51696198 KATA PENGANTAR contoh kata

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Essa yang adalah sumber segala
kehidupan,kesempatan dan sumber segala inspirasi yang telah membimbing kami dalam proses
penyelesaian makalah kami ini.
Perumusan makalah ini kami sertai dengan data-data hasil pengamatan serta pengolahannya
dan analisis data berdasarkan hasil pengamatan dan lampiran berupa angket yang menjadi ukuran
kemampuan siswa selama satu semester ini.Pendekatan yang kami lakukan adalah pendekatan pada
system,sarana dan tenaga pengajar yang berada di tempat penelitian.Makalah ini juga dissertai beberapa
halaman gambar yang menjadi bukti bahwa di mana kelompok kami telah melaksanakan kegiatan
penelitian biologi umum.
Pada kesempatan ini kami sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses
penelitian maupun penyelesaian makalah ini di antaranya
1.pengajar dan pembimbing mata kuliah Biologi Umum Yth.Ibu Vera Roring Mpd,Sik
2.kepala SMA St.Thomas AQUINO Amurang yang telah memberikan kami kesempatan,Izin serta
informasi-informasi penting mengenai keadaan sekolah tersebut terkait dengan proses penelitian ini.
3.siswa-siswa SMA AQUINO yang telah turut berpartisipasi dalam proses penelitian terutama siswa-siswa
kelas 2 SMA sebagai sample pengambilan data angket
4.kepada teman-teman kelompok yang telah membantu bersama-sama menyumbangkan inspirasi dan
telah memberikan masukan-masukan yang baik dan berguna.

TONDANO,JANUARI 2011

KELOMPOK 5
KELAS D

1|Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…….…………………………………………………………………………………………………..…..1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………2
BAB I.PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………..3
A.Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………,,…..3
B.Identifikasi masalah………………………………………………………..………………………………………4
C.Rumusan masalah…….………………………….……………………………………………………….…….….4
D.Tujuan Penelitian………………………………….……..……………………………………………….………..4
E.Manfaat Penelitian…………………………….………………………..………………………………….………4
BAB II.KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………………….……………………………….5
BAB III. METODE PENELITIAN……………………………………………………………………………………………13
1.Tempat dan waktu………………………………………….…………………………………….…………….13
2.Observasi…………………………………………………………………………………………………………...13
3.Hipotesis……………………………………………………………………………………………………………..13

4.Variabel yang di teliti…………………………………………………………………………………………..13
5.Teknik pengumpulan data……………………………………………………………………………………13
6.Hasil pengamatan……………………………………………………………………………………………….14
7.Pembahasan……………………………………………………………………………………………………….18
BAB IV.PENUTUP
Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………………………………………..19
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………20

2|Page

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang
pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka
tercermin bahwa pendidikan merupakan factor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan
bangsa. Pendidiakn bertujuan untuk menngkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu
usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, guru merupakan

sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus.
Sekarang ini masalah pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya kualitas
hasil pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini tercermin dari masih rendahnya nilai rata-rata
ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran biologi. Rendahnya mutu
pandidiakn di indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan praktisi
pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, muatan kurikulum
terlalu
padat
dan
pola
pembelajaran
yang
kurang
menarik.
Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan
guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah. Kurang sadarnya masyarakat mengenai
betapa pentingnya pendidikan dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu
dihargai.
Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama
adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi

pengajar dan yang belajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah..
Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta
bertanggung jawab kepada lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam
dan mahluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan kumpulankumpulan
fakta
tetapi
juga
proses
penemuan.
Namun pada kenyataan yang ada dalam pendidikan biologi masih minimnya mutu pendidikan. Masalahmasalah pembelajaran sain atau biologi diantaranya adalah: pengajaran sain yang hanya mencurahkan
pengetahuan (tidak berdasarkan praktek). Dalam hal ini fakta, konsep, dan prisip sains lebih banyak
dicurahkan melalui ceramah, Tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek. Variasi
kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat sedikit. Pada saat ini, guru hanya mengajar dengan ceramah
dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.
pemantauan kami saat ini di SMA AQUINO Amurang memang system pengajaran sudah ada
kemajuan karena di bantu oleh beberapa fasilitas yang memang benar benar menunjang sistem
pembelajaran biologi dan ada beberapa praktikum yang telah di laksanakan.namun yang menjadi
permasalahannya adalah kurangnya tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas untuk mengajar.
3|Page


B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apakah rendahnya mutu pendidiakan, salah satunya diakibatkan kurangnya konsep dan guru belum
sempurna dalam menerapkan pengolaan kegiatan pembelajaran?
2. Sejauh mana kekonsistensisan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang terdapat pada RPP
yang ia buat

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah guru biologi yang ada di SMA AQUINO AMURANG sudah konsisten dalam menerapkan model
pembelajaran yang ada di RPP yang ia buat?
2. Sejauh mana siswa mampu menyerap dan mengerti apa yang di sajikan oleh gurunya.
D.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk melihat apakah guru biologi sudah konsisten dalam menerapkan model pembelajaran yang
terdapat di RPP yang ia buat
2. Untuk mengetahui Bagaimana daya serap siswa dalam memahami semua materi yang di berikan oleh
gurunya.
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

Sebagai bahan evaluasi bagi kami mahasiswa yang akan menjadi calon guru yang sementara menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Manado bagaimana kami sudah harus mempersiapkan diri mulai dari
saat ini untuk mengantisipasi segala bentuk kemungkinan termasuk persaingan prospek lapangan
pekerjaan,menyusun strategi dalam pengembangan mutu pendidikan serta berusaha menguasai
IPTEK.selain kepada mahasiswa juga kepada guru dan kepala sekolahserta dinas terkait dalam
meningkatkan mutu pendidikan.

