laporan praktikum kimia analitik ekstrak

PEMISAHAN DENGAN CARA EKSTRAKSI PELARUT
I.Tujuan
a. Melakukan pemisahan ion dari dalam larutan air dan KI dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut kloroform.
b. Menentukan konstanta distribusi iod pada sistem air dan kloroform.
c. Memisahkan asam lemak yang terdapat dalam sabun dan menentukan
kuantitasnya dengan cara titrasi asam basa.
II.Landasan Teori
Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer
suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling
bercampur. Menurut Nerst, zat terlarut akan terdistribusi pada kedua solven
sehingga perbandingan konsentrasi pada kedua solven tersebut tetap untuk
tekanan dan suhu yang tetap.
Ekstraksi pelarut terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan

cara

destilasi

tidak


mungkin

dilakukan

(misalnya

karena

pembentukan aseotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak
ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap, yaltu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
(Shevla, 1985)
Metode pemisahan pada ekstraksi diantaranya :
1. Ekstraksi bertahap adalah cara yang paling sederhana,mencampurkan
pelarut pengekstraksinya yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan.
2.


Ekstraksi kontiyu adalah perbandingan distribusi relatif kecilsehingga
untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapatahap distribusi.

3.

Ekstraksi Counter current adalah fase cair pengekstraksi dialirkan
dengan arah yang berlawanan dengan larutan yangmengandung zat

1

yang akan diekstraksikan. Biasanya digunakan untuk pemisahan
zat, pemurnian ataupun isolasi
Mekanisme ekstraksi dengan proses distribusi dari zat yang
terekstraksi ke fase organik, tergantung pada bermacam faktor,antara lain:
kebasaan ligan, faktor stereokimia dan adanya garam pada sistem ekstraksi.
Kelarutan kompleks logam selain ditetapkan oleh perbandingan koefisien
distribusinya juga ditentukan oleh perubahan aktivitas zat terlarut pada
masing-masing fase.
Pengaruh adanya pelarut lain yang tercampur pada pelarut pertama
dapat menambah kelarutannya bila pelarut keduatersebut bereaksi dengan zat

terlarut. Jenis ikatan mempengaruhi kelarutan kompleks pada fase organik.
Kelarutan elektrolit pada medium yang sangat polar akan bertambah dengan
gaya elektrostatik. Kelarutan zat pada air atau alkohol lebih ditentukan oleh
kemampuan zat tersebut membentuk ikatan

hidrogen. Kelarutan zat-zat

aromatik pada fase organik sebanding dengan kerapatan elektron pada inti
aromatik dari senyawa-senyawa tersebut. Garam-garam logam tidak dapat
larut sebab bersifat sebagai elektrolit kuat. Sifat kelarutan khelat atau asosiasi
ion sangat penting pada mekanisme ekstraksi.
(Khopkar, 2008)
Partikel-partikel zat terlarut antara dua cairan yang tidak campur
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis.
Seringkali pemisahan secara ekstraksi dapat dilakukan dalam beberapa menit,
teknik itu dapat diterapkan untuk suatu batas-batas konsentrasi yang luas, dan
telah dipakai secara ekstensif untuk isolasi isotop-isotop bebas pembawa
dalam jumlah yang sangat sedikit yang diperoleh baik dari transmutasi
nuklir


maupun

dari

material-material

dalam jumlah ton. Pemisahan ekstrasi

industri

yang

dihasilkan

pelarut biasanya “bersih” dalam arti

tidak ada analogi kopresipitasi dengan sistem sejenis itu.
Pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut, semua bahan yang
diinginkan akan larut dalam satu pelarut dan semua bahan yang tidak diinginkan
akan larut dalam pelarut yang lain. Pemindahan semua atau tidak satu pun


