Dari tabel 1 di atas maka ada dua komoditas yang harus diperbaiki yaitu kedelai dan

JURNAL R'SET AKUNTAIVS' DAN KEUANGAIV
Vol. 5 No. 2, Agustus 2009
Hal. 49-57

PERAN MICROFINANCE DALAM KETAHANAN PANGAN

Wina Christina
Department of International Business Management
Univers itas Ciputra Surabaya
w c hr i s t in a@c ipu tr a. ac.

id

Abstract

food tenacity becomes big issue in Indonesia- Food tenacity not only deals
with food wailability for people but also how people have access to food. One of
obstacles faced by farmer is the dfficulties for them to hqve access to funding from
government and private. Microfinance is one of the best alternatives of funding for
farmer. This paper investigates how microfinance play important role for supporting
the productivity of farmer in Indonesia. Higher productivity will increase farmer

revenue ond it will lead to increasefood tenacity in Indonesia.
Recently,

Keywords : microfinance, productivity, food tenacity, micro credit

PEI\DAHTJLUAI\
Ketahanan pangan merupakan isu yang sangat krusial dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Ketahanan pangan bukan hanya mencakup pada bagaimana ketersediaan
pangan yang cukup bagi ralryat Indonesia, melainkan juga kemampuan mengakses
pangan dan ketidak bergantungan pangan kgpada pihak manapun (Khrisnamurti,2003).
Ketahanan pangan sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh dengan kemandirian pangan.
Menurut Alkatid (2008) kemandirian pangan merupakan kemampuan suatu bangsa
unfuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang
layak, aman dan halal; yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis
pada keragaman sumberdaya lokal. Oleh karena itu ketahanan pangan merupakan aspek
yang penting bagi suatu bangsa.
bahwa di negara terbelakang di mana
Tidak dapat diingkari alanya
pertanian mencakup {0 sampai 60 persen dari pendapatan nasional, laju pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan tidak dapat dicapai dan dipertahankan kecuali apabila

tercipta surplus pertanian yang dikumpulkan sebagai sarana pembentukan modal.
Seperti pengalaman semasa kekuasaan Meiji dan pengalaman Uni Soviet dan Cina. Di
Uni Soviet, bahan makanan dikumpulkan secara wajib pada harga buatan yang rendah
untuk menghimpun output pertanianbagi kepentingan pembangunan indusbi. Komunekomune desa di daratanCina juga diniatkan untuk menyerap surplus pertanian di dalam
jumlah yang maksimum. Contoh ini merupakan acuan bahwa mobilisasi atas surplus
barang hasil pertanian yang dapat diperdagangkan merupakan unsur mendesak bagi
pembangunan ekonomi (Jhingan, I 999).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui bahwa Indonesia belum

memiliki ketahanan pangan yang cukup, terutama untuk komoditas yang

sangat

diperlukan rakyat seperti beras, jagung, kedelai dan gula (Antara, 2008). Sampai dengan
tahun 2007 Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar 230

50

JRAK, Agustus 2009


juta jiwa pada tahun 2007 (dan pertumbuhannya 1,34Yo per tahun) maka dibutuhkan
penyediaan jumlah dan variansi pangan yang besar. Ketersediaan pangan ini penting
bagi bangsa berpenduduk besar seperti Indonesia agar dapat mengurangi
ketergantungan (politis dan ekonomis) terhadap negara-negaxa lain (Alkatiri, 2008).
Dalam konsep "Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Indonesia 2005"
diberikan toleransi impor maksimal sebesar 10 persen dari kebutuhan konsumsi di
dalam negeri. Bila merujuk definisi tersebut maka ketersediaan komoditas pangan
stategis yang harus diperbaiki oleh Pemerintah ialah Kedelai dan Gula sesuai dengan
I dibawah ini.
Ketahanan pangan menjadi isu yang sangat menarik bagi bangsa Indonesia