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
Belajar Dan Mengajar
1. Belajar
4|Page

Menurut Gagne (1984:dalam Rusfidra,2006) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27
dalam Rusfidra,2006) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki
tiga ciri-ciri sebagai berikut.
1. belajar adalah perubahan tingkahlaku;
2. perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan;

3. perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkahlaku seseorang berubah
sebagai akibat pengalaman (Snelbeker 1974 dalam Toeti 1992:10) Dari pengertian di atas dapat dibuat
kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkahlaku sebelum kegiatan
belajar mengajar dikelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman
belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar
tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum maka guru harus merencanakan dengan
seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkahlaku siswa
sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru bertugas membantu orang
belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru
harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling
memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Dalam pembelajaran proses belajar tersebut
terjadi secara bertujuan ( Arief Sukadi 1984:8 dalam Rusfidra,2006) dan terkontrol.
Tujuan -tujuan pembelajaran telah dirumuskan dalam kurikulum yang berlaku. Peran guru disini adalah
sebagai pengelola proses belajar mengajar tersebut.
Dalam sistem pendidikan kita (UU. No. 2 Tahun 1989), seorang guru tidak saja dituntut sebagai pengajar

yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu tetapi juga harus dapat berperan sebagai
pendidik. Davies mengatakan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik seorang guru perlu
memiliki pengetahuan dan pemahaman berbagai prinsip-prinsip belajar, khususnyai prinsip berikut:
1. Apapun yang dipelajari siswa , maka siswalah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah
yang harus bertindak aktif;
2. Setiap mahasiswa akan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya;
3. Seorang siswa akan belajar lebih baik apabila mempengoreh penguatan langsung pada setiap langkah
yang dilakukan selama proses belajarnya terjadi
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan mahasiswa akan membuat proses
belajar lebih berarti; dan
5. Seorang siswa akan lebih meningkat lagi motivasinya untuk belajar apabula ia diberi tangungjawab
serta kepercayaan penuh atas belajarnya (Davies 1971 dalam Rusfidra,2006).
1.2 Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
5|Page

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan
pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Duffy dan Roehler 1989 (dalam Arianto Sam.2008) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses
belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa nyaman merupakan bagian dari

aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum
dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang
diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Dalam buku pedoman
melaksanakan kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994 dalam Arianto Sam.2008) istilah belajar diartikan
sebagai suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber
belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll. Selama ini Gredler 1986
(dalam Arianto Sam.2008) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu pada
dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali
bergantung pada situasi alami (kenyataan).
Oleh karena itu lingjungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini dapat
berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa
disebut dengan pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu
pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati.
Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa
untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi
dapat dengan cara lain misalnya belajar melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan.
(Gagne dan Briggs 1979:3 dalam Rusfidra,2006) mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa

yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran
namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya
proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru.
Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran
sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa
dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku
siswa. Apa yang dipahami guru ini sesuai dengan pengertian yang diuraikan dalam buku pedoman
kurikulum (1994:3) Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat yang
memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah masukan yang
berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik.
Fungsi sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi penilaian.
Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan penilaian yang terbagi dalam
pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan oleh sesuatu di luar diri siswa (Arief,S.
1984:10 dalam Rusfidra,2006). Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tanpa pembelajaran namun hasil
belajar akan tampak jelas dari suatu pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan
berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar
6|Page

