Konsep alam semesta dan pedidikan .pdf
Konsep alam semesta dalam perspektif falsafah pendidikan islam
Ulfa Dwiyanti Siregar
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara
Jl. William Iskandar Pasar V medan Estete, 20371
[email protected]
A. Proses Penciptaan Alam Semesta
Terdapat perbedaan pandangan dikalangan muslim tentang asal mula penciptaan alam
semesta. Ada yang menyatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari ketiadaan menjadi ada.
Sementara itu, ada pula yang berpendapat bahwa alam semesta ini diciptakan dari materi atau
sesuatu yang sudah ada. Pendapat pertama ini selalu didasarkan pada penggunaan kata
khalaqa yang digunakan dalam penciptaan alam semesta. Mereka berpendapat bahwa
penggunaan kata khalaqa memiliki arti menciptakan sesuatu dari bahan yang belum ada
menjadi ada. Sementara pendapat kedua didasarkan pada informasi al-Qur'an yang
mengindikasikan bahwa alam semesta ini diciptakan dari suatu materi yang sudah ada.
Informasi seperti ini misalnya ditemukan dalam dua surah yaitu surah Fushshilat [41]: 11 yang
menyatakan bahwa Allah Swt menuju langit, sedangkan langit ketika itu masih merupakan
dukhan (asap dan surah al-Anbiya [21]: 39 yang menginformasikan bahwa langit dan bumi itu
dahulu nya adalah kanata ratqa, yaitu suatu yang padu, lalu Allah Swt memisahkan antara
keduanya.
Dalam konteks proses penciptaan alam semesta, Al-Faribi adalah muslim pertama yang
menyatakan bahwa proses penciptaan alam semesta terjadi melalui emanasi atau pelimpahan.
Menurut Al-Faribi Tuhan adalah aql, dan karenanya dia berpikir. Yang menjadi objek
pemikiran-Nya (ma'qu) adalah Zat-Nya sendiri, sebab Dia tidak memerlukan suatu nenda untuk
objek pemikiran-Nya.
B. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana
untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan dan pembuktian tentang keberadaan
dan kemahakuasaan Allah Swt. Al-Qur'an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan
alam semesta ini adalah untuk memperlihatkan kepada manusia tanfa-tanda keberadaan dan
kekuasaan Allah Swt. Karena alam semesta diciptakan untuk manusia, maka Allah Swt telah ya
bagi mereka. Untuk kepentingan manusia, Allah Swt menundukkan apa yang ada di langit dan
bumi. Dia lah yang memudahkan alam ini bagi manusia dan menjadikannya sebagai tempat
tinggal yang enak untuk didiami.
Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun bukan berarti manusia dapat
berbuat sekehendak hati di dalamnya. Hal ini bermakna bahwa kekuasaan manusia pada alam
semesta ini bersifat terbatas. Manusia hanya boleh mengelolah dan memanfaatkan alam
semesta ini sesuai dengan iradah atau keinginan Tuhan yang telah mengamanahkan alam
semesta ini kepada manusia. Memang, sebagai khalifah, Allah Swt memberikan mandat kepada
manusia untuk mengatur bumi dan segalabisinya. Demikianpun, kekuasaan seorang khalifah
tidaklah bersifat mutlak, sebab a dibatasi oleh pemberi amanah kekhalifahan itu, yakni Allah
Swt.
C. Implikasi Terhadap Pendidikan Islam
Dalam Islam, esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah al-Rabb, yaitu
Tuhan Maha Pencipta (Khaliq), yang menciptakan seluruh makhluq, makro dan mikro kosmos.
Karenanya Ia disebut al-Rabb al-alamin, Tuhan pencipta alam semesta. Sebagai pencipta, Dia
juga yang memelihara dan mendidik seluruh alam.
Proses pendidikan itu menurut al-Syaibany adalah menyampaikan sesuatu kepada titik
kesempurnaannya secara berangsur-angsur . karenanya, implikasi filosofi terhadap pendidikan
islam adalah bahwa, pendidikan islami itu merupakan suatu proses atau tahapan dimana
peserta didik diberi bantuan kemudahan untuk mengembangkan potensi jismiyah dan
ruhiyahnya sehingga fungsional untuk melaksanakan fungsi tugas-tugasnya dalam kehidupan
alam semesta. Karena merupakan proses atau tahapan, maka pendidikan islami berlangsung
kontinum sepanjang masa, sepanjang kehidupan manusia di muka bumi.
Dalam perspektif islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaannya di alam
semesta, baik sebagai syahid Allah, and Allah, maupun khalifah Allah. Dalam konteks ini, Allah
Swt menjadikan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untuk bersyahadah akan
keberadaan dan kemahakuasaan-Nya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu adalah
penunaian fungsi sebagai makhluk ibadah dan pelaksanaan tugas-tugas sebagai khalifah.
Dalam hal ini, alam semesta merupakan institusi pendidikan, yakni tempat di mana manusia
dididik, dibina, dilatih, dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan
fungsi dan tugasnya sebagai and Allah dan khalifah (amal ibadah dan amal shalih.
