BAB V Konservasi Tanah dan Air.pdf

BAB V. METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR

Erosi
Erosi adalah penyingkiran dan pengangkutan bahan dalam bentuk larutan atau suspensi
dari tapak semula oleh pelaku berupa air mengalir (aliran limpas), es bergerak, atau angin.
Pelaku utama erosi di kawasan iklim basah ialah aliran limpas, di kawasan iklim kering ialah
angin, dan di kawasan iklim dingin ialah es bergerak.
Orang awam selalu berpendapat bahwa erosi berdampak merusak. Padahal tidak semua
erosi demikian. Erosi normal, yaitu erosi dengan laju seimbang dengan laju pembentukan tanah,
justru perlu ada karena berperan penting dalam meremajakan tanah. Erosi normal memasok
secara bertahap bahan induk tanah baru. Erosi bersifat merusak apabila melaju melampaui laju
pembentukan tanah. Erosi merupakan gabungan proses fisik dan kimia.
Apabila faktor-faktor lain sama, intensitas erosi air ditentukan oleh besar lereng. Makin
besar lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran
limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar lereng. Di tapak berlereng, erosi dapat
berlangsung secara kering, memindahkan bahan sepanjang lereng dari daerah atasan ke daerah
bawahan dengan menggunakan energi gravitasi langsung.
Menurut tampakan permukaan yang diakibatkannya, erosi air terpilahkan menjadi tiga
ragam : (1) erosi lembar yang pengikisan lebih melebar daripada mendalam; penyingkiran bahan
berlangsung selapis demi selapis, (2) erosi alur yang pengikisan lebih mendalam daripada
melebar; menoreh permukaan tubuh bahan secara beralur-alur, dan (3) erosi parit yang

merupakan erosi alur berskala besar dengan alur-alur jauh lebih lebar dan jauh lebih dalam. Erosi
lembar terjadi dengan aliran limpas yang menyebar. Erosi alur dan parit terjadi dengan aliran
limpas yang terkonsentrasi pada jalur-jalur aliran.
Erosi air selalu mengarah dari tempat lebih tinggi ke yang lebih rendah karena pelakunya
adalah air mengalir. Erosi oleh es bergerak juga demikian. Erosi angin dapat mengarah ke manamana dan dapat berubah-ubah arah, tergantung pada arah angin. Erosi selalu bergandengan
dengan sedimentasi, pengendapan bahan di suatu tempat yang terbawa erosi dari tempat lain.

Ada daerah sedimentasi yang hanya berasosiasi dengan satu daerah erosi, contoh asosiasi puncak
lereng dengan kaki lereng. Ada daerah sedimentasi yang berasosiasi dengan lebih daripada satu
daerah erosi. Suatu cekungan adalah daerah sedimentasi yang berasosiasi dengan sejumlah
daerah erosi di sekelilingnya. Maka bahan sedimennya merupakan campuran beraneka bahan.
Konservasi tanah dan air
Konservasi

tanah

berarti

penggunaan


tanah

sesuai

dengan

kemampuan

dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tidak menjadi cepat
rusak. Jadi konservasi tanah tidak berarti penundaan pemakaian tanah. Sedangkan konservasi air
adalah penggunaan dan pengaturan air yang jatuh ke permukaan tanah, sehingga di satu pihak
tidak merupakan kekuatan perusak dan di lain pihak air tersebut dapat memberi manfaat yang
sebesar-besarnya.
Di alam, antara tanah dan air terdapat hubungan yang erat sekali, di mana setiap
perlakuan yang diberikan terhadap tanah akan mempengaruhi tata air pada tanah tersebut serta di
hilirnya. Dengan demikian masalah konservasi tanah dan air merupakan dua hal yang sangat erat
sekali hubungannya. Berbagai tindakan konservasi tanah, sekaligus juga merupakan tindakan
konservasi air.

