MAKALAH RIZHAL

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah ekonomi merupakan masalah mendasar yang terjadi disemua negara. Oleh karena itu, dalam menyikapi permasalahan ekonomi tiap negara, masing-masing negara menganut sistem ekonomi yang sesuai dengan kondisi dan ideologi negara yang bersangkutan. Sistem menurut Chester A. Bernard, adalah suatu kesatuan yang terpadu, yang di dalamnya terdiri atas bagian-bagian dan masing-masing bagian memiliki ciri dan batas tersendiri. Suatu sistem pada dasarnya adalah “organisasi besar” yang menjalin berbagai subjek (atau objek) serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat, untuk suatu sistem sosial atau sistem kemasyarakatan dapat berupa makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau kumpulan fakta, dan untuk sistem informasi atau bahkan kombinasi dari subjek-subjek tersebut.

Perangkat kelembagaan dimaksud meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu berhubungan, cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) tadi, serta kaidah atau norma yang mengatur hubungan subjek (objek) tersebut agar serasi. Kaidah atau norma yang dimaksud bisa berupa aturan atau peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, untuk suatu sistem yang menjalin hubungan antar manusia. Secara toritis, pengertian sistem ekonomi dapat dikatakan sebagai perpaduan dari aturan-aturan atau cara-cara yang menjadi satu kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam perekonomian. Sedangkan menurut Gilarso (1992:486) sistem ekonomi adalah keseluruhan cara untuk mengordinasikan perilaku masyarakat (para konsumen, produsen, pemerintah, bank, dan sebagaiannya) dalam menjaankan kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, investasi, dan sebagaiannya) sehingga menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis, dan kekacauan dapat dihindari. Lalu menurut McEachren, sistem ekonomi dapat diartikan sebagai seperangkat mekanisme dan institusi untuk menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan untuk siapa barang dan jasa diproduksi.


(2)

1. Bagaimana kondisi ekonomi kebutuhan pangan saat ini? 2. Bagaimana kondisi kurs ekonomi saat ini?

3. Bagaimana kondisi penyelundupan ekonomi saat ini? C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui kondisi ekonomi kebutuhan pangan saat ini. 2. Untuk mengetahui kondisi kurs ekonomi saat ini.

3. Untuk mengetahui kondisi penyelundupan ekonomi saat ini.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kondisi Ekonomi Kebutuhan Pangan Saat Ini di Negara Indonesia

Kondisi iklim yang ekstrim di berbagai belahan dunia baru-baru ini secara langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi ketersediaan pangan. Kekeringan yang berkepanjangan, kebakaran hutan, banjir serta bencana alam lainnya di berbagai wilayah dunia terutama di sentra-sentra produksi pangan, sangat mempengaruhi ketersediaan gandum dan tanaman bijian-bijian lainnya yang tentu saja berdampak pada ketersediaan produk pangan tersebut.


(3)

Menurut FAO jumlah penduduk dunia yang menderita kelaparan pada tahun 2016 mencapai 925 juta orang. Situasi ini diperparah dengan semakin berkurangnya investasi di sektor pertanian yang sudah berlangsung selama 20 tahun terakhir, sementara sektor pertanian menyumbang 70% dari lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kekhawatiran akan makin menurunnya kualitas hidup masyarakat, bahaya kelaparan, kekurangan gizi dan akibat-akibat negatif lain dari permasalahan tersebut secara keseluruhan akan menghambat pencapaian goal pertama dari Millennium Development Goals (MDGs) yakni eradication of poverty and extreme hunger.

Bagi Indonesia, masalah ketahanan pangan sangatlah krusial. Pangan merupakan basic human need yang tidak ada substitusinya. Indonesia memandang kebijakan pertanian baik di tingkat nasional, regional dan global perlu ditata ulang. Persoalan ketahanan pangan dan pembangunan pertanian harus kembali menjadi fokus dari arus utama pembangunan nasional dan global. Oleh karena itu Indonesia mengambil peran aktif dalam menggalang upaya bersama mewujudkan ketahanan pangan global dan regional.

Upaya mengarusutamakan dimensi pembangunan pertanian, ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan Indonesia selaku koordinator G-33 secara aktif mengedepankan isu food security, rural development dan livelihood security sebagai bagian dari hak negara berkembang untuk melindungi petani kecil dari dampak negatif masuknya produk-produk pertanian murah dan bersubsidi dari negara maju, melalui mekanisme special products dan special safeguard mechanism.

