Pancasila sebagai Ideologi dan Filsafat

Pancasila sebagai Ideologi dan Filsafat
17:56 |
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan masyarakat Indonesia pada saat ini dalam menghadapi era globalisasi yang
penuh dengan tantangan dan kemungkinan yang bisa terjadi seakan-akan masyarakat Indonesia
terlupa akan jati diri dan falsafah negara Indonesia yang sebenarnya. Pengaruh utama dari luar
dapat memberikan pergeseran kehidupan masyarakat sehingga memungkinkan adanya rasa untuk
jauh dari kehidupan yang sesuai dengan pancasila. Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara
Indonesia. Dalam pancasila kita dapat menemukan jati diri bangsa menghadapi sekaligus
menyesuaikan diri dengan era globalisasi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga
negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat
persatuan
dan
kesatuan
bangsa
dan

negara
Indonesia.
Berdasarkan pernyataan diatas perlu adanya kajian yang membahas masalah ini guna adanya
solusi yang tepat dalam menghadapi era globalisasi yang mempengaruhi perkembangan zaman
pada saat ini tanpa melupakan pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang kita ambil adalah.
1) Apa yang dimaksud pancasila sebagai falsafah negara?
2) Apa yang dimaksud pancasila sebagai ideologi negara?
3) Bagaimana bentuk penyimpangan pancasila sebagai filsafat dan ideologi bangsa ?

1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan yang telah kami tetapkan, tujuan dan manfaat yang kita peroleh
adalah.
1) Untuk mengetahui pancasila sebagai falsafah negara, agar kita dapat memahami falsafah
Negara;
2) Untuk mengetahui pancasila sebagai ideologi Negara, agar kita dapat mengetahui ideologi
Negara;
3) Untuk mengetahui contoh-contoh penyimpangan terhadap filsafat dan ideologi Negara.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pancasila sebagai Filsafat
Filsafat sendiri mempunyai arti secara etimologis dan secara definitif. Filsafat sebagai
etimologi adalah kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yakni
philos, philia, philien yang artinya senang, teman dan cinta dan sophos, sophia dan sophien
yang artinya kebenaran (truth), keadilan (justice), dan bijaksana (wise) atau kebijaksanaan
(wisdom). Pengertian filsafat secara etimologis dapat disimpulkan adalah Cinta kebenaran
atau cinta kebijaksanaan/kearifan. Selain itu, kata filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu
falsafah, dari bahasa Inggris yaitu philosophy, dari bahasa Indonesia yaitu filsafat (kata sifat
filsafati) atau filosofi (kata sifat filosofis), falsafah yang semuanya mempunyai arti yang
sama.

Filsafat secara definitif menurut beberapa para ahli filsafat (filsuf) adalah
1. Plato: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
2. Aristoteles: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politik dan estetika.
3. Prof. Drs. Notonegoro, SH: filsafat adalah pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang
mencari dan mempelajari yang ada (ontologi) dan hakekat yang ada (metafisika) dengan
perenungan (kontemplasi) yang mendalam (radikal) sampai menemukan substansinya.
Ditinjau dari perspektif permasalahannya filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu:

1. Pertama: filsafat sebagai hasil perenungan/kontemplasi (produk).
Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran-pemikiran para filsuf.
Pada zaman dahulu, yang lazimnya merupakan suatu aliran/paham, misal: idealism
rasionalisme, materialisme, pragmatisme. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi
oleh manusia sebagai hasil aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang
timbul dari persoalan pada akal manusia.
2. Kedua: Filsafat sebagai suatu proses, yang berbentuk sebagai aktivitas berfilsafat,
sekaligus proses pemecahan masalah (problem solving) dengan menggunakan berbagai
metode tertentu sesuai dengan objeknya.
Adapun cabang-cabang filsafat adalah sebagai berikut:
1. Metafisika: memepelajari hal-hal yang ada di balik alam fisik/alam indrawi (riil), yang
meliputi bidang-bidang : ontologi, kosmologi, antropologi, dan theologi.
2. Epistimologi: yang mepelajari tentang hakekat pengetahuan.
3. Logika mempelajari tentang kaidah-kaidah berpikir, yakni tentang axioma, dalil dan
rumusan berpikir (thinking) dan bernalar (reasoning)
4. Etika: mempejari hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
5. Estetika: mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan yang indah (estetik) dan yang
mempunyai nilai seni (artistik).
6. Methodologi: mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan suatu metode, diantaranya,
metode deduksi, induksi, analisa, dan sintesa .

