Tinjauan Struktur Dewan Pastoral Paroki
Tinjauan Struktur Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung
Karangpanas Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 1983
Oleh :
Bonaventura Dwi Putra Nugraha Satria Adi
166114039/3764
Progam Studi IlmuTeologi
Jurusan Teologi Fakultas Teologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
A. Latar Belakang
1
Gereja merupakan suatu entitas religius di mana dari awal terbentuknya hingga sampai
pada hari ini memiliki keunikan. Keunikan tersebut terlihat dari Gereja yang tidak hanya
memiliki karakter, dimensi, atau bentuk pelayanan yang beragam tetapi juga merupakan suatu
komunio dalam kesatuan dengan tubuh mistik Kristus sendiri. Sebagaimana Lumen Gentium
menegaskan:
“Adapun semua anggota tubuh manusia, biarpun banyak jumlahnya, membentuk
hanya satu tubuh, begitu oula para beriman dalam Kristus. Juga dalam pembangunan tubuh
Kristus terhadap aneka ragam anggota dan jabatan”1.
Dalam konteks pembahasan paper, anggota dan jabatan yang dimaksudkan oleh penulis
adalah anggota dan jabatan internal Gereja dalam skala lokal yaitu Paroki. Penulis
menyebutkan bahwa Paroki adalah Gereja skala lokal karena termasuk bagian dalam Gereja
partikuler (Kan. 365). Secara lebih spesifik, anggota dan jabatan yang dimaksudkan oleh
penulis adalah Dewan Pastoral Paroki dalam suatu paroki. Oleh karena itu, penulis dalam
paper ini meninjau Dewan Pastoral Paroki di Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas
Semarang.
B. Dewan Pastoral Paroki
Berdasarkan Kan. 515 paroki merupakan suatu komunitas umat beriman kristiani yang
dipimpin oleh pastor paroki. Komunitas ini termasuk ke dalam bagian dari Gereja partikular
dan langsung di bawah pimpinan Uskup. Dalam memimpin paroki, pastor paroki hendaknya
menjalankan reksa pastoral kepada para umat dalam komunitas paroki. Reksa pastoral
tersebut dalam arti tertentu memiliki keterbatasan tersendiri, baik secara finansial, tenaga,
maupun keterbatasan akan ruang dan waktu. Maka dari itu, sebagaimana menurut penilaian
Uskup bila dianggap baik (opportum sit) di setiap paroki dapat dibentuk dewan pastoral (Kan.
536.1)2. Namun ketentuan opportum sit bukan berarti mengharuskan bahwa di suatu paroki
harus terdapat dewan paroki, tetapi sejauh perlu dan dibutuhkan sesuai dengan pertimbangan
kebutuhan paroki.
Dewan pastoral paroki (consilium pastorale paroeciale) merupakan persekutuan
pelayan umat yang terdiri dari umat beriman dan diketuai oleh pastor paroki (ex officio)3.
Tujuan dari dibentuknya dewan pastoral paroki adalah untuk membantu reksa pastoral pastor
paroki sekaligus juga untuk mengembangkan kegiatan pastoral paroki. Tugas ini merupakan
bagian dari partisipasi umat (Kan. 228). Sebagaimana disebutkan dalam kanon 512 bahwa
dewan pastoral merupakan persekutuan umat kristiani, yang termasuk ke dalam anggota
1
2
3
Lumen Gentium (28 Oktober 1965), 75.
Kitab Hukum Kanonik, Robertus Rubiyatmoko ed, (Bogor:Gmardi Yuana, 2016), 177.
Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki 2014, pasal
5 , (Semarang: Percetakan Paroki, 2014), 28.
2
dewan adalah pastor vikaris pastor paroki (Kan. 545) serta seluruh umat beriman baik lakilaki atau perempuan maupun awam, klerus atau anggota tarekat dengan peran khasnya
masing-masing (Kan. 529.2)4. Meskipun terbuka bagi semua umat beriman, tetapi umat
beriman yang hendak menjadi dewan pastoral tetap harus memperhatikan ketentuanketentuan tertentu (Kan. 512.2 dan 512.3).
