laporan akhir kesuburan tanah dan pemupu
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jagung
merupakan
salah
satu
komuditas
utama
yang
banyak
dibudidayakan oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang
diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar
karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara
membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman
jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian
pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang
belum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah
peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu
peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas
jagung yan dihasilkan tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau
memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi,
fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat
meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
Jagung juga mengandung karbohidrat yang sangat banyak dibutuhkan oleh
masyarakat. Keunggulan komparatif daritanaman jagung banyak diolah dalam
bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak.
Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia
baik langsung maupun tidak langsung. Sejalandengan perkembangan industri
pengolah jagung dan perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung
cenderung semakin meningkat.
I.2 Tujuan
1
Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman jagung terhadap pemberian
perlakuan dosis pupuk K dan untuk mengetahui mana perlakuan yang terbaik
untuk pertumbuhan tanaman jagung yang optimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah
padi. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ternak.
Jagung mengandung senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan
vitamin. Fungsi zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat memberi energi,
membentuk jaringan, pengatur fungsi, dan reaksi biokimia di dalam tubuh. Semua
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan. Batang dan daun jagung yang masih
muda sangat bermanfaat untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Klobot
(kulitjagung) dan tongkol jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak, serta
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Rambut jagung dapat digunakan sebagai
obat kencing manis dan obat darah tinggi (Hakim, et.al. 1986).
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap jenis tanah,
baik tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6‒8.
Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24‒30 °C. Jagung (Zea
mays. L) merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya
selama 80-150 hari.
Klasifikasi Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan
spesies Zea mays saccharata Sturt. Klasifikasi tanaman jagung manis adalah
sebagai berikut:
Kingdom
:Plantae
Divisio
:Spermatophyta
Sub division
: Angiospermae
Kelas
:Monocotyledonae
Ordo
:Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays saccharata Sturt.(Rukmana, 1997).
Morfologi Tanaman Jagung Manis :
1. Akar
3
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.Jagung mempunyai akar serabut dengan
tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau
penyangga.Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set
akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara
7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang
menjadi serabut akar tebal.Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus
hidup jagung.Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total
akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait
atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas
permukaan tanah.Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap
tegak dan mengatasi rebah batang.Akar ini juga membantu penyerapan hara dan
air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada
varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).
2. Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum.Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.Batang beruas-ruas.Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan
4
bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe
jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan
sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles
vaskuler (Paliwal 2000).
Jagung berbentuk ruas.Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang
jagung.Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin
berkurang.Batang
tanaman
jagung
beruas-ruas
dengan
jumlah
10-40
ruas.Tanaman jagung umumnya tidak bercabang.Batang memiliki dua fungsi yaitu
sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara
dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah dari
atas kebawah dan dari bawah ke atas.Floem membawa sukrose menuju seluruh
bagian tanaman dengan bentuk cairan.(Belfield dan Brown, 2008).
3. Daun.
Daun jagung adalah daun sempurna.Bentuknya memanjang, merupakan
bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer),
Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula.Tulang daun sejajar dengan ibu
tulang daun.Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata
dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas.Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo Subekti,
dkk. 2012).
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan
rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling
luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar.Bentuk
selnya adalah batang.Jaringan epidermis selalu berada di luar. Silika kristal
terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda. Silika kristal
bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada
tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade.Setiap
sistem vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis.Sistem
vaskular dikelilingi bundle sheath.Jagung adalah tipe tanaman C4.Tanaman C4
5
memiliki sel kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku.Kloroplas terletak
didaerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun.(Malti et
al., 2011).
4. Bunga.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satu tanaman (monoecious).Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari
suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence).Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma
khas.Bunga betina tersusun dalam tongkol.Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman.Bunga betina, tongkol, muncul
dari axillary apices tajuk.Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman.Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga
biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga
tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia
ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan
(Paliwal 2000).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau
tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan
stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya
tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan
organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah
satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
5. Buah
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina.Buah Jagung siap panen Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik.Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
6
2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). (Nuning Argo Subekti,
dkk. 2012).
Tanaman
jagung
mempunyai
satu
atau
dua
tongkol,
tergantung
varietas.Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot.Tongkol jagung yang
terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
dibanding yang terletak pada bagian bawah.Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris
biji yang jumlahnya selalu genap.Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau
perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji
jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang
tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air;
(b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c)
embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
2.2 Pupuk
2.2.1 Pupuk Nitrogen (Urea)
Pupuk Urea (CO(NH2)2) mengandung 46 % nitrogen (N) karena
kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis.
Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudak menguap
dalam bentuk ammonia. Jika di dalam tanah, nitrogen urea berubah menjadi
ammonium akan terikat langsung oleh koloid tanah. Bahan dasarnya biasanya
berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N
total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk
senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah
yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,52,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan
awal tanaman (Nurhayati, dkk, 1986)
Manfaat unsur hara nitrogen pada urea membuat bagian tanaman lebih
hijau dan segar, mempercepat pertumbuhan dan menambah kandungan protein
hasil panen. Gejala kekurangan unsur hara nitrogen pada tanaman yaitu seluruh
tanaman berwarna pucat kekuningan, pertumbuhan lamabtdan kerdil, daun tua
7
berwarna kekuningan pada tanaman padi dimulai dari ujung daun menajalar ke
tulang daun, pertumbuhan buah tidak sempurna seringkali masak sebelum
waktunya, dan jika dalam keadaan kekurangan yag parah daun menjadi kering
dimulai dari bagian bawah tanaman terus ke bagian atas tanaman (Nurhayati, dkk,
1986).
Kelebihan pupuk urea yaitu ketika pupuk urea digunakan sesuai porsi dan
diukur melalui metodologi yang tepat, maka ureaakan memberikan hasil produksi
yang optimal. Pupuk urea dapat dengan mudah disimpan, diangkut dan ditangani
denganaman.Urea tidak berpotensi menimbulkan bahaya ledakan.Komposisi
nutrisi / unsur hara nitrogen yang diberikan oleh ureadapat meningkatkan
produktivitas
tanah
dan
memperkaya
kandungan
nutrisinya.Urea
juga
memberikan unsur-unsurrelevan yang diperlukan tanaman, sehingga urea dapat
menopang kehidupan tanaman (Anonim, 2012).
Pupuk urea juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: urea dapat
menghasilkan polutan berbahaya selama prosesproduksi pada proses produksi
yang melibatkan emisi gas polutan di udara. Selain dapat menambah unsur hara
nitrogenbagi tanah, pada kondisi tertentu urea dapat mengganggu kestabilan pH di
dalam tanah yang mengakibatkan terganggunyakesuburan alami tanah tersebut
(Anonim, 2012)
2.2.2 Pupuk Posfor (TSP)
Fosfor adalah zat yang penting dalam kehidupan, unsur kimia yang
memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa nonlogam, bervalensi
banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan fosfat. Di
alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organic (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah) (Pian,
2010). Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4 dan HPO4 sebagian besar
fosfor didalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam
senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk
anorganik sebagai ion-ion phosphat. Beberapa bagian tanaman sangat banyak
mengandung zat ini, yaitu bagian-bagain yang bersangkutan dengan pembiakan
generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari,
8
daun buah dan bakal biji. Jadi untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak
diperlukan unsur fosfor (Sugih, 2011)
Pupuk TSP mengandung 36 phosphor dalam bentuk P2O5.Pupuk ini terbuat
dari phosphate alam dan sulfat.Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.Sifatnya
agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan
sebagai pupuk dasar.Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan
tidak bersifat membakar. TSP merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan
fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36
adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan
dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun
kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,
lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986)
2.2.3 Pupuk Kalium (KCl)
Pupuk (KCl) mengandung 45 % K2O dan khor, bereaksi agak asam, dan
bersifat higrokopis.Khor berpengaruh negative pada tanaman yang tidak
membutuhkannya misalnya kentang, wortel, dan tembakau. Pupuk KCl memiliki
rumus kimia KCl, kadar K2O 52-55 %, reaksi fisiologis masam lemah, agak
higroskopis, hanya digunakan untuk tanaman yang tahan akan Clorida (Anonim,
2012).
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K)
yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk
menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis
pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation
monovalen yang esensial bagi tanaman.Peran utama kalium ialah sebagai
aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium
adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur
dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu.
Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl)
berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman,
serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan
ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan
tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan
9
fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan
kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium
daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas
fotosintesa terganggu ( Anonim,2012 ).
2.3 Hubungan Kesuburan Tanah dengan Tanaman
Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman
berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah.