Berdasarkan cabang-cabang filsafat inilah, maka Pancasila dapat dikatakan:
1. Sebagai Sistem Filsafat, karena di dalamnya terdapat nilai-nilai Ketuhanan (theologi), nilai
manusia (antropologi), nilai kesatuan (metafisika, yang berhubungan dengan penger tian
hakekat satu), kerakyatan (hakekat demokrasi) dan keadilan (hakekat keadilan).
2. Sebagai Susunan kesatuan Organis
Pancasila pada hakekatnya yang terdiri dari sila-sila merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan
(komprehensif
integralistik).
Kesatuan
sila-sila
dari
Pancasila
merupakan kesatuan organis yang pada hakekatnya secara filosofis bersumber pada hakekat
dasar ontologis manusia, sebagai pendukung dari isi dan inti sila-sila Pancasila, yakni
berupa hakekat manusia monopluralis. Hakekat manusia monoprularistik, terdiri
dari pertama, hakekat susunan kodrat manusia, yang terdiri dari unsur jiwa (rohani) dan unsur
raga (jasmani), kedua: hakekat sifat kodrat manusia yang terdiri dari unsur individu dan
sosial, ketiga: hakekat kedudukan kodrat manusia, yang terdiri dari unsur sebagai makhluk
yang berdiri

sendiri, maupun sebagai makhluk Tuhan. Unsur-unsur hakekat manusia tersebut merupa kan
satu kesatuan yang bersifat organis dan harmonis, yang setiap unsur-unsurnya mempunyai
fungsinya masing-masing.
3. Pancasila Bersifat Hierarkis Piramidal
Susunan Pancasila adalah hierarkis piramidal, pengertian matematis pyramidal
untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila Pancasila dalam urutan luas (kuantitas)
dan juga hal isi sifatnya (kualitas). Kalau dilihat susunan sila-sila menunjukkan suatu

rangkaian tingkat (gradual) dalam luas dan isi sifatnya. Kesatuan sila-sila Pancasila memiliki
susunan yang hierarki piramidal, maka Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis (landasan)
dari sila kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Secara ontologis sila-sila dalam
Pancasila, yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat dan Adil.
Pendekatan filsafat pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang
pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yag mendalam, harus mengetahui sila-sila
pancasila tersebut dan mengetahui intinya.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi subtansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Pancasila sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya
bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam pancasila bersumber pada budaya dan
pengalaman bangsa Indonesia yang berkembang akibat usaha bangsa dalam mencari jawaban

atas persoalan-persoalan esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu yang menjadi
bagian dari kehidupan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia rumusan daripada nilai-nilai
dasar tersebut termuat dalam alinea keempat dari pembukaan UUD 1945.
Pancasila mengandung nilai kerohanian, yakni yang didalamnya terkandung nilainilai secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai
estetis, dan nilai etis/moral. Apabila memahami nilai-nilai dan sila-sila pancasila akan
terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan hak dan kewajiban
antara hubungan tersebut, yaitu
1. Hubungan vertical, adalah hubungan manusia dengan Tuhan TME sebagai penjelmaan dari
nilai-nilai ketuhan YME.
2. Hubungan horizontal, adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya
sebagai warga masyarakat, warga bangsa, dan warga Negara.
3. Hubungan alamiah, adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala kekayaan.
2.2 Pancasila sebagai Ideologi
Idea, berarti gagasan, buah pikiran dan logika berarti ajaran. Maka, ideologi adalah
ilmu/ajaran tentang gagasan dan buah pikiran. Pengertian ideologi secara umum adalah suatu
kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang
memberikan arah dan menyangkut tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti; bidang politik, hukum, hankam, sosial-budaya, dan bidang
keagamaan.