Di dalam menjalankan tugas, dewan pastoral baik tingkat keusukupan maupun paroki
dibatasi dalam masa jabatannya seperti ditegaskan di dalam kanon 513, bahkan apabila tahta
lowong dewan pastoral juga turut berhenti. Meskipun demikian di dalam kanon tidak
dijelaskan secara pasti mengenai ketentuan waktunya. Selain itu berdasar kanon 536.2 dewan
pastoral memiliki suara yang bersifat konsultatif. Dengan kata lain, keputusan utama tetap
dipegang oleh pastor paroki namun dalam pengambilan keputusan pastor paroki dapat
berkonsultasi dengan dewan pastoral.
C.
Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas
Pada awalnya, paroki Karangpanas hanya ditujukan sebagai kapel untuk para siswa-
siswi asrama panti asuhan St. Vincentius. Tentu jumlah umat yang dilayani masih terbatas.
Namun seiring berjalannya waktu, jumlah umat semakin bertambah sehingga kapel
diresmikan oleh Mgr. Luypen Sj pada tanggal 26 September 1915 sebagai kapel Hati Kudus
Karangpanas5. Lambat laun jumlah umat bertambah hingga akhirnya kapel ditutup dan
membangun bangunan gereja baru sebagai paroki St. Athanasius Agung Karangpanas. Gereja
ini didirikan sebagai paroki dan diresmikan oleh Mgr. I Suharyo pada 1 Juni 200. Berdasar
data paroki tahun 2014, jumlah umat paroki Karangpanas saat itu sudah mencapai 7500 jiwa6.
Berpijak dari sejarah singkat paroki terlebih pada situasi zaman sekarang, tentu tidak
mudah bagi seorang pastor baik pastor kepala maupun vikaris dalam melayani umat yang
tidak sedikit. Oleh karena itu, paroki Karangpanas memerlukan peran serta umat dalam
membantu pelayan pastor dalam reksa pastoral. Peran serta tersebut terwujud di dalam
Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang.
Pada tahun 2017 Anggota Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas
Semarang saat ini terdiri dari 316 orang yang terbagi dalam dewan harian, dewan inti,
kemudian dewan pleno. Dewan harian terdiri dari ketua, wakil ketua 1 dan 2, ketua-ketua
bidang, ketua-ketua stasi, kordinator ketua-ketua wilayah, sekretaris 1 dan 2, bendahara 1,2
dan 3. Dewan inti terdiri dari ketua-ketua wilayah serta ketua-ketua tim kerja. Lalu, dewan
4
5
6
Silvester Susianto Budi, MSF, Kamus Kitab Hukum Kanonik (Yogyakarta: Kanisius, 2014), 38.
http://karangpanas.org/2012/07/26/sejarah-paroki/, diakses 10 Desember 2017.
Wawancara pribadi dengan Romo Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, tanggal 10
Desember 2017.
3
pleno terdiri dari ketua lingkungan, ketua kategorial, pengurus tim kerja, serta tokoh-tokoh.
Kemudian yang terakhir adalah
U umat.
M A TBerikut struktur Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius
Agung Karangpanas Semarang :
Ketua Lingkungan
Ketua Lingkungan
Ketua Kelompok
Kategorial
Ketua Kelompok
Kategorial
Pengurus Tim Kerja
Pengurus Tim Kerja
Tokoh-Tokoh
Ketua-ketua
Wilayah
Ketua-ketua Tim
Kerja
Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Ketua-ketua
Bidang
Ketua-ketua
Stasi
Kordinator
ketua-ketua
wilayah
Sekretaris
Bendahara
Dewan Inti
Dewan Pleno
D.