2

dari

satu

pelarut

kepelarut

yang

lain

yang

demikian

itu jarang,


dan besar kemungkinannya untuk didapatkan campuran bahanyang hanya
berbeda sedikit dalam kecenderungannya untuk berpindah dari pelarut yang
satu ke yang lain.Jadi satu kali pemindahan tidak akan berakibatkan
pemisahan yang benar-benar murni.
(Underwood, 1986)
Fakta pembagian solut antara dua solvent yang tak saling campur
telah memberikan banyak kemungkinan bagi metode pemisahan, baik untuk
tujuan preratif maupun analitik. Ekstraksi solvent (pelarut) merupakan
metode pemisahan yang didasarkan atas fakta diatas. Cara ini cukup banyak
digunakan karna dapat menggunakan alat yang sederhana seperti corong
pisah.
Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan solut dalam pelarut A
dengan menggunakan pelarut B. pada saat penambahan pelarut B, solut akan
membagi diri antara 2 pelarut yang tak saling campur tersebut. Pada saat
kesetimbangan terdapat hubungan antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut
tersebut. Hal ini sesuai dengan Hukum Distribusi yang dinyatakan oleh
Nernst dan dirumuskan sebagai:
C
KD= C A

B
Dimana KD adalah tetapan distribusi dan CA serta CB adalah
konsentrasi solut, masing-masing dalam solvent A dan B. harga ketettapan
kesetimbangan distribusi yang khas untuk masing-masing zat. Dan satu hal
yang penting untuk di ingat bahwa Hukum Distribusi tersebut hanya dapat
ditrapkan pada zat-zat yang tak mengalami disosiasi dan asosiasi serta tidak
bereaksi dengan solvent.
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan
tingkat efisien yang lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum
yang digunakan dalam pelarut sama.
(Tim Kimia Analitik, 2014)

3

III.Prosedur Percobaan
III.1

Alat dan Bahan
Alat
 Alat-alat gelas


 Krus

 Pipet tetes

 Neraca

 Ring penyangga

 Hot plate

 Pisau

 Corong pisah

 Buret

 Standar dan klem

 Kaca arloji


 Lampu spirtus

 Spatula

 Batang pengaduk

Bahan
 Kloroform

 Larutan Iodium

 Na-Tiaosufat

 Aquades

 Indikator amilium

 Indikator PP


 Etanol

 NaCl

 NaOH

 PE (Petroleum Enter)

 Sabun
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pemisahan Larutan Iod Dalam Air dan Menentukan Kostanta
Distribusi.
Larutan iod 0,1 N
di standarisasi dengan titrasi
menggunakan
Na-Tiosulfat 0,1 N
diambil
25 ml larutan Iod

4


dimasukkan dalam corong pisah,
ditambahkan
25 ml kloroform
dikocok selama ±15 menit
dibiarkan membentuk dua lapisan
dipisahkan dalam kloroform

Larutan Iod

Larutan Iod

Bagian atas

Bagian bawah
ditambahkan

Indikator Amilum
dilakukan titrasi
menggunakan
larutan standart
Na-Tiosulfat 0,1

Na-Tiosulfat 0,1

N

N

Hasil

Hasil
diamati
dicatat

5

3.2.2 Pemisahan Asam Lemak Dalam Sabun dan Penentuan Kadarnya
0,5 gram sabun
dipotong kecil-kecil
dilarutkan dalam
400 ml aquades
ditambahkan
2 tetes indikator
dipanaskan hingga hampir mendidih
didinginkan dan diencerkan hingga volum 500
ml
dimasukkan 20 ml larutan tersebut dalam
corong pisah
ditambahkan
10 ml PE
dikocok, jika terbentuk emulsi ditambahkan
10 ml NaCl jenuh
dikocok kembali selama ±15 menit
dibiarkan hingga terjadi pemisahan
dipisahkan
Larutan PE
dilakukan kembali ekstraksi sebanyak 3 kali
masing - masing dengan menggunakan 10 ml
larutan PE
larutan PE yang mengandung asam lemak
dimasukkan kedalam corong pisah