apabila dalam dirinya terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa

menjadi bisa dan sebagainya.
Dalam pembelajaran hasil belajar dapat dilihat langsung, oleh karena itu agar kemampuan siswa dapat
dikontrol dan berkembang semaksimal mungkin dalam proses belajar di kelas maka program
pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh para guru dengan memperhatikan berbagai
prinsip-prinsip pembelajaran yang telah diuji keunggulannya.(Arief. Sukadi, 1991;12 dalam
Rusfidra,2006)
1.3 guru
Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru yang
berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga
mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu
kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Selain
itu, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana
satu atau diploma IV. Guru merupakan faktor determinan dalam revitalisasi pendidikan nasional. Guru
adalah motivator, fasilitator sekaligus ilmuwan.
Guru merupakan Tingkatan keahlian dari seorang hacker. Istilah ini digunakan pada seseorang yang
mengetahui semua hal pada bidangnya, bahkan yang tidak terdokumentasi. Ia mengembangkan trik-trik
tersendiri melampaui batasan yang diperlukan. Kalau bidangnya berkaitan dengan aplikasi, ia tahu lebih
banyak daripada pembuat aplikasi tersebut
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal
Secara umum ada dua Sikap dan pandangan guru tentang mengajar, yaitu :
(1) Guru pemegang peran utama dalam mengajar
Pandangan yang demikian akan berefek, sbb. :
(a) Pembelajaran terpusat pada guru ( teacher oriented )
(b) Metode pemberitahuan lebih dominan
(c) Hafalan lebih ditekankan dan kreativitas serta inisiatif anak kurang
(2) Guru berperan dalam merangsang anak dalam belajar dan berfikir serta menentukan alternatif
pemecahan sendiri terhadap masalah yang ia hadapi.
Pandangan yang demikian akan berefek, sbb. :
(a) Child oriented
(b) Guru hanya sebagai pembantu/ pembimbing
(c) Metode mengarah pada penemuan; pemecahan masalah
(d) Aktivitas anak memecahkan masalah , berfikir sendiri terhadap masalah yang dihadapi tinggi.
Ciri Guru Yang Baik
Menurut S Nasution, ada beberapa prinsip umum guru yang baik yang disarikan sebagai berikut :
a) Memahami dan menghormati murid
b) Menghormati ( menguasai bahan sepenuhnya ) bahan yang diberikan
c) Mampu menyesuaikan metode dengan bahan
7|Page

d) Mampu menyesuaikan bahan dengan kesanggupan anak
e) Mampu mengaktifkan anak dalam belajar
f) Mampu memberikan pengertian bukan hanya dengan kata-kata belaka
g) Merumuskan tujuan yang akan dicapai setiap pelajaran yang diberikan
h) Tidak terikat hanya pada satu teks book saja
i) Tidak hanya mengajar tapi membentuk kepribadian anak
Guru merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru yang
berkualitas, profesional dan berpengetahuan, tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga
mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, guru harus memiliki empat kompetensi dasar, yaitu
kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional. Selain
itu, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, setiap guru harus memiliki kualifikasi pendidikan sarjana
satu atau diploma IV. Guru merupakan faktor determinan dalam revitalisasi pendidikan nasional. Guru
adalah motivator, fasilitator sekaligus ilmuwan.
Upaya peningkatan kualifikasi guru dapat dilakukan di perguruan tinggi. Secara umum metode
penyampaian materi ajar di pendidikan tinggi dilakukan dalam dua bentuk, yaitu pendidikan tinggi tatap
muka (konvensional) dan pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ). Ciri utama PTJJ adalah terpisahnnya dosen
dan mahasiswa karena faktor jarak. Sebagian besar komunikasi antara dosen dan mahasiswa dilakukan
melalui surat, telepon, faksimili atau e-mail. Sistem PTJJ merupakan salah satu solusi mengatasi
kesenjangan antara keterbatasan sumber daya pendidikan dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi.
Untuk meningkatkan kompetensi guru IPA yang cerdas dan berpengetahuan agaknya model
pembelajararan jarak jauh dapat dijadikan sebagai sebuah solusi meningkatkan kualifikasi pendidikan
guru ketika daya tampung sistem pendidikan tatap muka sangat terbatas.
“Bangsa yang maju adalah bangsa yang baik pendidikannya; bangsa yang jelek pendidikannya tidak akan
pernah menjadi bangsa yang maju”.
---Presiden Susilo Bambang Yudhoyono--Salah satu komponen penting dalam upaya meningkatkaan mutu pendidikan nasional adalah adanya
guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan. Guru, tidak hanya sebagai pengajar, namun guru
juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dalam
menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran, maka guru diharapkan memiliki empat kompetensi
dasar, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi
profesional. Menurut Zamroni 2006 (dalam Arianto Sam.2008), guru yang profesional adalah guru yang
menguasai materi pembelajaran, menguasai kelas dan mengendalikan perilaku anak didik, menjadi
teladan, membangun kebersamaan, menghidupkan suasana belajar dan menjadi manusia pembelajar
(learning person).
Selain sebagai sebuah profesi, seorang guru adalah motivator dan fasilitator dalam transformasi IPTEK
pada anak didik. Oleh karena itu, guru pada abad ke XXI adalah seorang saintis yang menguasai ilmu
pengetahuan yang ditekuninya. Sebagai ilmuwan, guru tergolong elit intelektual. Guru bukanlah profesi
kelas dua. Sebab itu, calon guru sebaiknya adalah insan terpilih untuk jabatan profesi mulia.
Menurut Rustaman 2006 (dalam Arianto Sam.2008) profesi guru adalah profesi “saintis plus” yang harus
8|Page