Membuat tanah menjadi subur yang dipengaruhi oleh pemupukan. Sedangkan
pengertian kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia, dan biologis bagian tubuh
tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.
Unsur yang dibutuhkan tanaman yaitu unsur-unsur tertentu untuk
membentuk tubuhnya dan memenuhi semua kegiatan hidupnya, unsur-unsur
tersebut dihisap oleh tanaman dan mempunyai guna tertentu. Hasil analisis para
ahli membuktikan bahwa pada umumnya tanaman membutuhkan unsur-unsur C,
H, O, N, P, K, Ca, S, Fe, Mn, Mg, Cu, Zn, dan B. bila salah satu unsur tersebut
tidak ada maka tanaman tidak sempurna tmbuhnya atau sama sekali tidak dapat
tumbuh, sehingga unsur-unsur tersebut diatas disebut unsur esensial.
Kandungan unsur hara yang diutamakan adalah kandungan N, fosfat, dan
kalium. Adanya kandungan NPK dalam tanah dalam jumlah tinggi dan seimbang
tanpa diberikan pupuk tambahan menunjukkan bahwa tanah di tempat tersebut
kandungan unsur haranya tinggi. Kapasitas tanah untuk menyerap unsur hara
ditentukan oleh kemasaman tanah, fraksi liat, dan kandungan bahan organik
(Sosrosoedirjo, 2006).
Keadaan lingkungan hayati juga mempengaruhi efisiensi pemupukan.
Namun megubah iklim mikro. Gulma menimbulkan persiangan memperoleh
persaingan memperoleh hara lengas tanah dan sinar matahari. Semua faktor
10
fisiologi, lingkungan atmosfir dan hayati sangat penting dalam menentukan
efisiensi pemupukan. Faktor-faktor efiseinsi pemupukan yang dapat ditangani
dengan pengelolaan kesuburan tanah. Faktor itu mencakupi (Tejoyuwono, etc,
2006):
1. Imbangan ketersediaan hara asli tanah
2. Antagonisme atau kebalikannya, sinergisme ion dalam jaringan
3. Penematan (fixation) atau imobilisasi (penyematan biologi) ion hara dalam
tanah
4. Ekonomi hara dalam hubungan dengan pH dan Eh tanah
5. Kekahatan lengas tanah
6. Perkolasi dan aliran permukaan (runoff) yang melindi hara
7. Tekstur, struktur dan konsistensi tanah
2.4 Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan
horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa
sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi
ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih
banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,1993)
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya
air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut
dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit
akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir
geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi
lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk
dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol
dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup
sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Pada praktikum kesuburan tanah dan pemupukan ini dilaksanakan mulai
hari kamis pada tanggal 3 Oktober sampai dengan hari kamis tanggal 12
Desember 2014 pada pukul 08.00 – 09.40 wib. Praktikum kesuburan tanah dan
pemupukan ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Riau, Pekanbaru, Jalan Bina Widya, Kecamatan Tampan.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Pengambilan Sampel Tanah dan Pengukuran pH Tanah
3.2.1.1 Alat
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel tanah adalah cangkul,
borbelgi, sedangkan alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran pH tanah
yaitu timbangan analitik, shaker, pH meter, lumpang, tabung film dan gelas ukur.
3.2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk mengambil sampel tanah adalah plastik dan
tanah, sedangkan bahan yang digunakan untuk melakukan pengukuran pH tanah
yaitu H2O, Kcl, dan air suling.
3.2.2
Persiapan Media dan Penanaman
3.2.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk persiapan media adalah cangkul, karung, alat
untuk mengayak, ember, karung, alas dan timbangan, sedangkan alat yang
digunakan untuk melakukan penanaman yaitu kayu/ajir dan timbangan analitik.
3.2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk persiapan media adalah tanah, air dan
polibag sedangkan bahan yang digunakan untuk melakukan penanaman yaitu
benih jagung, tanah, pupuk N, P dan K, air, kertas label, dan plastik.
12
3.2.3 Pembongkaran Tanaman, Pengukuran Volume Akar, dan Berat
Kering tanaman
3.2.3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk pembongkaran tanaman adalah cangkul, ember
dan gunting, alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran volume akar yaitu
gelas ukur dan wadah penampung, sedangkan alat yang digunakan untuk
pengukuran berat kering tanaman adalah oven, gunting dan timbangan analitik.
3.2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pembongkaran tanaman adalah air, bahan
yang digunakan untuk melakukan pengukuran volume akar yaitu akar tanaman
jagung dan air, sedangkan bahan yang digunakan untuk pengukuran berat kering
tanaman adalah tanaman jagung (akar dan batang), amplop dan kertas label.
3.2.4 Analisis N Total
3.2.4.1 Alat
Alat yang digunakan untuk menganalisis N total adalah labu kjedahl, alat
destruksi, pipit tetes, labu ukur, labu didih, alat destilasi, erlemeyer, alat titrasi,
serbet, masker dan sarung tangan.
3.2.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk menganalisis N total adalah tanaman jagung,
H2SO4, H2O2, aquades, NaOH, indikator conway, H2SO4 0,05 N, dan tisu.
3.2.5 Analisis P Total
3.2.5.1 Alat
Alat yang digunakan untuk menganalisis P total adalah labu ukur, pipet
tetes, test tube, spektrofotometer, alat vortex, serbet, masker dan sarung tangan.
3.2.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk menganalisis P total adalah tanaman jagung,
H2SO4, H2O2, aquades, indikator P, dan tisu.
3.3 Metode Praktikum
13
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Rancangan
Acak Lengkap dengan 10 perlakuan dan diulang sebanyak 5 ulangan, sehingga
didapatkan jumlah satuan unit percobaan sebanyak 50 unit percobaan. Percobaan
yang dilakukan dalam praktikum ini adalah menanam tanaman jagung di dalam
polibag yang dijadikan sebagai sampel pengamatan. Jumlah perlakuan untuk
masing-masing unit percobaan terdiri dari 10, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
P0 dengan dosis pupuk N 0 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P1 dengan dosis pupuk N 25 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P2 dengan dosis pupuk N 50 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P3 dengan dosis pupuk N 75 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P4 dengan dosis pupuk N 100 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P5 dengan dosis pupuk N 125 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P6 dengan dosis pupuk N 150 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P7 dengan dosis pupuk N 175 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P8 dengan dosis pupuk N 200 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P9 dengan dosis pupuk N 225 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
Percobaan dilaksanakan pada jenis tanah inceptisol. Sample tanah diambil
pada lapisan olah (0 – 20 cm) dengan menggunakan cangkul kemudian
dikeringkan. Tanah yang telah kering anginkan disaring dengan ayakan 2 mm,
agar lebih halus. Sebelum diberi perlakuan, sample tanah diambil untuk analisa
tanah awal.
Pengamatan pH tanah, dilakukan sebelum tanaman ditanam pada media
tanam. Pengambilan sampel tanah dilakukan untuk menganalisis pH H 2O dan pH
KCl, sedangkan pengambilan sample tanaman jagung dilakukan untuk
menganalisis kandungan N dan P total tanaman.