Sebagai negara dengan komitmen yang tinggi untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan global, Indonesia juga telah menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan FAO pada bulan Maret 2009 sebagai bentuk dukungan Indonesia terhadap berbagai program peningkatan ketahanan pangan global dan pembangunan pertanian negara-negara berkembang lainnya. terutama dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan (South-South Cooperation), kerjasama teknis negara-negara berkembang (KTNB/TCDC) dan pencapaian goal dari MDGs. Penandatanganan LoI ini juga diharapkan akan semakin memperkuat peran Indonesia dalam membantu peningkatan pembangunan pertanian di negara-negara berkembang, terutama di negara-negara Asia Pasifik dan Afrika yang telah berjalan sejak tahun 1980.

Permasalahan itu diantaranya sinergi dan sistem yang terintegrasi diperlukan untuk dapat mengelola keamanan makanan, energi dan air sehingga tidak menimbulkan masalah di masa kini dan mendatang. Selain itu upaya untuk


(4)

meningkatkan sejumlah komoditas unggulan pertanian (beras, jagung, kedelai, gula dan daging sap) menuju swasembada dan swasembada berkelanjutan. Juga sistem cadangan dan distribusi serta rantai pasokan dan logistik nasional yang efisien.

Masalah lainnya adalah kekurangan produksi di sejumlah daerah. Dan terpenting adalah stabilitas harga. Sementara koordinasi antara peneliti dan kalangan industri sehingga permasalahan lainnya yaitu penganekaragaman konsumsi pangan serta mekanisme pasar pasokan pangan.

B. Kondisi Kurs Ekonomi Saat Ini di Negara Indonesia

1. Dalam perdagangan internasional, kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang di setiap negara dengan negara lain. Dikutip di wikipidia.com dengan sedikit perubahan nilai tukar atau nilai kurs merupakan sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing- masing negara. Setiap negara selalu menginginkan nilai mata uangnya stabil terhadap mata uang di negara lain namun untuk mencapai hal tersebut tidak lah mudah.

Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara lain yang menjadi mitra dalam perdagangan internasionalnya serta kondisi non- ekonomi seperti keamanan dan kondisi politik. Berikut merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat, baik itu faktor di dalam negeri maupun faktor di luar negeri :

a. Faktor dalam negeri mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar:

Perekonomian Indonesia yang kurang mapan

Rupiah termasuk soft currency, yaitu mata uang yang mudah terdepresiasi (depresiasi; melemahnya nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain yang ditentukan oleh mekanisme pasar) karena perekonomian negara asalnya relatif kurang mapan. Mata uang negara-negara berkembang umumnya adalah mata uang tipe ini, sedangkan mata uang negara maju seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya untuk mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah. Selain itu, sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia berbagi sentimen dengan negara berkembang lainnya. Artinya, ketika sentimen terhadap negara- negara berkembang secara


(5)

umum baik, maka nilai rupiah akan cenderung menguat. Sebaliknya, ketika di negara-negara berkembang yang lain banyak kerusuhan, bencana, dan lain sebagainya, maka nilai Rupiah akan melemah.

Pelarian modal kembali ke luar negeri (Capital Flight)

Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah modal asing. Ini membuat nilai rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia maka akan semakin banyak investasi asing di Indonesia dan dengan demikian Rupiah akan semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap Indonesia, Rupiah akan kian melemah. Mari ambil contoh pemotongan stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, baru-baru ini. Kebijakan uang ketat (tight money policy) tersebut membuat investor memindahkan investasinya dari Indonesia kembali ke Barat sehingga kemudian diikuti oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Ketidakstabilan Politik- Ekonomi di Indonesia

Faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politik-ekonomi. Performa data ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product), inflasi, dan neraca perdagangan, juga cukup mempengaruhi Rupiah. Pertumbuhan yang bagus akan menyokong nilai Rupiah, sebaliknya defisit neraca perdagangan yang bertambah akan membuat Rupiah terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca perdagangan, impor dan ekspor, sangat penting disini. Inilah sebabnya kenapa sangat penting bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor dan mengurangi ketergantungan pada produk impor, defisit neraca perdagangan Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan kebutuhan akan dolar meningkat tajam karena impor lebih besar daripada ekspor.

Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros

Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros serta public policy terkait utang. Pemerintah akan kesulitan berutang di dalam negeri, maka kekurangan akan ditutupi dengan berutang ke luar negeri. Maka karena utang harus dibayar dengan mata uang dolar, nilai tukar rupiah terhadap dolar dipastikan melemah.


(6)

b. Faktor di luar negeri mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar:

 Keadaan ekonomi Amerika Serikat yang baik

Dalam 8 tahun terakhir ekonomi AS memang cukup stabil, dan bahkan dalam 6 tahun terakhir mencapai kondisi pertumbuhan yang relatif tinggi, tingkat pengangguran turun, dan inflasi rendah. Kenaikan tingkat bunga yang cukup tinggi tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi mereka menurun tajam.

 Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed tahun ini Stimulus moneter sebesar 20% dari PDB Amerika atau US$3,8 triliun akan ditarik perlahan oleh Bank Sentral AS dengan menaikkan suku bunga. Dalam tiga tahun ke depan akan naik 2,5%-3%, AS ekonominya meningkat sendiri sehingga suku bunganya juga naik. 2. Dampak positif melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika

Serikat bagi perekonomian Indonesia.

a. Nilai gaji dalam Dolar AS akan meningkat

Kurs Rupiah melemah membuat nilai gaji dalam bentuk Dolar AS atau mata uang asing lainnya jadi meningkat saat ditukarkan dengan Rupiah. Kiriman bulanan TKI sebesar 500 USD ke keluarganya di Indonesia, misalnya. Saat kurs Rupiah Rp 12.000,00 per Dolar AS maka jumlah itu hanya akan setara dengan sekitar Rp 6.000.000,00 ; tetapi bila kurs Rupiah melemah hingga Rp 13.000,00 per Dolar AS maka nilainya akan meningkat jadi sekitar Rp 6.500.000,00. Hal ini dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga Indonesia yang kebetulan kerabatnya bekerja di luar negeri.

b. Meningkatkan daya saing produk Made in Indonesia di luar negeri

Jika kurs rupiah melemah, harga produk Indonesia akan makin murah bagi konsumen yang berdomisili di luar negeri. Secara teoritis, hal ini bisa meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk Made In Indonesia. Selain itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya Rupiah. Dengan sendirinya, kondisi ini bisa meningkatkan ekspor Indonesia. Meningkatnya daya saing produk Made In Indonesia di luar negeri ini berpotensi memicu ekspor Indonesia dan menguntungkan perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor jika biaya produksi barang-barang ekspor itu


(7)

sendiri bisa dijaga dalam kisaran normal dan produk Indonesia disukai di luar negeri.

c. Selisih nilai tukar kurs lebih bagi pengekspor di Indonesia

Saat pengekspor telah mengekspor produknya ke luar negeri secara kredit sebesar USD $6,000.00 umpamakan kurs rupiah pada saat pelunasan Rp 12.000,00 berarti pengekspor akan menerima pelunasan sebesar Rp 72.000.000,00 (dalam rupiah). Akan tetapi jika kurs rupiah menjadi Rp 13.000,00 maka pengekspor akan menerima pelunasan sebesar Rp 78.000.000,00 (dalam rupiah) jika ditukarkan saat itu. Ini berarti ada selisih lebih piutang sebesar Rp 6.000.000,00.

d. Harga barang konsumsi impor akan naik

Bagi barang-barang impor dari jenis barang konsumsi, mungkin bagus. Jika harga buah-buahan impor naik misalnya, maka orang mungkin akan tertarik untuk membeli buah-buahan lokal yang lebih murah dan segar. Jika masyarakat lebih suka buah lokal, maka impor buah pun akan turun. Pendapatan importir buah ikut anjlok, tetapi di saat yang bersamaan akan menggeser rejeki bagi petani dan pedagang buah local. Hal ini memungkinkan pendapatan petani lokal akan bertambah.