menguasai IPTEK dan mampu sebagai motivator dan fasilitator. Sebagai motivator dan fasilitator proses
belajar, guru adalah seorang komunikator ulung karena ia harus mampu memberi jiwa terhadap
informasi yang diberikan oleh saran komunikasi yang super canggih.
Pasca pemberlakuan UU Guru dan Dosen, guru yang mengajar di pendidikan dasar dan pendidikan
menengah disyaratkan memiliki kualifikasi pendidikan sarjana (S-1) atau diploma IV (D-IV). Karena itu,
guru yang belum berkualifikasi sarjana diberikan kesempatan mencapai kualifikasi minimal tersebut
dalam waktu 10 tahun. Berdasarkan data Balitbang Depdiknas (2004) guru SMA yang berkualifikasi
sarjana baru 72,75 persen; guru SMK 62,16 persen; SMP 42,03 persen; SD 8,30 persen dan TK 3,88
persen. Sisanya sekitar 1,9 juta orang belum berkualifikasi sarjana. Semakin tinggi kualitas guru
diharapkan kualitas pendidikan nasional akan meningkat. Faktanya, hingga kini kualitas pendidikan masih
sangat rendah. Menurut Shanghai Jiaotong University (2005) tak satupun perguruan tinggi di Indonesia
yang masuk rangking dalam 100 perguruan tinggi terbaik di Asia dan Australia.
Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun sumber daya manusia (SDM) berkualitas.
Semakin terdidik suatu masyarakat semakin besar peluang memiliki SDM yang berkualitas. Semakin
tinggi kualitas SDM, semakin besar kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan. Kuatnya kaitan
antara pendidikan dengan SDM dalam mengukur keberhasilan pembangunan SDM suatu negara
diperlihatkan oleh United Nation Development Program (UNDP).
Meningkatnya keinginan masyarakat untuk mengikuti pendidikan tinggi ternyata tidak diikuti oleh
tersedianya insfrastruktur pendidikan tinggi yang memadai. Sebagai misal, Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005 hanya dapat menampung 84.443 orang peserta di 53 PTN dari
304.922 peserta SPMB pada tahun tersebut. Sementara itu, berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) tahun
2006 yang diumumkan beberapa waktu lalu, UN 2006 berhasil meluluskan 1.790.881 siswa (Rusfidra,
2006b).
Dalam kondisi tersebut, perlu dicari alternatif lain seperti menerapkan pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ)
untuk menyediakan kesempatan belajar yang lebih murah dan pemerataan kesempatan belajar di
pendidikan tinggi. Gagasan tentang universitas terbuka dan PTJJ, virtual university, e-learning, open
learning, flexible learning dan home schooling menjadi komponen penting dalam strategi nasional dan
global untuk mendidik mahasiswa dalam jumlah besar.
Ditinjau dari metode penyampaian materi ajar dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi, dikenal
dua model pendidikan, yaitu model pendidikan tinggi tatap muka (konvensional) dan PTJJ. Berbeda
dengan pendidikan tatap muka, pada PTJJ, dosen dan mahasiswa dibatasi oleh jarak karena faktor
geografis. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa lebih banyak dilakukan melalui surat, telepon,
faksimili atau e-mail
1.4 Model pembelajaran
Menurut akhmad sudrajat model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990 dalam akhmad sudrajat) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran,
yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
9|Page

tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Model pembelajaran, dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan
proses belajar mengajar. Karena ia bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru
diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami
kebosanan. Namun sebaliknya, siswa diharapkan dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti pelajaran,
dengan keingintahuan yang berkelanjutan.
Berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian,
tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif,
mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas individu
maupuh kelompok.
Terdapat model pembelajaran paling konvensional, yaitu tatap muka dan berpusat pada guru (teacher
center) sampai dengan pembelajaran berpusat pada siswa (student center), pembelajaran jarak jauh
(distance learning) yang diterapkan pada universitas terbuka dan berbagai program sertifikasi online juga
terus menerus dikembangkan. Journal Teknodik.22,2007 dalam Admin 2008
Pengajaran ataupun pendidikan dapat tertanam secara baik pada diri siswa, bila guru yang bersangkutan
mampu menyajikan secara menarik. Pengertian menarik disini, anak merasa nyaman menerima dan
mudah memahami isi materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Jangan
berharap banyak anak akan mampu menyerap isi pembelajaran dengan baik, jika dalam pembelajaran
sudah terselimuti rasa takut berlebihan pada guru yang mengajarnya. Penciptaan suasana yang
menyenangkan anak, merupakan langkah awal guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik.
Setelah suasana tercipta dengan penuh keakraban dan menyenangkan, guru dapat menyajikan model
pembelajaran yang merangsang anak untuk kreatif. Ambil contoh dengan pendekatan problem solving
pada mata pelajaran sosial dan model kerja kelompok pada mata pelajaran eksakta. Kenapa selama ini
eksakta dianggap menakutkan siswa ? Selain materi ajarnya sulit, guru belum mampu menciptakan
model-model pembelajaran yang menarik sehingga siswa belum melaksanakan, sudah ketakutan
terlebih dahulu.
Bagi guru dapat menerapkan model pendekatan pribadi secara akrab dengan siswa, serta memberi
motivasi. nak jangan dibuat takut untuk mencoba permainan sesuai dengan kemampuannya. Motivasi
sangat besar pengaruhnya pada pribadi anak untuk mau melaksanakan dengan penuh kepercayaan.
Model pembelajaran yang menarik cukup banyak, di antaranya permainan kartu soal, diskusi interaktif,
debat dsb. Bila guru ilmu sosial ingin menampilkan model debat, pertama kali yang harus ditempuh
membuat perencanaan tema apa yang kiranya mengundang pro kontra siswa dalam menanggapi. Tema
dan tatacaranya telah dipahami terlebih dahulu oleh guru. Sewaktu masuk kelas guru dapat menjelaskan
pada siswa pentingnya menggali informasi dengan debat serta menunjukkan tatacara debat secara
sehat. Bila hal ini telah dipahami dan disepakati seluruh siswa, guru dan siswa dapat membagi kelompokkelompok tim debat beserta juru bicara dan pendampingnya. Utusan kelompok maju ke depan kelas
berhadapan dengan kelompok lain dan siswa lainnya sebagai pendukung.
Untuk tahap awal, guru dapat berperan sebagai moderator jalannya debat. Idealnya aktivitas semuanya
dijalankan siswa, namun untuk pertamakali guru dapat memberi contoh sebagai moderator yang baik.
Kelompok satu dapat ditunjuk sebagai tim affirmative (pro) dan kelompok lain sebagai tim negatif
(kontra). Dalam waktu yang telah dise-pakati, tim pro berganti menjadi tim kontra dalam permasalahan
10 | P a g e