Erosi adalah fungsi dari energi dan ketahanan massa tanah yang dipengaruhi oleh
pelindung. Dengan demikian, pada dasarnya konservasi tanah harus dilakukan melalui/dengan:
(1) mengurangi besar energi perusak (air hujan dan aliran permukaan), ke suatu tempat dimana
tidak menimbulkan kerusakan tanah, dan (2) meningkatkan ketahanan agregat tanah terhadap
pukulan air hujan dan kikisan limpasan permukaan, dan (3) memperbaiki pelindung.
Untuk

mengurangi

besarnya

energi

perusak

dapat

dilakukan

dengan


(1)

menutup/melindugi massa dari pukulan langsung aliran hujan atau kikisan limpasan permukaan,
(2) meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah, dan (3) meningkatkan kekasaran permukaan tanah.
Peningkatan kapasitas infiltrasi dan peningkatan kekasaran permukaan untuk mengurangi
kecepatan dan volume sehingga tidak lagi mampu mengikis tanah.

Peningkatan ketahanan massa tanah terhadap pukulan/kikisan air pada umumnya
dilakukan dengan peningkatan kemantapan agregat tanah, misalnya dengan penambahan bahan
organik dan bahan kimia ke dalam tanah. Di dalam prkatek, kegiatan-kegiatan tersebut selalu
berhubungan satu dengan yang lain. Misalnya perbaikan agregat tanah yang dilakukan dengan
penambahan bahan organik, akan meningkatkan porositas tanah sehingga akan menaikkan
kapasitas infiltrasi tanah sehingga akan menurunkan volume limpasan permukaan. Jadi, di sini
perbaikan agregasi tidak hanya meningkatkan ketahanan massa tanah terhadap pukulan energi
perusak, tetapi juga menurunkan besar energi perusak itu sendiri. Demikian pula usaha
penurunan energi perusak misalnya menutup tanah dengan bahan mulsa, dalam jangka panjang
akan meningkatkan ketahanan massa tanah.
Berdasarkan cara yang dipakai, dikenal tiga macam metode konservasi tanah dan air
yaitu secara (1) teknik sipil-mekanik, (2) vegetasi, dan (3) pemakaian bahan kimia. Dalam

pelaksanaannya, jarang sekali seorang pakar pengawetan tanah menggunakan salah satu metode
saja. Justru biasanya merupakan kombinasi dari ketiga metode tersebut. Yang paling banyak
dikerjakan adalah kombinasi antara metode mekanis dan vegetasi. Jika dihubungkan dengan
fungsi usaha konservasi tanah, maka metode mekanis terutama berfungsi untuk mengurangi
besar energi perusak, metode vegetasi berfungsi ganda, di samping meningkatkan ketahanan
tanah juga mengurangi energi. Metode kimia terutama berfungsi meningkatkan ketahanan tanah
terhadap pukulan/kikisan air.
Pada dasarnya tujuan konservasi tanah dapat diringkas menjadi :
(1) Di bagian hulu (dan tengah) : mendapatkan produktivitas lahan pertanian (dan hutan) yang
tinggi dan produktivitas tinggi tersebut dapat terjadi dalam waktu yang lama (sustainable).
(2) Di bagian hilir (dan tengah) mengendalikan banjir dan mengelola pengendapan pada sungai
dan berbagai proyek yang dibangun pada proyek tersebut.
Agar usaha konservasi tanah dapat mencapai sasaran yang ditetapkan, pemilihan metode
hendaknya tidak hanya didasarkan pada pertimbangan fisik teknis, tetapi juga pada pertimbangan
keadaaan sosial ekonomis masyarakat setempat. Faktor fisik yang perlu dipertimbangkan antara
lain iklim (curah hujan), tanah (kedalaman, tekstur) dan kemiringan. Faktor sosial ekonomi yang
perlu dipertimbangkan antara lain kebiasaan masyarakat setempat (terutama dalam hubungannya
dengan usaha pertanian), tingkat pendidikan, status dan luas pemilikan tanah.

Untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dapat dilakukan dengan memilih tanaman

yang berptoduktivitas tinggi dan/atau dengan intensifikasi. Dalam usaha ini hendaknya tetap
dipikirkan agar tingkat erosi yang terjadi serendah mungkin sehingga produktivitas yang tinggi
tersebut dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, bahkan jika mungkin ditingkatkan.
Dalam pemilihan tanaman misalnya, di samping memperhatikan keuntungan yang dihasilkan,
hendaknya juga dipertimbangkan kemungkinan erosi yang ditimbulkan, dan tentu saja
kemungkinan penerimaan oleh petani.

Teknik konservasi tanah dan air secara sipil teknis (mekanis)
Pengendalian erosi dengan cara mekanis dimaksudkan : (1) memperkecil laju limpasan
permukaan sehingga daya rusaknya berkurang, (2) dan/atau menampung limpasan permukaan
dan kemudian mengalirkannya melalui bangunan atau saluran yang telah dipersiapkan sehingga
tidak merusak.
Bangunan pengendali erosi terdiri dari bangunan perintang aliran permukaan, dalam hal
ini teras dan bangunan penampung dan pengalir limpasan.
Teras
Tujuan utama pembuatan teras adalah untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng,
sehingga memperkecil limpasan permukaan. Dengan adanya teras juga memberi kesempatan air
untuk meresap ke dalam tanah (infiltrasi) bahkan ada teras yang sengaja dibangun supaya tanah
dapat menyimpan air. Berbagai macam teras dijumpai di lapangan. Disamping bentuknya yang
bermacam-macam, nama yang digunakan juga tidak sama. Banyak cara konservasi tanah dan air

yang tergolong ke dalam pengendalian erosi secara sipil teknis, tetapi yang sering dilakukan oleh
petani hanya beberapa saja, yaitu teras gulud dan teras bangku.
Teras gulud
Teras gulud adalah guludan yang dilengkapi dengan rumput penguat dan saluran air pada
bagian lereng atasnya. Teras gulud dapat difungsikan sebagai pengendali erosi dan penangkap
aliran permukaan dari permukaan bidang olah. Aliran permukaan diresapkan ke dalam tanah di
dalam saluran air sedangkan air yang tidak meresap dialirkan ke Saluran Pembuangan Air (SPA).
a. Persyaratan
• Cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%, dapat juga digunakan pada kemiringan 40-60%,
namun kurang efektif.

• Dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm). Tetapi mampu meresapkan air dengan
cepat.
b. Pembuatan dan pemeliharaan
• Buat garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval vertical) yang diinginkan.
• Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut ke bagian bawahnya.
• Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1-0,5% dengan garis kontur menuju
ke arah saluran pembuangan air.
• Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan guludan.
• Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum notatum, bebe (Brachiaria brizanta),

bede (Brachiaria decumbens),atau akarwangi (Vetiveria zizanioides) agar guludan tidak mudah
rusak.
• Diperlukan SPA yang diperkuat rumput Paspalum notatum agar aman.

Teras bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di
bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga. Ada 3 jenis teras bangku : datar,
miring ke luar, miring ke dalam, dan teras irigasi (lihat gambar). Teras bangku datar adalah teras
bangku yang bidang olahnya datar (membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal). Teras
bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli,
namun kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli. Teras bangku miring ke

dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah yang berlawanan
dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke
saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidakpernah terjadi pengiriman air aliran
permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya. Teras bangku gulir kampak memerlukan
biaya yang mahal karena lebih banyak penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di
sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian
lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan
benar, teras bangku gulir kampak sangat efektif mengurangi erosi.


a. Persyaratan
• Tanah mempunyai solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah > 90 cm untuk lereng
60% dan >40 cm kalau lereng 10%.
• Tanah stabil, tidak mudah longsor.
• Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan konsentrasi
tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang berwarna merah atau kuning
(podsolik merah kuning) biasanya mengandung aluminium dan atau besi tinggi.
• Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.
• Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA.
b. Cara pembuatan teras bangku
• Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk
menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi
hujan.
• Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang
olah baru. Tampingan teras dibuat miring; membentuk sudut 200% dengan bidang
horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).
• Kemiringan bidang olah berkisar antara 0% sampai 3% mengarah ke saluran teras.
• Bibir teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput atau legum pakan ternak.
Contohnya adalah rumput Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens,

atau Vetiveria zizanioides dll. Sedangkan contoh legum pohon adalah Gliricidia, Lamtoro
(untuk tanah yang pH-nya >6), turi, stylo, dll.
• Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran pembuangan
air serta terjunan. Ukuran saluran teras : lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.
• Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, pembuatan rorak bisa dilakukan dalam
saluran teras atau saluran pengelak.

• Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku miring ke dalam
• Perlu mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput Paspalum notatum
dan bangunan terjunan air.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan saluran teras meliputi, memindahkan/mengeluarkan sedimen dari dalam
saluran dan dari rorak ke bidang olah, menyulam tanaman tampingan dan bibir teras yang
mati, memangkas rumput yang tumbuh pada saluran, tampingan dan bibir teras untuk
dijadikan pakan ternak.
Teknik konservasi tanah dan air secara vegetatif
Tanaman dapat menurunkan energi kinetik hujan yang sampai pada permukaan tanah
melalui intersepsi mahkota daun. Pada saat yang sama dengan meningkatnya kekasaran
permukaan, dengan adanya sisa tanaman yang menutup tanah atau rumput penutup tanah, maka
limpasan akan mengalami hambatan sehingga kecepatannya berkurang. Disamping itu dengan

terciptanya ruang pori oleh akar tanaman, maka kapasitas infiltrasi dan perkolasi tanah
bertambah. Hal ini berarti jumlah air yang masuk ke dalam tanah bertambah besar, sehingga
volume air yang mengalir pada permukaan tanah akan berkurang. Berkurangnya kecepatan dan
volume limpasan permukaan tentunya akan menurunkan kemampuan limpasan permukaan untuk
menimbulkan erosi.
Melalui akar tanaman dan juga sisa-sisa tanaman yang telah melapuk, tanaman
membantu pembentukan dan pemantapan agregat. Hal ini berarti ketahanan tanah terhadap air
hujan, dan juga limpasan permukaan bertambah baik. Pada saat yang sama pembentukan agregat
berarti meningkatkan porositas tanah, sehingga akan terjadi peningkatan infiltrasi, dan
selanjutnya akan menurukan limpasan permukaan. Di samping perbaikan struktur tanah, tanaman
juga dapat membantu mempercepat proses pelapukan dan memperbaiki kesuburan tanah.
Ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, dapat dikemukakan bahwa tanaman
merupakan faktor yang paling leluasa untuk diatur. Hujan merupakan faktor yang tidak dapat
dikendalikan, tanah dan bentuk lahan dapat dikendalikan pada tingkatan yang sangat terbatas.

Tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang memang sengaja ditanam untuk
melindungi tanah dari erosi, menambah bahan organik tanah dan meningkatkan produktivitas
tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat ditanam sendirian (tanpa tanaman utama), atau bersamasama dengan tanaman utama sebagai tanaman penutup tanah di bawah tanaman utama, atau
sebagai pohon pelindung.
Berdasarkan habitus perumbuhannya, tanaman penutup tanah dapat digolongkan menjadi
3 golongan yaitu :
(1) Tanaman penutup tanah rendah
(2) Tanaman penutup tanah sedang yang berupa semak
(3) Tanah penutup tanah tinggi
Tanaman penutup tanah rendah digunakan: (1) pada pola rapat yang ditaman dalam
barisan, (2) sebagian tanaman penutup tanah di antara tanaman perkebunan, (3) untuk keperluan
khusus, misalnya memperkuat tebing saluran air, teras dan sebagainya. Termasuk dalam
golongan ini a.l. : Centrocema sp. Calopogonium, Prueraria, Mimosa invisa. Untuk melindungi
teras, misal bebondotan (Agerantum conizoides L.), rumput benggala (Panicum Maximum jacq),
rumput gajah (Pennisetum purpureum Sch).
Tanaman penutup tanah sedang digunakan : (1) dalam pola pertanaman teratur di antara
barisan tanaman utama, (2) dalam barisan sebagai pagar, (3) di luar tanaman utama sebagai
sumber bahan organik. Sebagai contoh, Clibadium Surrinamense yang digunakan dalam
pertanaman teratur. Lantana camara L (rumput telekan), dan Clotaralia sp. yang digunakan
sebagai tanaman pagar.
Tanaman penutup tanah tinggi dipergunakan : (1) sebagai tanaman pelindung, biasanya
ditanam secara teratur di antara barisan tanaman, (2) untuk tanaman penghijauan dan reboisasi.
Lantana glauca (lamtoro) dan Tithonia tangeflora Desp banyak digunakan sebagai tanaman
pelindung di perkebunan kopi.