3. Dampak negatif melemahnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat bagi perekonomian Indonesia:

a. Beban Hutang Negara Dan Swasta Makin Berat

Pemerintah seringkali perlu berutang guna menjalankan pembangunan, baik secara langsung ke lembaga atau negara tertentu, maupun dengan menerbitkan obligasi (surat utang). Perusahaan-perusahaan swasta pun seringkali perlu berutang dulu untuk mengembangkan usahanya. Jika utang- utang ini dilakukan dalam bentuk Dolar AS, maka pengembaliannya pun harus dilakukan dengan mata uang yang sama, walaupun kurs Rupiah saat pengembalian utang berbeda dengan saat pemberian hutang. Namun selama beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah lebih banyak berhutang dalam Rupiah, sehingga risiko krisis jadi lebih kecil. Walaupun demikian, sebagian hutang Pemerintah Indonesia masih ada yang berdenominasi Dolar AS, begitu pula banyak sekali utang- utang perusahaan swasta dalam mata uang tersebut, sehingga ketika kurs Rupiah melemah akan tetap terasa efeknya.

b. Harga bahan baku impor akan naik

Kenaikan harga barang impor ini akan buruk sekali bagi industri yang berbahan baku impor, misalnya industri tempe dan tahu. Kebutuhan kedelai Indonesia sebagian besar dipenuhi dari impor, sehingga bila kurs Rupiah


(8)

melemah terus menerus, maka harga kedelai akan makin menjulang tinggi dan dampaknya harga tempe dan tahu naik, serta industrinya terancam gulung tikar. Semakin banyak industri berbahan baku impor di Indonesia, maka dampak kurs rupiah melemah terhadap perekonomian akan semakin berat. Selain karena perusahaan-perusahaan di industri itu terancam tutup, para pegawainya bisa di-PHK dan pertumbuhan ekonomi juga terancam melambat. Padahal jumlah industri berbahan baku impor ini banyak terdapat di Indonesia. Meningkatnya beban anggaran negara karena berdasarkan data Kementerian Keuangan, setiap rupiah melemah Rp 100, defisit anggaran bertambah Rp 940,4 miliar – Rp 1,21 triliun. Jadi, jika rupiah melemah Rp1.000 sejak awal tahun, maka negara akan mengalami defisit anggaran sebesar Rp 9 triliun – Rp 12 triliun.

4. Upaya pemerintah dalam mengendalikan melemahnya laju nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat:

a. Menerapkan kembali UU No 7/ 2011

Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pelemahan rupiah adalah menegakkan kembali UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. UU tersebut dengan tegas menetapkan bahwa setiap transaksi harus dilakukan dengan mata uang rupiah. Bila berhasil dilaksanakan sepenuhnya, tentu rupiah akan terjaga dari tekanan fluktuasi. Jadi, di dalam negeri akan dilarang bertransaksi dengan dolar.

b. Mendongkrak ekspor

Ekspor industri, terutama industri manufaktur, menjadi fokus pemerintah karena sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah pada kegiatan ekspor. Upaya untuk meningkatkan ekspor industri manufaktur ini sangat menjadi perhatian pemerintah, mengingat sektor industri manufaktur merupakan sektor yang memberikan nilai tambah tinggi bagi kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan ekspor. Untuk mendukungnya, pemerintah telah melakukan revisi terhadap berbagai peraturan yang terkait dengan ekspor. Terutama di sektor produksi tekstil, sepatu, serta kertas. Pemerintah juga mempertimbangkan pemberian fasilitas untuk barang-barang modal yang masuk ke dalam negeri, agar dapat membantu dunia usaha mempertahankan daya saing produk-produknya, terutama produk ekspor. Peningkatan ekspor sangat penting untuk memperkuat nilai tukar rupiah, karena sangat sulit untuk menekan atau menghentikan aktivitas impor di era perdagangan bebas saat


(9)

ini. Salah satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan menyiapkan seluruh struktur ekonomi nasional untuk mampu berasing di era perdagangan bebas.

c. Perkuat modal industri berbahan baku domestik untuk mengoptimalkan ekspor.

d. Menjaga kestabilan harga makanan pokok agar kualitas hidup masyarakat terjaga.

e. Meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan domestik sebagai bahan konsumsi nasional.

f. Meningkatkan iklan wisata untuk menarik wisatawan mancanegara.

g. Mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak dari non- produktif kearah produktif.

C. Kondisi Penyelundupan Ekonomi Saat Ini di Negara Indonesia

Penyelundupan ialah delik yang berhubungan dengan pegeluaran barang atau uang dari Indonesia ke luar negeri (ekspor), atau pemasukan barang atau uang dari luar negeri ke Indonesia (impor).