3.4
3.4.1
Pelaksanaan Praktikum
Pengambilan Sampel Tanah
Tanah diambil dari daerah yang tanahnya tidak terganggu
Tanaman yang ada diatas tanah dibersihkan untuk memudahkan
pengambilan sampel tanah
Kemudian tanah diambil dengan menggunakan borbelgi untuk dipakai
dalam analisis pH tanah
Lalu tanah diambil secukupnya dan dimasukkan kedalam karung untuk
dijadikan sebagai media tanam
3.4.2 Persiapan Tempat Praktikum
Tempat praktikum disiapkan terlebih dahulu
14
Kemudian
3.4.3
tanaman
pengganggu/gulma
dibersihkan
pada
tempat
praktikum
Gulma dibuang dari tempat praktikum
Persiapan Medium
Tanah yang sudah diambil dari lapangan dikering anginkan terlebih dahulu
Setelah kering diayak dengan ayakan tanah
Tanah ditampung dibawah alat pengayak tanah tersebut
Tanah yang diambi dilapangan dilakukan pengayakan seluruhnya
Tanah ditimbang sebanyak 10 kg dan dimasukkan kedalam polibag
Polibag yang telah berisi tanah disusun pada tempat praktikum
perkelompoknya
3.4.4 Penanaman
Media telah disiapkan dan telah disusun pada tempat praktikum
3.4.5
perkelompok
Benih tanaman jagung disiapkan (2 benih/polibag)
Benih jagung ditanam pada polibag yang telah disiapkan
Kemudian diberi ajir sebagai penanda
Lakukan perawatan terhadap tanaman jagung
Pemberian Perlakuan
Benih jagung yang telah ditanam pada polibag diberi perlakuan
pemupukan
Pupuk N diberikan sebanyak 1 gram/polibag
Pupuk K diberikan sebanyak 1 gram/polibag
Pupuk P diberikan berbeda dosis pada tiap kelompok (kel 1 = tanpa pupuk
P, kel 2 = 25 kg/ha, kel 3 = 50 kg/ha, kel 4 = 75 kg/ha, kel 5 = 100 kg/ha,
kel 6 = 125 kg/ha, kel 7 = 150 kg/ha, kel 8 = 175 kg/ha, kel 9 = 200 kg/ha,
kel 10 = 225 kg/ha)
Pupuk diberikan 2x yaitu 1 minggu setelah tanam dan 3 minggu setelah
tanam
3.4.6 Pemeliharaan
Tanaman jagung yang telah ditanam dan diberikan perlakukan diberikan
perawatan
Tanaman jagung dibersihkan dari gulma yang ada didalam polibag
maupun yang diluar polibag
Tanaman jagung dibumbun agar tidak rebah
Tanaman jagung juga disiram setiap hari untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman jagung tersebut
3.5 Parameter Pengamatan
3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)
15
Pada pengamatan tinggi tanaman disiapkan dahulu penggaris untuk
mengukurnya kemudian tanaman jagung diukur dari batang jagung terbawah
hingga daun tanaman jagung yang paling tertinggi dan didapatlah tinggi tanaman
jagung
tersebut.
Pengamatan
tinggi
tanaman
jagung
dilakukan
setiap
minggunya/seminggu sekali pada saat pelaksanaan praktikum.
3.5.2
Jumlah Daun (Helai)
Pada pengamatan jumlah daun tanaman jagung dilakukan penghitungan
jumlah daun yang telah tumbuh sempurna dengan cara manual saja. Pengamatan
jumlah daun tanaman jagung dilakukan setiap minggunya/seminggu sekali pada
saat pelaksanaan praktikum.
3.5.3
Diameter Batang (cm)
Pada pengamatan diameter batang disiapkan dahulu penggaris untuk
mengukurnya kemudian tanaman jagung diukur keliling batang lalu setelah
didapatkan keliling batang tanaman jagung hasil yang didapatkan dicari dengan
rumus sebagai berikut :
K=2. π .r
2
Setelah dicari dengan menggunakan rumus maka didapat diameter batang
tanaman jagung. Pengamatan jumlah daun tanaman jagung dilakukan setiap
minggunya/seminggu sekali pada saat pelaksanaan praktikum.
3.5.4
Panjang Akar (cm)
Pada pengamatan panjang akar tanaman jagung, tanaman jagung yang
telah ditanam dengan beberapa perlakuan dan diberikan perawatan, setelah umur
tanaman jagung dirasa cukup maka tanaman jagung dibongkar dari polibag.
Kemudian akar tanaman jagung dibersihkan dari tanah yang ada pada akar dengan
cara dicuci dengan air. Lalu diukur panjang akar tanaman jagung dengan
penggaris dimulai dari batas antara batang dan akar tanaman hingga ujung akar
tanaman jagung yang tumbuh.
3.5.5
Volume Akar (ml)
16
Pada pengamatan volume akar tanaman jagung, air ditampung pada gelas
ukur dan diisi dengan air sampai penuh kemudian akar tanaman jagung yang telah
dibersihkan dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diberi air, dibawah gelas
ukur ada alat penampung untuk menampung air yang tumpah dari gelas ukur, lalu
air yang tumpah di ukur berapa banyaknya, didapatlah volume akar dari tanaman
jagung tersebut.
3.5.6
Rasio Tajuk Akar
Pada pengamatan rasio tajuk akar tanaman jagung, jagung dikeringkan
dulu batang dan akarnya, kemudiam di potong akar dan batangnya lalu dicari
dengan menggunakan rumus :
Rasio Tajuk Akar ( RTA )=
berat kering tajuk
berat kering akar
Maka dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas didapatkan
rasio tajuk akarnya.
3.5.7
Berat Kering Bibit (gram)
Pada pengamatan berat kering bibit tanaman jagung didapat dari hasil
penjumlahan berat kering akar ditambah dengan berat kering tajuk, maka
didapatlah berat kering bibit tanaman jagung yang ditanam.
3.5.8
N Total Tanaman (%)
Pada pengamatan N total tanaman jagung, berat basah dan berat kering
tanaman ditentukan terlebih dahulu, lalu dihitung volume sampel dari tanaman
yang akan dianalisis N total tanamannya, setelah itu dicari dengan beberapa
perhitungan untuk mendapatkan N total tanaman yaitu dengan rumus sebagai
berikut :
Kadar Air Sampel=
berat basah−berat kering
x 100
berat kering
17
fk=
100
100−KA ()
N =( Volume sampel−volume blanko ) x N H 2 SO 4 x 28 x fk
Dari perhitungan yang dilakukan diatas maka didapatlah nilai dari analisis
N total tanaman jagung yang ditanam.
3.5.9
P Total Tanaman (%)
Pada pengamatan P total tanaman jagung, ditentukan dahulu ppm kurva
dari tanaman jagung yang ditanam dengan cara dianalisis dengan menggunakan
alat spektrofotometer dan dihitung nilai fk tanaman jagung tersebut. Setelah
didapatkan ppm kurva dan fk tanaman jagung tersebut maka dihitung nilai P total
tanaman dengan rumus sebagai berikut :
P=ppm kurva x 0,1 x
31
x fk
95
Dari perhitungan yang dilakukan diatas maka didapatlah nilai P total
tanaman jagung yang ditanam.
3.5.10 Serapan Hara N dan P Tanaman
Pada pengamatan serapan hara n dan p tanaman jagung dapat dilihat dan
ditentukan sesuai dengan nilai N total dan P total tanaman jagung yang
didapatkan.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5.1
Tinggi Tanaman (cm)
Tabel 4.1 Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
N1P1
Tinggi Tanaman (cm)
52,808
a
N1P1K1
58.806
a
N1P1K2
37.194
b
N1P1K3
38.567
b
N1P1K4
38.371
b
N1P1K5
39.589
b
N1P1K6
42.921
b
N1P1K7
41.528
b
K0
19
4.5.2
N1P1K8
37.142
b
N1P1K9
40.042
b
Jumlah Daun (helai)
Tabel 4.2 Pengamatan Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
N1P1
Jumlah Daun (helai)
5.0000
b
N1P1K1
5.0000
b
N1P1K2
4.1667
cd
N1P1K3
4.0000
cd
N1P1K4
4.5000
bc
N1P1K5
6.0000
a
N1P1K6
3.8333
d
N1P1K7
4.5000
bc
N1P1K8
4.3333
cd
N1P1K9
4.5000
bc
K0
4.5.3
Diameter Batang (cm)
Tabel 4.3 Pengamatan Diameter Batang (cm)
Perlakuan
N1P1
Diameter Batang (cm)
0.66333
cd
N1P1K1
0.72861
bc
N1P1K2
0.51583
d
N1P1K3
0.66125
cd
N1P1K4
0.90183
a
N1P1K5
0.31667
e
N1P1K6
0.68417
cd
K0
20
4.5.4
N1P1K7
0.65917
cd
N1P1K8
0.52500
d
N1P1K9
0.87292
ab
Panjang Akar (cm)
Tabel 4.4 Pengamatan Panjang Akar (cm)
Perlakuan
N1P1
Panjang Akar (cm)
52,00
K0
4.5.5
N1P1K1
46,00
N1P1K2
16,73
N1P1K3
57,50
N1P1K4
61,00
N1P1K5
65,00
N1P1K6
53,00
N1P1K7
90,00
N1P1K8
56,00
N1P1K9
62,00
Volume Akar (ml)
Tabel 4.5 Pengamatan Volume Akar (ml)
Perlakuan
N1P1
Volume Akar (ml)
25,0
K0
N1P1K1
5,3
N1P1K2
14,5
N1P1K3
0,2
N1P1K4
25,0
N1P1K5
50,0
21
4.5.6
N1P1K6
20,0
N1P1K7
30,0
N1P1K8
25,0
N1P1K9
20,0
Rasio Tajuk Akar
Tabel 4.6 Pengamatan Rasio Tajuk Akar Tanaman Jagung
4.5.7
Perlakuan
N1P1
Rasio Tajuk Akar
4,447
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
1,082
4,711
4,484
4,447
3,034
2,592
2,834
2,743
2,966
Berat Kering Bibit (g)
Tabel 4.7 Pengamatan Berat Kering Bibit (g)
4.5.8
Perlakuan
N1P1
Berat Kering Bibit (g)
13,02
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
3,54
10,28
8,61
13,02
18,88
11,53
12,96
7,71
13,88
N Total Tanaman (%)
Tabel 4.8 Pengamatan N Total Tanaman (%)
Perlakuan
N1P1
N Total Tanaman %
2,50
22
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
4.5.9
1,45
2,49
0,17
1,48
2.07
2,00
1,92
0,83
1,53
P Total Tanaman (%)
Tabel 4.9 Pengamatan P Total Tanaman (%)
Perlakuan
N1P1
P Total Tanaman (%)
0,077
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
0,706
1,264
0,674
0,541
1,264
0,855
1,017
0,839
0,582
4.5.10 Serapan Hara N dan P Tanaman
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1
Tinggi Tanaman
Dari hasil pengamatan yang terlihat pada data analisis menunjukan bahwa
pemberian pupuk K pada taraf a dengan dosis 0 dan 25 kg/ha tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman terhadap pemberian pupuk pada taraf ke dengan
dosis 50 – 225 kg/ha. Hal ini terjadi karena perbedaan media tanam karena media
tanam yang di gunakan masing-masing berbeda. Namun secara keseluruhan
23
eksperimen menunjukan bahwa dosis pupuk K pada tanaman jagung tidak
berpengaruh nyata terhadap pertubuhan tanaman jagung, hal ini terlihat dari hasil
analis yaitu antara N1P1k0=N1P1k1 dan dari N1P1K2 - N1P1K9 yang sama. Hal
ini terjadi di karenakan tanaman jagung kekurangan.
