Resume Hukum Pembuktian dan Putusan

Hukum Pembuktian
 Definisi
Pembuktian adalah upaya yang dilakukan
para pihak beperkara untuk menguatkan dan
membuktikan dalil-dalil yang diajukan agar
dapat meyakinkan hakim yang memeriksa
perkara
 Macam-macam alat bukti Dalam Pasal 164
HIR disebutkan :
1. Surat, diatur dalam Pasal 165 – 169
2. Saksi, diatur dalam Pasal 169 – 172
3. Pengakuan, diatur dalam Ps 174 – 176
4. Sumpah, diatur dalam Pasal 177
5. Persangkaan, diatur dalam Pasal 173
 Alat bukti tertulis (surat)
dalam hukum pembuktian paling tidak dikenal
4 jenis surat, yaitu:
1. Akta Otentik (Pasal 165 HIR, 285 RBg,
dan Pasal 1868 BW)
Definisi : Akta yang dibuat oleh Pejabat
yang diberi wewenang untuk itu oleh

pemerintah menurut peraturan perundangundangan yang berlaku dan merupakan
alat bukti yang bersifat sempurna dan
mengikat.
 Syarat formal:
a. Bersifat partai, minimal dua pihak,
kecuali UU menentukan lain sperti
KTP, IMB, dll.
b. Dibuat dihadapan pejabat yang
berwenang untuk itu;
c. Memuat tanggal, hari, dan tahun
pembuatan;
d. Ditandatangani oleh pejabat yang
membuat

Syarat materiil:
a. Isinya berhubungan langsung dg apa
yg disengketakan;
b. Tidak bertentangan dengan hukum,
kesusilaan, agama dan ketertiban
umum;;

c. Sengaja dibuat untuk dibuat sebagai
alat bukti
2. Akta dibawah tangan (Pasal 289 s/d 305
RBg, pasal 1874 s/d 1880 BW, dan stb.
1867 No 29 utk Jawa dan madura )





3.





4.

Definisi : suatu surat yang ditandatangani
dan dibuat dengan maksud untuk

dijadikan bukti dari suatu perbuatan
hukum. mempunyai kekuatan bukti yang
sempurna seperti akta otentik, apabila isi
dan tandatangan dari akta tersebut diakui
oleh orang yang bersangkutan.
Syarat formal:
a. Bersifat
partai,
merupakan
kesepakatan kedua belah pihak.
b. Tidak dibuat dihadapan pejabat yang
berwenang untuk itu;
c. Harus bermatreai;
d. Ditandatangani oleh kedua belah
pihak;
Syarat materiil:
a. Isinya berhubungan langsung dg apa
yg disengketakan;
b. Tidak bertentangan dengan hukum,
kesusilaan, agama dan ketertiban

umum;;
c. Sengaja dibuat untuk dibuat sebagai
alat bukti
Surat Secara sepihak (Pasal 1875 KUH
Perdata dan pasal 291 RBg)
Definisi surat pengakuan yang berisi
pernyataan akan kewajiban sepihak dari
yang membuat surat.
Syarat formal:
a. Ditulis sendiri oleh yang membuat
atau yang menandatanganinya.
b. Diberi tanggal dan ditandatangani;
Syarat materiil:
a. Isinya berhubungan langsung dg apa
yg disengketakan;
b. Tidak bertentangan dengan hukum,
kesusilaan, agama dan ketertiban
umum;;
c. Sengaja dibuat untuk dibuat sebagai
alat bukti

Surat bukan akta (Pasal 294 ayat (2)
RBg, dan pasal 1881 ayat (2) KUH
Perdata)
Definisi Surat yang tidak sengaja dibuat
sebagai alat bukti. Bentuknya bisa berupa
surat biasa/koresponden, catatan harian,
tiket kereta api, rekening listrik dan resi
dan sebagainya.

 Bukti Saksi
1. Saksi diperiksa satu persatu
2. Tidak semua saksi itu di sumpah, ada
yang hanya mengucap janji saja.
3. Harus ditanyakan hubungannya dengan
Penggugat dan Tergugat, kalau ada
hubungan kerja supaya ditanyakan siapa
yang memberi gaji.
4. Tidak perlu keterangan dikonfrontir
dengan Penggugat/Tergugat, penilaiannya
terserah hakim.