Tabel

mengingat ketahanan pangan merupakan salah satu ciri khas kemandirian suatu bangsa.
Dalam riset yang dilakukan oleh tim peneliti LIPI terdapat definisi ketahanan pangan
daxi FAO, dalam hal ini ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi
ketahanan pangan yaitu kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan
tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau tahun ke tahun, aksesibilitaslketerjangkauan
terhadap pffigffi, dan kualitas/keamanan pangan. Adalah hal yang sangat ironis ketika
Indonesia yang terkenal memiliki sumberdaya alam dan sumberdaya pangan yang

melimpah namun temyata tidak memiliki ketahanan pangan. sudah sewajarnya jika
kebutuhan pangan disediakan sendiri dan tidak tergantung pada negara lain.
Situasi yang terjadi saat ini merupakan situasi yang sangat berat menyangkut
ketahanan pangan di Indonesia. Kenaikan sejurnlah bahan pangan karena pengaruh
global dan inflasi harga pangan merupakan penyebab dari rentannya ketahanan pangan
di Indonesia. Ketahanan pangan merupakan faktor yang sangat penting bagi
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Ketahanan pangan tidak terlepas dari petani. Petani memiliki peran yang
sangat sftategis dalam ketahanan pangan. Petani adalah produsen pangan yang sekaligus
merupakan konsumen terbesax dari bahan pangan. Namun demikian adalah suatu hal
yang ironis bahwa petani sebagian besar masih miskin sehingga perlu memiliki daya

beli yang cukup untuk membeli pangan. Oleh karena itu petani harus memiliki
kemarrrpuan yang baik untuk mernproduksi bahan pangan sekaligus memiliki
pendapatan yang . cukup unhrk membeli bahan pangan (Krisnamurti, 2OO3).
Kesejahteraan petani sangat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia, semakin
kesejahteraan petani rendah maka hal itu akan berdampak pada kekuatan ketahanan
pangan di Indonesia. Kesejahteraan petani disebabkan karena sebagian besar petani
tidak memiliki faktor produktif kecuali tenaga kerjanya sendiri, luas lahan yang sempit,
terbatasnya informasi dan teknologi yang baik, infrastnrktur produksi yang tidak

memadai, ketidaktahuan petani dalam banyak hal, serta terbatasnya dukungan
pembiayaan.

Petani, Ketahanan Pangano dan rrubungannya dengan Perekonomian di rndonesia
Petani merupakan faktor yang sangat penting berhubungan dengan masalah
ketahanan pangan. Ketahanan pangan sangat berkaitan erat dengan produktivitas sektor
pertanian yang aktor utamanya adalah petani. Dalam situasi di mana kenaikan produksi
komoditi pertanian tertinggal di belakang pertumbuhan permintaannya, maka akan
timbul kenaikan harga bahan makanan. untuk menutup kelangkaan dalam negeri dan
mencegah membumbungnya harga, bahan pangan dapat saja diirrpor dari luar negeri
tetapi menurut Jhingan (1999), impor demikian mungkin akan mengorbankan barangbarang modal yang diperlukan untuk pembangunan. Negara mungkin juga menerapkan
pengawasan harga atau mewajibkan pengumpulan pangan. Kesemua ini menekankan

5{

Peran filicrofinlfice Dalam Ketahanan Pangan..., Wina Christina

perlunya menaikkan produksi pangan .lan suqrlus pertanian untuk pembentukan bagi
modal negara.
Oleh karena itu peran petani dalam ketersediaan bahan pangan sangat strategis.