4.2.2
Jumlah Daun
Dari hasil analisi SAS pada pengamatan jumlah daun tanaman jagung
menunjukan bahwa perlakuan dari taraf 0,5 pada taraf a ke b berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun tanaman jagung. Unsure K berperan membantu
mempercepat metabolisme tanaman dan pembentukan daun baru yang artinya
unsure ini penting dalam mempercepat pertumbuhan daun baru. Maka dari itu
pada hasil pengamatan terlihat jumlah daun tertinggi ada pada perlakuan N1P1K5
yaitu 125 kg/ha. Hal ini sesuai dengan dosis pupuk K yang dianjurkan untuk
tanaman jagung.
4.2.3
Diameter Batang
Pada tabel analisis menggunakan SAS menunjukan bahwa pada diameter
batang, semua perlakuan dosis pupuk K yang diberikan berbeda nyata. Hal ini
terlihat dari taraf nilai bervariasi mulai dari a – e. Perlakuan pada taraf a selaku
yang tertinggi ada pada N1P1K4 dengan dosis 100 kg/ha sedangkan yang paling
rendah yaitu taraf e ada pada N1P1K5 dengan dosis 125 kg/ha. Berarti pemberian
pupuk yang optimal untuk mengkokohkan batang adalah K dengan dosis 125
kg/ha.
4.2.4
Panjang Akar
Pada tabel pengamatan dapat di lihat bahwa pada perlakuan 2 ukuran akar
paling pendek di bandingkan perlakuan dosis pupuk manapun. Sedangkan yang
terpanjang ada pada perlakuan 8. Hal ini menunjukan bahwa eksperimen tidak
berjalan baik karena seharusnya volume akar akan semakin besar jika di tambah
dosis pupuk K karena pupuk K berperan untuk membantu pertumbuhan akar.
24
4.2.5
Volume Akar (ml)
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat di lihat bahwa N1P1K3 volume
akarnya yang terkecil dibandingkan yang lain. Di karenakan fungsi unsur hara K
adalah membantu perkembangan akar-akar halus, sehingga dengan demikian
maka tanaman dengan dosis pupuk K yang lebih tinggi akan menyerap hara lebih
baik untuk mendukung petumbuhan tanaman.
4.2.6
Ratio Tajuk Akar
Dari hasil pengamatan pemberian beberapa dosis pupuk K memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar. berat ideal perakaran tanaman
jagung adalah 12-15%. Pada praktikum ini, hasil yang didapat tidak sesuai bila di
tinjau dari keterangan para ahli, karena seharusnya rasio tajuk akar perlakuan
pupuk K dengan dosis yang lebih tinggi akan menghasilkan rasio tajuk akar yang
lebih tinggi pula, bukan malah perlakuan kontrol yang menghasilkan rasio tajuk
akar yang Paling besar. Ketidak sesuaian ini di karenakan medium tidak homogen,
sehingga serapan hara oleh akar berbeda.
4.2.7
Berat Kering Bibit (g)
Berdasarkan hasil biomassa kering tanaman jagung, maka pemberian
pupuk NPK tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan bobot kering tanaman
jagung jika dibandingkan dengan petak kontrol. Berat kering jagung manis
tertinggi diperoleh pada perlakuan 100 kg/ha, berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol. Hasil ini menunjukan bahwa dosis pupuk 100 kg/ha merupakan dosis
optimal untuk menghasilkan berat kering yang tinggi karena penyerapan hara oleh
tanaman optimal.
4.2.8
N Total Tanaman
Dari hasil perhitungan n total tanaman, dapat di lihat bahwa jumlah n total
yang tertinggi adalah pada dosis kontrol dengan jumlah N total 2.50. sedangkan
jumlah N total terrendah adalah dengan dosis 50 kg/ha gram dengan jumlah 0.17.
sehingga fungsi unsur K adalah untuk pembentukan akar dan inti tanaman, bukan
untuk daun pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
4.2.9 P Total Tanaman (%)
25
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa eksperimen tidak berpengaruh
nyata karena pemberian dosis P yang sama pada setiap tanaman. Jumlah P total ini
dilakukan hanya untuk melihat penyerapan unsur P secara optimal karena unsur P
merupakan kation yang sangat cepat terjerap terutama pada kondisi masam.
Perbedaan media dan tidak dilakukanya pengapuran menyebabkan pupuk P yang
di serap tanaman juga tidak optimal.
V. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan yang telah
dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada praktikum yang dilakukan,
Tanaman jagung yang di budidayakan dengan perlakuan K menunjukan hasil yang
kurang baik selama pertumbuhan tanaman jagung 4 minggu setelah tanam.
26
Tanaman jagung yang diberi perlakuan kontrol menunjukkan hasil yang baik dari
semua perlakuan yang diberikan, hal ini dibuktikan dengan adanya tinggi tanaman
yang paling tinggi, volume air, berat basah dan berat kering yang nilainya lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan beberapa perlakuan lainnya. Tanaman jagung
yang berumur 4 MST daunya sudah melebar, akar nodulnya sudah mulai
berkembang, bunga dan tongkol jagungnya sudah mulai tumbuh serta kebutuhan
akan hara nya lebih bertambah.
5.2. SARAN
Pada kegiatan budidaya tanaman jagung yang ditanam sebaiknya
dilakukan pemberian perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan hara pada tanaman
jagung tersebut sehingga pertumbuhan tanaman jagung dapat tumbuh dengan
baik, kebutuhan hara tercukupi, dan pertumbuhannya dapat sesuai dengan kriteria
tanaman jagung yang normal pada umur 4 minggu. Pemberian perlakuan yang
paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung berumur 4 minggu adalah
dengan pemberian perlakuan N1P1K5 yaitu dengan dosis permberian pupuk K
yang sesuai dengan kebutuhan hara tanaman jagung. Selain itu tanaman jagung
berumur 4 minggu normal sudah menunjukan kebutuhan hara yang semakin
bertambah untuk menunjang pertumbuhannya sehingga sebaiknya diberikan
pupuk N, P, dan K lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman jagung akan
semakin optimal.
27
I.1 Latar Belakang
Jagung
merupakan
salah
satu
komuditas
utama
yang
banyak
dibudidayakan oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang
diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar
karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara
membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman
jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian
pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang
belum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah
peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu
peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas
jagung yan dihasilkan tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau
memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi,
fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat
meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
Jagung juga mengandung karbohidrat yang sangat banyak dibutuhkan oleh
masyarakat. Keunggulan komparatif daritanaman jagung banyak diolah dalam
bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak.
Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia
baik langsung maupun tidak langsung. Sejalandengan perkembangan industri
pengolah jagung dan perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung
cenderung semakin meningkat.
I.2 Tujuan
1
Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman jagung terhadap pemberian
perlakuan dosis pupuk K dan untuk mengetahui mana perlakuan yang terbaik
untuk pertumbuhan tanaman jagung yang optimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan komoditas pangan terpenting kedua setelah
padi. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ternak.