yang sama. Harapannya siswa akan memahami permasalahan secara luas baik dari sisi setuju maupun
tidak setuju.
1.5 Konsistensi
Onsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang
lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik
atau berhubung dgn sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten
jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika
matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dgn pengertian
sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdpat rumus P seperti yang
kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari axioma dari teori yang terkait di bawah sistem
deduktif. Pengertian Konsistens menurut KBBI adalah tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2
selaras; sesuai: perbuatan hendaknya–dng ucapan (Panji Prabowo 2008)
1.6 Hasil belajar
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat
pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes
perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada
individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun
kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk
mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis
yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas
proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
(Cullen, 2003 dalam Noor Latifah 2008).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub
formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil
belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan
harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas
terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga
kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran
serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.
Nilai Ujian Akhir Nasional, hingga saat ini masih menjadi tolok ukur paling ampuh melihat tingkat
keberhasilan belajar siswa, juga menjadi tolok ukur tingkat kesuksesan guru mengajar. Kelulusan pun
bertumpu pada nilai ini, meskipun belakangan banyak guru yang protes agar kelulusan siswa tidak
ditentukan dari nilai Ujian Akhir Nasional.
Sebagai ekspresi melihat nilai yang didapat siswa pada Ujian Nasional maupun nilai Ujian Akhir Sekolah,
yang seringkali muncul adalah ketidakpuasan. Baik dirasakan oleh siswa itu sendiri, orang tua siswa, guru
bahkan segenap keluarga besar sekolah. Lebih-lebih jika banyak siswa yang mendapat nilai rendah dan
berujung pada ketidaklulusan.
11 | P a g e

Setidak-tidaknya ada tiga hal yang mampu memicu tidak suksesnya kegiatan belajar mengajar yang
berujung pada hasil nilai yang rendah. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang
kehidupan selalu melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil
pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa.
Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian baru dari berbagai bidang tentang
pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada
sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif
tentang hasil pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan
metodologi pembelajaran
Posisi guru dalam pembelajaran di kelas tidak sekadar pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sebagai
pengajar guru berkewajiban menyampaikan pemaham-an ilmu pengetahuan kepada anak sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Adapun peran sebagai pendidik, guru harus mampu menanamkan nilai-nilai
moral baik pada anak, sehingga anak dapat menghayati dengan benar serta mau melaksanakan dengan
penuh kesadaran.
Peran sebagai pengajar lebih mudah dibanding dengan peran sebagai pendidik. Selama ini mayoritas
guru baru memainkan peran sebagai pengajar. Betapa sedihnya kaum guru bila belum mampu
menuntaskan semua isi materi pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum. Guru hanya berkonsentrasi
seputar kurikulum dan melupakan perannya sebagai pendidik. Hal ini sangat dimaklumi, mengingat
masyarakat dan sekolah baru mau memotret keberhasilan guru hanya berdasar pencapaian nilai dalam
ujian saja. Sehebat apapun guru dalam mengajar tanpa mampu meraih nilai maksimal, lebih-lebih nilai
ujian nasional guru yang bersangkutan akan mendapat label tidak mampu dan tidak berhasil.
Akibat dari penilaian yang demikian sangat dimaklumi bila guru seluruh negeri tercinta ini hanya
bercokol pada aspek pengajaran dan mengesampingkan peran tugas sebagai pendidik. Fakta ini sungguh
memprihatin-kan. Idealnya peran kedua-duanya dapat dilaksanakan dengan baik dan anak memiliki
bekal hidup secara komplit. Jangan kaget bila sampai saat ini banyak anak yang pandai/cerdas, namun
kurang memiliki etika, sopan santun atau unggah-ungguh dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini bukan
semata-mata kesalahan anak, tetapi secara umum dunia pendidikan harus mau ikut bertanggungjawab.
Tanggungjawab pendidikan memang tidak hanya pada sekolah saja, orangtua dan masyarakat justru
sangat dominan mewarnai kepribadian anak. Meskipun demikian, bila sekolah mampu berbuat yang
terbaik, kenapa tidak dilaksanakan secara maksimal.

