MAKALAH SOSIO BUDAYA DASAR KLP

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat,

Inayah,

Taufik

dan

Hinayahnya

sehingga

kami

dapat

menyelesaikan“Makalah Hubungan Kebudayaan dan Kesehatan” yang

bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosio Budaya Dasar .

Harapan

kami

semoga

makalah

ini

membantu

menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Makalah

ini


kami

akui

masih

banyak

kekurangan

karena

pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Desember 2017
Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.

Latar Belakang..............................................................................1

B.

Rumusan Masalah.........................................................................2

C. Tujuan........................................................................................... 2
D. Manfaat......................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................. 4
A. Hubungan Kebudayaan dan Kesehatan.......................................4
1.

Hubungan Kebudayaan dan Perilaku......................................4


2.

Adaptasi Manusia Terhadap Lingkungan..............................16

3.

Seleksi Alam dan Penyakit....................................................24

4.

Adaptasi Fisiologi..................................................................27

5.

Adaptasi Budaya..................................................................29

B. Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Status dan Perilaku
Kesehatan........................................................................................ 37
1.


Konsep Sehat dan Sakit........................................................37

2. Perilaku Sehat dan Sakit yang Berkaitan dengan Sistem
Tradisi......................................................................................... 41
BAB 3 PENUTUP.................................................................................... 50
A.

Kesimpulan.................................................................................50

B.

Saran.......................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................52

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik

dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk
dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal
yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut
oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan
penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu
tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial
dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan

antara

budaya

dan

kesehatan sangatlah


erat

hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang
sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk
kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting
bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan,
tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu
penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang
dianut hubungannya dengan kesehatan.
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan
penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin

meningkatkan

tingkat

kesehatan


masyarakat

dan

pelayanan

kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara
memadai (Dinas

Kesehatan, 2007). Permasalahan-permasalahan

kesehatan masih banyak terjadi. sebenarnya individu yang menjadi
faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata
lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan
yang biasa kita lakukan dan mengikuti perubahan zaman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang terdapat pada latar
belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan kebudayaan dan perilaku?

2. Bagaimanakah adaptasi manusia terhadap lingkungan?
3. Bagaimanakah seleksi alam dan penyakit?
4. Bagaimanakah adaptasi fisiologi?
5. Bagaimanakah adaptasi budaya?
6. Bagaimanakah konsep sehat dan sakit?
7. Bagaimanakah perilaku sehat dan perilaku sakit yang berkaitan
dengan sistem tradisi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan kebudayaan dan perilaku
2. Untuk mengetahui adaptasi manusia terhadap lingkungan
3. Untuk mengetahui seleksi alam dan penyakit
4. Untuk mengetahui adaptasi fisiologi
5. Untuk mengetahui adaptasi budaya
6. Untuk mengetahui konsep sehat dan sakit
7. Untuk mengetahui perilaku sehat dan perilaku sakit yang
berkaitan dengan sistem tradisi

D. Manfaat
Bagi penulis dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan sumber
pengetahuan tentang materi yang terkait Hubungan kebudayaan dan

kesehatan, serta aspek social budaya yang mempengaruhi status dan
perilaku kesehatan.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Hubungan Kebudayaan dan Kesehatan
1.

Hubungan Kebudayaan dan Perilaku

a. Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal
kerta yaitu buddhayah,

yang

merupakan

dari bahasa Sans
bentuk


jamak

dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok

orang

dan

diwariskan

dari

generasi

ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit
termasuk

sistem

agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkak

as, pakaian, bangunan dan

karya seni. Bahasa, sebagai-

mana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaanperbedaannya,

membuktikan

bahwa

budaya

itu

dipelajari. Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya yang mana budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri. "Citra
yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam

berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja
untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup
mereka.
Karakteristik

Kebudayaan

adalah

sesuatu

yang

dapat

dipelajari, dapat ditukar dan dapat berubah, itu terjadi ‘hanya
jika’

ada

jaringan

interaksi

antar manusia

dalam

bentuk

komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok budaya yang
terus menerus. Dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Edward
T. Hall, budaya adalah komunikasi,komunikasi adalah budaya.
Jika kebudayaan diartikan sebagai sebuah kompleksitas total dari
seluruh pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia, maka untuk
mendapatkannya

dibutuhkan

sebuah

usaha

yang

selalu

berurusan dengan orang lain. Edward T. Hall menegaskan bahwa
hanya manusialah yang memiliki kebudayaan, sedangakan
binatang

tidak. Karaktersitik

dari

kebudayaan

membentuk

perilaku – perilaku komunikasi yang khusus, yang tampil dalam
konsep subkultur. Subkultur adalah kebudayaan yang hanya
berlaku bagi anggota sebuah komunitas dalam satu kebudayaan
makro. Sebagai contoh para homosex atau lesbi mempunyai
kebudayaan khusus, apakah itu dari segi pakaian, makanan,
istilah, atau bahasa yang digunakan sehari-hari.
Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat
mengelompokkan budaya menjadi dua, yaitu: Budaya yang
bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.