Tabel dibawah menunjukkan ketersediaan pangan shategis tahtn 2006-2007 (Alkatiri,
2008)

ADCI

No

Uraian

2

Padi
Jagung

1

edi
Da
I: Kete rseoraan


n strat

Produksi Dalam Negeri
Pertumbuhan (%)
Ketersediaan
(iuta ton)
2046

2007

54,5
1 1,6

57,1

4,76

1,3,3

14,39


3

Kedelai

0,7

0,6

(19,64)

4

Sawran

4,8

5rl

5


Buah-buahan

L4,8

16,2

4,67
9,36

6

Gula
Kelapa sawit

2,27

2,29

1,33


13,4

14,2

5,68

7

Dari tabel 1 di atas maka ada dua komoditas yang harus diperbaiki yaitu kedelai dan
gula walaupun komoditi yang lain meningkat namun peningkatan relatif tidak tinggi.
Beberapa masalah yang dihadapi petani yaitu sifat komoditas pangan yang
berlimpah pada saat panen namun berkurang pada saat musim tanam dan bagaimana
komoditas pangan dapat diekspor ke luar negeri. Petani harus ditingkatkan
produktivitasnya dengan berbagai cara. Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu
lahan pertanian. Lahan pertanian cara meningkatkan lahan pertanian per keluarga
petani. Kepemilikan lahanrata-rata di bawah skala ekonomi 0,5 hektar sehingga yang
terjdi adalah proses pemiskinan bukan peningkatan pendapatan. Sampai saat ini kondisi

petani termasuk dalam golongan miskin dan hampir miskin, dimana


6A0/o

penghasilannya digunakan untuk konsumsi. Kebijakan pengembangan bibit dan pupuk
yang berkualitas harus diperhatikan sehingga bantuan teknologi pembibitan dan pupuk

akan membantu para petarri untuk menngkatkan kesuburan tanahnya yang pada

akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Proses distribusi pupuk yang baik dan
harga yang terjangkau oleh petani akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi
penanam€n oleh petani. Faktor lain yaitu pendidikan dan penyuluhan oleh departemen
terkait akan menambah pengetahuan petani yang tentu saja meningkatkan produktivitas
pertanian. Oleh karena itu fansformasi ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi pada
proses penyuluhan dan pendidikan. Dalam usaha meningkatkan produktivitas pertanian

maka kelompok tani harus diberikan beberapa pelatihan misalnya peternakan,
administrasi kelompok, irigasi, dan kxedit mikro (BUKPD, 2008).
Faktor peningkatan produktivitas yang lain adalah penggunakan alat dan mesin
pertanian. Perubahan pengolahan yang mamral menjadi mekanik tentu saja akan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Oleh karena itu sangatlah ironis jika
petani merupakan aktor utama ketahanan pangan dibuat tidak berdaya dalam
peningkatan ketahanan pan gan.

Menurut Jhingan (1999), sumbangan atau jasa sektor pertanian pada
pembangunan ekonomi terletak dalam hal: (i) menyediakan surplus pangan yang

52

JRAK, Agustus 2009

semakin besar kepada penduduk yang kian meningka! (ii) meningkatkan permintaan
akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor
sekunder dan tersier, (iii) menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor
barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian terus-menerus,
(iv) meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi Pemerintah, (v) memperbaiki
kesej ahteraan rakyat pedesaan.

Faktor Pendanaan untuk Petani Dalam Rangka Ketahanan Pangan di Indonesia
Kurangnya kekuatan finansial petani tentu saja menurunkan produktivitas

"

petani. Tanpa bantuar pemerintah dalam hal pendanaan. Petani akan sulit mendapatkan
ini dana diberikan kepada petani
melalui beberapa bentuk dan berbagai lembaga. Sebut saja dana bergulir untuk Program
Ketahanan Pangan tersebar di berbagai instansi pemerintah, BUMN, dan perusahaan

pupulq benih yang baik, lahan pertanian, dll. Saat

lainnya. Kredit khusus yang diberikan kepada petani dalam hal

ini

adalah kredit

ketahanan pangan (KKP).