BAB III.METODE PENELITIAN

12 | P a g e

1.TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat penelitian berlangsung di SMA Katolik St.Thomas Aquino Amurang kelas XI Ilmu
Pengetahuan Alam selama dua kali penelitian.penelitian yang pertama berlangsung pada tanggal 26
November 2010 dan penelitian yang kedua berlangsung pada tanggal 4 Desember 2010 tahun ajaran
2010/2011.
2. OBSERVASI
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap mengamati (observasi) yaitu:
1. Melakukan diskusi dengan guru biologi dan kepala Sekolah untuk rencana observasi
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran serta sarana –sarana yang
menunjang proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas XI SMA Aquino Amurang
3. Menganalisis temuan saat melakukan observasi dan pelaksanaan observasi
3.HIPOTESIS
Menurut kelompok kami kekonsistenan guru dalam menerapkan RPP yang ia buat cukup baik
sementara siswa mampu untuk menyerap apa yang di sajikan oleh gurunya.
4.VARIABEL YANG DI TELITI
 Para siswa yang berada di SMA katolik Aquini Amurang
 Tenaga pengajar(guru) biologi yang mengajar di Sma Aquino Amurang.

5.PENGUMPULAN DATA
1.1 Data penelitian
dalam teknik pengumpulan data ini ada 2 yaitu keterampilan guru dalam mengajar dan yang kedua
adalah hasil daya serap dari keterampilan guru tersebut mengajar.
1.2 Sumber data
Menurut suharsimi (1999:112) sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti
m enggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut
responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis
atau lisan. Adapun responden penelitian ini adlah guru biologi kelas XI SMA Aquino Amurang Kemudian
untuk data daya penyerapan siswa dalam proses pembelajaran di ambil dari data penyebaran angket.

6.HASIL PENGAMATAN
A.BERDASARKAN RESENSI BUKU YANG DI GUNAKAN BESERTA MUATANNYA.
1.Untuk kelas X Sma Aquino Amurang Resensi buku yang di gunakan adalah
13 | P a g e

A.Sains Biologi SMA kelas X penerbit yudistira,KTSP 2006.
 BAB 1.ILMU BIOLOGI
 BAB 2.VIRUS,PROKARIOTA DAN PROTISTA
 BAB 3.JAMUR
 BAB 4.KEANEKARAGAMAN HAYATI
 BAB 5.DUNIA TUMBUHAN
 BAB 6.DUNIA HEWAN
B.Biologi kelas X Jilid 1A dan Jilid 1B penerbit sunda kelapa 2004
C.Biologi untuk SMA kelas X penerbit erlangga KTSP 2006.
D.EKSIS buku ajar Biologi penerbit Citra pustaka sebagai buku pendampingan belajar pendalaman
materi,LKS,tugas mandiri dan ulangan harian.
2.Untuk kelas XI Resensi buku yang di gunakan adalah
A.Sains biologi untuk SMA KELAS XI KTSP 2006 penerbit erlangga
 BAB 1.SEL
 BAB 2.JARINGAN PADA TUMBUHAN DAN HEWAN
 BAB 3.SISTEM GERAK MANUSIA
 BAB 4.SISTEM PEREDARAN DARAH
 BAB 5.PENCERNAAN MAKANAN
 BAB 6.SISTEM PERNAPASAN
 BAB 7.SISTEM EKSKRESI
 BAB 8.SIsSTEM REGULASI MANUSIA
 BAB 9.SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
 BAB 10.SISTEM PERTAHANAN TUBUH
B.SAINS biologi SMA kelas XI penerbit Yudhistira KTSP 2006
C.BIOLOGI SMA kelas XI jilid 1A dan 1B penerbit Sunda Kelapa
D.EKSIS Buku ajar Biologi Siswa kelas XI penerbit citra pustaka
3.Untuk SMA kelas XII IPA di gunakan resensi buku yaitu
A.Sains biologi untuk SMA kelas XII program IPA KTSP 2006 penerbit Erlangga








BAB 1.PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BAB 2.METABOLISME
BAB 3.SUBSTANSI GENETIKA
BAB 4.POLA-POLA HEREDITAS
BAB 5.MUTASI
BAB 6.TEORI EVOLUSI
BAB 7.BIOTEKNOLOGI

B.Sains biologi SMA Kelas XII penerbit Yudhistira KTSP 2006
C.Biologi SMA Kelas XII jilid 1A dan 1B penerbit Sunda kelapa
D.EKSIS buku Ajar Biologi Siswa kelas XII penerbit Citra Pustaka