Ulfa Dwiyanti Siregar
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sumatera Utara
Jl. William Iskandar Pasar V medan Estete, 20371
[email protected]
A. Proses Penciptaan Alam Semesta
Terdapat perbedaan pandangan dikalangan muslim tentang asal mula penciptaan alam
semesta. Ada yang menyatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari ketiadaan menjadi ada.
Sementara itu, ada pula yang berpendapat bahwa alam semesta ini diciptakan dari materi atau
sesuatu yang sudah ada. Pendapat pertama ini selalu didasarkan pada penggunaan kata
khalaqa yang digunakan dalam penciptaan alam semesta. Mereka berpendapat bahwa
penggunaan kata khalaqa memiliki arti menciptakan sesuatu dari bahan yang belum ada
menjadi ada. Sementara pendapat kedua didasarkan pada informasi al-Qur'an yang
mengindikasikan bahwa alam semesta ini diciptakan dari suatu materi yang sudah ada.
Informasi seperti ini misalnya ditemukan dalam dua surah yaitu surah Fushshilat [41]: 11 yang
menyatakan bahwa Allah Swt menuju langit, sedangkan langit ketika itu masih merupakan
dukhan (asap dan surah al-Anbiya [21]: 39 yang menginformasikan bahwa langit dan bumi itu
dahulu nya adalah kanata ratqa, yaitu suatu yang padu, lalu Allah Swt memisahkan antara
keduanya.
Dalam konteks proses penciptaan alam semesta, Al-Faribi adalah muslim pertama yang
menyatakan bahwa proses penciptaan alam semesta terjadi melalui emanasi atau pelimpahan.
Menurut Al-Faribi Tuhan adalah aql, dan karenanya dia berpikir. Yang menjadi objek
pemikiran-Nya (ma'qu) adalah Zat-Nya sendiri, sebab Dia tidak memerlukan suatu nenda untuk
objek pemikiran-Nya.
B. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana
untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan dan pembuktian tentang keberadaan
dan kemahakuasaan Allah Swt. Al-Qur'an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan
alam semesta ini adalah untuk memperlihatkan kepada manusia tanfa-tanda keberadaan dan
kekuasaan Allah Swt. Karena alam semesta diciptakan untuk manusia, maka Allah Swt telah ya
bagi mereka. Untuk kepentingan manusia, Allah Swt menundukkan apa yang ada di langit dan
bumi. Dia lah yang memudahkan alam ini bagi manusia dan menjadikannya sebagai tempat
tinggal yang enak untuk didiami.
Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun bukan berarti manusia dapat
berbuat sekehendak hati di dalamnya. Hal ini bermakna bahwa kekuasaan manusia pada alam
semesta ini bersifat terbatas. Manusia hanya boleh mengelolah dan memanfaatkan alam
semesta ini sesuai dengan iradah atau keinginan Tuhan yang telah mengamanahkan alam
semesta ini kepada manusia. Memang, sebagai khalifah, Allah Swt memberikan mandat kepada
manusia untuk mengatur bumi dan segalabisinya. Demikianpun, kekuasaan seorang khalifah
tidaklah bersifat mutlak, sebab a dibatasi oleh pemberi amanah kekhalifahan itu, yakni Allah
Swt.
C. Implikasi Terhadap Pendidikan Islam
Dalam Islam, esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia adalah al-Rabb, yaitu
Tuhan Maha Pencipta (Khaliq), yang menciptakan seluruh makhluq, makro dan mikro kosmos.
Karenanya Ia disebut al-Rabb al-alamin, Tuhan pencipta alam semesta. Sebagai pencipta, Dia
juga yang memelihara dan mendidik seluruh alam.
Proses pendidikan itu menurut al-Syaibany adalah menyampaikan sesuatu kepada titik
kesempurnaannya secara berangsur-angsur . karenanya, implikasi filosofi terhadap pendidikan
islam adalah bahwa, pendidikan islami itu merupakan suatu proses atau tahapan dimana
peserta didik diberi bantuan kemudahan untuk mengembangkan potensi jismiyah dan
ruhiyahnya sehingga fungsional untuk melaksanakan fungsi tugas-tugasnya dalam kehidupan
alam semesta. Karena merupakan proses atau tahapan, maka pendidikan islami berlangsung
kontinum sepanjang masa, sepanjang kehidupan manusia di muka bumi.
Dalam perspektif islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaannya di alam
semesta, baik sebagai syahid Allah, and Allah, maupun khalifah Allah. Dalam konteks ini, Allah
Swt menjadikan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untuk bersyahadah akan
keberadaan dan kemahakuasaan-Nya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu adalah
penunaian fungsi sebagai makhluk ibadah dan pelaksanaan tugas-tugas sebagai khalifah.
Dalam hal ini, alam semesta merupakan institusi pendidikan, yakni tempat di mana manusia
dididik, dibina, dilatih, dan dibimbing agar berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan
fungsi dan tugasnya sebagai and Allah dan khalifah (amal ibadah dan amal shalih.