Ideologi secara praktis diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nilai-nilai dan
tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara
maka ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara
sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai
individu, sosial, maupun dalam kehidupan bernegara
Ideologi juga dikatakan sebagai ajaran, teori atau ilmu yang yang diyakini
kebenarannya, disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam
menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa & bernegara. Ideologi pun dikatakan juga sebagai keseluruhan prinsip atau norma
yang berlaku dalam suatu masyarakat yang meliputi berbagai aspek, sebagai pedoman dasar
dalam mengatur kehidupan berbangsa & bernegara. Contohnya:
1. AS
: Declaration of Independence Ideologi Liberal-kapitalistik.
2. Ex Uni Soviet
: Manifesto Komunis Ideologi Komunis-Sosialis.
3. Jepang
: Tenno Koodo Seismisme.
4. Arab Saudi
: Islamisme
5. RRC

: San Ming Chu Hui

1.

a)

2.

a)
b)
c)

6. Indonesia
: Pancasila
Ideologi sebagai suatu istilah yang sering dipergunakan untuk sekelompok cita-cita
mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh
sekelompok atau lapisan masyarakat. Ideologi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu
menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang
teguh pada ideologi itu. Ideologi menjadi sumber inspirasi dan sumber cita-cita hidup bagi

para warganya, khususnya para warganya yang masih muda.
Ideologi berupa pedoman, artinya menjadi pola dan norma hidup dan sekaligus
menjadi ideal atau cita-cita. Realisasi dari ide-ide dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan
manusia. Dengan melaksanakan ideologi, manusia tidak hanya ingin melakukan apa yang
disadari sebagai kewajiban, karena dengan ideologi maka manusia mengejar keluhuran. Oleh
karena itu, manusia sanggup mengorbankan harta benda, bahkan hidupnya demi ideologi.
Maka, tidak mengherankan jika ideologi menjadi bentuk hidup.
2.2.1 Konsepsi Ideologi
Nicollo Machiavelli (Italia, 1469-1527).
Orang pertama yang secara langsung membahas fenomena ideologi (praktik-praktik
politik “Sang
Penguasa”)
dalam
bukunya
yang
berjudul “Il
Principe”
Pendapat Nicollo, yaitu Ideologi merupakan Siasat berpolitik praktis, ini tampak dalam hal :
Menilai keadaan menurut kepentingannya.
Contohnya : Seorang pemimpin hanya mementingkan kepentingan pribadinya dibandngkan

dengan kepentingan kelompok/organisasinya demi keuntungan pribadinya.
b) Konsepsi keagamaan dipakai untuk menggalang kekuasaan dan melakukan dominasi.
Contohnya : Seorang calon anggota legislatif melakukan ceramah-ceramah di suatu tempat
untuk mendapat dukungan yang banyak agar dapat memenangkan pemilu (pemilihan anggota
legislatif)
Antoine Destut de Tracy (Prancis, 1754-1856).
Dalam bukunya berjudul “Les elements de l’idelogie”, untuk pertama kali digunakan istilah
ideologi, sekaligus pencipta istilah tersebut.
Pendapat-pendapat Antoine Destut de Tracy adalah;
Ideologi merupakan ilmu mengenai gagasan atau ilmu tentang ide-ide (gagasan
yang sehat yang sesuai dengan realitas).
Dalam kehidupan praktis sehari-hari, ideologi digunakan untuk memberikan
patokan-patokan untuk melakukan perbaikan keadaan masyarakat.
Urusan agama harus dipisahkan dari urusan negara. Negara harus dijalankan
berdasarkan kaidah-kaidah akal budi, bukan kaidah-kaidah agama.
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek
pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar
dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.