14 | P a g e

B.BERDASARKAN JUMLAH KELAS DAN WAKTU YANG DI GUNAKAN DALAM BELAJAR BIOLOGI
1.jumlah kelas yang menerima pelajaran biologi di SMA katolik Aquino Amurang adalah 5 kelas
Yaitu kelas 1 sebanyak 3 kelas (kelas 1a, 1b, dan 1c ) sementara 2 kelas lainnya yaitu kelas jurusan ilmu
pengetahuan alam yang terdiri dari kelas 2 IPA dan Kelas 3 IPA.
2.bagan data waktu pembelajaran biologi

N
O

KELAS

JUMLAHPERTEMUAN
DLM 1 MGU

JUMLAH.WAKTU (JAM)
DLM 1 MINGGU

TOTAL WAKTU PEL.BIOLOGI
DALAM 1 MGU

1
2
3
4
5

XA
XB
XC
XI IPA
XII IPA

2 X 1 MINNGU
2 X 1 MINGGU
2 X 1 MINGGU
3 X 1 MINNGU
3 X 1 MINNGU

2 X 45 =90 Mnt
2 X 45 =90 Mnt
2 X 45 =90 Mnt
2 X 45 /+ 1X45=90 /+ 45 Mnt
2 X 45 /+ 1X45=90 /+ 45 Mnt

180 MENIT
180 MENIT
180 MENIT
225 MENIT
225 MENIT
990 MENIT
(16,5 JAM)

TOTAL :

3.Berdasarkan tenaga pengajar yang mengajar biologi di SMA Aquino Amurang





NAMA GURU
NIP
GOLONGAN
PREDIKAT

: Drs. F.P Sangkoy
:131 782 422
:IV A
:Guru Biologi Profesional

4.Berdasarkan fasilitas penunjang proses pembelajaran Biologi di SMA Aquino Amurang
 SmA Aquino Amurang memiliki Laboratorium praktikum Ilmu Pengetahuan Alam di lengkapi oleh
alat-alat praktikum sebagai tempat praktikum.
 SMA ini memiliki Laboratorium Komputer di lengkapi jaringan internet untuk lebih mudah
mengakses berbagai mata pelajaran terutama pelajaran biologi.
 SMA ini memiliki perpustakaan dengan panjang ukuran 16 meter.

5.Berdasarkan hasil wawancara kelompok peneliti dengan Guru SMA Aquino Amurang
 Siswa yang menerima pelajaran biologi di SMA Aquino Amurang ada 130 orang yang terdiri dari
5 kelas
15 | P a g e

 Guru Biologi SMA Aquino Amurang tidak sepenuhnya mengacu pada RPP yang ada.dengan
alasan bahwa jika hanya terpaku pada RPP yang ada dengan tidak efisiennya waktu mengajar di
sesuaikan dengan tenaga pengajar yang ada maka seluruh muatan yang ada di dalam kurikulum
baik semester satu maupun semester dua tidak akan tuntas.dan ini merupakan satu kerugian
juga untuk siswa dan menjadi satu ukuran bagi guru biologi ini sendiri apabila tetap mengacu
pada RPP yang ada.
 Strategi yang di gunakan oleh Guru ini sendiri dalam proses pengajarannya yakni selain belajar
reguler dalam kelas,di bentuk juga pembelajaran mandiri oleh siswa antara lain membentuk
kelompok-kelompok diskusi siswa untuk lebih memahami materi yang sedang di ajarkan serta
membuat rangkuman belajar dan melaporkan di depan kelas secara lisan.
 Untuk dapat membuat daya tarik siswa terhadap pembelajaran biologi di adakan study tour di
tempat-tempat yang bersangkutan dengan biologi misalnya danau,cagar alam tangkoko,wisata
alam tandu rusa,dll.selain itu juga praktikum dapat menambah minat belajar siswa.
 Praktikum yang telah di laksanakan selama satu semester berjalan ini adalah
Mengidentifikasi dan mendeskripsikan organisme protozoa lewat jerami yang di
masukan dalam botol selama beberapa hari untuk kelas X
Membuat tapai dengan memanfaatkan M.Javanicus (jamur tergolong Zygomycotina)
yang terkandung dalam ragi untuk kelas X
Mengamati bentuk sel,Memahami kontraksi otot sebagai proses sistem gerak sebagai
objek yakni katak dan proses pemeriksaan darah untuk kelas XI IPA
Mengidentifikasi tumbuhan kecambah oleh faktor yang mempengaruhi Untuk kelas XII
IPA.