1) Budaya yang Bersifat Abstrak
Budaya yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam
pikiran manusia, misalnya terwujud dalam ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan cita-cita. Jadi
budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari
kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau
harapan bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah
menjadi kesepakatan.
2) Budaya yang Bersifat konkret
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan
atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat
yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto.
Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem
sosial dan fisik, yang terdiri atas:
a) Perilaku : Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah
laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam
masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of
behavior) masyarakatnya.
b) Bahasa : Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang
dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan
telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu
sebab paling penting dalam memperlambangkan budaya
sampai mencapai ke tingkat seperti sekarang ini adalah
pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir
dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan
berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c) Materi : Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau
perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian,

perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata,
alat produksi, dan alat transportasi.
b. Unsur-unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai beri
kut:
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur
pokok :
1) Alat-alat teknologi
2) Sistem ekonomi
3) Keluarga
4) Kekuasaan politik
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi :
1) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara
para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
alam sekelilingnya
2) Organisasi ekonomi
3) Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk
pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4) Organisasi kekuatan (politik)
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:
1) Kebudayaan material
Kebudayaan

material

masyarakat

yang

kebudayaan

material

mengacu

nyata,
ini

pada

konkret.
adalah

semua

ciptaan

Termasuk

temuan-temuan

dalam
yang

dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat,

perhisalan,

senjata,

dan

seterusnya.

Kebudayaan

material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat

terbang,

stadion

olahraga,

pakaian,

gedung

pencakar langit, dan mesin cuci.
2) Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak
yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
c. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.
Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap

organisme,

dan

kemudian

organisme

tersebut

merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus –Organisme–Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003):
1) Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon

atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Menurut Lowrence Green, perilaku ditentukan atau terbentuk
dari tiga faktor :
a. Faktor predisposisi ( predis posing factors )yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap kepercayaan, keyakinan, nilai –
nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung ( enabling factors ) yang terwujud dalam
linkungan fisik, tersedia atau tidak tersedia sarana.
c. Faktor pendorong ( reinforcement factors ) yang terwujud
dalam sikap dan perilaku, kebijakan dan lain – lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
adalah hasil dari seseorang setelah orang tersebut melakukan
penginderaan

terhadap

obyek

tertentu

dan

pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
perilaku seseorang.
d. Hubungan Antara Kebudayaan dan Perilaku
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang
sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko
bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.

Hampir

semua

tindakan

manusia

itu

merupakan

kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang
bukan

merupakan

kebudayaan,

tetapi

tindakan

demikian

prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan
tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa
proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi,
dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan
juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap
kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu sebagai :
1) Penganut kebudayaan,
2) Pembawa kebudayaan,
3) Manipulator kebudayaan
4) Pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan
pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian.
Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi
apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan
berbagai cara.
Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan.
Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan
masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang
digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan.
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi
antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini.
Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran
sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara

hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu
manusia juga memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan,
emosi,

kemauan,

fantasi

dan

perilaku.

Dengan

semua

kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa
menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara
manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia,
namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan
kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya
dan

manusia

dapat

hidup

ditengah

kebudayaan

yang

diciptakannya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi
manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang
mempunyai

kegunaan

utama

dalam

melindungi

manusia

terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki
peran sebagai:
1) Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
2) Wadah

untuk

menyalurkan

perasaan-perasaan

dan

kemampuan-kemampuan lain.
3) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4) Pembeda manusia dan binatang
a) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus
bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
b) Pengatur

agar

manusia

dapat

mengerti

bagaimana

seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya
jika berhubungan dengan orang lain.
5) Sebagai modal dasar pembangunan.
Proses Dan Perkembangan Kebudayaan. Kebudayaan adalah
hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan

mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan
perkembangan

manusia

itu.

Perkembangan

tersebut

dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena
kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan
terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain
dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melaui
proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu
kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna
untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian

suatu

kebudayaan

tidak

terlepas

dari

pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim topografi
sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu,
kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi
(dalamhal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat
berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahanperubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau
tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan
bergeser. Suatu kelompok dalam kelompok sosialbisa saja
menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang
mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan
zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan
kebudayaan ini kadang kala disalah artikan menjadi suatu
penyimpangan kebudayaan.
Hal

yang

kebudayaan

terpenting

adalah

dengan

dalam
adanya

proses
kontrol

pengembangan
atau

kendali

terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh
para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang

ditampilkan sengat bertolak belakang dengan budaya yang
dianut didalam kelompok sosial yang ada di masyarakat. Sekali
lagi yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang ada di
masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan
yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
e. Dampak Kebudayaan Terhadap Perilaku
Perubahan Kebudayaan
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan
mengalami

perkembangan

(dinamis)

sesuai

dengan

perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada
kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan
akan

mengalami

perubahan.

Adalima

penyebab

terjadi

perubahan kebudayaan yaitu:
1) Perubahan lingkungan alam
2) Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan kelompok
lain
3) Perubahan karena adanya penemuan (discovery).
4) Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau
bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material
yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara
hidupnya

dengan

mengadopsisuatu

pengetahuan

atau

kepercayaan baru atau karena perubahan dalam pandangan
hidup dan konsepsinya tentang realitas.
Dampak kebudayaan terhadap perilaku di bagi menjadi dua, ada
yang berdampak positif ada juga yang berdampak negative.
1) Dampak positif kebudayaan terhadap perilaku :

a) Tertanamnya sikap untuk saling menghormati dan
menghargai antar suku yang berbeda
b) Keanekaragaman

budaya

daerah

dapat

membantu

meningkatkan pengembangan kebudayaan nasional
c) Promotes nilai-nilai kemanusiaan, Ketika suatu organisasi
memiliki sekelompok karyawan milik beragam budaya,
hal ini menunjukkan bahwa organisasi mengakui dan
merayakan dan memperingati keragaman yang ada pada
orang dari latar belakang yang berbeda. Ini membuat
orang-orang organisasi berpikir bahwa nilai mereka dan
kontribusi layak sedang direalisasikan oleh organisasi
dan manajemen.
d) Improves produktivitas dan profitabilitas, Terlepas dari
nilai-nilai

kemanusiaan,

keragaman

budaya

juga

membawa beberapa manfaat nyata kepada bisnis di
seluruh dunia. Persuasi aktif keragaman di tempat kerja
langsung
organisasi

dampak
serta

produktivitas
karyawan.