Jagung mengandung senyawa karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan
vitamin. Fungsi zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat memberi energi,
membentuk jaringan, pengatur fungsi, dan reaksi biokimia di dalam tubuh. Semua
bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan. Batang dan daun jagung yang masih
muda sangat bermanfaat untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Klobot
(kulitjagung) dan tongkol jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak, serta
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Rambut jagung dapat digunakan sebagai
obat kencing manis dan obat darah tinggi (Hakim, et.al. 1986).
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap jenis tanah,
baik tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6‒8.
Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24‒30 °C. Jagung (Zea
mays. L) merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya
selama 80-150 hari.
Klasifikasi Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan
spesies Zea mays saccharata Sturt. Klasifikasi tanaman jagung manis adalah
sebagai berikut:
Kingdom
:Plantae
Divisio
:Spermatophyta
Sub division
: Angiospermae
Kelas
:Monocotyledonae
Ordo
:Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays saccharata Sturt.(Rukmana, 1997).
Morfologi Tanaman Jagung Manis :
1. Akar
3
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m
meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman.Jagung mempunyai akar serabut dengan
tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau
penyangga.Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif
adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set
akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara
7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang
menjadi serabut akar tebal.Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus
hidup jagung.Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total
akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait
atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas
permukaan tanah.Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap
tegak dan mengatasi rebah batang.Akar ini juga membantu penyerapan hara dan
air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada
varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan
pemupukan (Nuning Argo Subekti,dkk. 2012).
2. Batang
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum.Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.Batang beruas-ruas.Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Teknik Produksi dan Pengembangan lingkaran konsentris dengan kepadatan
4
bundles yang tinggi, dan lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi dibawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe
jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan
sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles
vaskuler (Paliwal 2000).
Jagung berbentuk ruas.Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang
jagung.Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin
berkurang.Batang
tanaman
jagung
beruas-ruas
dengan
jumlah
10-40
ruas.Tanaman jagung umumnya tidak bercabang.Batang memiliki dua fungsi yaitu
sebagai tempat daun dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara
dibawa oleh pembuluh bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah dari
atas kebawah dan dari bawah ke atas.Floem membawa sukrose menuju seluruh
bagian tanaman dengan bentuk cairan.(Belfield dan Brown, 2008).
3. Daun.
Daun jagung adalah daun sempurna.Bentuknya memanjang, merupakan
bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer),
Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula.Tulang daun sejajar dengan ibu
tulang daun.Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata
dikelilingi sel epidermis berbentuk kipas.Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo Subekti,
dkk. 2012).
Anatomi dari daun tanaman jagung adalah berkarakter sama dengan
rerumputan yang hidup didaerah iklim sedang (mesophytic grass). Jaringan paling
luar disebut epidermis yang memiliki kutikula sehingga bersifat kasar.Bentuk
selnya adalah batang.Jaringan epidermis selalu berada di luar. Silika kristal
terdapat pada beberapa tipe daun yang bervarietas berbeda. Silika kristal
bersebelahan dengan jaringan epidermis yang berfungsi sebagai pengikat. Pada
tanaman monokotil seperti jagung, daun tidak memiliki jaringan palisade.Setiap
sistem vaskular, dikelilingi oleh jaringan parenkim yang keras namun tipis.Sistem
vaskular dikelilingi bundle sheath.Jagung adalah tipe tanaman C4.Tanaman C4
5
memiliki sel kloroplas yang besar dan tersebar secara kaku.Kloroplas terletak
didaerah mesofil daun yang terletak pada bagian tengah jaringan daun.(Malti et
al., 2011).
4. Bunga.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam
satu tanaman (monoecious).Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari
suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence).Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma
khas.Bunga betina tersusun dalam tongkol.Tongkol tumbuh dari buku, di antara
batang dan pelepah daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga
jantan dan betinanya terdapat dalam satu tanaman.Bunga betina, tongkol, muncul
dari axillary apices tajuk.Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman.Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga
biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga
tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Demikian pula halnya primordia
ginaecium pada apikal bunga, tidak berkembang dan menjadi bunga jantan
(Paliwal 2000).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau
tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan
stigma. Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya
tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan
organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah
satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi, 1991).
5. Buah
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina.Buah Jagung siap panen Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik.Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
6
2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). (Nuning Argo Subekti,
dkk. 2012).
Tanaman
jagung
mempunyai
satu
atau
dua
tongkol,
tergantung
varietas.Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot.Tongkol jagung yang
terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
dibanding yang terletak pada bagian bawah.Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris
biji yang jumlahnya selalu genap.Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau
perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji
jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang
tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air;
(b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c)
embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
2.2 Pupuk
2.2.1 Pupuk Nitrogen (Urea)
Pupuk Urea (CO(NH2)2) mengandung 46 % nitrogen (N) karena
kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis.
Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga mudak menguap
dalam bentuk ammonia. Jika di dalam tanah, nitrogen urea berubah menjadi
ammonium akan terikat langsung oleh koloid tanah. Bahan dasarnya biasanya
berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N
total berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk
senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah
yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,52,0 %. Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan
awal tanaman (Nurhayati, dkk, 1986)
Manfaat unsur hara nitrogen pada urea membuat bagian tanaman lebih
hijau dan segar, mempercepat pertumbuhan dan menambah kandungan protein
hasil panen. Gejala kekurangan unsur hara nitrogen pada tanaman yaitu seluruh
tanaman berwarna pucat kekuningan, pertumbuhan lamabtdan kerdil, daun tua
7
berwarna kekuningan pada tanaman padi dimulai dari ujung daun menajalar ke
tulang daun, pertumbuhan buah tidak sempurna seringkali masak sebelum
waktunya, dan jika dalam keadaan kekurangan yag parah daun menjadi kering
dimulai dari bagian bawah tanaman terus ke bagian atas tanaman (Nurhayati, dkk,
1986).
Kelebihan pupuk urea yaitu ketika pupuk urea digunakan sesuai porsi dan
diukur melalui metodologi yang tepat, maka ureaakan memberikan hasil produksi
yang optimal. Pupuk urea dapat dengan mudah disimpan, diangkut dan ditangani
denganaman.Urea tidak berpotensi menimbulkan bahaya ledakan.Komposisi
nutrisi / unsur hara nitrogen yang diberikan oleh ureadapat meningkatkan
produktivitas
tanah
dan
memperkaya
kandungan
nutrisinya.Urea
juga
memberikan unsur-unsurrelevan yang diperlukan tanaman, sehingga urea dapat
menopang kehidupan tanaman (Anonim, 2012).
Pupuk urea juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: urea dapat
menghasilkan polutan berbahaya selama prosesproduksi pada proses produksi
yang melibatkan emisi gas polutan di udara. Selain dapat menambah unsur hara
nitrogenbagi tanah, pada kondisi tertentu urea dapat mengganggu kestabilan pH di
dalam tanah yang mengakibatkan terganggunyakesuburan alami tanah tersebut
(Anonim, 2012)
2.2.2 Pupuk Posfor (TSP)
Fosfor adalah zat yang penting dalam kehidupan, unsur kimia yang
memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa nonlogam, bervalensi
banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan fosfat. Di
alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organic (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah) (Pian,
2010). Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4 dan HPO4 sebagian besar
fosfor didalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam
senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk
anorganik sebagai ion-ion phosphat. Beberapa bagian tanaman sangat banyak
mengandung zat ini, yaitu bagian-bagain yang bersangkutan dengan pembiakan
generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari,
8
daun buah dan bakal biji. Jadi untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak
diperlukan unsur fosfor (Sugih, 2011)
Pupuk TSP mengandung 36 phosphor dalam bentuk P2O5.Pupuk ini terbuat
dari phosphate alam dan sulfat.Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.Sifatnya
agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan
sebagai pupuk dasar.Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan
tidak bersifat membakar. TSP merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan
fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36
adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan
dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun
kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,
lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986)
2.2.3 Pupuk Kalium (KCl)
Pupuk (KCl) mengandung 45 % K2O dan khor, bereaksi agak asam, dan
bersifat higrokopis.Khor berpengaruh negative pada tanaman yang tidak
membutuhkannya misalnya kentang, wortel, dan tembakau. Pupuk KCl memiliki
rumus kimia KCl, kadar K2O 52-55 %, reaksi fisiologis masam lemah, agak
higroskopis, hanya digunakan untuk tanaman yang tahan akan Clorida (Anonim,
2012).