KKP ditetapkan oleh Menteri Keuangan mulai tanggal 17 Juli 2007 melalui
Peraturan Menkeu Nomor 791PM.K.0512007. Peraturan tersebut ditetapkan dalam
rangka mencipakan suatu skim dan mekanisme kredit yang tertib, terkendali, efektif,
efisien, dan terpadu. Regulasi ini juga bertujuan untuk memberikan peran lebih besar
kepada perbankan nasional dengan subsidi bunga dari pemerintah untuk mendapatkan
penyediaan, penyaluran dan pertanggungjawaban pendanaan demi terciptanya
peningkatan ketahanan pangan da4 energi nasional (depkeu, 2007). KKP disalurkan
untuk beberapa kegiatan yaitu pengembangan padi, jagurg, kedelai, ubi jalar, tebu, ubi
kayu, kacang tanah, dan sorgum; pengembangan tanaman holtikultura antara lain
berupa: cabe, bawang merah, dan kentang; dan pengadaan pangan berupa: gabah,
jagung, dan kedelai.

KKP adalah program kredit yang dikoordinasikan oleh Departemen Keuangan
dan Departemen Pertanian, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
terciptanya pemerataan pembangunan yang secara khusus dalam upaya peningkatan
ketahanan pangan nasional. Pola penyaluran lredit ini ada dua macam yaitu penyaluran
langsung kepada debitur dan melalui pola inti plasrna. Jika melalui pola inti plasma
maka ada perusahaan inti sebagai penjamin dan nasabah usaha kecil sebagai plasmanya.
Kredit ini secara khusus diberikan kepada kelompok tani a16u koperasi yang memiliki
usaha layak. Kredit ini diberikan dalam jangka waktu maksimal 5 tahun dengan
maksimal kredit yang dikucurkan yaitu Rp15 juta untuk individu dan Rp500 juta untuk
koperasi. Adapun tujuan penggunaan kredit tersebut aitu untuk intensifftasi padi,
jagung, kedelai, ubi kayu dan ubi jalar serta ekstensifikasi budidaya tebu, peternakan
dan pengadaan pangan. Kredit ini digunakan untuk pemenuhan modal kerja. Petani atau
koperasi yang diberikan KKP memiliki beberapa manfaat yaitu memperoleh bimbingan
teknis dan manajemen dari Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas pertanian,
Departemen Pertanian; memperoleh suku bunga yang ringan; dan dijami dengan
asuransi kredit (khusus untuk intensifftasi)
Namun demikian temyata penyaluran kredit tidak selamanya berjalan lancar.
Bukti emperis yang sangat pahit berkaitan dengan penyaluran laedit adalah terpuruknya
kegiatan KUD yang menyalurkan KUT, disamping melayani kebutuhan sarana produksi

pertanian mengalami kemacetan karena besamya tunggakan kredit sehingga tidak
memenuhi syarat sebagai penyalur KUT (Syukur dan sugiarto, 2004). oleh karena itu
sebagian petani yang sulit untuk memperoleh akses permodalan melalui program
pemerintah maka akan mencari alternatif pembiayaan lain.

53

Peran Microfinance Dalam Ketahanan Pangan..., Wina Christina

Microfinance di Indonesia

Menurut Eric Uhlfelder' 1200S; dalam Business Weelg institusi penyedia
kredit mikro mendapatkan modal dari investor individu maupun institusi, melalui
pembiayaan kredit mikro, yang mengumpulkan uang investor, mencari debitur lokal,
dan menawarkan pada mereka pendampingan manajemen dan administrasi rekening
investor. Debitur yang memutuskan untuk meminjam membayar bunga.yang relatif
tinggi karena biaya menulis dan administrasi pinjaman kecil yang cukup tinggi.
Meningkatnya usaha mikro di Indonesia membuat penyedia kredit mikro di
Indonesia meningkat. Penyedia kredit mikro meluas mulai dari BRI unit desa, Danamon
simpan pinjam yang diatur oleh UU perbankan hingga koperasi simpan pinjanl bank
pedesaan atau badan kredit desa, BKK tingkat kecamatan sampai dengan pegadaian.
Saat ini terdapat sekitar 54.000 gerai keuangan dengan 45 jttta rekening tabungan dan
32 juta debitur.