dan
Ada

profitabilitas
peningkatan

produktivitas pekerjadan profitabilitas bagi organisasi.
e) Exchange ide-ide inovatif, Ketika sebuah organisasi
terdiri dari orang dengan berbagai latar belakang,
budaya dan pengalaman, ide-ide kreatif dan inovatif baru
menopang dalam pikiran orang yang berbeda. Ituwajar
bahwa orang-orang dengan berbagai pengalaman dan
perspektif dalam hidup akan mampumenghasilkan ideide unik dan solusi untuk masalah. Ini adalah nilai besar
untuk

keduaorganisasi

dan

karyawan.

Pertukaran

dinamis seperti yang terjadi antara orang yang memiliki
persepsi yang berbeda menghasilkan hasil yang kreatif.

Situasi seperti ini pernah dibuat dalamkelompok orang
yang berpikir sama dan milik budaya serupa.
2) Dampak negatif kebudayaan terhadap perilaku :
a) Adanya

pontensi

konflik

antarsuku

dan

hambatan

pergaulan antarsuku karena perbedaan bahasa dan
budaya
b) Kecurigaan antar suku
c) Multikulturalisme, adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan

pandangan

seseorang

tentang

ragam

kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang
menekankan

tentang

penerimaan

terhadap

realitas

keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural)
yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut
nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang
mereka anut. Didalam multikulturalisme masyarakat
diminta

untuk

multikulturalisme
melihat

melihat
juga

keragaman

dan

menyikapi

perbedaan,

mengajak

masyarakat

budaya

dalam

untuk

kacamata

kesederajatan maksudnya tidak ada budaya yang lebih
tinggi daripada budaya lain. Didalam multikulturalisme
juga tidak boleh ada diskriminasi terhadap suatu
komunitas suku bangsa tertentu karena hal itu akan
menjadi benih perpecahan dan konflik. Semua suku
bangsa harus diperlakukan sama dan dilibatkan dalam
berbagai aspek kebangsaan baik sosial, politik, hukum,
maupun pertahanan dan keamanan. Hanya dengan cara
demikian seluruh potensi suku bangsa akan bahumembahu membangun perdapan bangsanya yang lebih
baik.

2.

Adaptasi Manusia Terhadap Lingkungan

a. Pengertian Adaptasi
Adaptasi

adalah

kemampuan

makhluk

hidup

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Ada
beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu
dengan carapenyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian
kerja

organtubuh,

dan

tingkah

laku

dalam

menanggapi

perubahan lingkungan.
Adaptasi dari makhluk hidup khususnya dapat dibedakan
dalam dua macam, yaitu adaptasi genetis dan adaptasi somatis.
1) Adaptasi Genetis
Setiap lingkungan hidup selalu merangsang penghuninya
untuk membentuk struktur tubuh tertentu. Struktur yang
dibentuk

ini

dapat

bersifat

menurun

dan

permanen,

sehingga dapat dikatakan adanya hubungan yang kuat
antara struktur tertentu dari organisme dengan lingkungan
hidupnya. Manusia memiliki banyak ciri-ciri genetika yang
spesifik dibanding makhluk hidup lainnya, antara lain:
a) mempunyai susunan gigi yang lengkap
b) mempunyai organ pencernaan dengan enzim-enzim dan
kekuatan-kekuatan khusus yang ada di dalamnya,
c) mempunyai struktur badan yang lengkap, termasuk
susunan

syaraf

yang

menjadikan

manusia

sebagai

makhluk hidup “berakal”.
Keadaan sifat-sifat genetika tersebut membuat manusia
mempunyai toleransi yang besar terhadap lingkungan
hidupnya.

2) Adaptasi Somatis
Adaptasi somatis adalah adaptasi yang berbentuk
perubahan struktural ataupun fungsional, bersifat sementara
serta tidak diturunkan kepada keturunannya. Apabila terjadi
perubahan lingkungan yang baru, maka struktur atau
fungsinya bisa berbeda pula sesuai dengan perubahan yang
terjadi. Misalnya, pada daerah panas kulit manusia akan
berubah menjadi lebih gelap, sedangkan daerah yang dingin
menjadi lebih terang. Di daerah pegunungan dengan kadar
oksigen yang lebih rendah dari daerah pantai, maka bentuk
jantung dan paru- paru juga akan menyesuaikan menjadi
lebih besar.
Adaptasi somatis selain mengubah struktur dan fungsi
pada manusia, juga dapat mengubah kemampuan manusia.
Dengan kemampuan ini manusia menjadi lebih mudah
menyesuaikan

diri

dengan

keadaan

lingkungan

yang

bermacam-macam. Berbagai alat yang diproduksi manusia
semakin lama semakin kompleks sesuai dengan kemajuan
teknologi mereka, misal kemajuan teknologi di bidang
konstruksi bangunan, pakaian, persenjataan, obat-obatan
sampai teknologi mengeksplorasi luar angkasa. Kemampuan
ini tidak dapat dijumpai pada makhluk lain seperti binatang
maupun tumbuhan. Adaptasi somatis ini juga mampu
membentuk sifat-sifat manusia menjadi agresif, pemalas,
pemarah, dan sebagainya.
Manusia