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K)
yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk
menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl) merupakan salah satu jenis
pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation
monovalen yang esensial bagi tanaman.Peran utama kalium ialah sebagai
aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium
adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur
dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu.
Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk Kalium (KCl)
berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat batang tanaman,
serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan karbohidrat pada buah dan
ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan
tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan
9
fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan
kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium
daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas
fotosintesa terganggu ( Anonim,2012 ).
2.3 Hubungan Kesuburan Tanah dengan Tanaman
Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman
berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah.
Membuat tanah menjadi subur yang dipengaruhi oleh pemupukan. Sedangkan
pengertian kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia, dan biologis bagian tubuh
tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.
Unsur yang dibutuhkan tanaman yaitu unsur-unsur tertentu untuk
membentuk tubuhnya dan memenuhi semua kegiatan hidupnya, unsur-unsur
tersebut dihisap oleh tanaman dan mempunyai guna tertentu. Hasil analisis para
ahli membuktikan bahwa pada umumnya tanaman membutuhkan unsur-unsur C,
H, O, N, P, K, Ca, S, Fe, Mn, Mg, Cu, Zn, dan B. bila salah satu unsur tersebut
tidak ada maka tanaman tidak sempurna tmbuhnya atau sama sekali tidak dapat
tumbuh, sehingga unsur-unsur tersebut diatas disebut unsur esensial.
Kandungan unsur hara yang diutamakan adalah kandungan N, fosfat, dan
kalium. Adanya kandungan NPK dalam tanah dalam jumlah tinggi dan seimbang
tanpa diberikan pupuk tambahan menunjukkan bahwa tanah di tempat tersebut
kandungan unsur haranya tinggi. Kapasitas tanah untuk menyerap unsur hara
ditentukan oleh kemasaman tanah, fraksi liat, dan kandungan bahan organik
(Sosrosoedirjo, 2006).
Keadaan lingkungan hayati juga mempengaruhi efisiensi pemupukan.
Namun megubah iklim mikro. Gulma menimbulkan persiangan memperoleh
persaingan memperoleh hara lengas tanah dan sinar matahari. Semua faktor
10
fisiologi, lingkungan atmosfir dan hayati sangat penting dalam menentukan
efisiensi pemupukan. Faktor-faktor efiseinsi pemupukan yang dapat ditangani
dengan pengelolaan kesuburan tanah. Faktor itu mencakupi (Tejoyuwono, etc,
2006):
1. Imbangan ketersediaan hara asli tanah
2. Antagonisme atau kebalikannya, sinergisme ion dalam jaringan
3. Penematan (fixation) atau imobilisasi (penyematan biologi) ion hara dalam
tanah
4. Ekonomi hara dalam hubungan dengan pH dan Eh tanah
5. Kekahatan lengas tanah
6. Perkolasi dan aliran permukaan (runoff) yang melindi hara
7. Tekstur, struktur dan konsistensi tanah
2.4 Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah – tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan
horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa
sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi
ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih
banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,1993)
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya
air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut
dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit
akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir
geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi
lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk
dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol
dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup
sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Pada praktikum kesuburan tanah dan pemupukan ini dilaksanakan mulai
hari kamis pada tanggal 3 Oktober sampai dengan hari kamis tanggal 12
Desember 2014 pada pukul 08.00 – 09.40 wib. Praktikum kesuburan tanah dan
pemupukan ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Riau, Pekanbaru, Jalan Bina Widya, Kecamatan Tampan.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Pengambilan Sampel Tanah dan Pengukuran pH Tanah
3.2.1.1 Alat
Alat yang digunakan untuk mengambil sampel tanah adalah cangkul,
borbelgi, sedangkan alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran pH tanah
yaitu timbangan analitik, shaker, pH meter, lumpang, tabung film dan gelas ukur.
3.2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk mengambil sampel tanah adalah plastik dan
tanah, sedangkan bahan yang digunakan untuk melakukan pengukuran pH tanah
yaitu H2O, Kcl, dan air suling.
3.2.2
Persiapan Media dan Penanaman
3.2.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk persiapan media adalah cangkul, karung, alat
untuk mengayak, ember, karung, alas dan timbangan, sedangkan alat yang
digunakan untuk melakukan penanaman yaitu kayu/ajir dan timbangan analitik.
3.2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk persiapan media adalah tanah, air dan
polibag sedangkan bahan yang digunakan untuk melakukan penanaman yaitu
benih jagung, tanah, pupuk N, P dan K, air, kertas label, dan plastik.
12
3.2.3 Pembongkaran Tanaman, Pengukuran Volume Akar, dan Berat
Kering tanaman
3.2.3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk pembongkaran tanaman adalah cangkul, ember
dan gunting, alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran volume akar yaitu
gelas ukur dan wadah penampung, sedangkan alat yang digunakan untuk
pengukuran berat kering tanaman adalah oven, gunting dan timbangan analitik.
3.2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pembongkaran tanaman adalah air, bahan
yang digunakan untuk melakukan pengukuran volume akar yaitu akar tanaman
jagung dan air, sedangkan bahan yang digunakan untuk pengukuran berat kering
tanaman adalah tanaman jagung (akar dan batang), amplop dan kertas label.
3.2.4 Analisis N Total
3.2.4.1 Alat
Alat yang digunakan untuk menganalisis N total adalah labu kjedahl, alat
destruksi, pipit tetes, labu ukur, labu didih, alat destilasi, erlemeyer, alat titrasi,
serbet, masker dan sarung tangan.
3.2.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk menganalisis N total adalah tanaman jagung,
H2SO4, H2O2, aquades, NaOH, indikator conway, H2SO4 0,05 N, dan tisu.
3.2.5 Analisis P Total
3.2.5.1 Alat
Alat yang digunakan untuk menganalisis P total adalah labu ukur, pipet
tetes, test tube, spektrofotometer, alat vortex, serbet, masker dan sarung tangan.
3.2.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk menganalisis P total adalah tanaman jagung,
H2SO4, H2O2, aquades, indikator P, dan tisu.
3.3 Metode Praktikum
13
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Rancangan
Acak Lengkap dengan 10 perlakuan dan diulang sebanyak 5 ulangan, sehingga
didapatkan jumlah satuan unit percobaan sebanyak 50 unit percobaan. Percobaan
yang dilakukan dalam praktikum ini adalah menanam tanaman jagung di dalam
polibag yang dijadikan sebagai sampel pengamatan. Jumlah perlakuan untuk
masing-masing unit percobaan terdiri dari 10, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
P0 dengan dosis pupuk N 0 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P1 dengan dosis pupuk N 25 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P2 dengan dosis pupuk N 50 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P3 dengan dosis pupuk N 75 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P4 dengan dosis pupuk N 100 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P5 dengan dosis pupuk N 125 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P6 dengan dosis pupuk N 150 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P7 dengan dosis pupuk N 175 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P8 dengan dosis pupuk N 200 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
P9 dengan dosis pupuk N 225 kg/ha, pupuk P 200 kg/ha, pupuk K 200 kg/ha
Percobaan dilaksanakan pada jenis tanah inceptisol. Sample tanah diambil
pada lapisan olah (0 – 20 cm) dengan menggunakan cangkul kemudian
dikeringkan. Tanah yang telah kering anginkan disaring dengan ayakan 2 mm,
agar lebih halus. Sebelum diberi perlakuan, sample tanah diambil untuk analisa
tanah awal.
Pengamatan pH tanah, dilakukan sebelum tanaman ditanam pada media
tanam. Pengambilan sampel tanah dilakukan untuk menganalisis pH H 2O dan pH
KCl, sedangkan pengambilan sample tanaman jagung dilakukan untuk
menganalisis kandungan N dan P total tanaman.
