktivitas membaca untuk
memahami permasalahan dalam makalah. Dalam kenyataannya, peserta yang hadir dalam forum
lebih memosisikan diri sebagai sekadar penerima informasi dan penanya atau pengonfirmasi
terhadap informasi yang belum mereka pahami. Tidak banyak peserta yang hadir dengan
pemahaman terhadap permasalahan supaya forum ilmiah yang diikutinya lebih diintensifkan
sebagai wacana berbagi sudut pandang dan pemikiran serta berbagi solusi mengatasi
permasalahan (Madya, 2006).
Pada etika penyaji dan peserta kejujuran menjadi nilai yang wajib ditegakkan oleh
keduannya. Bagi penyaji, segala informasi yang disampaikan secara lisan dan tulis harus dapat
dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih menyangkut rujukan dari informasi akademik yang
disampaikan, apakah merupakan buah pemikiran penulis sendiri atau penulis lain harus jelas
disampaikan. Hal yang sama juga berlaku bagi peserta. Peserta seharusnya secara tulus
menyimak segala informasi yang disampaikan penyaji. Ketidaktulusan ini tampak dalam sikap
meminta ulang penjelasan, misalnya karena lupa menyimak bagian tertentu dalam penyajian.
Sebaliknya, ketidaktulusan tampak saat penyaji yang tidak menyimak pertanyaan, kemudian
meminta peserta untuk menyampaikan pertanyaan ulang.
Menanyakan hal yang
telah
ditanyakan oleh peserta sebelumnya juga wujud ketidaktulusan peserta. Berikutnya, pertanyaan
menguji dari peserta merupakan contoh lain ketidaktulusan dan ketidakjujuran.
Kemampuan menyimak dan menulis dengan efektif segala informasi yang ternyatakan
dalam forum merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang notulis. Tidak semua
informasi harus direkam secara tertulis karena hanya informasi penting yang ditulis. Informasi
penting dan utama dalam forum umumnya menyangkut kesepakatan penting, rekomendasi
forum, butir-butir pertanyaan dan tanggapan yang telah diikhtisarkan serta pemikiran dan
wawasan baru sesuai topik yang mampu menajamkan dan memberi solusi terhadap
permasalahan. Catatan hasil forum yang telah ditata ringkas sebaiknya dibagikan kembali kepada
forum. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pemilik gagasan/konsep untuk
meluruskan jika ada hal-hal yang kurang tepat.
Peran yang selama ini dipandang sebelah mata adalah teknisi. Hal-hal yang berkaitan
dengan pengoperasian teknologi dianggap dapat dilakukan atau dikerjakan oleh setiap orang.
Kenyataannya adalah banyak teknisi yang tidak memiliki kompetensi alias tidak profesional.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka menjadi pemandangan yang dianggap wajar jika terdapat
penyaji yang menata dan mempersiapkan sendiri perangkat teknologi LCD sebelum presentasi
atau penanya yang terlebih dahulu mengutak-atik mikroponnya sebelum menyampaikan
tanggapan. Seorang teknisi tetap dibutuhkan untuk mengontrol dan menyelamatkan jalanya
forum dari segi teknologi. Penguasaan teknologi informasi dengan demikian menjadi ciri
profesionalisme peran ini (Madya, 2006).
2.7 Etika Berbahasa dalam Forum Ilmiah
Kualitas pemakaian bahasa Indonesia dalam forum ilmiah sejauh ini belum memenuhi
harapan. Penggunaan bahasa Indonesia dengan taat asas sering tidak diimbangi dengan
kesesuaian pemakaiannya. Sebaliknya, kesesuaian konteks penggunaan bahasa Indonesia sering
tidak disertai dengan kepatuhan pada kaidah. Permasalahan kedualah yang lazim ditemukan
dalam pelaksanaan sebuah forum ilmiah. Kebiasaan menggunakan bahasa secara tidak konsisten
dianggap sebagai salah satu “biang” permasalahan. Sistem bahasa gado-gado sudah terprogram
sedemikian rupa sehingga seolah-olah tidak ada sensor kesadaran berbahasa yang berorientasi
kepada kaidah yang semestinya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi
tolok ukur ada tidaknya etika berbahasa Indonesia dalam forum ilmiah. Bahasa Indonesia yang
baik adalah bahasa yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks resmi umumnya
melatarbelakangi forum ilmiah. Dalam konteks ini penggunaan bahasa dikaitkan dengan
masalah kedinasan, keilmuan, dan keakademisan. Pada situasi seperti ini selain sebagai alat
komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan. Karena itu, penggunaan
bahasa baku merupakan sebuah keharusan.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya
selalu
menaati kaidah baku bahasa Indonesia. Kebakuan dalam ragam baku bahasa Indonesia meliputi
kebakuan ejaan, peristilahan, kosakata, tata bahasa, dan lafal. Ragam baku bahasa Indonesia
ialah ragam bahasa Indonesia yang tata cara dan tertib penulisannya mengikuti ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan serta tertib dalam pembentukan istilahnya yang berpedoman pada
pedoman umum pembentukan istilah bahasa Indonesia. Bahasa baku harus menggunakan katakata baku. Selain itu, bahasa baku harus taat asas pada kaidah ketatabahasaan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam forum ilmiah bermakna
memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi dan karakteristik
forum yang dihadapi sehingga mampu merumuskan ungkapan kebahasaan yang sesuai. Agar
dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam forum ilmiah, perlu adanya
sikap positif peserta forum terhadap bahasa Indonesia. Sikap ini setidaknya mengandung tiga
ciri pokok yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa.
Kesetiaan adalah sikap yang mendorong peserta forum memelihara konsistensi berbahasa
indonesia. Kebanggaan bahasa adalah sikap yang mendorong peserta forum untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan percaya diri dan penuh motivasi. Kesadaran adanya norma adalah sikap
yang mendorong peserta forum untuk menggunaan bahasa Indonesia secara cermat, tepat,
santun, dan anggun.