5. Kalau sudah memberi keterangan,
dipersilahkan
duduk
dibelakang
Penggugat dan Tergugat, keluarnya samasama.
 Syarat Formil saksi
a. Berumur 15 tahun ke atas
b. Sehat akalnya
c. Tidak ada hubungan seadarah dan
semenda dari para pihak, kecuali
undang-undang menentukan lain
d. Tidak ada hubungan perkawinan
dengan salah satu pihak dengan
meskipun sudah bercerai
e. Tidak ada hubungan kerja dengan
salah satu pihak
f. Menghadap di persidangan
g. Mengangkat
sumpah
menurut

agamanya
h. Berjumlah sekurang-kurangnya dua
orang.
i. Dipanggil masuk ke ruang sidang satu
demi satu.
j. Memberikan keterangan secara lisan.
 Syarat Materil saksi
a. Menerangkan apa yang dilihat, ia
dengar dan ia alami sendiri (pasal 171
HIR / 308 R.Bg)
b. Diketahui sebab-sebab ia mengetahui
peristiwanya.
c. Bukan merupakan pendapat saksi
sendiri
d. Saling bersesuaian satu sama lain
(pasal 170 HIR)
e. Tidak bertentangan akal sehat.
 Bukti Pengakuan
1. Murni


2. Berklausula (pengakuan yang diikuti
pernyataan
membebaskan
dari
tuntutan yang dikemukakan dalam
gugatan) Seperti: benar jual beli tapi
sudah dibayar.
3. Berkualifikasi (Pengakuan yang
diikuti dengan syarat) Seperti: benar
jual beli tapi syarat pembayaran
setelah ada sertifikat
 Pengakuan bernilai Hukum hanya
didalam sidang (Pasal 174 HIR/311 R.Bg,
1925 BW)
 Pengakuan di luar sidang hanya sebagai
bukti permulaan (Psl 175 HIR/312
R.Bg/1927-1979 BW)
 Bukti Sumpah
1. Sumpah Decissoir (Psl 156 HIR/183
R.Bg dan Psl1930)

2. Sumpah Suppletoir (Psl 155 HIR/183
RB dan1940 BW)
3. Sumpah penaksir
 Bukti Persangkaan
Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh
undang-undang atau oleh hakim ditarik dari
suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah
suatu peristiwa yang tidak diketahui umum
(Ps. 1915 KUHPerdata, Ps. 173 HIR, Ps. 310
RBg).
1. Hakim (Perasangka Hakim)
2. Undang-Undang
 Hal-hal yang tidak perlu dibuktikan :
1. Notoire feiten (fakta/keadaan yang sudah
diketahui oleh umum).
2. Pengakuan.
3. Processueele (fakta-fakta yang ditemukan
hakim di muka sidang)
4. Putusan verstek.
5. Pernyataan yang bersifat negatif.

Produk hakim dari hasil pemeriksaan
perkara di persidangan
 Putusan adalah pernyataan hakim yang
dituangkan dalam bentuk tertulis dan
diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka
untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan
perkara gugatan (kontentius).

 Penetapan adalah pernyataan hakim yang
dituangkan dalam bentuk tertulis dan
diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka
untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan
perkara permohonan (voluntair).
 akta perdamaian adalah akta yang dibuat
oleh hakim yang berisi hasil musyawarah
antara para pihak dalam sengketa untuk
mengakhiri sengketa dan berlaku sebagai
putusan.
Putusan
 Dari segi fungsinya:

1. Putusan Akhir
putusan yang mengakhiri pemeriksaan di
persidangan, baik telah melalui semua
tahapan pemeriksaan maupun yang
tidak/belum menempuh semua tahapan
pemeriksaan.
2. Putusan Sela
putusan yang dijatuhkan masih dalam
proses pemeriksaan perkara dengan tujuan
untuk memperlancar jalannya pemeriksaan.
- putusan
sela
tidak
mengakhiri
pemeriksaan, tetapi akan berpengaruh
terhadap arah dan jalannya pemeriksaan.
- putusan sela dibuat seperti putusan biasa
dan ditulis dalam berita acara
persidangan saja.
- Putusan sela diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
- Putusan sela tunduk pada putusan akhir
dan dipertimbangkan dalam putusan
akhir.
- Hakim tidak terikat pada putusan sela,
hakim dapat merubahnya sesuai dengan
keyakinannya.
- Putusan sela tidak dapat dimintakan
banding kecuali bersama-sama dengan
putusan akhir.
 dari segi kehadiran para pihak pada saat
putusan dijatuhkan, putusan dibagi:
1. Putusan gugur
putusan
yang
menyatakan
bahwa
gugatan/permohonan
gugur
karena
penggugat/ pemohon tidak pernah hadir,
meskipun telah dipanggil dengan sah.