3.4
3.4.1
Pelaksanaan Praktikum
Pengambilan Sampel Tanah
Tanah diambil dari daerah yang tanahnya tidak terganggu
Tanaman yang ada diatas tanah dibersihkan untuk memudahkan
pengambilan sampel tanah
Kemudian tanah diambil dengan menggunakan borbelgi untuk dipakai
dalam analisis pH tanah
Lalu tanah diambil secukupnya dan dimasukkan kedalam karung untuk
dijadikan sebagai media tanam
3.4.2 Persiapan Tempat Praktikum
Tempat praktikum disiapkan terlebih dahulu
14
Kemudian
3.4.3
tanaman
pengganggu/gulma
dibersihkan
pada
tempat
praktikum
Gulma dibuang dari tempat praktikum
Persiapan Medium
Tanah yang sudah diambil dari lapangan dikering anginkan terlebih dahulu
Setelah kering diayak dengan ayakan tanah
Tanah ditampung dibawah alat pengayak tanah tersebut
Tanah yang diambi dilapangan dilakukan pengayakan seluruhnya
Tanah ditimbang sebanyak 10 kg dan dimasukkan kedalam polibag
Polibag yang telah berisi tanah disusun pada tempat praktikum
perkelompoknya
3.4.4 Penanaman
Media telah disiapkan dan telah disusun pada tempat praktikum
3.4.5
perkelompok
Benih tanaman jagung disiapkan (2 benih/polibag)
Benih jagung ditanam pada polibag yang telah disiapkan
Kemudian diberi ajir sebagai penanda
Lakukan perawatan terhadap tanaman jagung
Pemberian Perlakuan
Benih jagung yang telah ditanam pada polibag diberi perlakuan
pemupukan
Pupuk N diberikan sebanyak 1 gram/polibag
Pupuk K diberikan sebanyak 1 gram/polibag
Pupuk P diberikan berbeda dosis pada tiap kelompok (kel 1 = tanpa pupuk
P, kel 2 = 25 kg/ha, kel 3 = 50 kg/ha, kel 4 = 75 kg/ha, kel 5 = 100 kg/ha,
kel 6 = 125 kg/ha, kel 7 = 150 kg/ha, kel 8 = 175 kg/ha, kel 9 = 200 kg/ha,
kel 10 = 225 kg/ha)
Pupuk diberikan 2x yaitu 1 minggu setelah tanam dan 3 minggu setelah
tanam
3.4.6 Pemeliharaan
Tanaman jagung yang telah ditanam dan diberikan perlakukan diberikan
perawatan
Tanaman jagung dibersihkan dari gulma yang ada didalam polibag
maupun yang diluar polibag
Tanaman jagung dibumbun agar tidak rebah
Tanaman jagung juga disiram setiap hari untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman jagung tersebut
3.5 Parameter Pengamatan
3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)
15
Pada pengamatan tinggi tanaman disiapkan dahulu penggaris untuk
mengukurnya kemudian tanaman jagung diukur dari batang jagung terbawah
hingga daun tanaman jagung yang paling tertinggi dan didapatlah tinggi tanaman
jagung
tersebut.
Pengamatan
tinggi
tanaman
jagung
dilakukan
setiap
minggunya/seminggu sekali pada saat pelaksanaan praktikum.
3.5.2
Jumlah Daun (Helai)
Pada pengamatan jumlah daun tanaman jagung dilakukan penghitungan
jumlah daun yang telah tumbuh sempurna dengan cara manual saja. Pengamatan
jumlah daun tanaman jagung dilakukan setiap minggunya/seminggu sekali pada
saat pelaksanaan praktikum.
3.5.3
Diameter Batang (cm)
Pada pengamatan diameter batang disiapkan dahulu penggaris untuk
mengukurnya kemudian tanaman jagung diukur keliling batang lalu setelah
didapatkan keliling batang tanaman jagung hasil yang didapatkan dicari dengan
rumus sebagai berikut :
K=2. π .r
2
Setelah dicari dengan menggunakan rumus maka didapat diameter batang
tanaman jagung. Pengamatan jumlah daun tanaman jagung dilakukan setiap
minggunya/seminggu sekali pada saat pelaksanaan praktikum.
3.5.4
Panjang Akar (cm)
Pada pengamatan panjang akar tanaman jagung, tanaman jagung yang
telah ditanam dengan beberapa perlakuan dan diberikan perawatan, setelah umur
tanaman jagung dirasa cukup maka tanaman jagung dibongkar dari polibag.
Kemudian akar tanaman jagung dibersihkan dari tanah yang ada pada akar dengan
cara dicuci dengan air. Lalu diukur panjang akar tanaman jagung dengan
penggaris dimulai dari batas antara batang dan akar tanaman hingga ujung akar
tanaman jagung yang tumbuh.
3.5.5
Volume Akar (ml)
16
Pada pengamatan volume akar tanaman jagung, air ditampung pada gelas
ukur dan diisi dengan air sampai penuh kemudian akar tanaman jagung yang telah
dibersihkan dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diberi air, dibawah gelas
ukur ada alat penampung untuk menampung air yang tumpah dari gelas ukur, lalu
air yang tumpah di ukur berapa banyaknya, didapatlah volume akar dari tanaman
jagung tersebut.
3.5.6
Rasio Tajuk Akar
Pada pengamatan rasio tajuk akar tanaman jagung, jagung dikeringkan
dulu batang dan akarnya, kemudiam di potong akar dan batangnya lalu dicari
dengan menggunakan rumus :
Rasio Tajuk Akar ( RTA )=
berat kering tajuk
berat kering akar
Maka dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas didapatkan
rasio tajuk akarnya.
3.5.7
Berat Kering Bibit (gram)
Pada pengamatan berat kering bibit tanaman jagung didapat dari hasil
penjumlahan berat kering akar ditambah dengan berat kering tajuk, maka
didapatlah berat kering bibit tanaman jagung yang ditanam.
3.5.8
N Total Tanaman (%)
Pada pengamatan N total tanaman jagung, berat basah dan berat kering
tanaman ditentukan terlebih dahulu, lalu dihitung volume sampel dari tanaman
yang akan dianalisis N total tanamannya, setelah itu dicari dengan beberapa
perhitungan untuk mendapatkan N total tanaman yaitu dengan rumus sebagai
berikut :
Kadar Air Sampel=
berat basah−berat kering
x 100
berat kering
17
fk=
100
100−KA ()
N =( Volume sampel−volume blanko ) x N H 2 SO 4 x 28 x fk
Dari perhitungan yang dilakukan diatas maka didapatlah nilai dari analisis
N total tanaman jagung yang ditanam.
3.5.9
P Total Tanaman (%)
Pada pengamatan P total tanaman jagung, ditentukan dahulu ppm kurva
dari tanaman jagung yang ditanam dengan cara dianalisis dengan menggunakan
alat spektrofotometer dan dihitung nilai fk tanaman jagung tersebut. Setelah
didapatkan ppm kurva dan fk tanaman jagung tersebut maka dihitung nilai P total
tanaman dengan rumus sebagai berikut :
P=ppm kurva x 0,1 x
31
x fk
95
Dari perhitungan yang dilakukan diatas maka didapatlah nilai P total
tanaman jagung yang ditanam.
3.5.10 Serapan Hara N dan P Tanaman
Pada pengamatan serapan hara n dan p tanaman jagung dapat dilihat dan
ditentukan sesuai dengan nilai N total dan P total tanaman jagung yang
didapatkan.