Secara praktis, etis tidaknya bahasa Indonesia dalam forum ilmiah juga dapat diamati dari
bentuk pengungkapannya. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak mengandung nada emosional
pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau menyerang gagasan orang lain (superior) dapat
dikatakan bercirikan etis. Ungkapan bahasa yang solusif dan argumentatif dalam menentang
gagasan atau konsep dapat pula dikatakan etis. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak
mengandung nada dan kata emosional pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau
menyerang gagasan orang lain tercermin pada perilaku berbahasa yang mengindahkan nilai-nilai
sopan santun. Dengan memperhatikan sopan santun, bahasa kekerasan dapat dihindari dan
banyak ”muka” yang dapat diselamatkan. Pernyataan bahasa yang solusif dan argumentatif
dalam menentang gagasan atau konsep bermakna selalu ada rasionalitas di balik
ketidaksepahaman, ketidaksependapatan, dan penolakan terhadap gagasan tertentu. Selain
adanya rasionalitas, terdapat pula pernyataan solusif yang diajukan sebagi alternatif penyelesaian
masalah.
2.8 Etika Peran dan Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Dalam forum ilmiah, kesadaran penggunaan bahasa secara verbal yang lemah lembut,
santun, sopan, sistematis, teratur, mudah dipahami, dan lugas belum cukup membudaya.
Kesadaran semacam ini sebenarnya tidak hanya mampu membangun nilai-nilai estetika
komunikasi interaktif dalam forum ilmiah tetapi juga komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri formal forum ilmiah menghendaki penggunaan bahasa Indonesia yang taat kaidah
dan tepat konteks. Keniscayaan yang demikian bukan berarti tidak menyisakan permasalahan.
Bagaimana kebosanan sering dialami peserta forum, tentunya hal ini tidak dapat begitu saja
dilepaskan dari faktor pemakaian bahasa. Barangkali terdapat beberapa faktor lainnya yang
menimbulkan kejenuhan. Namun, harus diingat bahwa komunikasi interaktif tetap menjadi
bagian utama dalam forum ilmiah. Dalam komunikasi interaktif, penggunaan bahasa memegang
peran penting. Untuk itu diperlukan pemakaian bahasa yang bercita rasa dan berjiwa.
Bahasa Indonesia yang bercita rasa dan berjiwa, selain mengenal kaidah-kaidah baku juga
mengenal perangkat-perangkat pendukung. Salah satu perangkat kebahasaan yang menjadi
rujukan agar masyarakat –khususnya masyarakat ilmiah sadar menggunakan bahasa secara indah
adalah gaya bahasa dan majas. Gaya bahasa atau majas adalah kemampuan berbahasa yang
berkaitan dengan estetika bahasa. Estetika berbahasa bukan semata-mata piranti pelengkap,
melainkan pula sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya ekspresi agar penggunaan bahasa
dalam forum ilmiah tidak hanya baik dan benar tetapi juga menjadi indah dan berdaya guna.
Pemakaian gaya bahasa sebagai bagian dari estetika berbahasa Indonesia bukan dimaksudkan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan kebenaran. Bukan pula ditujukan untuk melebihlebihkan atau mengurangi fakta. Pemakaian gaya bahasa merupakan upaya etis dan estetis untuk
mempertahankan dan memelihara hubungan interaktif yang sehat di antara peserta forum.
Dengan cara seperti ini, penghargaan terhadap diri sendiri dan individu yang lain dapat
diwujudkan.
Estetika bahasa selanjutnya menghendaki ungkapan bahasa Indonesia yang bertenaga,
selektif, dinamis (tidak arkhais), dan
tidak klise. Kata bertenaga dengan cepat dapat
membangkitkan daya motivasi, persuasi, fantasi, dan daya imajinasi pada benak pendengar. Agar
ungkapan dapat bertenaga perlu diupayakan pendayagunaan kata. Pendayagunaan ini pada
prinsipnya berkaitan dengan ketepatan memilih kata (selektif) untuk mengungkapkan sebuah
gagasan, ide, atau pemikiran. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pendengar, seperti yang
dipikirkan atau dirasakan leh pembicara
Pada umumnya, kecenderungan
formulaik
pada
pernyatan
kebahasaan
tertentu
menyebabkan adanya ungkapan bahasa yang klise dan arkhais. Penyebab lainnya adalah
kemalasan penutur mengkreasi (memodifikasi) ungkapan atau kata. Akhirnya, keberanian
membuat variasi kalimat akan menciptakan ungkapan yang dinamis dan hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini antara lain:
1
Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa ataupun
pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi
2
ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural.
Jenis forum ilmiah antara lain:diskusi panel, seminar, simposium, konferensi, lokakarya
(workshop), whole group. buzz group, syndicate group, brain storming, informal debate,
3
fishbowl, santiaji, muktamar, diskusi kelompok, dan bedah buku.
Etika adalah berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan
erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap
4
sesuatu yang telah dilakukan.
Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara
5
umum.
Etika dan estetika dalam suatu presentasi akan terlihat dari cara dan metode yang digunakan
6
7
dalam berkomunikasi.
Etika peran dalam forumilmiah meliputi moderator, penyaji, pendengar, notulis, dan teknisi.
Etika berbahasa dalam forum ilmiah ialah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam forum ilmiah bermakna memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami
benar situasi dan karakteristik forum yang dihadapi sehingga mampu merumuskan ungkapan
8
kebahasaan yang sesuai.
Etika dan peran dalam berbahasa Indonesia ialah penggunaan bahasa Indonesia yang taat kaidah
dan tepat konteks.
3.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
dengan baik dan dapat memanfaatkannya sebagai salah satu hal terpenting yang menentukkan
keberhasilan dalam sebuah presentasi forum ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa.