2.2.2

Ciri- ciri dan Fungsi Ideologi
Ciri-ciri ideologi adalah mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan
dan kenegaraan. Jadi ideologi sebenarnya bukan hanya sebagai dasar atau pegangan hidup
semata namun harus di amal dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, mewujudkan suatu
asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang
dipelihara diamalkan dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan
dengan kesediaan berkorban. Fungsi ideologi menurut beberapa pakar di bidangnya :

• Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara individual.
(Cahyono, 1986)
• Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua (founding fathers) dengan
generasi muda. (Setiardja, 2001)
• Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu, masyarakat, dan
bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan.(Hidayat,2001)

2.2.3 Pembagian Ideologi
Berdasarkan pemikirannnya, ideologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu; ideologi
tertutup dan ideologi terbuka.
1. Ideologi Tertutup.
Ideologi disebut tertutup, jika tidak dapat menerima dan mengembangkan pemikiranpemikiran baru, tidak berinteraksi dengan perkembangan zaman, hanya mengandung dimensi
idealitas yang bersifat semu, tidak demokratis dan lebih bersifat otoriter. Juga dapat dikatakan
sebagai suatu sistem yang bersifat mutlak.
Ciri-ciri ideologi tertutup, yaitu;
a. Bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita
sekelompok orang yang digunakan untuk mengubah masyarakat;
b. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, maka ideologinya akan
dipaksakan kepada masyarakat
c. Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan,
terutama bidang informasi dan pendidikan karena ini efektif mempengaruhi perilaku
masyarakat;
d. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati;
e. Menuntut masyarakat untuk setia total dan berkorban untuk ideologi;
f. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret operasional
yang keras, mutlak dan total.
2. Ideologi Terbuka
Ideologi disebut terbuka jika ideologi itu dapat menerima dan mengembangkan
pemikiran baru dari luar yang tidak bertentangan dengan niali-nilai dasarnya. Ideologi
terbuka disebut juga sebagai ideologi yang demokratis, artinya bersedia membuka diri
(openmindedness) demi masuknya unsur-unsur dari luar untuk memperkaya nilai-nilai dalam
diri sendiri. Dimensi yang di kandung ideologi terbuka ialah dimensi idealitas, realitas,
normalitas dan dimensi fleksibelitas.
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran yang terbuka (ideologi yang tidak
dimutlakkan). Pancasila harus terus menerus dimaknai, diwacanakan, dan dijadikan bahan
perdebatan publik dalam rangka mencapai solusi atas masalah bangsa. Tidak ada yang keliru
dengan Pancasila. Yang keliru adalah pemahaman tunggal atasnya untuk mempertahankan
kekuasaan seperti terjadi pada masa lalu (Edi Sudrajat : 2006).
Pancasila merupakan jati diri bangsa, sebagai ideologi terbuka, Indonesia yang kita
dituju adalah sesuai dengan cita-cita kemerdekaan kita yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945. Indonesia yang maju, modern, dan tidak tercabut dari jati dirinya.
Ciri-ciri ideologi terbuka, yaitu;
a. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat, bukan keyakinan ideologis
sekelompok orang melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat itu sendiri;
b. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia milik seluruh
rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka;
c. Isinya tidak langsung operasional. Setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali
falsapah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka;
d. Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat;

e. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai
latar belakang budaya dan agama.
Keterbukaan Ideologi Pancasila ada batas-batasnya yang tidak boleh dilanggar, yaitu;
a. Stabilitas nasional yang dinamis.
b. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat.
c. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.
Dimensi Positif & Dimensi Negatif dari Ideologi adalah Keragaman makna ideologi
mencerminkan dimensi positif dan negatif ideologi itu. Meskipun ideologi memiliki makna
yang bermacam-macam (beragam), namun tidak perlu untuk dipertentangkan. Keragaman
tersebut
mencerminkan
2
kutub
ideologi,
yaitu;
1. Ideologi dapat menjadi sesuatu yang baik, manakala ideologi mampu menjadi pedoman
hidup menuju kehidupan yang lebih baik (Dimensi positif ideologi = menjadi pandangan
hidup).
2. Ideologi menjadi hal yang tidak baik, bila ideologi dijadikan alat untuk menyembunyikan
kepentingan penguasa (Dimensi negatif ideologi = ideologi tidak lebih dari sebuah
kesadaran palsu).
2.2.4 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-cita
yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Bila kita terapkan
rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita simpulkan, maka Pancasila
itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai
mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan
ruang dan waktu.
Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemuduian
dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang
bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama
Pancasila.Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status atau
kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem
filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat
Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh
seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat
dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan
bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah. Pancasila sebagai dasar
Negara, maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat
imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni
hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara
disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu
pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi
mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang
terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar
Negara Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif dan memaksa. Sedangkan pengamalan atau
pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksisanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara
dihubungkan fungsinya sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia
dan Negara Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi

Negara. Artinya pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh Negara atau pemerintah dan
rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang ataupun sesuatu
golongan tertentu. Sebagai filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang meruapakn cita-cita
bangsa, Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan, yang mewujudkan kenyataan dalam
penyelenggaraan hidup kenegaraan kebangsaan dan kemasyarakatan kita. Bila terjadi
kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, kita harus kembali kepada filsafat
Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau untuk meluruskan kembali.