 Perbuatan-Perbuatan yang Termasuk Penyelundupan Barang Ekspor- Impor Perbuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana penyelundupan dalam UU No. 5 Tahun 1995 antara lain:

a. Menyerahkan Pemberitahuan Pabean dan/atau dokumen pelengkap pabean dan/atau memberikan keterangan lisan atau tertulis yang palsu atau dipalsukan yang digunakan untuk pemenuhan Kewajiban Pabean.

b. Mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean atau Tempat Penimbunan Berikat, tanpa persetujuan Pejabat Bea dan Cukai dengan maksud untuk mengelakkan pembayaran Bea Masuk dan/atau pungutan negara lainnya dalam rangka impor.

c. Membuat, menyetujui, atau turut serta dalam penambahan data palsu ke dalam buku atau catatan.

d. Menimbun, menyimpan, memiliki, membeli, menjual, menukar, memperoleh, atau memberikan barang impor yang berasal dari tindak pidana penyelundupan.

e. Mengangkut barang yang berasal dari tindak pidana penyelundupan.

f. Memusnahkan, mengubah, memotong, menyembunyikan, atau membuang buku atau catatan yang menurut UU Kepabeanan harus disimpan.

g. Menghilangkan, menyetujui, atau turut serta dalam penghilangan keterangan dari Pemberitahuan Pabean, dokumen pelengkap pabean, atau catatan.


(10)

h. Menyimpan dan/atau menyediakan blangko faktur dagang dari perusahaan yang berdomisili di luar negeri yang diketahui dapat digunakan sebagai kelengkapan Pemberitahuan Pabean menurut UU Kepabeanan.

i. Membongkar barang impor di tempat lain dari tempat yang ditentukan menurut UU Kepabeanan.

j. Tanpa izin membuka, melepas, atau merusak kunci, segel, atau tanda pengaman yang telah dipasang oleh Pejabat Bea dan Cukai.

k. Tidak membawa barang impor ke Kantor Pabean tujuan pertama melalui jalur yang ditetapkan dan kedatangan tersebut tidak diberitahukan oleh pengangkutnya.

l. Pengangkut tidak melaporkan pembongkaran barang impor terlebih dahulu ke Kantor Pabean terdekat.

m. Jumlah barang yang dibongkar kurang atau lebih banyak dari yang diberitahukan dalam Pemberitahuan Pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi di luar kemampuannya.

n. Mengeluarkan barang dari Kawasan Pabean sebelum diberikan persetujuan oleh Pejabat Bea dan Cukai.

o. Pengangkut yang tidak memberitahukan barang yang diangkutnya dengan tujuan ke luar Daerah Pabean dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean. p. Barang yang diangkutnya tidak sampai ke tempat tujuan atau jumlah barang

setelah sampai di tempat tujuan tidak sesuai dengan Pemberitahuan Pabean, dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya.

q. Tidak menyerahkan barang untuk diperiksa, membuka sarana pengangkut atau bagiannya dan tidak membuka setiap bungkusan atau pengemas yang akan diperiksa oleh pejabat Bea dan Cukai.

r. Tidak memenuhi permintaan Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang ekspor dan impor.

s. Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dalam Pemberitahuan Pabean atas barang impor dan ekspor.

 Faktor Penyebab Adanya Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya upaya penyelundupan barang dari dalam negeri ke luar Indonesia atau sebaliknya termasuk komoditi minyak mentah, antara lain:

a. Karena terjadi perbedaan harga yang mencolok antara harga barang di dalam negeri dengan produk di luar negeri. Misalnya di Indonesia beli BBM premium selisih Rp 4.000 lebih murah dibandingkan di Timor Leste, mereka


(11)

tertarik menyelundupkan. Karakteristik barang yang diselundupkan biasanya karena ada selisih harga yang tajam.

b. Barang itu dilarang, misalnya seperti yang terjadi di Atapupu (NTT), kalau orang Timor Leste beli BBM subsidi di Indonesia dilarang, jadi ada saja oknum yang menyelundupkan.

c. Soal tarif impor/ekspor, makin tinggi tarif impor/ekspor maka semakin berpeluang suatu barang diselundupkan, misalnya handphone yang tarif impornya tinggi maka berisiko tinggi diselundupkan ke dalam negeri. Terkait kasus handphone, modusnya cara pengiriman dengan memisahkan produk handphone dengan kemasannya.