sebagai

penghuni

bumi,

bukan

hanya

bertempat tinggal, tetapi mencakup berbagai hal, seperti

mempertahankan diri dan meningkatkan taraf hidupnya baik
secara individu maupun secara berkelompok. Adaptasi
manusia terhadap lingkungannya berbeda dengan adaptasi
tumbuhan dan hewan. Adaptasi manusia lebih terlihat pada
perubahan perilaku dan budayanya sebagai respons yang
tepat terhadap tantangan dari lingkungannya.
Adaptasi pada manusia di muka bumi dengan kondisi
lingkungan

yang

berbeda

akan

menimbulkan

bentuk

adaptasi yang berbeda pula, misalnya cara berpakaian,
bermata pencaharian, berbahasa, dan sebagainya. Secara
keseluruhan

adaptasi

kebudayaan

yang

itu

akan

berbeda-

membentuk

beda

yang

pola-pola

tersebar

di

permukaan bumi, sehingga membentuk wilayah kebudayaan
(cultural region).
b. Pengertian Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia
sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai
stimulus internal dan eksternal. Lebih lanjut stimulus itu
dikelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal,
kontekstual dan residual.
1. Stimulus fokal yaitu rangsangan yang berhubungan langsung
dengan perubahan lingkungan misalnya polusi udara dapat
menyebabkan infeksi paru, kehilangan suhu pada bayi yang
baru lahir.
2. Stimulus kontekstual yaitu : stimulus yang menunjang
terjadinya sakit (faktor presipitasi) keadaan tidak sehat.
Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini. Misalnya :

daya tahan tubuh yang menurun, lingkungan yang tidak
sehat.
3. Stimulus residual yaitu : sikap, keyakinan dan pemahaman
individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak
sehat atau disebut dengan faktor presdiposisi sehingga
terjadi kondisi fokal. Misalnya : persepsi klien tentang
penyakit, gaya hidup dan fungsi peran.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi,
keadaan

di

sekitar

yang

mempengaruhi

keadaan,

perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau
kelompok.
c. Adaptasi Manusia Terhadap Lingkungan
Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup di bumi yang
memiliki akal budi dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berpikir di kehidupan sehari-hari. Karena akal pikiran itulah,
Manusia juga akhirnya menjadi mahluk yang bersosial dan hidup
menyebar di berbagai tempat di bumi dengan berbagai kondisi
alam dan tantangan hidupnya masing-masing
Manusia hidup di berbagai tempat di bumi, mulai dari suku
sahara di gurun sahara afrika yang gersang, orang indian di
lebat ganasnya hutan hujan tropis di selatan benua amerika,
orang nepal yang hidup di dataran tertinggi dunia dengan
tekanan udara amat rendah, hingga daerah kutub yang di huni
oleh orang eskimo.
Semua daerah tempat manusia hidup memiliki tantangan
hidup masing-masing yang

menuntut kemampuan adaptasi

manusia untuk bertahan hidup

Dalam menghadapi tantangan hidup dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya, manusia menggunakan 4 hal dari diri
mereka sendiri, yaitu:
1) Akal pikiran
Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang tidak
memiliki alat pertahanan hidup alami.
Jika kucing memiliki cakar dan taring, ular memiliki bisa,
bunglon dapat berubah warna, maka manusia tidak memiliki
apapun sebgai alat pertahanan alami kecuali satu-satunya
yang di berikan Tuhan kepada manusia, yaitu AKAL PIKIRAN
Cara manusia mempertahankan hidup adalah dengan
“Memberdayakan Akal Pikiran” mereka dalam menghadapi
bermacam hal di kehidupannya.
Akal pikiran di gunakan diantaranya, untuk:
a) Membuat sesuatu di

gunakan

untuk

kemudahan

dan keberlangsungan hidup manusia.
(misalnya, membuat alat berburu, rumah, obat, pakaian
dll.)
b) Mempertimbangkan sesuatu

digunakan

untuk

memutuskan apa yang sebaiknya dilakukan untuk
merespon suatu kondisi tertentu yang dihadapi
(misalnya, menyimpan air sebelum musim kemarau tiba,
mempertimbangkan

resiko

ketika

akan

melakukan

sesuatu dll.)
c) Membantu mempermudah kehidupan digunakan

dalam

membantu manusia melakukan sesuatu lebih mudah.
(misalnya penemuan-penemuan membantu kehidupan
manusia lebih mudah)

d) Membantu manusia belajar. Belajar sangat membantu
manusia, agar tidak melakukan hal yg salah, misalnya
belajar dari kesalahan sehingga dapat menjadi lebih baik
kedepannya. Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup
yang

dapat

mempelajari sesuatu dan mempertimbangkannyadeng
an seksama.
Contoh Akal pikiran untuk mempertahankan hidup
a) Suku eskimo membuat rumah iglo yang terbuat dari
es untuk berlindung.
Meskipun

terbuat

dari

es,

ternyata

suhu

di

dalam iglo jauh lebih hangat dari suhu luar yg bisa
mencapai -46 °C
b) Pembuatan

alat

berburu

untuk

mempermudah

mencari makan.
c) Pembuatan alat-alat pertahanan dari bahaya
d) Pikiran untuk menjauhi tempat berbahaya sebagai
tempat tinggal
e) Menyimpan banyak air menjelang kemarau. Dan lainlain.
2) Perasaan/emosi
Perasaan adalah emosi yang hadir sebagai hasil dari
pertimbangan akal pikiran dan pertimbangan keterikatan
nurani. Perasaan atau emosi digunakan manusia untuk
bertahan hidup, karena manusia adalah mahluk sosial.
Perasaan (sayang, kasih) membuat manusia memiliki
keluarga, teman, atau kerabat. Yang apabila kita tidak
mampu dan dalam keadaan berbahaya ( misalnya sakit)

mereka

dapat

membantu

untuk

menjaga

kita

dan

mempertahankan keberlangsungan hidup kita.
Perasaan/emosi

juga

digunakan

untuk

mempertimbangkan sesuatu, baik atau buruk, pantas tak
pantas, tega atau tidak tega menggunakan perasaan atau
emosi manusia.
Sebenarnya, perasaan adalah anugerah terbesar yang
diberikan