Tinjauan Menurut Kitab Hukum Kanonik
Berdasarkan pembagian struktur DPP Karangpanas, penulis mengintrodusir bahwa
paroki Karangpanas tidak hanya berusaha untuk menampilkan Gereja sebagai tubuh mistik
Kristus tetapi juga menampilkan Gereja sebagai komunio. Hal tersebut terwujud dari reksa
karya pastoral yang merepresentasikan Gereja di tengah umat dan masyarakat 7. Dalam
konteks ini, umat paroki melalui perwakilan Dewan Pastoral Paroki Karangpanas di bawah
pimpinan sekaligus bimbingan pastor paroki (Kan. 519) secara aktif turut ambil bagian dalam
tritugas Gereja yakni Gereja sebagai persekutuan umat beriman (Kan. 204), Gereja yang
mengajar (Kan. 750), serta Gereja yang menguduskan (Kan. 835, 837).
Peran Gereja dalam menguduskan serta mengajar secara lebih spesifik ditampilkan ke
dalam bidang-bidang dalam Dewan Pastoral Paroki. Bidang-bidang tersebut merupakan
7
Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki 2014, pasal 12, 34.
4
bagian dari dimensi Gereja St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang sebagai diakonia,
leitorgia, kerygma, serta koinonia.
Dimensi Diakonia (Kan. 225.2, 227) terwujud dalam bidang pelayanan masyarakat.
Bidang Pelayanan Masyarakat terdiri dari Tim Kerja Kesehatan, Tim Kerja Pangruktilaya,
Tim Kerja Dana Sosial, Tim Kerja Pendidikan (Kan. 793, 796, 807), Tim Kerja Persaudaraan
antar Iman (Kan. 787), Kerja Kemasyrakatan, serta Kerja Keutuhan Ciptaan. Sedangkan
Dimensi Leitorgia (Kan. 230) terwujud dalam bidang liturgi. Bidang Liturgi terdiri dari Tim
Kerja Koor dan Dirigen, Tim Kerja Musik Liturgi (Kan. 838, 928), Tim Kerja Lektor, Tim
Kerja Pemazmur, Tim Kerja Putra Altar, Tim Kerja Prodiakon, Tim Kerja Ekaristi Harian,
Tim Kerja Devosi (Kan. 770), Tim Kerja Panduan Liturgi, Tim Kerja Kerasulan Paramenta
dan Sakristi, Tim Kerja Dekorasi Altar, serta Tim Kerja Tatalaksana.
Dimensi Kerygma (Kan. 225.1, 229) ditampilkan melalui bidang pewartaan (Kan.
762). Bidang Pewartaan sendiri terdiri dari Tim Kerja Katekis (Kan. 773, 784), Tim Kerja
Baptisan Bayi, Tim Kerja Inisiasi (Kan. 789), Tim Kerja Pendampingan Iman (PIA, PIR,
OMK, Dewasa, serta Lansia), Tim Kerja Kerasulan Kitab Suci (Kan. 773), Tim Kerja
Komunikasi Sosial (Kan. 772.2, 822), serta Tim Kerja Evangelisasi (Kan. 771). Terakhir
dimensi Koinonia (Kan. 226, 228, 231) diwujudkan ke dalam Bidang Paguyuban dan
Persaudaraan, Bidang Rumah Tangga serta Bidang Lit-bang. Bidang Paguyuban dan
Persaudaran terdiri dari Tim Kerja: Lansia, OMK, Ibu-ibu Paroki, Pendampingan Keluarga,
Seni-Budaya, dan Multi Media. Bidang Rumah Tangga (Kan.1254) terdiri dari Tim Kerja:
Inventarisasi Harta Benda, Pemeliharaan Gedung dan Sarana Prasarana, Keamanan, Rumah
Tangga Pastoran dan Paroki, Sound System, dan Parkir. Kemudian Bidang Lit-Bang terdiri
dari Tim Kerja Data dan Tim Kerja Sumber Daya8.
E.