Pengendalian erosi pada lahan pertanian
Pengolahan tanah
Untuk memperkecil kemugkinan kerusakan tanah sebagai akibat pengolahan tanah,
disarankan : (1) tanah diolah seperlunya, (2) pengolahan tanah dilakukan pada saat kandungan
air yang tepat, (3) pengolahan tanah dilakukan menurut atau sejajar garis tinggi (contour), (4)
pengolahan tanah dengan pemberian mulsa
Penanaman dalam strip (strip cropping)
Suatu cara bercocok tanam dengan beberapa tanaman, dimana masing-masing jenis
tanaman ditanam dalam strip-strip yang berselang-seling pada sebidang tanah dan disusun
menurut jenis garis tinggi atau memotong arah lereng. Strip cropping cukup efekif untuk lahan
yang kemiringannya tidak terlalu curam, 3-8,5%. Dalam strip cropping dianjurkan pergiliran
tanaman, dan pegerjaan/penanaman dilakukan berurutan sehingga pada setiap waktu selalu ada
bagian tanah yang tertutup tanaman. Untuk tanah-tanah yang sangat mudah tererosi (erodibilitas
tinggi) dianjurkan agar salah satu tanaman strip selalu menutup tanah (untuk ini dapat digunakan
rumput-rumputan).
Pola tanam ganda (multiple cropping)
Pola tanam ganda, disamping sangat menguntungkan karena meningkatkan efektivitas
penggunaan lahan juga telah dibuktikan dapat menekan laju erosi, mempertahankan bahkan
meningkatkan produktivitas lahan. Pola tanam ganda yang disarankan adalah (1) pergiliran
tanaman, dan tumpang gilir serta (2) tumpang sari dan tanaman campuran.
(1)

Pergiliran tanaman dan tumpang gilir
Dalam sistem ini pada sebidang lahan ditanam dua atau lebih tanaman secara bergilir
dalam urutan waktu tertentu. Disamping dapat memperbaiki dan mempertahankan
kesuburan tanah, sistem pergiliran tanaman juga telah sangat efektif untuk: (1)
memberantas hama/penyakit tanaman. Pergiliran tanaman berarti memotong siklus
hidupnya, atau meniadakan tanaman inang untuk periode waktu tertentu. (2)
memberantas/menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (weeds).

Tanaman yang cocok digunakan sebagai tanaman antara dalam pergiliran tanaman
hendaknya : mudah diperbanyak; sistem perakarannya cukup baik untuk mengikat tanah,
tetapi tidak menyebabkan kompetisi bagi tanaman pokok, atau dengan kata lain tidak
menguruskan tanaman; tumbuh cepat dan banyak menghasilkan bahan organik;
mempunyai toleransi terhadap pemangkasan; tahan terhadap hama penyakit serta tidak
menyebabkan inang hama/penyakit tanaman utama; mampu menekan pertumbuhan
tanaman pengganggu; mudah diberantas jika dipergunakan; dan tidak mempunyai sifat
yang tidak disenangi, misalnya berduri, sulur yang membelit, dan sebagainya.
(2)