Tuhan

menyayangi,

kepada

menghargai

manusia.
dan

Perasaan

lainnya

adalah

saling
dasar

harmonisasi social manusia. Jadi manusia, tidak hanya
menggunakan akal pikiran saja, tapi juga diperlukan
perasaan/emosi
Contoh

penggunaan

emosi/perasaan

dalam

mempertahankan hidup
a) Keluarga adalah contoh konkret.
b) Bagi suku eskimo misalnya, pembagian tugas dan peran
masing-masing membantu menjaga keberlangsungan
hidup.
c) Kerjasama dalam berburu, menjaga ketika ada yg sakit,
membuat rumah bersama. Dll
d) Perasaan seorang ibu untuk menjaga kelangsungan hidup
anaknya
e) Perasaan seorang kepala keluarga yang menyayangi dan
menjaga keluarganya
f) Bahkan orang asing yang tidak dikenal sekalipun dapat
ditolong manusia lainnya berdasarkan perasaan dan
nurani.
3) Jasmani

Jasmani atau kekuatan tubuh menjadi salah satu hal yang
digunakan manusia dalam beradaptasi dan mempertahankan
hidup secara individu, misalnya:
a) Lapisan lemak di kulit orang eskimo di kutub untuk
mempertahankan suhu tubuh lebih tebal dari manusia
umumnya.
b) orang suku sahara di gurun sahara yang pori keringatnya
lebih besar dari manusia umumnya.
c) Kadar Hb (hemoglobin) orang nepal lebih banyak dari
manusia umumnya, untuk mengikat oksigen lebih banyak
di daerah miskin oksigen di gunung himalaya.
4) Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu hal yang digunakan
manusia

dalam

menyampaikan

kehidupannya
maksud

antar

untuk
individu

berinteraksi

dan

berbeda,

Baik

komunikasi verbal, tulisan, bahasa tubuh, bahkan isyarat
Dalam

mempertahankan

hidupnya,

komunikasi

menjadi hal penting bagi manusia untuk mengutarakan
pikiran ke manusia lain, sehingga peluang bertahan hidup
lebih besar karena koordinasi lebih terjalin serta maksud dari
satu individu lainnya dapat dimengerti dengan baik.
Seandainya tidak ada komunikasi, akan sangat sulit
untuk manusia bertahan. Bahasa yang berbeda dan tidak
dapat di mengertipun sangat mengganggu.
Contoh penggunaan komunikasi untuk mempertahankan
hidup
a) Ketika manusia sakit, maka dia akan memberitahu
manusia lainnya yang terdekat untuk meminta tolong

b) Ketika manusia berkoordinasi membuat rumah atau
berburu
c) Ketika manusia menjalin kerjasama dan membangun
emosi.
d) Ketika manusia saling berinteraksi dan menyampaikan
berita
e) Ketika manusia bekerjasama dalam ekonomi, dan lainlain.

3.

Seleksi Alam dan Penyakit

a. Pengertian Seleksi Alam
Seleksi alam adalah proses pemilihan atau penyeleksian
yang dilakukan oleh alam terhadapmakhluk hidup yang dapat
beradaptasi karena adanya perubahan alam, makhluk hidup
yangmampu menyesuaikan diri terhadap alam akan tetap
bertahan, sedangkan yang tidak dapatmenyesuaikan diri akan
tersisih (punah).Mengapa sekarang dinosaurus tidak ditemukan
lagi?Salah

satu

dugaan

menyatakan

bahwa

pada

masa

kehidupandinosaurus, banyak asteroid atau meteorit (bendabendalangit)

yang

menabrak

Bumi.

Kejadian

ini

menyebabkanterjadinya perubahan iklim yang ekstrim di Bumi
sehinggabanyak makhluk hidup yang tidak dapat bertahan
hidup.
Dugaan yang lain menyatakan bahwa pergerakanlempengan
bumi yang menyebabkan punahnya dinosaurus.Saat ini, kita
mengenal ada lima benua, yaitu Asia, Afrika,Amerika, Australia,
dan Eropa. Pada zaman dahulu, keadaanbenua di Bumi tidaklah
seperti sekarang. Pergerakan lempengbenua diduga menjadi
faktor penyebab terjadinya perubahankondisi di Bumi.

Walaupun para ahli berbeda pendapat tentang penyebab
punahnya makhluk hidup yang hidup di zaman dahulu,namun
sesungguhnya ada juga persamaan pendapat. Pendapatyang
sama tersebut menyatakan bahwa kondisi bumiyang jauh
berbeda dengan keadaan sebelumnya itulah yangmenyebab kan
banyak makhluk hidup mati.
Keadaan alam yang berubah turut menyeleksi keberadaan
makhluk

hidup.

Makhluk

kemampuanadaptasi

yang

hidup

tinggi

akan

yang

memiliki

mampu

bertahan

hidup.Adapun makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi
tidakakan

bertahan

hidup.