 Dampak Negatif dari Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor

Adanya penyelundukan mengakibatkan dampak yang merugikan bagi bangsa dan negara, dampak penyelundupan antara lain:

a. Menghambat pembangunan nasional dan merugikan Negara. b. Potensi pajak Negara hilang.

c. Membuat malu bangsa karena ada warga yang bekerjasama dengan penjahat dari luar negeri atau bisa dikatakan mengkhianati Negara.

d. Penerimaan dan devisa negara berkurang.

 Peraturan Perundangan Tindak Pidana Penyelundupan

Di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2006 Nomor 93 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661). Telah diatur sanksi pidana penyelundupan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 102, Pasal 102 A dan Pasal 102 B Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, khususnya tindak pidana penyelundupan di bidang impor, yaitu:

a. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

b. Pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Sedangkan tindak pidana penyelundupan di bidang ekspor, yaitu :

a. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

b. Pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Untuk tindak pidana penyelundupan yang mengakibatkan terganggunya sendi-sendi perekonomian negara, yaitu :


(12)

a. Pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun.

b. Pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Indonesia merupakan negara dimana pemerintah mempunyai peranan penting untuk memajukan perekonomian.

2. Kondisi perekonomian Indonesia untuk kedepannya diperkirakan terus membaik namun faktor-faktor penghambat masih terus ada.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

http://rufinaaristyani.blogspot.co.id/2013/06/makalah-ketahanan-pangan-di-indonesia.html http://www.seputarforex.com/artikel/rupiah/lihat.php?

id=157900&title=faktorfaktor_yang_menyebabkan_rupiah_melemah.

Marpaung, Leden. 1991. Tindak Pidana Penyelundupan Masalah dan Pemecahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(1)

melemah terus menerus, maka harga kedelai akan makin menjulang tinggi dan dampaknya harga tempe dan tahu naik, serta industrinya terancam gulung tikar. Semakin banyak industri berbahan baku impor di Indonesia, maka dampak kurs rupiah melemah terhadap perekonomian akan semakin berat. Selain karena perusahaan-perusahaan di industri itu terancam tutup, para pegawainya bisa di-PHK dan pertumbuhan ekonomi juga terancam melambat. Padahal jumlah industri berbahan baku impor ini banyak terdapat di Indonesia. Meningkatnya beban anggaran negara karena berdasarkan data Kementerian Keuangan, setiap rupiah melemah Rp 100, defisit anggaran bertambah Rp 940,4 miliar – Rp 1,21 triliun. Jadi, jika rupiah melemah Rp1.000 sejak awal tahun, maka negara akan mengalami defisit anggaran sebesar Rp 9 triliun – Rp 12 triliun.

4. Upaya pemerintah dalam mengendalikan melemahnya laju nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat:

a. Menerapkan kembali UU No 7/ 2011

Salah satu upaya nyata yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pelemahan rupiah adalah menegakkan kembali UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. UU tersebut dengan tegas menetapkan bahwa setiap transaksi harus dilakukan dengan mata uang rupiah. Bila berhasil dilaksanakan sepenuhnya, tentu rupiah akan terjaga dari tekanan fluktuasi. Jadi, di dalam negeri akan dilarang bertransaksi dengan dolar.

b. Mendongkrak ekspor

Ekspor industri, terutama industri manufaktur, menjadi fokus pemerintah karena sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah pada kegiatan ekspor. Upaya untuk meningkatkan ekspor industri manufaktur ini sangat menjadi perhatian pemerintah, mengingat sektor industri manufaktur merupakan sektor yang memberikan nilai tambah tinggi bagi kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan ekspor. Untuk mendukungnya, pemerintah telah melakukan revisi terhadap berbagai peraturan yang terkait dengan ekspor. Terutama di sektor produksi tekstil, sepatu, serta kertas. Pemerintah juga mempertimbangkan pemberian fasilitas untuk barang-barang modal yang masuk ke dalam negeri, agar dapat membantu dunia usaha mempertahankan daya saing produk-produknya, terutama produk ekspor. Peningkatan ekspor sangat penting untuk memperkuat nilai tukar rupiah, karena sangat sulit untuk menekan atau menghentikan aktivitas impor di era perdagangan bebas saat


(2)

ini. Salah satu langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut adalah dengan menyiapkan seluruh struktur ekonomi nasional untuk mampu berasing di era perdagangan bebas.

c. Perkuat modal industri berbahan baku domestik untuk mengoptimalkan ekspor.

d. Menjaga kestabilan harga makanan pokok agar kualitas hidup masyarakat terjaga.

e. Meningkatkan produktivitas pertanian dan perkebunan domestik sebagai bahan konsumsi nasional.

f. Meningkatkan iklan wisata untuk menarik wisatawan mancanegara.

g. Mengalihkan subsidi Bahan Bakar Minyak dari non- produktif kearah produktif.