Hakim, Retty N. 2007. Mari Berbahasa (Indonesia) dengan Baik dan Benar (2) (online)
http://www.wikimu.com. Diakses 11 Maret 2013.
Haryanta, Kasdi. 2009. Presentasi ilmiah. (online). http://kasdiharyantakasdih.blogspot.com/2009/09/teknik-presentasi-ilmiah.html.
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4.
Madya, Suwarsih. 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional
Dosen MPK Bahasa Indonesia, 13-15 Mei di Jogjakarta.
Mussarafah, Arra. 2012. Jenis-jenis Forum Ilmiah. (online). http://arramusyarrafah.blogspot.com/
2012/03/jenis-jenis-forum-ilmiah.html. Diakses tanggal 10 Maret 3013.
Purbasari, Niken. 2009. Presentasi Bisnis 2. Pusat Perkembangan bahan Ajar
Sriyanto. 2007. Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar. (online) http://www.pontianakpost.com.
Diakses 14 Mei 2008.
Sulistyo, Bambang. 2001. Teknik Dan Etika Diskusi Ilmiah. Jakarta.
Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan dalam bidang akademik.
Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan mengenai informasi ilmiah. Biasanya dilakukan
dengan presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi yang dilakukan dalam forum ilmiah ini
berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah dan diskusi yang terjadi di dalamnya merupakan
hal yang penting dalam forum ilmiah yaitu sebagai salah satu cara mencari solusi, dan
pengembangan materi ilmiah yang dikaji.
Karena mahasiswa merupakan intelektual yang berkewajiban mengumpulkan ilmu yang
dimilikinya, kemahiran untuk melakukan forum ilmiah ini merupakan suatu kebutuhan. Dalam
suatu forum ilmiah selalu terdapat proses penyampaian informasi dan diskusi mengenai masalah
dan solusi yang belum terpecahkan. Selama proses penyampaian informasi dan diskusi banyak
sekali pendapat yang berbeda. Agar forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif dan lancar, maka
diperlukan suatu pengetahuan mengenai etika dan estetika berforum ilmiah, khususnya dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan suatu media komunikasi utama.
Etika merupakan suatu aturan, yaitu aturan penggunaan bahasa Indonesia dalam forum
ilmiah ini. Seperti halnya sebuah kehidupan, aturan ini diperlukan untuk membatasi kesalahan
khusunya dalam pemilihan kata dan kalimat yangdigunakan dalam berforum ilmiah. Mengetahui
estetika berbahasa Indonesiadalam forum Ilmiah ini juga sangat diperlukan, guna
menyempurnakan diskusi dalam suatu forum ilmiah. Oleh karena itu, makalah ini disusun
dengan harapan dapat digunakan sebagai pedoman mahasiswa dalam melakukan forum ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1
2
3
4
5
6
7
8
Apa definisi dari forum ilmiah?
Apa sajakah jenis-jenis forum ilmiah?
Apa pengertian dari etika?
Apa defininisi dari estetika?
Bagaimana etika dan estetika berbahasa dalam forum ilmiah?
Bagaimana etika dan estetika presentasi dalam forum ilmiah?
Apa peran dalam forum ilmiah?
Apa etika dan peran dalam berbahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1
Mahasiswa mengetahui definisi dari forum ilmiah
2
Mengetahui jenis-jenis forum ilmiah
3
Memahami pengertian dari etika.
4
Memahami defininisi dari estetika.
5
Mengetahui cara untuk menjaga etika dan estetika berbahasa dalam forum ilmiah.
6
Mengetahui etika dan estetika presentasi dalam forumilmiah.
7
Mengetahui peran dalam forum ilmiah.
8
Mengetahui etika dan peran dalam berbahasa Indonesia
1.4Manfaat
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari penulisan makalah ini:
1 Bidang akademik: Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai cara penyajian presentasi
dalam bentuk forum ilmiah secara beretika dan berestetika dengan penggunaan bahasa indonesia
yang baik dan benar.
2 Bidang praktis: Makalah ini dapat diaplikasikan sebagai pedoman nyata dalam melakukan
presentasi forum ilmiah yang beretika dan berestetika dengan penggunaan bahasa indonesia yang
baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat
kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatuyang telah dilakukan. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat- pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi
itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat
orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia (Mussarafah, 2012).
Kata “etika” mempunyai dua arti. Pertama, etika sebagai suatu cabang filosofi; kedua,
sebagai objek atau materi dalam kajian filosofi tersebut. Filosofi moral meliputi dua masalah
utama:
1. Meta–etika yang menganalisis arti dan sifat elemen moral normatif dalam tindakan, pikiran,
serta bahasa manusia.
2. Etika normatif yang menyangkut penilaian elemen tersebut dengan memberikan dan menilai
kriteria untuk membenarkan peraturan dan penilaian (judgment) tentang hal moral disebut benar
dan salah atau
baik dan buruk. Etika normatif mempunyai implikasi langsung dengan
tindakan, sifat, institusi, dan cara hidup manusia yang seharusnya (Sulistiyo, 2001).
2.2 Pengertian Estetika
Kata estetika berasal dari kata aesthesis yang artinya perasaan atau sensitifitas, karena
memang pada awalnya pengertian itu berhubungan dengan lidah dan perasaan. Dalam pengertian
teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara
umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu secara umum, maka
obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan sebagainya yang sejalur dengan kata tersebut,
maka dapat dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan. Estetika secara
sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana
seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni
(Mussarafah, 2012).
2.3 Pengertian Forum Ilmiah
Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa ataupun
pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi
ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural. Dalam forum ilmiah, presentasi ilmiah
merupakan suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Presentasi ilmiah dalam forum ilmiah selalu
diikuti diskusi ilmiah yang membahas mengenai permasalahan dan solusi masalah yang sedang
dikaji.