Teori

tersebut

dinamakan

“SeleksiAlam” yang ditemukan oleh Charles Darwin pada
1859dalam bukunya yang berjudul The Origin of Species by
Meansof Natural Selection.
Faktor penyeleksi alam
Seleksi alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktorfaktor
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Suhu lingkungan
Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu

tebal,

sedangkan

di

daerah

tropis

hewan

mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang menjadi faktor
penyeleksi adalah suhu lingkungan. Mengapa demikian?
Karena hewan mamalia yang berbulu tipis umumnya tidak
akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu
sangat rendah sehingga hewan tersebut akan tereliminasi
dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya
tetap

hangat.

mempunyai

Selain

lapisan

bulunya,
lemak

menghangatkan tubuhnya.

beruang

yang

kutub

digunakan

juga
untuk

b) Makanan
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan
adalah kebutuhan primer makhluk hidup. Makanan akan
menjadi faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan.
Makhluk hidup yang kuat dan mempertahankan makanannya
akan dapat berlangsung hidup, sebaliknya hewan yang
lemah dan tidak mampu bersaing dalam perebutan makanan
akan tereliminasi dan punah.
c) Cahaya matahari
Faktor

matahari

tumbuhan

berhubungan

tingkat

tinggi

yang

dengan

penyeleksian

berklorofil.

Mengapa

demikian? Karena tumbuhan menggunakan cahaya matahari
untuk pembentukan makanan.

b. Seleksi Alam dan Penyakit
Kondisi alam dan lingkungan akan selalu mengalami
perubahan. Adanya bencana alam ataupun persaingan serta
munculnya wabah penyakit yang menyerang makhluk hidup
akan membuat terjadinya kepunahan. Untuk itu semua
makhluk hidup dituntuk untuk dapat beradaptasi dengan
segala perubahan yang terjadi pada alam ini.
Jadi, alam akan menyeleksi setiap individu (makhluk
hidup). Individu-individu yang tidak dapat atau mampu
menyesuaikan diri (beradaptasi) untuk bertahan hidup akan
mengalami kematian ataupun kepunahan. Sementara itu,
individu-individu yang dapat bertahan hidup karena mampu
beradaptasi
hidupnya.

dapat

mempertahankan

kelangsungan

4.

Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada
organ atau alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan
baik.
Adaptasi fisiologi ini penekanannya menyangkut fungsi alatalat tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh
mengalami perubahan srhingga tetap bertahan hidup.
Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang /
hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan
air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu
yang lama
a) Anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk
bertahan di daerah dingin dengan menahan panas tubuh tetap
tertahan
b) Adaptasi ini bisa juga berupa berlaku pada enzim yang
dihasilkan suatu organisme karena makanannya . Contoh:
dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak pada
bagian rumennya yang dihasilkan oleh bakteri rumen yang ada
di dalam rumennya yang diajak kerja sama dengannya
c) Kucing, apabila hewan ini berteduh kadar metabolisme badan
kucing tersebut akan direndahkan supaya kadar kehilangan air
didalam badan berkurang.
d) Musang juga beradaptasi dengan cara menyemburkancairan
bagi mengelakkan dirinya daripada musuh. Kelenjar bau yang
dimiliki oleh musang tersebut membuat musuh tidak kuat dan
pergi karena baunya
Adaptasi Fisiologi pada Manusia

a) Jumlah Hemoglobin pada sel darah merah orang yang
tinggal di pegunungan lebih banyak jika dibandingkan
dengan orang yang tinggal di pantai/dataran rendah
mengingat semakin tinggi tempat semakin kadar oksigen
menurun
b) Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada
ukuran jantung orang kebanyakan.
c) Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak
mengeluarkan urine (air seni).
Adaptasi Fisiologi pada Hewan
a) Berdasarkan jenis makanannya, hewan dapat dibedakan
menjadi karnivor (pemakan daging). herbivor memakan
tumbuhan), serta omnivor (pemakan daging dan turnbuhan).
Penyesuaian

hewan-hewan

tersebut

terhadap

jenis

makanannya. antara lain terdapat pada ukuran (panjang)
usus dan enzim pencernaan yang berbeda.. Untuk mencerna
tumbuhan yang umumnya mempunyai sel-sel berdinding sel
keras, rata-rata usus herbrvor lebih panjang daripada usus
karnivor:
b) Ikan air tawar yang telanan osmotik cairan tubuhnya lebih
besar dengan air sebagai habitatnya , maka minum sedikit ,
kencingnya banyak . iini terjadi karena air dari luar masuk
secara osmosis di tubuhnya yang lebih pekat , maka ikan
mas di laut akan mati karena kebiasaan itu kebablasan di air
laut , maka yang terjadi dehidrasi , harusnya minumnya
banyak kencing sedikit OK
Adaptasi Fisiologi pada Tumbuhan

a) Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh serangga
mempunyai bunga yang berbau khas m dengan corolla
menyolok
b) Tumbuhan tertentu menghasilkan zat khusus yang dapat
menghambat pertumbuhan tumbuhan lain atau melindungi
diri terhadap herbivor.
c) Misalnya. semak azalea di Jepang menghasilkan bahan kimia
beracun sehingga rusa tidak memakan daunnya.

5.

Adaptasi Budaya
Proses adaptasi antarbudaya didefinisikan sebagai tingkat

perubahan yang terjadi ketika individu pindah dari lingkungan yang
dikenalnya

ke

lingkungan

yang

kurang

dikenal.