Dalam mengembangkan keuangan mikro untuk melayani masyarakat miskin,
terdapat beberapa alternatif yang bisa dilakukan (lsmawan, 2003):

1.

Bankingofthepoor
Bentuk ini menekankan pada aspek pendidikan bagi masyarakat miskin serta
melatih kemandirian. Bentuk ini mendasarkan diri pada kemampuan yang
dimiliki oleh masyarakat miskin itu sendiri. Keanggotaan dan partisipasinya
terhadap kelembagaan mempunyai makna yang penting. Contoh bentuk yang
telah terlembaga di masyarakat antara lain : Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM), Kelompok Usaha Bersama, Credit Union (CU), Koperasi Simpan

2,

Pinjam (KSP), dll.

Bankingwiththepoor

Bentuk

ini

menekankan

ada fungsi penghubung dan

memanfaatkan

kelembagaan yang telah ada. Bentuk ini memanfaatkan kelembagaan yang
telah ada yang meliputi organisasi sosial masyarakat yang mayoritas bersifat
inforrnal (Kelompok Swadaya Masyarakat) serta lembaga keuangan forrnal
yaitu perbankan. Kedua lembaga tersebut akan bersinergi yaitu pihak bank
akan mendapat nasabah yang makin banyak, sementara pihak masyarakat
miskin akan mendapat akses untuk mendapatkan pendanaan. Bentuk ini
dikenal dengan Pola Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat

3.

(PlrBK).
Bankingforthepoor

Bentuk ini menekarkan pada penggalanan sumber-sumber daya yang akan
dijadikan modal untuk masyarakat miskin. Melalui bentuk ini, sumber dari
pendanaan bukan diperoleh dari mobilisasi tabungan masyarakat miskin, tetapi
diperoleh dari sumber lain yang merurng ditujukan untuk masyarakat miskin.
Contoh bentuk ini adalah : Badan Kredit Desa (BKD), Lembaga Dana Kredit
Pedesaan (LDKP), Grameen Banlq ASA, dll.
Memrrut Muhammad Yunus, founder dari Grameen Bank peraih nobel
perdamaian karena memberikan pnjamanfor the poorest of the poor, filosofi dasar dari
microfinance adalah walaupun masyarakat miskin banyak ditolak oleh bank lain karena
tidak memiliki jaminan, sebenamya melakukan aktivitas perbankan adalah investasi
yang besar, di samping untuk membantu mereka. Tidak adayang bekerja lebih keras

t Dikutip dalam Brealey, Myers, and Marcus. (2007). Fundamentals of Corporate Finance, sixth edition

54

JRAK, Agustus 2009

dibanding seseorang yang berusaha mendapatkan kebutuhan dasamya, terutama seorang
wanita dengan anak yang harus didukung (Wall Street Journal edisi Oktober 20A6)2.
Namun demikian, meskipun terdapat banyak macam penyedia kredit mikro
ternyata banyak penduduk yang tidak memiliki akses ke kredit mikro terutama di daerah
pedesaan. Sebuah survey menunjukkan bahwa 50% rumah tangga kemungkinan
kekurangan akses yang efektif terhadap kredit mikro dan hanya kurang dat'. 4Ao/o
memiliki rekening laforrngan (Richard dkk, 2003). Beberapa faktor yang menyebabkan
mereka tidak tahu adalah sebagai berikut:
1. Kurangrrya informasi yang diberikan oleh pihak penyedia dana mikro kepada

2.
3.
4.

masyarakat yang membutuhkan.

Calon nasabah kredit mikro masih kuatir jika melakukan pinjaman tidak dapat
mengembalikan kreditnya.
Masyarakat tidak tahu caranya meminjam kredit mikro.
Penyediaan kredit mikro tidak melayani masyarakat dengan berbagai alasan,
sebagai contoh penyedia kredit merasa bahwa masyarakat terlalu miskin
sehingga sulit rmtuk mengembalikan kredit.