Dari segi istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah:
untuk memahami, menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Pada
hakikatnya, diskusi merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah dengan proses berpikir
kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan kegiatan kerja sama yang mempunyai cara-cara
dasar yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok (Sulistiyo, 2001).
Kemahiran untuk melakukan presentasi ilmiah merupakan suatu kebutuhan. Agar presentasi
ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu diterapkan, yaitu (Mussarafah,
2012):
1. Menarik perhatian dan minat pelaku ilmiah.
Untuk menarik minat dan perhatian pada topik/masalah yang dibahas, seorang penyaji
dapat menggunakan media yang menarik misalnya media visual seperti gambar dengan
warna yang dan ilustrasi yang menarik, menunjukkan latar belakang agar informasi bisa
tersampaikkan dengan baik sehingga semakin memperjelas pemahaman pendengar, dan
menjaga suara agar tidak monoton serta terdengar dengan jelas oleh seluruh peserta yang
berada di suatu ruangan.
2. Menjaga agar presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas.
Untuk menjaga agar presentasi tetap fokus pada makalah yang dibahas, penyaji harus
menaati bahan yang telah disiapkan dan memberi penjelasan singkat, padat, terhadap butir-butir
inti.
3. Menjaga etika ketika tampil di depan forum ilmiah.
Untuk menjaga etika dapat dilakukan dengan cara menghindari hal-hal yang dapat
merugikan (menyinggung perasaan) orang lain. Merupakan hal yang penting untuk melatih dan
mengontrol emosi serta ekspresi wajah agar penampilan penyaji tetap pantas, sopan dan beretika
sehingga tidak menyinggung perasaan salah satu pihak (Haryanta, 2009).
4. Mempertahankan perhatian minat dan perhatian peserta.
Untuk menyampaikan pemikiran secara efektif, pembicara harus dapat mempertahankan
perhatian pendengar. Beberapa hal yang penting yang dapat dipersiapkan adalah dengan
menghubungkan subyek pembahasan dengan kebutuhan pendengar, karena pendengar tertarik
dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka secara pribadi, bahasa yang digunakan sebaiknya
jelas dan hidup agar pendengar tidak bosan, hubungkan gagasan dengan subyek yang dikenal
dengan luas, dan melibatkan pendengar dengan memberi kesempatan dalam menanggapi. Selain
itu, dalam presentasi juga dapat diselipkan sedikit komentar ringan/humor, cerita singkat,
mengedarkan sampel, mengajukkan pertanyaan singkat dan mengemukakkan data statistik
(Purbasari, 2009).
2.4 Jenis-Jenis Forum Ilmiah
Forum ilmiah terbagi menjadi beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan tujuan forum,
jumlah penyaji meupun pendengar dan proses penyajian forum tersebut. Berikut ini adalah
beberapa jenis forum ilmiah (Mussarafah, 2012):
a. Diskusi Panel
Diskusi Panel merupakan suatu diskusi yang terdiri atas seorang pemimpin, sejumlah peserta,
dan beberapa pendengar. Dalam jenis diskusi ini tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga
pendengar dapat mengikuti jalannya diskusi dengan seksama. Setelah berlangsung tanya jawab
antara pemimpin dan peserta, peserta dan pendengar, pemimpin merangkum hasil tanya-jawab
atau pembicaraan, kemudian mengajak pendengar ikut mendiskusikan masalah tersebut sekitar
separuh dari waktu yang tersedia.
b. Seminar
Pertemuan berkala yang biasanya diselenggarakan oleh sekelompok mahasiswa dalam
rangka melaporkan hasil penelitiannya, dan umumnya di bawah bimbingan seorang dosen
atau ahli. Tujuan diskusi jenis ini tidak untuk memutuskan sesuatu. Seminar dapat bersifat
tertutup atau terbuka. Yang terakhir dapat dihadiri oleh umum, tetapi mereka tidak ikut
berdiskusi, melainkan hanya bertindak sebagai peninjau.
Untuk menyelenggarakan seminar harus dibentuk sebuah panitia. Pembicara yang ditentukan
sebelumnya, umumnya menguraikan gagasan atau topiknya dalam bentuk kertas kerja.
c. Simposium
Pertemuan ilmiah untuk mengetengahkan atau membandingkan berbagai pendapatatau sikap
mengenai suatu masalah yang diajukan oleh sebuah panitia. Uraian pendapat dalam simposium
ini diajukan lewat kertas kerja yang dinamakan prasaran. Dan beberapa prasaran yang
disampaikan dalam simposioum harus berhubungan.
d. Konferensi
Pertemuan yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau badan resmi sehubungan dengan
masalah tertentu. Konferensi biasanya dilakukan untuk mengambil keputusan dan akan
dilakukan tindakkan dari pengambilan keputusan tersebut. Jika konferensi hanya bertujuan
menyampaikan hasil keputusan suatu organisasi atau badan pemerintah mengenai suatu masalah
maka hal tersebut dinamakan dengar pendapat atau jumpa pers.
e . Lokakarya (Academic Workshop)
Suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu dan
mencari solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil. Lokakarya dimulai
dengan pandangan umum tentang masalah yang akan dipecahkan. Sesudah itu, peserta dibagi
dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh penasehat ahli.
