pemucatan karakterisasi minyak dan pengu

Pemucatan, Karakterisasi Minyak/ Lemak
dan Pengujian Stabilitas Minyak
Oleh :
Kelompok 4
Ahda Nurlaily
Wenny Ayunisa
Rina Ngumriana
Mulia Wita
Jalal Romansyah
Febriani Purba

F34100079
F34100093
F34100094
F34100096
F34100113
F34100118

Kualitas
minyak???





Produk minyak/ lemak , khususnya minyak
goreng merupakan salah satu kebutuhan hidup
sehari-hari.
Mutu minyak goreng, baik bentuk curah maupun
kemasan,
mudah
mengalami
kerusakan
terutama pada pemakaian yang berulang-ulang.




.

Mengetahui
perubahan

karakteristik
minyak
sebelum dan sesudah digunakan.
Mengetahui proses pemucatan minyak bekas pakai
dan karakteristiknya.
Melihat beberapa kestabilan jenis minyak setelah
digunakan

Peralatan
•Gelas piala
•Gelas ukur
•Pipet volumetrik
•Buret
•Erlenmeyer
•Corong
•Tabung reaksi
•Timbangan analitik
•Hot stirrer
•Spektrofotometer.


Bahan
•Minyak segar dan minyak bekas pakai
•Arang aktif, khloroform, reagen wijs
atau hanus
•KI 15%, Na2S2O3 0,1 N, larutan pati
1%
•Asam asetat : khloroform (3:2), KI
jenuh
•Alkohol netral, alumunium foil,
indikator pp, KOH 0,1 N dan kertas
saring

Peralatan
•Gelas piala dan Gelas ukur
•Kompor dan Penggorengan
•Pipet volumetrik, Pipet tetes
•Pipet tetes
•Buret
•Erlenmeyer
•Corong

•Tabung reaksi
•Timbangan analitik
•Hot stirrer
•Spektrofotometer.

Bahan
•Minyak Goreng (minyak kelapa,
minyak sawit, dll)
•Kerupuk dan Tahu
•Khloroform, reagen wijs atau hanus
•KI 15%, Na2S2O3 0,1 N, larutan pati
1%
•Asam asetat : khloroform (3:2), KI
jenuh
•Alkohol netral, alumunium foil,
indikator pp, KOH 0,1 N dan kertas
saring

Gambar 1. Minyak sebelum pemucatan (Kanan)
dan setelah pemucatan (kiri)


Gambar 3. Minyak Jagung Basah

Gambar 2. Minyak Jagung baru (segar)

Gambar 4. Minyak Jagung Kering

 Bilangan peroksida, % FFA, Bilangan asam, dan bau sampel minyak curah segar telah
memenuhi standar mutu minyak goreng.
 Tingkat kejernihan sampel minyak curah sangat rendah, yaitu 20,5. Hal ini disebabkan proses
fraksinasi yang dilakukan hanya dilakukan satu kali sehingga masih terdapat zat-zat pengotor
pada minyak.
 Bilangan Iodium sampel sangat tinggi, yaitu 55,378 dan belum memenuhi standar mutu minyak
goreng (45-46).

 Bilangan peroksida, %FFA dan Bilangan asam minyak sebelum pemucatan telah memenuhi
standar mutu minyak goreng. Namun, bilangan iod dan bau tidak memenuhi standar mutu.
 Untuk tingkat kejernihan minyak (sebelum pemucatan) sangat rendah. Hal ini disebabkan
pemakain minyak secara berulang-ulang sehingga kejernihan minyak berkurang.
 Bilangan peroksida, %FFA , Bilangan asam dan bau pada minyak setelah pemucatan telah

memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Selain itu, tingkat kejernihan minyak juga meningkat
karena pada proses pemucatan zat-zat pengotor dalam minyak ikut terserap oleh adsorben.
 Sementara untuk bilangan iod pada minyak setelah pemucatan terjadi peningkatan dan tidak
memenuhi standar sehingga minyak masih belum layak untuk dikonsumsi.



Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada minyak jagung melalui parameter
bilangan iod, bilang peroksida, %FFA, kejernihan, dan bau diketahui bahwa bilangan
peroksida, kejernihan dan bau telah sesuai dengan SNI minyak jagung, sedangkan
bilangan iod dan %FFA masih belum sesuai dengan SNI minyak jagung. Berdasakan
keseluruhan parameter tersebut dapat disimpulkan bahwa minyak jagung yang
diujikan masih layak untuk dikonsumsi karena %FFA dan bilangan iod yang
didapatkan tidak terlalu berbeda jauh dengan SNI minyak jagung sehingga dapat
diduga bahwa minyak jagung belum banyak mengalami kerusakan.



Kadar air bahan yang digoreng mempengaruhi kualitas minyak bekas yang
dihasilkan. Semakin tinggi kadar air bahan yang digoreng maka minyak akan lebih

cepat mengalami kerusakan yang dtandai dengan peningkatan bilangan peroksida,
peningkatan bilangan asam, penurunan bilangan iod, minyak yang semakin keruh
dan timbulnya bau tengik.

 Untuk sampel minyak curah segar, masih terdapat parameter yang belum memenuhi
standar mutu minyak goreng, seperti bilangan iod dan %FFA, namun demikian
tingkat kerusakannya belum cukup signifikan dan masih layak untuk dikonsumsi.
 Untuk sampel minyak bekas, baik sebelum pemucatan maupun setelah pemucatan,
masih terdapat beberapa parameter yang tidak memenuhi standar mutu sehingga
masih belum dikatakan layak untuk dikonsumsi.
 Untuk pengujian stabilitas minyak pada minyak jagung segar, bilangan iod hasil
pengujian menunjukkan belum memenuhi standar mutu minyak jagung, sedangkan
untuk parameter yang lainnya telah memenuhi standar mutu.
 Kadar air bahan yang digoreng mempengaruhi kualitas minyak bekas yang
dihasilkan. Semakin tinggi kadar air bahan yang digoreng maka minyak akan lebih
cepat mengalami kerusakan yang dtandai dengan peningkatan bilangan peroksida,
peningkatan bilangan asam, penurunan bilangan iod, minyak yang semakin keruh
dan timbulnya bau tengik.