Kesimpulan
Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 1983, meskipun keberadaan Dewan Pastoral
Paroki termasuk fakultatif tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa di setiap paroki perlu
dibentuk Dewan Pastoral Paroki. Hal ini diperlukan mengingat akan perkembangan zaman
yang turut mempengaruhi gerak dinamika umat beriman, sehingga pastor paroki dituntut
dapat semakin kreatif, inovatif, dan efektif dalam berpastoral salah satunya dengan kinerja
yang berkesinambungan serta korelasi antara pastor paroki dengan Dewan Pastoral Paroki.
Gereja St. Athanasius Agung Karangpanas mencoba menghasilkan harapan tersebut
dengan adanya Dewan Pastoral Paroki. Selain karena tuntutan zaman, penulis menemukan
8
Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki 2014, pasal 35, 43-68
5
salah satu kemungkinan alasan mengapa DPP diperlukan di Karangpanas adalah karena
jumlah umat yang dilayani cukup banyak9. Apabila dibandingkan tenaga pastor paroki serta
pastor vikaris paroki rasanya tidak memungkinan untuk dapat melayani jumlah umat sebesar
itu dengan efektif. Maka sangatlah perlu akan adanya Dewan Pastoraal Paroki di Paroki St.
Athanasius Agung Karangpanas Semarang dengan tujuan untuk membantu kinerja pastor
paroki serta untuk dapat memberdayakan umat sesuai ketentuan kanon 536.
Daftar Pustaka :
Dokumen Konsili Vatikan II, Terj. R. Hardawiryana SJ, Jakarta: Obor, 1993.
Kitab Hukum Kanonik, Bogor: Mardi Yuana, 2016.
Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki,
(Semarang: Percetakan Paroki, 2014), 28.
Susianto Budi, S. MSF, Kamus Kitab Hukum Kanonik, Yogyakarta: Kanisius, 2014.
http://karangpanas.org/2012/07/26/sejarah-paroki/,diakses 10 Desember 2017.
Wawancara pribadi dengan Romo Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang pada
tanggal 10 Desember 2017.
9
Wawancara pribadi dengan Romo Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, yang
mengatakan bahwa jumlah umat paroki menurut sensus 2014 sudah mencapai 7500 jiwa, tanggal 10
Desember 2017.
6
Karangpanas Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 1983
Oleh :
Bonaventura Dwi Putra Nugraha Satria Adi
166114039/3764
Progam Studi IlmuTeologi
Jurusan Teologi Fakultas Teologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
A. Latar Belakang
1
Gereja merupakan suatu entitas religius di mana dari awal terbentuknya hingga sampai
pada hari ini memiliki keunikan. Keunikan tersebut terlihat dari Gereja yang tidak hanya
memiliki karakter, dimensi, atau bentuk pelayanan yang beragam tetapi juga merupakan suatu
komunio dalam kesatuan dengan tubuh mistik Kristus sendiri. Sebagaimana Lumen Gentium
menegaskan:
“Adapun semua anggota tubuh manusia, biarpun banyak jumlahnya, membentuk
hanya satu tubuh, begitu oula para beriman dalam Kristus. Juga dalam pembangunan tubuh
Kristus terhadap aneka ragam anggota dan jabatan”1.
Dalam konteks pembahasan paper, anggota dan jabatan yang dimaksudkan oleh penulis
adalah anggota dan jabatan internal Gereja dalam skala lokal yaitu Paroki. Penulis
menyebutkan bahwa Paroki adalah Gereja skala lokal karena termasuk bagian dalam Gereja
partikuler (Kan. 365). Secara lebih spesifik, anggota dan jabatan yang dimaksudkan oleh
penulis adalah Dewan Pastoral Paroki dalam suatu paroki. Oleh karena itu, penulis dalam
paper ini meninjau Dewan Pastoral Paroki di Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas
Semarang.
B. Dewan Pastoral Paroki
Berdasarkan Kan. 515 paroki merupakan suatu komunitas umat beriman kristiani yang
dipimpin oleh pastor paroki. Komunitas ini termasuk ke dalam bagian dari Gereja partikular
dan langsung di bawah pimpinan Uskup. Dalam memimpin paroki, pastor paroki hendaknya
menjalankan reksa pastoral kepada para umat dalam komunitas paroki. Reksa pastoral
tersebut dalam arti tertentu memiliki keterbatasan tersendiri, baik secara finansial, tenaga,
maupun keterbatasan akan ruang dan waktu. Maka dari itu, sebagaimana menurut penilaian
Uskup bila dianggap baik (opportum sit) di setiap paroki dapat dibentuk dewan pastoral (Kan.