2.3 Penyimpangan Pancasila sebagai Fifsafat
Filsafat yang merupakan ilmu pengetauhan yang mempelajari kebenaran suatu ilmu,
sama halnya dengan kebenaran tentang pancasila. Salah satu contoh penyimpangan terhadap
pancasila sebagai filsafat adalah banyaknya aliran sesat terhadap agama, terutama agama
islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember menangani sebanyak lima kasus aliran sesat di
kabupaten setempat, yang semuanya bisa diatasi tanpa kekerasan. Ketua MUI Jember bidang
Fatwa dan Hukum, Abdullah Samsul Arifin, Selasa kemarin menuturkan, pihaknya banyak
menerima keluhan dari masyarakat terkait dengan adanya aliran sesat yang meresahkan di
sejumlah daerah.
"Kami menangani sebanyak lima kasus aliran sesat selama beberapa pekan terakhir, namun
semuanya bisa diatasi tanpa ada aksi kekerasan," tutur Abdullah yang akrab disapa Gus
Aab.Menurut dia, faktor yang menyebabkan timbulnya aliran sesat, antara lain keterbatasan
keilmuan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dan motivasi pelaksanaan ibadah yang
kurang tepat.
"MUI Jember selalu melakukan dialog dan membina penganut aliran sesat itu, agar kembali
ke jalan yang benar sesuai ajaran agama Islam," ucap Gus Aab yang juga Ketua PCNU
Jember.
Kasus aliran sesat yang terbaru adalah aliran yang diasuh oleh Yayasan Qodriyatul
Qosimiyah di Kecamatan Wuluhan karena ucapan kalimat syahadat tersebut menyimpang
dari ajaran agama Islam. Anggota MUI Jember lainnya, Baharudin Rosyid, menambahkan
biasanya tokoh aliran sesat tersebut bukan berasal dari kalangan intelektual, dan mencari
terobosan baru yang mudah diikuti oleh masyarakat.
"Biasanya mereka masih mencari jati diri tentang agama Islam, seperti yang dilakukan
Yayasan Qodriyatul Qosimiyah yang mengarang buku kitab kuning sendiri, sehingga
menyalahi ajaran Islam dan sudah dinyatakan sesat oleh MUI Jember," tuturnya.Menurut
Baharudin yang juga Pembina Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember, kriteria aliran sesat
antara lain mengingkari salah satu dari enam rukun iman dan lima rukun Islam, menyakini
atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Al Quran dan sunnah, dan meyakini turunnya
wahyu setelah Al Quran. "Saya mengimbau masyarakat tidak main hakim sendiri dan
bertindak anarkhis, apabila ada aliran yang diduga sesat dan menyimpang dari ajaran agama
Islam. Lebih baik dilaporkan ke tokoh agama setempat atau MUI Jember," katanya,
menambahkan.
Masalah tersebut menyimpang karena, pancasila mengandung nilai kerohanian, yakni
yang didalamnya terkandung nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material,
nilai vital, nilai kebenaran, nilai estetis, dan nilai etis/moral. Apabila memahami nilai-nilai
dan sila-sila pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan
keseimbangan hak dan kewajiban antara hubungan tersebut, bukan menciptakan suatu
kebenaran baru yang belum kuat landasannya.
2.3.1 Cara Menghindari Aliran Sesat
Cara menghindari adanya aliran sesat yang baru muncul adalah menguatkan jiwa kita
untuk berpegang teguh terhadap agama yang kita anut sesuai ajaran terdahulu, dan menjadi
masyarakat yang sosialis agar tidak terjadi perkumpulan yang merasa dirinya benar dan dapat
menciptakan suatu kebenaran.