Tumpangsari dan tanaman campuran
Pola tanaman tumpangsari/tanaman campuran adalah sistem tanam 2 macam
tanaman atau lebih pada sebidang lahan pada waktu yang bersamaan. Jika dalam pola
tanam tersebut terdapat tanaman utama (dan bisanya ditanam secara teratur) disebut
tumpang sari. Jika dalam pola tanam tersebut tidak terdapat tanaman utama (dan biasanya
ditanam secara tidak teratur) disebut pola tanam campuran.
Seperti pada pergiliran tanaman, tentu saja tidak semua tanaman cocok untuk ditanam

dalam pola tumpang sari atau tanaman campuran. Kombinasi tanaman dalam sistem ini akan
sangat menentukan keberhasilannya. Jika kombinasi tanaman tidak tepat, justru akan
mempercepat kerusakan tanah. Syarat tanaman yang akan ditanam secara tumpangsari adalah :
habitus tanaman berbeda; kebutuhan hara tidak sama; tanaman sela cepat tumbuh dan
menghasilkan bahan organik yang banyak; tidak saling menjadi inang hama/penyakit; tanaman
sela dapat dengan mudah dimatikan (jadi tidak menjadi tanaman pengganggu tanaman utama).
Pemilihan waktu tanam yang tepat tidak hanya untuk mendapatkan hasil yang baik, tetapi
juga seringkali diperlukan dalam usaha pengendalian erosi.
Alley Cropping
Sebenarnya sistem ini serupa dengan strip cropping , hanya saja yang digunakan sebagai
tanaman strip adalah tanaman tahunan. Jadi dalam sistem ini tanaman tahunan (tanaman pohon)
misalnya; lamtoro, gliricidae, dan sebagainya; ditanam dalam barisan di antara tanaman pangan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Leucaea leucacephala dan Gliricidae

sepium untuk tanman pagar sangat efektif pada lahan yang ditanami tanaman jagung. Dalam hal
ini petak yang diberi pangkasan lamtoro mempunyai kandungan hara dan organik yang lebih
tinggi dibandingkan petak yang tidak diberi pangkasan lamtoro. Akibatnya hasil jagung dan
kacang tunggak pada petak tersebut juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Penggunaan Gliricidae dalam sistem alley cropping pada tanah pegunungan disamping dapat
meningkatkan bahan organik tanah, menambah 184 kgN/ha, dan 36 kg K/ha, juga dapat
melindungi tanah dari erosi. Selain mampu menekan erosi, juga dari tanaman pohon diharapkan
dapat diperoleh hasil tambahan yang berupa kayu bakar atau hijauan. Alley cropping telah
dikenal luas dalam Agroforestry.
Mulsa
Mulsa adalah sisa-sisa tanaman yang dikembalikan lagi ke tanah. Sisa tanaman yang
banyak digunakan adalah misalnya jerami padi, jerami jagung, dan sebagainya. Beberapa hasil
penelitian telah menunjukkan bahwa mulsa sangat efektif guna menurunkan laju erosi, terutama
erosi yang terjadi pada saat tanah masih terbuka.
Mulsa dapat menekan laju erosi karena adanya mulsa akan menghindarkan tanah dan
pukulan langsung air hujan/kikisan limpasan permukaan. Mulsa sebagai bahan organik akan
memperbaiki sifat fisik tanah, dalam hal ini kemantapan agregat dan kapasitas infiltrasi. Mulsa
juga dapat memberikan peningkatan produktivitas tanah sehingga memperbaiki pertumbuhan
dan hasil tanaman, karena dengan adanya mulsa terjadi perbaikan penyimpanan air tanah,
penurunan penguapan air tanah dan memperkecil fluktuasi temperatur tanah.

Teknik konservasi secara kimia
Metode kimia bertujuan memperbaiki sifat fisik tanah, karena dengan bahan kimia yang
mampu memantapkan agregat-agregat tanah menjadikan struktur tanah mantap dan pori tanah
dapat terjaga dengan baik. Bahan-bahan kimia ini disebut soil conditioner, yang umum dipakai
adalah : PAM, PVA, bitumen, krilium dan sebagainya.
-

0

-

Tes Formatif :
Dalam praktek di lapangan, jarang dijumpai penerapan metode konservasi tanah dan air secara
tunggal. Metode yang sering digunakan adalah perpaduan antara sipil teknis dan vegetatif.
Berikan satu contoh sistem usaha tani konservasi yang telah menerapkan kedua metode tersebut
beserta manfaat atau fungsi dari metode yang diterapkan !