Salah satu BUMN yang dapat mengelola laedit mikro dengan baik adalah
Bank Rakyat Indonesia. BRI dikenal sebagai salah satu lembaga keuangan dengan
segmen pasar ritel mikro terutama kalangan pelaku usaha kecil dan mikro di daerah
pedesaan yang terbesar dan tersukses. Kiat BRl"dalam mengelola sektor mikro yaitu
cukup dengan menyediakan akses bagi pengusaha mikro melalu sumberdaya yang ada
dalam waktu yang tepat, ju-lah yang cukup, dan ahrran yang jelas dan dapat dipahami
oleh pengusaha miLco (Henry, 2008).
Meningkatrya permintaan kredit mikro menyebabkan meningkatrya berbagai
macam pendanaan kredit mikro, seperti data yang diberikan oleh SMERU Research
Institute mengenai berbagai jenis kredit mikro berasal dari banyak lembaga yaitu eank

Indonesia, GTZ, DepDagri, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Christian
Children Fund Indonesia, PT Asha Intemational Tbk, PT Pos Indonesia, PT Unilever
Indonesia Tbk, Bank Bukopin, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank Niaga, BRI, US Aid,
Bappenas, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Departemen pertanian, ASPPUK, Bina desa, Bina Masyarakat Sejahtera, Bina Sumber
Daya Mitra, Bina Swadaya, UNESCO, Direttur Eksekutif Forrnasi, Pemda DKI,
PINBUK, PPSW, YDBP, Yayasan Mitra Usaha Mandiri, Koperti, Pekerti, Yayasan
Pennata Hari, Yayasan Pokmas Mandiri, Care Intemational Indonesia, Catholic Relief
Services Indonesia, Mercy Corps., PT Astra Mitra Ventura, Koperasi Bina Masyarakat
Mandiri, PT Pupuk Kaltim Tbk., PT Sucofindo, BPR, ADB, AusAid., Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia, Induk Koperasi Annisa, PT Ukabima.

Peran Microfinance dalam Ketahanan Pangan di Indonesia
Microfinance merupakan lembaga yang pahng dekat dengan usaha mikro
bahkan kaum miskin di Indonesia. Lembaga ini temyata tidak hanya dimiliki oleh
pemerintah namun demikian pihak non pemerintah sudah ambil bagian dalan kegiatan
peningkatan kredit mikro, mulai dari LSM baik nasional mauprm internasional sampai
perusahaan-perusahaan. Dari pihak pemerintah sendiri sudah mengarahkan agar BUMN

2

Wall Street Journal edisi 2006 dikutip dari buku Microeconomics karangan Arnold (2008)

Peran Microfinarfree Dalam Ketahanan Pangan..., Wina Christina

55

dai labanya untuk melakukan pembinaan usaha kecil. Namun
demikian serinQkali rencana ini tidak dapat terlaksana dengan baik. Proram CSR yang
dilalrukan perus'Ahaan-perusahaan sebenamya dapat dilihat sebagai peluang untuk
meningkatkan pro

Dokumen yang terkait

Perbandingan kemampuan pemecahan masalah peserta didik melalui model pembelajaran berbasis masalah dan model kooperatif tipe STAD pada materi tekanan - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian - Perbandingan kemampuan pemecahan masalah peserta didik melalui model pembelajaran berbasis masalah dan model kooperatif tipe STAD pada materi tekanan - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 38

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Sub Fokus Penelitian 1. Definisi Kepemimpinan - Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian - Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 21

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMA Negei 2 Palangka Raya - Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya. - Digital Library IAIN Palan

0 0 65

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN A. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya - Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam meningkatkan prestasi siswa di SMA Negeri 2 Palangka Ra

0 0 34

Defisit pada lndustri Manufaktur di Bursa Efek lndonesia

0 0 14

D4 hal ini kepercayaan atas komunikasi diterapkan dalam suatu teknologi sistem

0 0 12