Proses

ini

melibatkan perjalanan lintas batas budaya.
Faktor-Faktor Antecedent Adaptasi antarbudaya mengacu
pada proses perubahan yang berkaitan dengan identitas yang
terjadi secara meningkat yang terjadi pada para penduduk
musiman dan imigran di lingkungan baru.
Penyesuaian mengacu pada proses adaptif jangka pendek dan
menengah yang dilakukan para penduduk musiman dalam masa
penugasan mereka di luar negeri.
Istilah akulturasi digunakan dalam literatur antarbudaya untuk
menggambarkan proses perubahan jangka panjang para imigran
dan pengungsi saat beradaptasi dengan tempat tinggal baru
mereka.
Enkulturasi, pada sisi lain, kerap mengacu pada proses
sosialisasi primer terus-menerus para orang asing di budaya asal
mereka di mana mereka telah menginternalisasikan nilai-nilai
budaya utama.

Ada tiga faktor antecedent yang biasanya mempengaruhi proses
adaptasi para pendatang: faktor di level sistem, level individu, dan
interpersonal.
1) Faktor-Faktor di Level Sistem
Faktor-faktor di level sistem adalah faktor-faktor yang ada di
lingkungan yang didatangi yang mempengaruhi para adaptasi
pendatang baru terhadap budaya baru. Ada lima observasi
yang terkumpul berdasarkan temuan dari riset adaptasi yang
tersedia.
a) Pertama, keadaan sosioekonomi budaya yang didatangi
mempengaruhi iklim adaptasi. Keadaan yang makmur akan
membuat para anggota budaya tersebut lebih toleran
terhadap pendatang baru.
b) Kedua, pendirian sikap budaya yang didatangi berkaitan
dengan

asimilasi

budaya

atau

pluralisme

budaya

menghasilkan efek tak langsung pada kebijakan-kebijakan
institusional terhadap proses adaptasi para pendatang baru.
Pendirian asimilasi budaya menuntut konfirmitas lebih tinggi
dari para orang asing dalam beradaptasi dengan lingkungan
yang didatangi dibandingkan dengan pendirian pluralis
budaya.
c) Ketiga, institusi lokal berperan sebagai agensi kontak
pertama yang memfasilitasi atau menghambat proses
adaptasi para penduduk musiman atau imigran.
d) Keempat, definisi makna budaya yang didatangi soal peran
para pendatang dapat mempengaruhi proses awal dari
adaptasi para penduduk musiman dan imigran.

e) Kelima, jarak budaya antara kedua budaya--milik para
pendatang dan tuan rumah--berdampak kuat pada adaptasi
para pendatang.
2) Faktor-Faktor di Level Individu
Di level individu, ada faktor-faktor yang mempengaruhi
adaptasi antarbudaya: motivasi individual, ekspektasi individual,
pengetahuan berdasarkan interaksi dan pengetahuan budaya,
dan atribut pribadi.
Orientasi motivasi pendatang baru untuk meninggalkan tempat
asalnya dan memasuki satu budaya baru memiliki pengaruh
yang tak terhindarkan pada mode-mode adaptasinya.
Ekspektasi individual pun dipandang secara luas sebagai satu
faktor krusial dalam proses adaptasi antarbudaya. Ekspektasi
mengacu pada proses antisipatori dan hasil prediktif dari situasi
yang akan datang.
Pengetahuan budaya dan pengetahuan berdasarkan interaksi
yang dimiliki para pendatang baru tentang budaya yang
didatangi juga berperan sebagai faktor penting lain dalam
proses adaptasi mereka. Pengetahuan budaya dapat mencakup
informasi soal sejarah perbedaan etnik dan budaya, geografi,
sistem politik dan ekonomi, keyakinan agama dan spiritul,
sistem

nilan

berganda,

dan

norma-norma

situasional.

Pengatahuan berdarkan interaksi mencakup bahasa, gaya
verbal dan nonverbal, isi-isu komunikasi yang berkaitan dengan
perbedaan, dan berbagai gaya pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
Berkaitan dengan atribut pribadi, profil-profil kepribadian
seperti toleransi tinggi terhadap ambiguitas, locus internal
kontrol, fleksibilitas dan keterbukaan personal secara konstan

dihubungkan dengan pemfungsian psikologis yang positif dalam
satu budaya baru. Ward mengajukan satu proposisi ”cultural
fit”, yang menekankan pentingnya kecocokan antara tipe
kepribadian para acculturators dengan norma-norma budaya
yang jadi tuan rumah.
Sebagai tambahan, variabel-veriabel demografis seperti usia
dan

tingkat

pendidikan

juga

mempengaruhi

keefektifan

adaptasi.
3) Faktor-Faktor di Level Antarpribadi
Faktor-faktor di level interpersonal mencakup faktor jaringan
hubungan tatap muka, faktor kontak yang dimediasi, dan
faktor-faktor kemampuan interpersonal. Faktor jaringan kontak
dan

media

massa

dapat

meningkatkan

kemampuan

menyesuaikan diri interpersonal dalam perjalanan pembelajaran
budaya yang mereka lakukan.
Jaringan kontak mengacu pada kombinasi ikatan personal dan
sosial dalam budaya baru di mana sumber-sumber daya afektif,
instrumental, dan informasional dipertukarkan. Sumber daya
afektif mencakup pertukaran dukungan identitas dan pesanpesan

emphatic

relasional.

Sumber

daya

instrumental

mencakup dukungan tujuan yang berkaitan dengan tugas,
bantuan-bantuan praktis, dan pertukaran sumber daya yang
tangible.