2.4 Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi
Berbagai bentuk penyimpangan pancasila sebagai Ideologi ini misalnya pada
pergaulan bebas pada remaja-remaja. Pergaulan bebas ini menyimpang dari ideologi
pancasila karena tidak sesuai dengan cara hidup dan adat istiadat bangsa Indonesia, yang
memliki agama, kesopanan, dan rasa sosial yang tinggi. Pergaulan bebas juga dapat berakibat
sangat berbahaya bagi masa depannya. Dari pergaulan bebas ini mereka mudah terpengaruh
akibatnya dapat mengakibatkan seks bebas yamg akhirnya terjadi hamil diluar nikah, Selain
itu, penyebaran penyakit. Penyakit yang saat ini paling menakutkan adalah penyakit
kurangnya daya tahan tubuh terhadap serangan HIV aids dan Herpes Simplex II. yang
menyebabkan kematian. Seks bebas yang saat ini marak terjadi adalah pergaulan bebas pada
anak kuliahan, di jember sendiri saat ini marak adanya penggrebekan di kost-an bebas dan
rumah-rumah kontrakan oleh pihak kepolisian pada malam hari.
2.3.1 Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai melakukan perbuatan yang keluar dari
jalur norma-norma yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Penyebabnya karena kurang
perhatian dari kedua orang tua mereka yang sibuk dengan pekerjaannya atau disebabkan
dengan kerusakan rumah tangga karena perceraian dan akhirnya mereka terkena pergaulan
bebas akibat terpengaruh dari lingkungan yang tidak baik, dan adanya lingkungan yang
mempengaruhi untuk berbuat tidak baik.
2.3.2 Cara Menghindari Pergaulan Bebas
Cara menghindari pergaulan bebas sebenarnya mudah tetapi harus dengan kesadaran
dan keinginan untuk berubah yang lebih baik dengan cara sebagai berikut:
1. Bergaullah hanya dengan orang-orang yang taat beragama kelompok muda- mudi dalam
peribadatan atau teman-teman sekolah/kuliah yang taat beribadat.
2. Jangan pulang kerumah melebihi jam 9 malam
3. Jangan coba menonton blue film atau baca majalah porno
4. Jangan baca roman picisan/stensilan
5. Perbanyak amal ibadah dan menuruti nasihat orang tua
6. Isi kegiatan waktu senggang dengan berolah raga atau membaca buku-buku
yang bermutu.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup).Dengan
pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan tadi.Tanpa
memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang ambing dalam
menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul,baik persoalan-persoalan di
dalam masyarakatnya sendiri,maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalan
pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini.Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu
bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah
politik,ekonomi,sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin
maju.Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun
dirinya.
Dengan pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu bangsa,terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan suatu
bangsa mengenai wujud kehidupan yang baik.Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa

adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri,yang diyakini
kebenaran nya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkan nya.
3.2 Saran
Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan karena merupakan satu ideologi yang dianut
oleh negara atau pemerintah dan rakyat Indonesia,yang mewujudkan kenyataan dalam
penyelenggaraan hidup kenegaraan,kebangsaan dan kemasyarakatan,kita harus kembali kepada
filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau untuk meluruskan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Baso, Andi. 2008. Pendidikan Pancasila. Makassar: FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ibsik, Sangkala. 2005/2006. Pendidikan Pancasila. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Hariyadhie. 1994. Perspektif Gerakan Mahasiswa 1978 dalam Percaturan Politik Nasional. Jakarta:
Golden Terayon Press, hlm.128
Hasanuddin, Muhajirah. 2008. Pendidikan Pancasila. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Mahifal. 2008. Pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa
Indonesia.http://bisikankalbu.files.wordpress.com/2008/11/1-pancasila-sebagai-pandangan-hidupbangsa-dan-dasar-negara-republik-indonesia.pdf. [2 Mei 2013]
Djanarko, Indri. 2011. BAB III Pancasila sebagai
Filsafat.http://indridjanarko.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Modul-Pancasila-3-PancasilaSebagai-Sistem-Filsafat.pdf. [2 Mei 2013]