Dalam
lokakarya, masalah yang dibahas spesifik, diskusi dan pengkajian sangat terarah dan mendalam
secara teknis, dan kesimpulan/keputusan diambil sebagai hasil lokakarya.
f. Whole Group
Bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal, paripurna dan sebagainya).
g . Buzz Group
Diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (4-5) orang. Diskusi ini biasanya dilakukan jika
peserta berjumlah banyak dan materi yang didiskusikan bermacam-macam.
h. Syndicate Group
Bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yangterdiri
dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
i. Brain Storming
Diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik,
dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
j. Informal Debate
Diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yangdalam
diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang
dimensi dan kedalamannya tinggi. Selanjutnya bila penyelesaian masalah tersebut dilakukan
secara sistematis disebut diskusi informal.Adapun langkah dalam diskusi informal adalah :
(1) Menyampaikan problema; (2) Pengumpulan data; (3) Alternatif penyelesaian; (4) Memlilih
cara penyelesaian yang terbaik.
k. Fish Bowl
Diskuasi dengan beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan diskusi
untuk mengambil keputusan. Diskusi model ini biasanya diatur dengan tempat duduk melingkar
dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk
mengelilingi kelompok diskusi sehingga seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok.
l. Santiaji
Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat menjelang pelaksanaan
suatu kegiatan.
m . Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang dihadapi
bersama.
n. Diskusi Kelompok
Diskusi dengan anggota kelompok dalam suatu organisasi.
o. Bedah Buku
Kumpulan pakar-pakar ilmuwan untuk membicarakan hal-hal yg menyangkut ilmu pengetahuan
tertentu yg ada pada sebuah buku yg dianggap sumber.
2.5 Etika dan Estetika Berbahasa dalam Forum Ilmiah
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu
karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian
terhadap keindahan. Dalam suatu forum ilmiah, kegiatan yang sangat ditonjolkan adalah
kemampuan berkomunikasi. Etika dan estetika dalam suatu presentasi akan terlihat dari cara dan
metode yang digunakan dalam berkomunikasi. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah, jika
pelaku ilmiah dapat berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah juga dapat
tersampaikan secara optimal pula. Berikut adalah contoh teknik dan etika komunikasi yang baik
dalam forum ilmiah
1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut.
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.
5. Menggunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar.
6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai dengan situasi.
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.
10.
Mampu
menempatkan
diri
dan
menyesuaikan
gaya
komunikasi
sesuai
dengan karakteristik lawan bicara.
11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan, merunduk, hormat atau semacamnya.
Tantangan dalam komunikasi lisan ialah mampu mengendalikan apa yang terjadi. Ketika
mengembangkan setiap bagian dalam pembicaraan sebaiknya dipikirkan terlebih dahulu
kesesuaian pola pikir dan kesinambungannya. Untuk menjaga agar komunikasi dapat tetap fokus
maka dapat dipersiapkan rancangan alur yang dapat dipergunakan sebagai panduan selama
berjalannya presentasi. Rancangan alur tersebut terdiri dari beberapa bagian, antara lain:
1. Pengenalan/pendahuluan: menit pertama dalam pembicaraan sangat penting untuk menangkap
perhatian dan memupuk rasa percaya diri dan merupakan penyampaian tinjauan awal isi. Dalam
pendahuluan hal-hal penting yang dapat disampaikan antara lain:
Membangkitkan minat pendengar. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan topik
dengan kebutuhan dan minat pendengar dan sesuaikan nada bicara yang ringan-serius.
Membangun kredibilitas. Hal ini dengan melakukan perkanalan untuk menunjukkan
reputasi pembicara.
Tinjauan awal presentasi. Tinjauan ini berisi kilasan singkat bahasan materi yang akan
dibicarakan.
2. Isi: sebagian besar isi pembicaraan dibatasi menjadi tiga atau empat butir utama yang meliputi:
Menghubungkan gagasan kalimat dan paragraf, dan bagian-bagian utama. Penekanan
dapat diberikan dengan mengulang gagasan kunci, gerak tubuh, nada, suara atau alat
bantu visual.
Mempertahankan perhatian pendengar untuk menyampaikkan pemikiran secara efektif.
Penutup: penutup pembicaraan sama pentingnya dengan bagian pendahuluan karena
perhatian pendengar memuncak disini. Penutup harus meninggalkan kesan yang kuat dan
bertahan lama dengan menyimpulkan pembicaraan yang telah dilakukan.
Periode tanya jawab: pembicara harus mendorong pertanyaan sepanjang pembicaraan
(Purbasari, 2009).
Estetika dalam suatu presentasi dapat ditunjukkan dengan menguasai seni penyampaian.
Untuk menguasai seni penyampaian maka harus diperhatikan dan memilih dahulu metode
penyampaian presentasi yang akan digunakan. Metode presentasi yang dapat digunakan antara
lain menghafal, membaca, berbicara dari catatan, dan berbicara tanpa persiapan. Setelah memilih
metode yang dapat digunakan lselama presentasi, kemudian menfokuskan diri kepada usahauasaha dalam menguasai seni penyampaian yang meliputi mempersiapkan diri untuk
penyampaian presentasi, mengatasi kegelisahan, menggunakan alat bantu visual secara efektif,
dan menghadapi pertanyaan.
1. Menyiapkan diri untuk penyampaian presentasi:
a
Meningkatkan rasa percaya diri dengan berlatih.
b
Periksa lokasi untuk presentasi sebelum waktu yang ditentukan.
c
Pertimbangkan perbedaan budaya dengan pendengar.
2. Mengatasi kegelisahan:
a
Siapkan materi lebih banyak dari yang diperlukan.
b
Berlatih sampai benar-benar menguasai materi.
c
Berpikir positif mengenai pendengar, diri sendiri dan apa yang harus dikatakan.
d
Bayangkan kesuksesan.
e
Atur nafas sebelum berbicara.
f
Hafalkan kalimat pertama yang siap untuk diucapkan.
g
Kendalikan diri dan jangan panik.
3. Menggunakan alat bantu secara efektif:
a
Buat informasi dengan informatif.
b
Bangun rasa ingin tahu.
c
Menyatakan pendapat dan diperjelas.
d
Mempertahankan fokus dan kontak mata dengan pendengar.