6

ditambahkan
2 ml air dan 2 tetes indikator pp
dikocok kembali
dipisahkan airnya
ditambahkan lagi
dikocok kembali hingga air tidak bersifat basah
ditambahkan
20 ml larutan etanol
dikocok selama 15 menit
dibiarkan hingga terbentuk lapisan
Larutan alkohol
dipisahkan dan ditempatkan dalam erlenmeyer
serta ditambahkan
2 tetes indikator PP
dititrasi alkohol tersebut dengan menggunakan
NaOH 0,01 N

Hasil
diamati
dicatat

7

IV.Hasil dan Pembahasan
IV.1

Hasil

Penentuan kadar I2 dalam KI yang digunakan
Perlakuan
Hasil pengamatan
10 ml larutan I2 dititrasi dengan Sebanyak 0,3 ml larutan Na2S2O3
larutan Na2S2O3 0,1 N

0,1 N mengubah warna larutan iod
dari semula kuning menjadi bening.

Pemisahan larutan Iod dalam air dan menentukan konstanta distribusi
Perlakuan
Hasil pengamatan
25 ml larutan Iod + 25 ml Tidak terbentuk lapisan berbeda
kloroform (dalam corong pisah), fasa pada larutan. Larutan terlihat
lalu

digajlog

selama

15 homogen .

menit/sampai terbetuk 2 lapisan
20 ml (larutan Iod + kloroform) +3 Sebanyak 0,5 ml Na2S2O3 bereaksi
tetes indikator amilum + dititrasi mengubah
dengan larutan Na2S2O3 0,1 N

warna

larutan

yang

semula kuning menjadi bening.

Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan kadarnya.
Perlakuan
Hasil pengamatan
0,5 gram potongan sabun + 400 ml Larutan sedikit keruh
air+

2

tetes

indikator

selama

PP, pelarutan dan pemanasan.

dipanaskan. Kemudian diencerkan
samapai volume 500 ml.
20 ml larutan sabun + 10 ml dietil Terbentuk 2 lapisan berbeda fasa.
eter + 10 ml NaCl jenuh. Dikocok Lapisan atas merupakan dietil eter
selama 15 menit.

yang

mengandung

Diulangi sebanyak 3 kali

(ekstrak sabun)

asam

lemak

Lapisan bawah merupakan lapisan
air.
Lapisan eter yang dipisahkan + 2 Larutan asam lemak dalam dieti eter
ml air + 2 tetes indikator PP, yang tidak bersifat basa.
dikocok (dalam corong pisah)
Larutan ekstrak + 20 ml etanol Laruatn tidak dapat dipisahkan,
digojlog dan dipisahkan

karean bersifat homogen

8

Asam lemak yang terkandung pada Larutan menjadi berwarna pink
alkohol + 2 tetes indikator PP + setelah 8,1 ml NaOH 0,1 N
titran NaOH 0,1 N
IV.2

ditambahkan.

Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengekstraksi suatu zat atau

senyawa menggunakan pelarut. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu
zat terlarut (solut) diantara 2 fasa cair yang tidak saling bercampur teknik
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk
zat organic maupun untuk zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan
untukanalisis makro maupun mikro. Ekstraksi banyak digunakan untuk
pekerjaan – pekerjaan preparative dalam bidang kimia organik, biokimia dan
anorganik dilaboratorium. Alat yang digunakan berupa corong pisah, alat
ekstraksi soxlet, sampai yang paling rumit berupa alat (counter current craig).
Pada praktikum yang dilaksanakan, ada percobaan ekstraksi yang
dilakukan yaitu
1. Pemisahan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta
distribusinya.
2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penentuan kadarnya
1. Pemisahan

larutan Iod dalam air

dan menetukan

konstanta

distribusinya.
Pada percobaan ini praktikan akan mengekstraksi kandungan Iod
dalam larutan KI dengan menggunakan pelarutan kloroform dan menetukan
konstanta distribusinya.
Ion I- merupakan senyawa halida yang mudah larut dalam pelarut
organik seperti kloroform maupun pelarut air. Ketika kloroform di reaksikan
dengan ion I- dalam laruatn KI maka akan membentuk reaksi kesetimbangan
sebagai berikut :
CHCl 3+ I −¿ →CHI +3 Cl
3