Sumber

daya

informasional

mencakup

berbagi

pengetahuan dan membuat orang lain mengetahui satu berita
penting tertentu.
Studi menemukan bahwa dalam tahap adaptasi awal, jaringan
pertemanan/sosial yang berdasarkan etnis berperan penting
bagi para pendatang baru dalam hal fungsi dukungan identitas
dan dukungan emosional.

Media etnis juga memainkan peran yang penting dalam tahap
awal adaptasi para imigran. Hambatan bahasa membuat para
imigran cenderung memilih media etnis.
Di sisi lain, media tuan rumah juga memainkan peran edukatif
dalam

menyediakan

lingkungan

yang

aman

bagi

para

pendatang baru untuk mempelajari bahasa dan keterampilan
bersosialisasi dari budaya tuan rumah.
Dari semua variabel, kemampuan berbahasa memainkan peran
yang paling penting dalam konsumsi media tuan rumah.
Semakin baik kemampuan bahasa para pendatang, semakin
mungkin mereka memilih media tuan rumah. Pada tahap awal
adaptasi, para imigran mungkin cenderung memilih acara-acara
hiburan, namun pada tahap berikutnya, mereka lebih memilih
acara-acara informasi.
Para

peneliti

manajemen

internasional

mengidentifikasi

beberapa kemampuan adaptif interpersonal yang penting bagi
para pelaku bisnis yang bekerja di luar negeri: pemeliharaan
keadaan psikologis, kesadaran yang memadai soal perilaku dan
nila-nilai tuan rumah, interaksi interpersonal dengan orang dari
negara tersebut. Sebagai perbandingan, peneliti komunikasi
antarbudaya mendefinisikan beberapa kemampuan sebagai
keterampilan antarbudaya yang penting: (1) kemampuan
mengelola tekanan psikologis, (2) kemampuan berkomunikasi
secara efektif, dan (3) kemampuan membangun hubungan
antarpribadi yang meaningful.
Ada lima langkah yang dapat diterapkan oleh para penduduk
musiman

dan

imigran

dalam

mengasah

kemampuan

interpersonal khusus-budaya mereka dalam budaya baru:

a) identifikasi satu keterampilan yang memfasilitasi komunikasi
yang lebih baik dengan orang-orang dari satu budaya
tertentu
b) pahami mengapa keterampilan ini penting-pasangkan nilai
budaya tertentu dengan kemampuan ini
c) cari tahu mengapa, di mana, dan dalam situasi apa
keterampilan ini digunakan secara tepat
d) sadari keunikan para individu yang berinteraksi dengan kita
—mungkin saja dia tidak cocok dengan norma di atas tadi
e) latih keterampilan ini dalam interaksi keseharian dengan
orang-orang dari budaya baru.
Dalam tiap proses pembelajaran budaya yang berhasil, anggota
budaya tuan rumah perlu bersikap sebagai tuan rumah yang
baik sedangkan pendatang bersikap sebagai orang-orang yang
bersedia belajar.
Adaptasi Antar-Budaya: Proses Perubahan Identitas
Proses adaptasi antarbudaya melibatkan perubahan identitas
dan

tantangan-tantangan

bagi

para

pendatang

baru.

Tantangan-tantangan yang dimaksud:
a)

Perbedaan-perbedaan dalam keyakinan inti, nilai-nilai, dan
norma-norma situasional antara di tempat asal dan di tempat
baru;

b) Hilangnya gambaran-gambaran budaya asal yang dipegang
—semua citra dan simbol yang familiar yang menandakan
bahwa identitas yang dulu familiar dari para pendatang baru
telah hilang;
c) Rasa ketidakmampuan para pendatang dalam merespons
setting baru secara tepat dan efektif.

Mengelola Proses Guncangan Budaya

Culture shock mengacu pada proses transisional di
mana individu merasa adanya ancaman pada keberadaannya
dalam satu lingkungan yang secara budaya baru baginya.
Dalam lingkungan yang kurang akrab baginya itu, identitas
individu tersebut tampak tak terlindungi. Scenes dan script
budaya tak beroperasi dalam setting baru dan jaringan
budaya yang akrab sebelumnya telah hilang.

Culture shock menghasilkan pelanggaran ekspektansi,
yang

pada

gilirannya

emosional. Culture

memunculkan

shock pada

awalnya

kerapuhan
merupakan

fenomena emosional, lalu muncul disorientasi kognitif dan
disonansi identitas.
Menurut

Oberg, culture

shock menghasilkan

satu

keadaan disequilibrium identitas, yang dapat memunculkan
transformasi adaptif dalam diri seorang pendatang pada level
moral, afektif, kognitif, perilaku. Culture shock melibatkan:
1) rasa hilangnya dan tercabutnya identitas yang berkaitan
dengan nilai-nilai, status, profesi, teman-teman, dan
kepemilikan;
2) ketegangan identitas sebagai hasil dari upaya yang
dibutuhkan

untuk

melakukan

perubahan-perubahan

psikologis yang diperlukan;
3) penolakan identitas oleh anggota budaya baru;
4) kebingungan identitas, terutama yang berkaitan dengan
ambiguitas peran dan unpredictibility;
5) ketidakmampuan

identitas

sebagai

akibat

ketidakmampuan untuk mengatasi lingkungan baru.

dari

Semua penduduk musiman dan imigran mengalami
beberapa derajat hilangnya identitas dan duka dalam
lingkungan yang asing. Guncangan budaya--tak dapat
dihindari--merupakan satu pengalaman yang menekan dan
memunculkan disorientasi.
Guncangan budaya dapat memunculkan efek