4. Menghadapi pertanyaan:
a
Terima pertanyaan dengan ekspresi ramah dan menyenangkan.
b
Jangan terbawa emosi.
c
Jawab dengan tenang dan tegas untuk meyakinkan pendengar.
Dalam
berforum
ilmiah,
akan
terlihat
lebih
indah jika pelaku dalam
forum tersebut, baik moderator, pendengar maupun penyaji menyajikan karya ilmiah nya dengan
komunikasi yang baik. Diantaranya adalah, pemilihan kata-kata yang formal dan santun,
penyusunan kalimat yang baik dan teratur, juga penyajian kata-kata yang lembut namun tetap
tegas dan jelas. Penambahan senyuman dalam suatu forum ilmiah seperti halnya suatu aksen
yang dapat memperindah jalannya diskusi dalam forum ilmiah tersebut (Mussarafah, 2012).
2.6 Etika Peran dalam Forum Ilmiah
Forum ilmiah merupakan wadah berbagi wawasan akademik dan media pernyebaran ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Dalam forum ini terdapat beberapa peran yang saling
berkontribusi antara satu dengan yang lain. Peran-peran tersebut antara lain penyaji (pemakalah,
referator), pemandu/moderator (pemimpin forum), penulis/notulen, peserta (audien, partisipan),
dan teknisi. Satu peran saja tidak dihadirkan maka akan mempengaruhi jalannya forum secara
umum. Pada tingkatan tertentu, kegagalan forum dalam mencapai tujuan yang diharapkan, dapat
terjadi apabila peran-peran tersebut tidak berjalan dengan baik.
Kegagalan forum ilmiah dalam mencapai tujuan tidak hanya dipengaruhi oleh kealpaan
atau tidak berfungsi optimalnya peran tetapi juga oleh masalah etika. Tidak sedikit forum ilmiah
yang dilaksanakan dengan peran lengkap yang berakhir dengan kegagalan. Tidak sedikit pula
forum ilmiah terselenggara dengan penuh motivasi dan antusias karena peran-peran yang terlibat
di dalamnya berfungsi maksimal. Akan tetapi, perasaan dikalahkan, dilecehkan, dan
dipermalukan menjadi permasalahan yang berkepanjangan, bahkan setelah forum berakhir.
Masalah etika dalam forum ilmiah benar-benar memegang peran penting dalam mencapai tujuan
forum. Karena itu, masalah ini perlu dijaga. Jika etika forum ilmiah senantiasa dijaga, bukan
tidak mungkin suatu saat nanti perhatian dan penghargaan terhadap etika berforum ilmiah akan
menjadi sebuah tradisi yang melembaga dan membudaya.
Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum ilmiah.
Bagaimana seharusnya perilaku benar dan berterima secara moral yang harus diterapkan oleh
peran-peran dalam forum. Sesuai perannya, moderator diharapkan bersikap moderat selama
forum berlangsung. Objektivitas dan ketidakberpihakan harus benar-benar dipegang teguh oleh
moderator. Dalih apapun yang melanggar prinsip moderat adalah sikap yang tidak berterima
secara moral dan sudah barang tentu melanggar etika forum ilmiah. Motif pertemanan,
hubungan kekerabatan, kepentingan politis, atau kepentingan ideologis apapun hendaknya
dijauhkan. Perilaku prinsip lainnya yang harus diperhatikan oleh moderator adalah keadilan,
kedisiplinan, dan keberanian. Keadilan berkaitan dengan pemerataan kesempatan berpartisipasi
bagi seluruh forum. Kedisiplinan bersinggungan dengan manajemen waktu dan manajemen
interaksi. Keberanian berhubungan dengan ketegasan terhadap segala hal yang kontraproduktif
terhadap prinsip keadilan dan kedisiplinan.
Fokus forum seharusnya lebih mengarah pada permasalahan yang disajikan. Individu atau
kelompok yang bertanggung jawab dalam penyajian masalah/topik forum adalah penyaji.
Umumnya penyajian masalah diskusi dibakubukukan dalam paper, resume atau makalah. Karena
itulah penyaji disebut pula dengan referator atau pemakalah. Makalah yang disajikan dalam
forum ilmiah (misalnya diskusi, seminar, lokakarya) seharusnya terdistribusi sebelum forum
digelar. Hal ini dilakukan agar forum tidak lagi disibukkan dengan aktivitas membaca untuk
memahami permasalahan dalam makalah. Dalam kenyataannya, peserta yang hadir dalam forum
lebih memosisikan diri sebagai sekadar penerima informasi dan penanya atau pengonfirmasi
terhadap informasi yang belum mereka pahami. Tidak banyak peserta yang hadir dengan
pemahaman terhadap permasalahan supaya forum ilmiah yang diikutinya lebih diintensifkan
sebagai wacana berbagi sudut pandang dan pemikiran serta berbagi solusi mengatasi
permasalahan (Madya, 2006).
Pada etika penyaji dan peserta kejujuran menjadi nilai yang wajib ditegakkan oleh
keduannya. Bagi penyaji, segala informasi yang disampaikan secara lisan dan tulis harus dapat
dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih menyangkut rujukan dari informasi akademik yang
disampaikan, apakah merupakan buah pemikiran penulis sendiri atau penulis lain harus jelas
disampaikan. Hal yang sama juga berlaku bagi peserta. Peserta seharusnya secara tulus
menyimak segala informasi yang disampaikan penyaji. Ketidaktulusan ini tampak dalam sikap
meminta ulang penjelasan, misalnya karena lupa menyimak bagian tertentu dalam penyajian.
Sebaliknya, ketidaktulusan tampak saat penyaji yang tidak menyimak pertanyaan, kemudian
meminta peserta untuk menyampaikan pertanyaan ulang.
Menanyakan hal yang
telah
ditanyakan oleh peserta sebelumnya juga wujud ketidaktulusan peserta. Berikutnya, pertanyaan
menguji dari peserta merupakan contoh lain ketidaktulusan dan ketidakjujuran.