536.1)2. Namun ketentuan opportum sit bukan berarti mengharuskan bahwa di suatu paroki
harus terdapat dewan paroki, tetapi sejauh perlu dan dibutuhkan sesuai dengan pertimbangan
kebutuhan paroki.
Dewan pastoral paroki (consilium pastorale paroeciale) merupakan persekutuan
pelayan umat yang terdiri dari umat beriman dan diketuai oleh pastor paroki (ex officio)3.
Tujuan dari dibentuknya dewan pastoral paroki adalah untuk membantu reksa pastoral pastor
paroki sekaligus juga untuk mengembangkan kegiatan pastoral paroki. Tugas ini merupakan
bagian dari partisipasi umat (Kan. 228). Sebagaimana disebutkan dalam kanon 512 bahwa
dewan pastoral merupakan persekutuan umat kristiani, yang termasuk ke dalam anggota
1
2
3
Lumen Gentium (28 Oktober 1965), 75.
Kitab Hukum Kanonik, Robertus Rubiyatmoko ed, (Bogor:Gmardi Yuana, 2016), 177.
Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki 2014, pasal
5 , (Semarang: Percetakan Paroki, 2014), 28.
2
dewan adalah pastor vikaris pastor paroki (Kan. 545) serta seluruh umat beriman baik lakilaki atau perempuan maupun awam, klerus atau anggota tarekat dengan peran khasnya
masing-masing (Kan. 529.2)4. Meskipun terbuka bagi semua umat beriman, tetapi umat
beriman yang hendak menjadi dewan pastoral tetap harus memperhatikan ketentuanketentuan tertentu (Kan. 512.2 dan 512.3).
Di dalam menjalankan tugas, dewan pastoral baik tingkat keusukupan maupun paroki
dibatasi dalam masa jabatannya seperti ditegaskan di dalam kanon 513, bahkan apabila tahta
lowong dewan pastoral juga turut berhenti. Meskipun demikian di dalam kanon tidak
dijelaskan secara pasti mengenai ketentuan waktunya. Selain itu berdasar kanon 536.2 dewan
pastoral memiliki suara yang bersifat konsultatif. Dengan kata lain, keputusan utama tetap
dipegang oleh pastor paroki namun dalam pengambilan keputusan pastor paroki dapat
berkonsultasi dengan dewan pastoral.
C.
Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas
Pada awalnya, paroki Karangpanas hanya ditujukan sebagai kapel untuk para siswa-
siswi asrama panti asuhan St. Vincentius. Tentu jumlah umat yang dilayani masih terbatas.
Namun seiring berjalannya waktu, jumlah umat semakin bertambah sehingga kapel
diresmikan oleh Mgr. Luypen Sj pada tanggal 26 September 1915 sebagai kapel Hati Kudus
Karangpanas5. Lambat laun jumlah umat bertambah hingga akhirnya kapel ditutup dan
membangun bangunan gereja baru sebagai paroki St. Athanasius Agung Karangpanas. Gereja
ini didirikan sebagai paroki dan diresmikan oleh Mgr. I Suharyo pada 1 Juni 200. Berdasar
data paroki tahun 2014, jumlah umat paroki Karangpanas saat itu sudah mencapai 7500 jiwa6.
Berpijak dari sejarah singkat paroki terlebih pada situasi zaman sekarang, tentu tidak
mudah bagi seorang pastor baik pastor kepala maupun vikaris dalam melayani umat yang
tidak sedikit. Oleh karena itu, paroki Karangpanas memerlukan peran serta umat dalam
membantu pelayan pastor dalam reksa pastoral. Peran serta tersebut terwujud di dalam
Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang.