Keterangan :
- putusan gugur dijatuhkan pada sidang
pertama atau sesudahnya sebelum tahapan
pembacaan gugatan/permohonan
- tahapan putusan ini dapat dimintakan
banding atau diajukan perkara baru lagi
2. Putusan kontradiktoir
putusan akhir yang pada saat dijatuhkan/
diucapkan dalam sidang tidak dihadiri salah
satu atau para pihak, namun pernah hadir
dalam sidang;
3. Putusan Verstek
putusan
yang
dijatuhkan
karena
tergugat/termohon tidak pernah hadir
meskipun telah dipanggil secara sah,
sedang penggugat hadir dan mohon putusan
keterangan :
- Putusan verstek dapat dijatuhkan dalam
sidang pertama atau sesudahnya, sesudah
tahapan pembacaan gugatan, sepanjang
tergugat/para tergugat semuanya tidak
hadir dalam sidang meskipun telah
dipanggil dengan sah;
Verzet (perlawanan atas putusan verstek)
Apabila tergugat mengajukan verzet, maka
putusan verstek menjadi mentah dan
pemeriksaan
dilanjutkan
pada
tahap
selanjutnya. Perlawanan (verzet berkedudukan
sebagai jawaban tergugat),.
Apabila perlawanan ini diterima dan
dibenarkan oleh hakim berdasarkan hasil
pemeriksaan/pembuktian dalam sidang, maka
hakim akan membatalkan putusan verstek dan
menolak gugatan penggugatTetapi bila
perlawanan itu tidak diterima oleh hakim,
maka dalam putusan akhir akan menguatkan
verstek
 dari segi isinya terhadap gugatan/ perkara :
1. Putusan tidak menerima (NO)
putusan yang menyatakan bahwa hakim
tidak dapat menerima gugatan penggugat/
permohonan Pemohon karena gugatan/
permohonan tidak memenuhi syarat hukum
baik secara formil maupun materiil

2. Putusan menolak gugatan penggugat
putusan akhir yang dijatuhkan setelah
menempuh semua tahap pemeriksaan
dimana ternyata dalil-dalil gugat tidak
terbukti
3. Putusan yang mengabulkan gugatan
penggugat untuk sebagian dan menolak/
tidak menerima selebihnya.
putusan yang dijatuhkan jika dalil gugat
ada yang terbukti dan ada pula yang tidak
terbukti atau tidak memenuhi syarat
4. Putusan yang mengabulkan gugatan
seluruhnya
putusan yang dijatuhkan apabila syaratsyarat gugat telah terpenuhi dan seluruh
dalil-dalil tergugat yang mendukung
petitum ternyata terbukti
 dari segi sifatnya :
1. Putusan Diklatoir
putusan yang hanya menyatakan suatu
keadaan tertentu sebagai keadaan yang
resmi menurut hukum. putusan diklatoir
tidak merubah atau menciptakan suatu
hukum baru, melainkan hanya memberikan
kepastian hukum semata terhadap keadaan
yang telah ada
2. Putusan Konstitutif
putusan yang menciptakan atau
menimbulkan keadaan hukum baru,
berbeda
dengan
keadaan
hukum
sebelumnya.Putusan konstitutif biasanya
berbunyi menetapkan atau memakai
kalimat lain bersifat aktif dan bertalian
langsug dengan pokok perkara, misalnya
memutuskan perkawinan, dan sebagainya
3. Putusan Kondemnatoir
putusan yang bersifat menghukum
kepada salah satu pihak untuk melakukan
sesuatu, atau menyerahkan sesuatu kepada
pihak lawan, untuk memenuhi prestasi.
Putusan kondemnatoir terdapat pada
perkara kontentius. Putusan kondemnatoir
selaku berbunyi “menghukum” dan
memerlukan eksekusi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

teori yang dapat dipergunakan Hakim
dalam menjatuhkan putusan dalam suatu
perkara:
Teori keseimbangan
Seimbang antara syarat-syarat yang ditentukan
dengan pihak-pihak yang berperkara.
Teori pendekatan seni dan intuisi
Hakim harus melihat keadaan pihak yang
berperkara lebih banyak dengan insting atau
intuisi daripada pengetahuan Hakim.
Teori pendekatan keilmuan
Hakim tidak boleh insting saja, tapi pakai ilmu
pengetahuan yang cukup.
Teori Pendekatan Pengalaman
Hakim mempergunakan daya empirisnya
dalam menilai satu perkara.
Teori Rasio Decidendi
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat
yang mendasar, mempertimbangkan segala
aspek yang berkaitan dengan pokok perkara,
lalu mencari landasan peraturan perundangundangan yang relevan.
Teori Kebijaksanaan
Diperkenalkan oleh Made Sadhi Astuti (teori
ini lebih banyak di pergunakan dalam
mengadili anak-anak, dengan mementingkan
aspek keluarga, masyarakat dan lain-lain).