Kemampuan menyimak dan menulis dengan efektif segala informasi yang ternyatakan
dalam forum merupakan persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang notulis. Tidak semua
informasi harus direkam secara tertulis karena hanya informasi penting yang ditulis. Informasi
penting dan utama dalam forum umumnya menyangkut kesepakatan penting, rekomendasi
forum, butir-butir pertanyaan dan tanggapan yang telah diikhtisarkan serta pemikiran dan
wawasan baru sesuai topik yang mampu menajamkan dan memberi solusi terhadap
permasalahan. Catatan hasil forum yang telah ditata ringkas sebaiknya dibagikan kembali kepada
forum. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pemilik gagasan/konsep untuk
meluruskan jika ada hal-hal yang kurang tepat.
Peran yang selama ini dipandang sebelah mata adalah teknisi. Hal-hal yang berkaitan
dengan pengoperasian teknologi dianggap dapat dilakukan atau dikerjakan oleh setiap orang.
Kenyataannya adalah banyak teknisi yang tidak memiliki kompetensi alias tidak profesional.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka menjadi pemandangan yang dianggap wajar jika terdapat
penyaji yang menata dan mempersiapkan sendiri perangkat teknologi LCD sebelum presentasi
atau penanya yang terlebih dahulu mengutak-atik mikroponnya sebelum menyampaikan
tanggapan. Seorang teknisi tetap dibutuhkan untuk mengontrol dan menyelamatkan jalanya
forum dari segi teknologi. Penguasaan teknologi informasi dengan demikian menjadi ciri
profesionalisme peran ini (Madya, 2006).
2.7 Etika Berbahasa dalam Forum Ilmiah
Kualitas pemakaian bahasa Indonesia dalam forum ilmiah sejauh ini belum memenuhi
harapan. Penggunaan bahasa Indonesia dengan taat asas sering tidak diimbangi dengan
kesesuaian pemakaiannya. Sebaliknya, kesesuaian konteks penggunaan bahasa Indonesia sering
tidak disertai dengan kepatuhan pada kaidah. Permasalahan kedualah yang lazim ditemukan
dalam pelaksanaan sebuah forum ilmiah. Kebiasaan menggunakan bahasa secara tidak konsisten
dianggap sebagai salah satu “biang” permasalahan. Sistem bahasa gado-gado sudah terprogram
sedemikian rupa sehingga seolah-olah tidak ada sensor kesadaran berbahasa yang berorientasi
kepada kaidah yang semestinya. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi
tolok ukur ada tidaknya etika berbahasa Indonesia dalam forum ilmiah. Bahasa Indonesia yang
baik adalah bahasa yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks resmi umumnya
melatarbelakangi forum ilmiah. Dalam konteks ini penggunaan bahasa dikaitkan dengan
masalah kedinasan, keilmuan, dan keakademisan. Pada situasi seperti ini selain sebagai alat
komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan. Karena itu, penggunaan
bahasa baku merupakan sebuah keharusan.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya
selalu
menaati kaidah baku bahasa Indonesia. Kebakuan dalam ragam baku bahasa Indonesia meliputi
kebakuan ejaan, peristilahan, kosakata, tata bahasa, dan lafal. Ragam baku bahasa Indonesia
ialah ragam bahasa Indonesia yang tata cara dan tertib penulisannya mengikuti ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan serta tertib dalam pembentukan istilahnya yang berpedoman pada
pedoman umum pembentukan istilah bahasa Indonesia. Bahasa baku harus menggunakan katakata baku. Selain itu, bahasa baku harus taat asas pada kaidah ketatabahasaan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam forum ilmiah bermakna
memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi dan karakteristik
forum yang dihadapi sehingga mampu merumuskan ungkapan kebahasaan yang sesuai. Agar
dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam forum ilmiah, perlu adanya
sikap positif peserta forum terhadap bahasa Indonesia. Sikap ini setidaknya mengandung tiga
ciri pokok yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran akan adanya norma bahasa.
Kesetiaan adalah sikap yang mendorong peserta forum memelihara konsistensi berbahasa
indonesia. Kebanggaan bahasa adalah sikap yang mendorong peserta forum untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan percaya diri dan penuh motivasi. Kesadaran adanya norma adalah sikap
yang mendorong peserta forum untuk menggunaan bahasa Indonesia secara cermat, tepat,
santun, dan anggun.
Secara praktis, etis tidaknya bahasa Indonesia dalam forum ilmiah juga dapat diamati dari
bentuk pengungkapannya. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak mengandung nada emosional
pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau menyerang gagasan orang lain (superior) dapat
dikatakan bercirikan etis. Ungkapan bahasa yang solusif dan argumentatif dalam menentang
gagasan atau konsep dapat pula dikatakan etis. Ungkapan bahasa Indonesia yang tidak
mengandung nada dan kata emosional pada saat mempertahankan gagasan sendiri atau
menyerang gagasan orang lain tercermin pada perilaku berbahasa yang mengindahkan nilai-nilai
sopan santun. Dengan memperhatikan sopan santun, bahasa kekerasan dapat dihindari dan
banyak ”muka” yang dapat diselamatkan. Pernyataan bahasa yang solusif dan argumentatif
dalam menentang gagasan atau konsep bermakna selalu ada rasionalitas di balik
ketidaksepahaman, ketidaksependapatan, dan penolakan terhadap gagasan tertentu. Selain
adanya rasionalitas, terdapat pula pernyataan solusif yang diajukan sebagi alternatif penyelesaian
masalah.
2.8 Etika Peran dan Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Dalam forum ilmiah, kesadaran penggunaan bahasa secara verbal yang lemah lembut,
santun, sopan, sistematis, teratur, mudah dipahami, dan lugas belum cukup membudaya.