Pada tahun 2017 Anggota Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas
Semarang saat ini terdiri dari 316 orang yang terbagi dalam dewan harian, dewan inti,
kemudian dewan pleno. Dewan harian terdiri dari ketua, wakil ketua 1 dan 2, ketua-ketua
bidang, ketua-ketua stasi, kordinator ketua-ketua wilayah, sekretaris 1 dan 2, bendahara 1,2
dan 3. Dewan inti terdiri dari ketua-ketua wilayah serta ketua-ketua tim kerja. Lalu, dewan
4
5
6
Silvester Susianto Budi, MSF, Kamus Kitab Hukum Kanonik (Yogyakarta: Kanisius, 2014), 38.
http://karangpanas.org/2012/07/26/sejarah-paroki/, diakses 10 Desember 2017.
Wawancara pribadi dengan Romo Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, tanggal 10
Desember 2017.
3
pleno terdiri dari ketua lingkungan, ketua kategorial, pengurus tim kerja, serta tokoh-tokoh.
Kemudian yang terakhir adalah
U umat.
M A TBerikut struktur Dewan Pastoral Paroki St. Athanasius
Agung Karangpanas Semarang :
Ketua Lingkungan
Ketua Lingkungan
Ketua Kelompok
Kategorial
Ketua Kelompok
Kategorial
Pengurus Tim Kerja
Pengurus Tim Kerja
Tokoh-Tokoh
Ketua-ketua
Wilayah
Ketua-ketua Tim
Kerja
Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Ketua-ketua
Bidang
Ketua-ketua
Stasi
Kordinator
ketua-ketua
wilayah
Sekretaris
Bendahara
Dewan Inti
Dewan Pleno
D.
Tinjauan Menurut Kitab Hukum Kanonik
Berdasarkan pembagian struktur DPP Karangpanas, penulis mengintrodusir bahwa
paroki Karangpanas tidak hanya berusaha untuk menampilkan Gereja sebagai tubuh mistik
Kristus tetapi juga menampilkan Gereja sebagai komunio. Hal tersebut terwujud dari reksa
karya pastoral yang merepresentasikan Gereja di tengah umat dan masyarakat 7. Dalam
konteks ini, umat paroki melalui perwakilan Dewan Pastoral Paroki Karangpanas di bawah
pimpinan sekaligus bimbingan pastor paroki (Kan. 519) secara aktif turut ambil bagian dalam
tritugas Gereja yakni Gereja sebagai persekutuan umat beriman (Kan. 204), Gereja yang
mengajar (Kan. 750), serta Gereja yang menguduskan (Kan. 835, 837).
Peran Gereja dalam menguduskan serta mengajar secara lebih spesifik ditampilkan ke
dalam bidang-bidang dalam Dewan Pastoral Paroki. Bidang-bidang tersebut merupakan
7
Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki 2014, pasal 12, 34.
4
bagian dari dimensi Gereja St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang sebagai diakonia,
leitorgia, kerygma, serta koinonia.
Dimensi Diakonia (Kan. 225.2, 227) terwujud dalam bidang pelayanan masyarakat.
Bidang Pelayanan Masyarakat terdiri dari Tim Kerja Kesehatan, Tim Kerja Pangruktilaya,
Tim Kerja Dana Sosial, Tim Kerja Pendidikan (Kan. 793, 796, 807), Tim Kerja Persaudaraan
antar Iman (Kan. 787), Kerja Kemasyrakatan, serta Kerja Keutuhan Ciptaan. Sedangkan
Dimensi Leitorgia (Kan. 230) terwujud dalam bidang liturgi. Bidang Liturgi terdiri dari Tim
Kerja Koor dan Dirigen, Tim Kerja Musik Liturgi (Kan. 838, 928), Tim Kerja Lektor, Tim
Kerja Pemazmur, Tim Kerja Putra Altar, Tim Kerja Prodiakon, Tim Kerja Ekaristi Harian,
Tim Kerja Devosi (Kan. 770), Tim Kerja Panduan Liturgi, Tim Kerja Kerasulan Paramenta
dan Sakristi, Tim Kerja Dekorasi Altar, serta Tim Kerja Tatalaksana.