−¿¿

¿

9

Reaksi ini terjadi karena daya oksidasi dari Cl- yang lebih besar
daripada I- sehingga dapat mendesak I- untuk berikatan. Sedangkan ion Idalam KI akan terlarut dalam air membentuk kesetimbangan ionisasi:
KI ⇌ K +¿+ I

−¿ ¿

¿

Masing-masing pelarut tersebut memiliki kelarutan yang berbeda satu
sama lainnya. Disamping itu kedua pelarut tersebut merupakn senyawa yang
tidak saling melarutkan, artinya ketika dicampurkan maka akan terbentuk dua
fasa yang berbeda pada larutan, sehingga keduanya dapat dipisahkan
menggunakan corong pisah.
Sebelum memulai prosedur ekstraksi, perku diketahui konsentrasi dari
Ion I-

yang akan digunakan. Karena itu perlu dilakukan standarisasi

menggunakan larutan standar seperti Natrium tiosulfat dengan metode titrasi.
Dari hasil pengamatan terhadap praktikum yang dilakukan. Untuk
larutan KI yang digunakan setelah dititrasi dengan larutan Na 2S2O3 0,1 N
sebanyak 0,3 tetes diketahui normalitas dari larutan KI sebesar 0,0015 N.
Reaksi yang berlangsung saat titrasi ini yaitu:
I 2( aq) +2 Na2 S 2 O 3( aq ) → 2 NaI ( aq) + Na2 S4 O 6( aq )
Natrium tiosulfat akan mereduksi I2 menjadi I- disertai perubahan warna pada
larutan, yang semla kuning akibat adanya I2 menjadi bening ketika menjadi I-.
Prosedur ekstraksi yang dilakukan menggunakan 25 ml larutan I dengan pelarut kloroform sebanyak 25 ml dengan disertai penggojlogan yang
bertujuan untuk memaksimalkan proses reaksi ekstraksi.
Dari hasil pengamatn yang dilakukan, tidak terbentuknya 2 fasa pada
larutan. Kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses pelarutan ion I sebelumnya dengan pelarut air, sehingga pelarutan tidak maksimal. Dengan
mengambil 20 ml sampel dari larutan tersebut, praktikan mencoba untuk
mengetahui jumlah mol ion I- yang terkandung dalam larutan menggunakan
metode titrasi dengan larutan standar Natrium tiosulfat 0,1 N dan
penambahan indikator amilum.
Ketika indikator amilum ditambahkan dalam larutan, maka akan
terjadi reaksi pengikatan Ion I- dengan amilum. Reaksinya:
I −¿+amilum → I−amilum ¿

10

Setelah dilakukan titrasi maka reaksi yang terjadi adalah:
2 I −amilum+2 S 2 O 32−¿→ 2 I

−¿+ S 4 O6

2−¿ ± amilum¿

¿

¿

Penggunaan indikator kanji atau amilum ini dalam proses titrasi
natrium thiosulfat karena Natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya
dibandingkan dengan amilum sehingga amilum atau larutan kanji tersebut
dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan
warna berubah kembali seperti semula setelah dilakukannya titrasi dengan
Natrium thiosulfat.
Sebanyak 0,5 ml titran Na-tiosulfat bereaksi dengan larutan Iod
membentuk perubahan warna pada larutan, dari semula kuning menjadi
bening. Dan setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa jumlah mol dari
larutan I- setelah diekstraksi lebih besar dari pada sebelum diekstraksi, yaitu
dengan selisih 0,01 mmol.
Kejadian tersebut merupakan dampak dari tidak terpisahnya larutan
iod dalam kloroform maupun dalam air. Kemungkinan terjadi reaksi yang
berlebihan yang menyebabkan adanya senyawa yang ikut beraksi dengan Natiosulfat sehingga perhitungannya tidak sesuai dengan teori yang ada. Dan
efek lain dari tidak terpisahnya kedua pelarut tersebut, praktikan tidak dapat
menentukan konstanta distribusi pelarut dalam prosedur ekstraksi larutan iod
ini.
2. Pemisahan asam lemak dalam sabun dan penetuan kadarnya
Prosedur ini menjelaskan bagaimana proses ekstraksi senyawa yang
terkandung dalam sabun menggunakan metode ekstraksi pelarut. Diketahui
bahwa sabun merupakan persenyawaan antara senyawa logam alkali dengan
asam karbosilat. Reaksi ini disebut saponifikasi, berikt reaksinya
R−COOH + NaOH ⇌ R−COO−Na+ H 2 O
Reaksi ini berlangsung reversibel sehingga dapat digunakan untuk
menentukan kandungan asam lemaknya.
Pada praktikum yang dilakukan, sebanyak 0,5 gr sabun dilarutkan
dalam air untuk melarutkan ion-ionya. Senyawa alkali karbosilat akan