16 | P a g e

6.Berdasarkan Angket yang di bagikan
DATA PEROLEHAN NILAI DARI OBSERVASI SISWA SMA AQUINO AMURANG KELAS XI IPA

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

NAMA SISWA

JUMLAH BENAR

JUMLAH SALAH

JUMLAH POIN

AGUNG TRI PUTRA
DENNY ROMPAS
FEYBI MANGKELE
JENLY PALENDENG
KANIA WONGKAR
KURNIATI TAMBENGI
LIN REBICA MAIT
MONIKA WENAS
MUTIARA LALU
NIKE TAMBINGON
NOVELIA PANGAU
OSWALDUS NGANI
PRICILIA RONGA
PATRIS WANDA
PINGKAN LALOAN
RENTA TAPPANG
REYNALDO PANGEMANAN
REVO SINUBU
RIZAL ASSA
RIMA TAMPI
ROSARY RESILOWI
SANIA SALAWAKU
SINTIA PATIRANI
SILVESTER KUMENDONG
SKIVO POLII
SUSANTI TAMUNU
SYURLITA MANOREK
VIRGINIA SUMAMPOW
WILDA NGORYANTO
WILTER EGETEN

16
19
16
14
15
13
17
15
17
15
8
19
14
16
14
18
19
9
18
5
16
12
8
16
15
6
11
18
17
18

4
1
4
6
8
10
3
5
3
5
12
1
6
10
6
1
1
11
2
15
3
8
12
4
5
14
9
2
3
2

80
95
80
70
75
65
85
75
85
75
40
95
70
80
70
90
95
45
90
25
80
60
45
80
75
30
55
90
85
90

RATA-RATA DARI PENCAPAIAN NILAI TERSEBUT ADALAH

∑i
n

=

2175
30

= 72,5

17 | P a g e

7.PEMBAHASAN
Dari hasil observasi mulai dari sesi wawancara maupun sesi pembagian angket kami melihat
bahwa memang tenaga pengajar benar-benar kewalahan menangani sejumlah kelas yang ada untuk di
berikan materi pembelajaran biologi apalagi harus di sertai oleh praktikum-praktikum yang harus di
laksanakan untuk menunjang kegiatan belajar siswa.hal ini mengakibatkan tenaga pengajar tidak bisa
sepenuhnya menerapkan RPP yang di buat kepada siswa-siswanya.
Namun dari sini pula ada sesuatu yang menguntungkan yaitu dengan metode-metode dari sang
guru biologi sendiri menciptakan pembelajaran yang mandiri bagi siswanya yakni dengan membentuk
kelompok diskusi dan mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan secara lisan secara satu per
satu.sehingga siswa seolah-olah sudah memahami konsep-konsep terlebih dahulu sebelum ke
praktikum.meskipun siswa-siswa masih harus banyak mendapat bimbingan ekstra juga dari gurunya.

Hal ini juga di bantu oleh ketersediaanya sarana dan prasarana belajar di sekolah berupa jaringan
internet sehinngga dengan muda siswa boleh lebih banyak belajar lewat media elektronik.
Sementara untuk hasil observasi dari angket yang di bagikan membuktikan sejauh mana tingkat
kemampuan siswa dalam menyerap materi yang di sajikan oleh guru biologi sendiri.dari pencapaian
tersebut menjadi ukuran bahwa meskipun RPP tidak terlaksana atau pencapaiannya tidak maksimal
namun daya serap siswa membuktikan bahwa mereka mampu baik karena di paksakan ataupun
kemauan sendiri untuk mengolah materi-materi yang di sajikan.
Yang terpenting adalah konsentrasi penuh pada pelajaran dan guru harus memiliki konsistensi
yang strategis kepada murid-muridnya,meskipun dalam jadwal yang padat guru tetap harus mengontrol
kegiatan siswa misalnya mengontrol kedisiplinan siswa dalam diskusi dan segala bobot pertanyaan
berupa kuis ataupun ulangan harian yang di berikan.

BAB III.PENUTUP
1.KESIMPULAN
Pembelajaran biologi dengan konsistensi guru menggunakan strategi belajar sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran.sementara daya serap siswa bias kita lihat dari data angket pencapaian 72,5%
tergolong baik karena respon siswa sebagian besar memang baik sementara untuk siswa yang sebagian
kecil di anggap gagal dalam observasi ini bisa di sebabkan oleh beberapa kemungkinan dari diri sendiri
18 | P a g e

misalnya kemalasan belajar dan tidak ingin mencari tahu serta daya tanggaP yang rendah dan
kemungkinan terbesar adalah jarang masuk sekolah.

2.SARAN

Saran untuk kita semua dari penelitian ini baik sebagai mahasiswa calon guru maupun
non guru dan siapa saja jangan pernah meremehkan pendidikan karena pendidikan adalah salah
satu factor penentu kualitas dan mutu kehidupan seseorang
Dari penelitian ini pula di harapkan kepada kita semua untuk belajar ekstra keras dalam
membangun mutu pendidikan,mempersiapkan diri kita dalam persaingan ke depan serta
mengantisipasi serta membuat berbagai strategi pembelajaran karena menjaga kualitas seorang
guru dan mengantisipasi ada siswa yang mungkin lebih banyak tawu di bandingkan kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arianto Sam di 2008, pengertian belajar, http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/pengertianbelajar.html
Sumberdaya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta
Sudjana N, 2006, Penilaian Hasil Proses Belajar Mngajar, PT Rosdakarya, Bandung
19 | P a g e

Sudjana N, 1996, Metode Statistic, Tarsito Bandung
Sudijono A 2006, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafido Persada
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama
dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains (Materi Pelatihan Terintegrasi
Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Penulisan Karya Ilmiah (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Penelitian Tindakan Kelas (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Depdiknas.

20 | P a g e