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5.1
Tinggi Tanaman (cm)
Tabel 4.1 Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
N1P1
Tinggi Tanaman (cm)
52,808
a
N1P1K1
58.806
a
N1P1K2
37.194
b
N1P1K3
38.567
b
N1P1K4
38.371
b
N1P1K5
39.589
b
N1P1K6
42.921
b
N1P1K7
41.528
b
K0
19
4.5.2
N1P1K8
37.142
b
N1P1K9
40.042
b
Jumlah Daun (helai)
Tabel 4.2 Pengamatan Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
N1P1
Jumlah Daun (helai)
5.0000
b
N1P1K1
5.0000
b
N1P1K2
4.1667
cd
N1P1K3
4.0000
cd
N1P1K4
4.5000
bc
N1P1K5
6.0000
a
N1P1K6
3.8333
d
N1P1K7
4.5000
bc
N1P1K8
4.3333
cd
N1P1K9
4.5000
bc
K0
4.5.3
Diameter Batang (cm)
Tabel 4.3 Pengamatan Diameter Batang (cm)
Perlakuan
N1P1
Diameter Batang (cm)
0.66333
cd
N1P1K1
0.72861
bc
N1P1K2
0.51583
d
N1P1K3
0.66125
cd
N1P1K4
0.90183
a
N1P1K5
0.31667
e
N1P1K6
0.68417
cd
K0
20
4.5.4
N1P1K7
0.65917
cd
N1P1K8
0.52500
d
N1P1K9
0.87292
ab
Panjang Akar (cm)
Tabel 4.4 Pengamatan Panjang Akar (cm)
Perlakuan
N1P1
Panjang Akar (cm)
52,00
K0
4.5.5
N1P1K1
46,00
N1P1K2
16,73
N1P1K3
57,50
N1P1K4
61,00
N1P1K5
65,00
N1P1K6
53,00
N1P1K7
90,00
N1P1K8
56,00
N1P1K9
62,00
Volume Akar (ml)
Tabel 4.5 Pengamatan Volume Akar (ml)
Perlakuan
N1P1
Volume Akar (ml)
25,0
K0
N1P1K1
5,3
N1P1K2
14,5
N1P1K3
0,2
N1P1K4
25,0
N1P1K5
50,0
21
4.5.6
N1P1K6
20,0
N1P1K7
30,0
N1P1K8
25,0
N1P1K9
20,0
Rasio Tajuk Akar
Tabel 4.6 Pengamatan Rasio Tajuk Akar Tanaman Jagung
4.5.7
Perlakuan
N1P1
Rasio Tajuk Akar
4,447
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
1,082
4,711
4,484
4,447
3,034
2,592
2,834
2,743
2,966
Berat Kering Bibit (g)
Tabel 4.7 Pengamatan Berat Kering Bibit (g)
4.5.8
Perlakuan
N1P1
Berat Kering Bibit (g)
13,02
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
3,54
10,28
8,61
13,02
18,88
11,53
12,96
7,71
13,88
N Total Tanaman (%)
Tabel 4.8 Pengamatan N Total Tanaman (%)
Perlakuan
N1P1
N Total Tanaman %
2,50
22
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
4.5.9
1,45
2,49
0,17
1,48
2.07
2,00
1,92
0,83
1,53
P Total Tanaman (%)
Tabel 4.9 Pengamatan P Total Tanaman (%)
Perlakuan
N1P1
P Total Tanaman (%)
0,077
K0
N1P1K1
N1P1K2
N1P1K3
N1P1K4
N1P1K5
N1P1K6
N1P1K7
N1P1K8
N1P1K9
0,706
1,264
0,674
0,541
1,264
0,855
1,017
0,839
0,582
4.5.10 Serapan Hara N dan P Tanaman
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1
Tinggi Tanaman
Dari hasil pengamatan yang terlihat pada data analisis menunjukan bahwa
pemberian pupuk K pada taraf a dengan dosis 0 dan 25 kg/ha tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman terhadap pemberian pupuk pada taraf ke dengan
dosis 50 – 225 kg/ha. Hal ini terjadi karena perbedaan media tanam karena media
tanam yang di gunakan masing-masing berbeda. Namun secara keseluruhan
23
eksperimen menunjukan bahwa dosis pupuk K pada tanaman jagung tidak
berpengaruh nyata terhadap pertubuhan tanaman jagung, hal ini terlihat dari hasil
analis yaitu antara N1P1k0=N1P1k1 dan dari N1P1K2 - N1P1K9 yang sama. Hal
ini terjadi di karenakan tanaman jagung kekurangan.
4.2.2
Jumlah Daun
Dari hasil analisi SAS pada pengamatan jumlah daun tanaman jagung
menunjukan bahwa perlakuan dari taraf 0,5 pada taraf a ke b berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun tanaman jagung. Unsure K berperan membantu
mempercepat metabolisme tanaman dan pembentukan daun baru yang artinya
unsure ini penting dalam mempercepat pertumbuhan daun baru. Maka dari itu
pada hasil pengamatan terlihat jumlah daun tertinggi ada pada perlakuan N1P1K5
yaitu 125 kg/ha. Hal ini sesuai dengan dosis pupuk K yang dianjurkan untuk
tanaman jagung.
4.2.3
Diameter Batang
Pada tabel analisis menggunakan SAS menunjukan bahwa pada diameter
batang, semua perlakuan dosis pupuk K yang diberikan berbeda nyata. Hal ini
terlihat dari taraf nilai bervariasi mulai dari a – e. Perlakuan pada taraf a selaku
yang tertinggi ada pada N1P1K4 dengan dosis 100 kg/ha sedangkan yang paling
rendah yaitu taraf e ada pada N1P1K5 dengan dosis 125 kg/ha. Berarti pemberian
pupuk yang optimal untuk mengkokohkan batang adalah K dengan dosis 125
kg/ha.
4.2.4
Panjang Akar
Pada tabel pengamatan dapat di lihat bahwa pada perlakuan 2 ukuran akar
paling pendek di bandingkan perlakuan dosis pupuk manapun. Sedangkan yang
terpanjang ada pada perlakuan 8. Hal ini menunjukan bahwa eksperimen tidak
berjalan baik karena seharusnya volume akar akan semakin besar jika di tambah
dosis pupuk K karena pupuk K berperan untuk membantu pertumbuhan akar.
24
4.2.5
Volume Akar (ml)
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat di lihat bahwa N1P1K3 volume
akarnya yang terkecil dibandingkan yang lain. Di karenakan fungsi unsur hara K
adalah membantu perkembangan akar-akar halus, sehingga dengan demikian
maka tanaman dengan dosis pupuk K yang lebih tinggi akan menyerap hara lebih
baik untuk mendukung petumbuhan tanaman.
4.2.6
Ratio Tajuk Akar
Dari hasil pengamatan pemberian beberapa dosis pupuk K memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar. berat ideal perakaran tanaman
jagung adalah 12-15%. Pada praktikum ini, hasil yang didapat tidak sesuai bila di
tinjau dari keterangan para ahli, karena seharusnya rasio tajuk akar perlakuan
pupuk K dengan dosis yang lebih tinggi akan menghasilkan rasio tajuk akar yang
lebih tinggi pula, bukan malah perlakuan kontrol yang menghasilkan rasio tajuk
akar yang Paling besar. Ketidak sesuaian ini di karenakan medium tidak homogen,
sehingga serapan hara oleh akar berbeda.
4.2.7
Berat Kering Bibit (g)
Berdasarkan hasil biomassa kering tanaman jagung, maka pemberian
pupuk NPK tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan bobot kering tanaman
jagung jika dibandingkan dengan petak kontrol. Berat kering jagung manis
tertinggi diperoleh pada perlakuan 100 kg/ha, berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol. Hasil ini menunjukan bahwa dosis pupuk 100 kg/ha merupakan dosis
optimal untuk menghasilkan berat kering yang tinggi karena penyerapan hara oleh
tanaman optimal.
4.2.8
N Total Tanaman
Dari hasil perhitungan n total tanaman, dapat di lihat bahwa jumlah n total
yang tertinggi adalah pada dosis kontrol dengan jumlah N total 2.50. sedangkan
jumlah N total terrendah adalah dengan dosis 50 kg/ha gram dengan jumlah 0.17.
sehingga fungsi unsur K adalah untuk pembentukan akar dan inti tanaman, bukan
untuk daun pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
4.2.9 P Total Tanaman (%)
25
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa eksperimen tidak berpengaruh
nyata karena pemberian dosis P yang sama pada setiap tanaman. Jumlah P total ini
dilakukan hanya untuk melihat penyerapan unsur P secara optimal karena unsur P
merupakan kation yang sangat cepat terjerap terutama pada kondisi masam.
Perbedaan media dan tidak dilakukanya pengapuran menyebabkan pupuk P yang
di serap tanaman juga tidak optimal.
V. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan yang telah
dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada praktikum yang dilakukan,
Tanaman jagung yang di budidayakan dengan perlakuan K menunjukan hasil yang
kurang baik selama pertumbuhan tanaman jagung 4 minggu setelah tanam.
26
Tanaman jagung yang diberi perlakuan kontrol menunjukkan hasil yang baik dari
semua perlakuan yang diberikan, hal ini dibuktikan dengan adanya tinggi tanaman
yang paling tinggi, volume air, berat basah dan berat kering yang nilainya lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan beberapa perlakuan lainnya. Tanaman jagung
yang berumur 4 MST daunya sudah melebar, akar nodulnya sudah mulai
berkembang, bunga dan tongkol jagungnya sudah mulai tumbuh serta kebutuhan
akan hara nya lebih bertambah.
5.2. SARAN
Pada kegiatan budidaya tanaman jagung yang ditanam sebaiknya
dilakukan pemberian perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan hara pada tanaman
jagung tersebut sehingga pertumbuhan tanaman jagung dapat tumbuh dengan
baik, kebutuhan hara tercukupi, dan pertumbuhannya dapat sesuai dengan kriteria
tanaman jagung yang normal pada umur 4 minggu. Pemberian perlakuan yang
paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung berumur 4 minggu adalah
dengan pemberian perlakuan N1P1K5 yaitu dengan dosis permberian pupuk K
yang sesuai dengan kebutuhan hara tanaman jagung. Selain itu tanaman jagung
berumur 4 minggu normal sudah menunjukan kebutuhan hara yang semakin
bertambah untuk menunjang pertumbuhannya sehingga sebaiknya diberikan
pupuk N, P, dan K lebih banyak sehingga pertumbuhan tanaman jagung akan
semakin optimal.
27