11

mengalami reaksi penguraian membentuk asam lemaknya dan larutan yang
bersifat basa. Reaksinya:
R−COO−Na+ H 2 O ∆ RCOO−¿−H

+ ¿+ Na

+¿ −OH

−¿ ¿

¿

¿

¿



R−COO−Na+ H 2 O ∆ R−COOH + NaOH


Dengan terbentuknya kembali asam lemak dari senyawanya, maka dapat
diekstraksi untuk memperoleh kadarnya.
Prosedur ekstraksi ini menggunakan pelarut dietil eter. Sebanyak 20
ml larutan sabun diektraksi dengan 10 ml dietil eter sebanyak 3 kali guna
untuk memaksimalkan pelarutan dari asam lemak. Kemudian dari hasil
ekstraksi dengan pelarut dietl eter tersebut kemudian ditambahkan etanol
untuk melarutkan asam lemak yang terkandung pada pelarut sebelumnya.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan kelarutan pelarut dietil eter
dengan etanol sangat besar. Hal tersebut mengakibatkan tidak terpisahnya
kedua pelarut tersebut dalam larutan. karena itu praktikan mengalami
kesulitan dalam prosedur pemisahannya.
Setelah disimpulkan bahwa reaksi di atas tidak dapat dipisahkan,
maka praktikan melanjutkan prosedur dengan menitrasi menggunakan larutan
NaOH 0,1 N. Tujuan titrasi ini untuk menentukan jumlah mol kandungan
asam lemak dalam larutan sehingga dapat diketahui kadarnya terhadap
senyawa sampel.
Sebanyak 8,1 ml larutan NaOH digunakan untuk menitrasi asam
lemak dalam larutan yang terlebih dahulu ditambahkan indikator PP sebagai
media perubahan. Dan setelah melalui perhitungan diketahuilah jumlah mol
asam lemak yang terkandung dalam senyawa sabun yang digunakan yaitu
sebanyak 0,23 gram (dengan menganggap bahwa kandungan asam lemak
yang dimaksud adalah asam stearat). Dengan begitu kadar kandungan asam
lemak dalam media sampel yang digunakan sebesar 46 %.

12

V.Kseimpulan dalam Saran
V.1Kesimpulan
Berdasarkan

praktikum

yang

telah

dilakukan,

maka

dapat

disimpulkan:
1. Ekstraksi merupakan prosedur pemisahan yang menggunakan
prinsip perbedaan kelarutan dalam sistemnya.
2. Proses

pemisahan

ekstraksi

pelarut

merupakan

prosedur

pemisahan yang menggunakan media pelarut dalam menentukan
kuantitas ekstrak yang akan dipisahkan.
3. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat trlarut (solut)
diantara 2 fasa cair yang tidak saling bercampur teknik ekstraksi
sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik
untuk zat organic maupun untuk zat anorganik.
4. Larutan iod lebih banyak terdistribusi kedalam kloroform
dibandingkan air.
5. Kadar asam lemak dalam sabun diperoleh sebesar 46 %.
V.2Saran
Pada praktikum yang telah dilakukan, sebagai saran dari praktikan
yaitu perlu dilengkapi lagi perlatan yang mendukung saat menjalankan
praktikum, karena pada praktikum sebelumnya terjadi keterlambatan prosedur
akibat kurangnya peralatan. Diharapkan pada praktikum selanjutnya baik itu
peralatan maupu bahan tidak mengalami keterkendalaan dalam hal
pengadaannya.
VI.Daftar Pustaka
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka
Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Jambi :
Universitas Jambi.
Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta

13

Perhitungan

1. Penentuan larutan Iod dalam air dan menetukan konstanta distribusinya
Penentuan norlmalitas larutan Iod dengan metode titrasi menggunakan larutan
standar Na2S2O3.
Persamaan reaksi yang terjadi:
I 2( aq) +2 Na2 S 2 O 3( aq ) → 2 NaI ( aq) + Na 2 S4 O 6( aq )
1 mol

2mol

A. Menentukan Normalitas larutan I2
 Normalitas larutan iod sebelum diekstrak
Volume larutan Iod

=

10 ml

Normailtas Na2S2O3

=

0,1 N

Volume titrasi Na2S2O3

=

0,3 ml

mol Na2 S2 O3
=mol I 2
2
N1xV 1
2 =N 2 x V 2
0,1 N x 0,3 ml
=N 2 x 10 ml
2
0,1 N x 0,3 ml
N 2=
=0,0015 N
2 x 10 ml
 Normalitas larutan Iod setelah diekstrak
Volume larutan Iod setelah diekstraksi

=

20 ml

Normailtas Na2S2O3

=

0,1 N

Volume titrasi Na2S2O3

=

0,5 ml

Indikator amilum

=

3 tetes

mol Na2 S2 O3
=mol I 2
2

14

N1xV 1
2 =N 2 x V 2
0,1 N x 0,5 ml
=N 2 x 20 ml
2
0,1 N x 0,5 ml
N 2=
=0,00125 N
2 x 20 ml
B. Menentukan Mol I2 yang terekstrak
 Mol I2 dalam larutan sebelum diekstrak
mol=N x V =0,0015 N x 10 ml=0,015 mmol
 Mol I2 dalam larutan sesudah diekstrak
mol=N x V =0,00125 N x 20 ml=0,025mmol
 Selisih mol yang terekstrak (Δmol)
∆ mol=mol sebelum diekstrak −mol sesudah diekstrak =0,015 mmol−0,025 mmol
¿−0,01 mmol
2. Penentuan kandungan asam lemak dalam sabun
A. Penentuan Normalitas ekstrakasam lemak
Volume ekstrak asam lemak =

20 ml

Normalitas NaOH

0,1 N

=

Volume NaOH

=

8,1 ml

mol asamlemak=mol NaOH
N 1 x V 1=N 2 x V 2
N 1 x 20 ml=0,1 N x 8,1ml
N 1=

0,1 N x 8,1 ml
=0,405 N
20 ml

B. Penentuan mol ekstrak asam lemak
mol ektrak asam lemak=N x V =0,405 N x 20 ml=0,81 mmol
massa esktra asam lemak ( asam stearat ) =m ol x Mr
¿ 0,81 mmol x 284,48

mg
mmol

¿ 230,4288 mg=0,23 gr

15

kadar asam lemak dalam sabun=

massa asamlemak
0,23 gr
x 100 %=
x 100 %=46 %
massa sabun
0,5 gr
Lampiran

1. Suatu zat x dalam pelarut B memiliki KD sebesar 500 ingin diekstraksi
dengan pelarut A. jika volum pelarut B dan A masing-masing 100 ml.
dilakukan dua cara ekstraksi, yang pertama dengan menggunakan 100
ml larutan A sekaligus dan kedua dilakukan ekstraksi secara bertahap
sebanyak 10 kali dengan 10 ml pelarut A tiap kali ekstraksi. Perlihatkan
dengan perhitungan bahwa cara kedua lebih evisien?
Jawab:
Penyelesaian
mis : massa awal sampel = 5 gram
dik : KD = 500
Vair = 100 mL
Vorg = 100 mL
Wo = 5 gram
dit : W1 ….. ?
Jawab :
Vair
W 1=W o KD . Vorg+Vair