Kesadaran semacam ini sebenarnya tidak hanya mampu membangun nilai-nilai estetika
komunikasi interaktif dalam forum ilmiah tetapi juga komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri formal forum ilmiah menghendaki penggunaan bahasa Indonesia yang taat kaidah
dan tepat konteks. Keniscayaan yang demikian bukan berarti tidak menyisakan permasalahan.
Bagaimana kebosanan sering dialami peserta forum, tentunya hal ini tidak dapat begitu saja
dilepaskan dari faktor pemakaian bahasa. Barangkali terdapat beberapa faktor lainnya yang
menimbulkan kejenuhan. Namun, harus diingat bahwa komunikasi interaktif tetap menjadi
bagian utama dalam forum ilmiah. Dalam komunikasi interaktif, penggunaan bahasa memegang
peran penting. Untuk itu diperlukan pemakaian bahasa yang bercita rasa dan berjiwa.
Bahasa Indonesia yang bercita rasa dan berjiwa, selain mengenal kaidah-kaidah baku juga
mengenal perangkat-perangkat pendukung. Salah satu perangkat kebahasaan yang menjadi
rujukan agar masyarakat –khususnya masyarakat ilmiah sadar menggunakan bahasa secara indah
adalah gaya bahasa dan majas. Gaya bahasa atau majas adalah kemampuan berbahasa yang
berkaitan dengan estetika bahasa. Estetika berbahasa bukan semata-mata piranti pelengkap,
melainkan pula sebagai bagian dari usaha untuk memperkaya ekspresi agar penggunaan bahasa
dalam forum ilmiah tidak hanya baik dan benar tetapi juga menjadi indah dan berdaya guna.
Pemakaian gaya bahasa sebagai bagian dari estetika berbahasa Indonesia bukan dimaksudkan
untuk menyembunyikan atau menyamarkan kebenaran. Bukan pula ditujukan untuk melebihlebihkan atau mengurangi fakta. Pemakaian gaya bahasa merupakan upaya etis dan estetis untuk
mempertahankan dan memelihara hubungan interaktif yang sehat di antara peserta forum.
Dengan cara seperti ini, penghargaan terhadap diri sendiri dan individu yang lain dapat
diwujudkan.
Estetika bahasa selanjutnya menghendaki ungkapan bahasa Indonesia yang bertenaga,
selektif, dinamis (tidak arkhais), dan
tidak klise. Kata bertenaga dengan cepat dapat
membangkitkan daya motivasi, persuasi, fantasi, dan daya imajinasi pada benak pendengar. Agar
ungkapan dapat bertenaga perlu diupayakan pendayagunaan kata. Pendayagunaan ini pada
prinsipnya berkaitan dengan ketepatan memilih kata (selektif) untuk mengungkapkan sebuah
gagasan, ide, atau pemikiran. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata
untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pendengar, seperti yang
dipikirkan atau dirasakan leh pembicara
Pada umumnya, kecenderungan
formulaik
pada
pernyatan
kebahasaan
tertentu
menyebabkan adanya ungkapan bahasa yang klise dan arkhais. Penyebab lainnya adalah
kemalasan penutur mengkreasi (memodifikasi) ungkapan atau kata. Akhirnya, keberanian
membuat variasi kalimat akan menciptakan ungkapan yang dinamis dan hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini antara lain:
1
Forum ilmiah merupakan suatu pertemuan yang biasanya dilakukan oleh mahasiswa ataupun
pelaku pelaku-pelaku ilmiah lainnya, yang berfungsi sebagai sarana penyebaran informasi
2
ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural.
Jenis forum ilmiah antara lain:diskusi panel, seminar, simposium, konferensi, lokakarya
(workshop), whole group. buzz group, syndicate group, brain storming, informal debate,
3
fishbowl, santiaji, muktamar, diskusi kelompok, dan bedah buku.
Etika adalah berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan
erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap
4
sesuatu yang telah dilakukan.
Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara
5
umum.
Etika dan estetika dalam suatu presentasi akan terlihat dari cara dan metode yang digunakan
6
7
dalam berkomunikasi.
Etika peran dalam forumilmiah meliputi moderator, penyaji, pendengar, notulis, dan teknisi.
Etika berbahasa dalam forum ilmiah ialah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam forum ilmiah bermakna memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami
benar situasi dan karakteristik forum yang dihadapi sehingga mampu merumuskan ungkapan
8
kebahasaan yang sesuai.
Etika dan peran dalam berbahasa Indonesia ialah penggunaan bahasa Indonesia yang taat kaidah
dan tepat konteks.
3.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
dengan baik dan dapat memanfaatkannya sebagai salah satu hal terpenting yang menentukkan
keberhasilan dalam sebuah presentasi forum ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa.
Hakim, Retty N. 2007. Mari Berbahasa (Indonesia) dengan Baik dan Benar (2) (online)
http://www.wikimu.com. Diakses 11 Maret 2013.
Haryanta, Kasdi. 2009. Presentasi ilmiah. (online). http://kasdiharyantakasdih.blogspot.com/2009/09/teknik-presentasi-ilmiah.html.
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4.
Madya, Suwarsih. 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional
Dosen MPK Bahasa Indonesia, 13-15 Mei di Jogjakarta.
Mussarafah, Arra. 2012. Jenis-jenis Forum Ilmiah. (online). http://arramusyarrafah.blogspot.com/
2012/03/jenis-jenis-forum-ilmiah.html. Diakses tanggal 10 Maret 3013.
Purbasari, Niken. 2009. Presentasi Bisnis 2. Pusat Perkembangan bahan Ajar
Sriyanto. 2007. Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar. (online) http://www.pontianakpost.com.
Diakses 14 Mei 2008.
Sulistyo, Bambang. 2001. Teknik Dan Etika Diskusi Ilmiah. Jakarta.