Dimensi Kerygma (Kan. 225.1, 229) ditampilkan melalui bidang pewartaan (Kan.
762). Bidang Pewartaan sendiri terdiri dari Tim Kerja Katekis (Kan. 773, 784), Tim Kerja
Baptisan Bayi, Tim Kerja Inisiasi (Kan. 789), Tim Kerja Pendampingan Iman (PIA, PIR,
OMK, Dewasa, serta Lansia), Tim Kerja Kerasulan Kitab Suci (Kan. 773), Tim Kerja
Komunikasi Sosial (Kan. 772.2, 822), serta Tim Kerja Evangelisasi (Kan. 771). Terakhir
dimensi Koinonia (Kan. 226, 228, 231) diwujudkan ke dalam Bidang Paguyuban dan
Persaudaraan, Bidang Rumah Tangga serta Bidang Lit-bang. Bidang Paguyuban dan
Persaudaran terdiri dari Tim Kerja: Lansia, OMK, Ibu-ibu Paroki, Pendampingan Keluarga,
Seni-Budaya, dan Multi Media. Bidang Rumah Tangga (Kan.1254) terdiri dari Tim Kerja:
Inventarisasi Harta Benda, Pemeliharaan Gedung dan Sarana Prasarana, Keamanan, Rumah
Tangga Pastoran dan Paroki, Sound System, dan Parkir. Kemudian Bidang Lit-Bang terdiri
dari Tim Kerja Data dan Tim Kerja Sumber Daya8.
E.
Kesimpulan
Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik 1983, meskipun keberadaan Dewan Pastoral
Paroki termasuk fakultatif tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa di setiap paroki perlu
dibentuk Dewan Pastoral Paroki. Hal ini diperlukan mengingat akan perkembangan zaman
yang turut mempengaruhi gerak dinamika umat beriman, sehingga pastor paroki dituntut
dapat semakin kreatif, inovatif, dan efektif dalam berpastoral salah satunya dengan kinerja
yang berkesinambungan serta korelasi antara pastor paroki dengan Dewan Pastoral Paroki.
Gereja St. Athanasius Agung Karangpanas mencoba menghasilkan harapan tersebut
dengan adanya Dewan Pastoral Paroki. Selain karena tuntutan zaman, penulis menemukan
8
Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki 2014, pasal 35, 43-68
5
salah satu kemungkinan alasan mengapa DPP diperlukan di Karangpanas adalah karena
jumlah umat yang dilayani cukup banyak9. Apabila dibandingkan tenaga pastor paroki serta
pastor vikaris paroki rasanya tidak memungkinan untuk dapat melayani jumlah umat sebesar
itu dengan efektif. Maka sangatlah perlu akan adanya Dewan Pastoraal Paroki di Paroki St.
Athanasius Agung Karangpanas Semarang dengan tujuan untuk membantu kinerja pastor
paroki serta untuk dapat memberdayakan umat sesuai ketentuan kanon 536.
Daftar Pustaka :
Dokumen Konsili Vatikan II, Terj. R. Hardawiryana SJ, Jakarta: Obor, 1993.
Kitab Hukum Kanonik, Bogor: Mardi Yuana, 2016.
Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki,
(Semarang: Percetakan Paroki, 2014), 28.
Susianto Budi, S. MSF, Kamus Kitab Hukum Kanonik, Yogyakarta: Kanisius, 2014.
http://karangpanas.org/2012/07/26/sejarah-paroki/,diakses 10 Desember 2017.
Wawancara pribadi dengan Romo Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang pada
tanggal 10 Desember 2017.
9
Wawancara pribadi dengan Romo Paroki St. Athanasius Agung Karangpanas Semarang, yang
mengatakan bahwa jumlah umat paroki menurut sensus 2014 sudah mencapai 7500 jiwa, tanggal 10
Desember 2017.
6