[

]

1

100 mL
= 5 gr 500.100 mL+ 100 mL

[

100 mL
= 5 gr 50100

[

]

1

]

1

= 0,078
Zat yang terekstraksi dapat dihitung menggunakan rumus :

16

W = WO – W1
= 5 gram – 0,078
= 4,922
Untuk ekstraksi berulang sebanyak 10 kali
Vair
W 1=W o KD . Vorg+Vair

[

]

10

100 mL
= 5 gr 500.10 mL+ 100 mL

[

100 mL
= 5 gr 5100

[

]

10

]

10

= 19.10-30
Zat yang terekstraksi dapat dihitung menggunakan rumus :
W = WO – W1
= 5 gram – 19.10-30
= 4,999999999999999999999999002
Dari perhitungan didapat hasil, bahwa ekstraksi berulang jauh lebih effisien.
Berdasarkan literatur, ekstraksi dengan bayak pengulangan lebih
efektif karena jumlah zat terlarut yang tertinggal setiap kali ekstraksi
akan semakin berkurang
2. Buatlah reaksi redoks yang terjadi pada titrasi iod dengan Na-tiosulfat
dan tentukan berapa kadar iod jika volume Na-tiosulfat 0,1 N yang
terpakai sebanyak

1 ml?

Jawab:
Reaksi redoks
I 2+ 2 S2 O 32−¿ →2 I

2−¿ ¿

−¿+ S4 O 6

¿

¿

0

+2

-1

+2,5

17

Reduksi
oksidasi
Reduksi

:

2I- + 2e-

Oksidasi

:

2S2O32-

Hasil

:

I2 + 2S2O32-  2I- + S4O62-

 I2
 S4O62- + 2e

3. Jenis asam lemak apakah yang umumnya terdapat dalam minyak dan
berapakah massa molekul relative dari massa asam stearat?
Jawab :
Umumnya asam lemak yang terkandung dalam minyak adalah asam
lemak jenuh, seperti asam stearat yang mempunyai rumus molekul
C17H35COOH dengan massa atom relative sebesar 284,48 g/mol
Pertanyaan pascapraktikum
1. Pada titrasi iod dalam kloroform dengan Na-tiosulfat tidak digunkan
indicator amilum, sedangkan pada titrasi iod dalam air digunakan
indicator amilum. Mengapa demikian, apakah tujuannya, jelaskan?
Jawab:
digunakan indicator amilum yang berfungsi untuk mengetahui apakah
seluruh iod telah habis bereaksi atau belum.
2. Hitunglah konstanta distribusi dalam iod berdasarkan data hasil
percobaan, bandingkan dengan data dari literature, serta hitung
persentase kesalahan?
Jawab:
Berdasarkan literature :
KD

= C1 / C2
= 0,098 / 0,888
= 1,11364

18

3. Hitunglah kadar asam lemah dalam sabun, anggap saja bahwa asam
lemah yang ada dalam sabun hanya asam stearat?
Jawab:
Volume ekstrak asam lemak

=

20 ml

Normalitas NaOH

=

0,1 N

Volume NaOH

=

8,1 ml

mol asamlemak=mol NaOH
N 1 x V 1=N 2 x V 2
N 1 x 20 ml=0,1 N x 8,1ml
N 1=

0,1 N x 8,1 ml
=0,405 N
20 ml

mol ektrak asam lemak=N x V =0,405 N x 20 ml=0,81 mmol
massa esktra asam lemak ( asam stearat ) =mol x Mr
¿ 0,81 mmol x 284,48

mg
mmol

¿ 230,4288 mg=0,23 gr
kadar asam lemak dalam sabun=

massa asamlemak
0,23 gr
x 100 %=
x 100 %=46 %
massa sabun
0,5 gr

19