C. Kondisi Penyelundupan Ekonomi Saat Ini di Negara Indonesia

Penyelundupan ialah delik yang berhubungan dengan pegeluaran barang atau uang dari Indonesia ke luar negeri (ekspor), atau pemasukan barang atau uang dari luar negeri ke Indonesia (impor).

 Perbuatan-Perbuatan yang Termasuk Penyelundupan Barang Ekspor- Impor Perbuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai tindak pidana penyelundupan dalam UU No. 5 Tahun 1995 antara lain:

a. Menyerahkan Pemberitahuan Pabean dan/atau dokumen pelengkap pabean dan/atau memberikan keterangan lisan atau tertulis yang palsu atau dipalsukan yang digunakan untuk pemenuhan Kewajiban Pabean.

b. Mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean atau Tempat Penimbunan Berikat, tanpa persetujuan Pejabat Bea dan Cukai dengan maksud untuk mengelakkan pembayaran Bea Masuk dan/atau pungutan negara lainnya dalam rangka impor.

c. Membuat, menyetujui, atau turut serta dalam penambahan data palsu ke dalam buku atau catatan.

d. Menimbun, menyimpan, memiliki, membeli, menjual, menukar, memperoleh, atau memberikan barang impor yang berasal dari tindak pidana penyelundupan.

e. Mengangkut barang yang berasal dari tindak pidana penyelundupan.

f. Memusnahkan, mengubah, memotong, menyembunyikan, atau membuang buku atau catatan yang menurut UU Kepabeanan harus disimpan.

g. Menghilangkan, menyetujui, atau turut serta dalam penghilangan keterangan dari Pemberitahuan Pabean, dokumen pelengkap pabean, atau catatan.


(3)

h. Menyimpan dan/atau menyediakan blangko faktur dagang dari perusahaan yang berdomisili di luar negeri yang diketahui dapat digunakan sebagai kelengkapan Pemberitahuan Pabean menurut UU Kepabeanan.

i. Membongkar barang impor di tempat lain dari tempat yang ditentukan menurut UU Kepabeanan.

j. Tanpa izin membuka, melepas, atau merusak kunci, segel, atau tanda pengaman yang telah dipasang oleh Pejabat Bea dan Cukai.

k. Tidak membawa barang impor ke Kantor Pabean tujuan pertama melalui jalur yang ditetapkan dan kedatangan tersebut tidak diberitahukan oleh pengangkutnya.

l. Pengangkut tidak melaporkan pembongkaran barang impor terlebih dahulu ke Kantor Pabean terdekat.

m. Jumlah barang yang dibongkar kurang atau lebih banyak dari yang diberitahukan dalam Pemberitahuan Pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi di luar kemampuannya.

n. Mengeluarkan barang dari Kawasan Pabean sebelum diberikan persetujuan oleh Pejabat Bea dan Cukai.

o. Pengangkut yang tidak memberitahukan barang yang diangkutnya dengan tujuan ke luar Daerah Pabean dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean. p. Barang yang diangkutnya tidak sampai ke tempat tujuan atau jumlah barang

setelah sampai di tempat tujuan tidak sesuai dengan Pemberitahuan Pabean, dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya.

q. Tidak menyerahkan barang untuk diperiksa, membuka sarana pengangkut atau bagiannya dan tidak membuka setiap bungkusan atau pengemas yang akan diperiksa oleh pejabat Bea dan Cukai.

r. Tidak memenuhi permintaan Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pemeriksaan barang ekspor dan impor.

s. Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dalam Pemberitahuan Pabean atas barang impor dan ekspor.

 Faktor Penyebab Adanya Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya upaya penyelundupan barang dari dalam negeri ke luar Indonesia atau sebaliknya termasuk komoditi minyak mentah, antara lain:

a. Karena terjadi perbedaan harga yang mencolok antara harga barang di dalam negeri dengan produk di luar negeri. Misalnya di Indonesia beli BBM premium selisih Rp 4.000 lebih murah dibandingkan di Timor Leste, mereka


(4)

tertarik menyelundupkan. Karakteristik barang yang diselundupkan biasanya karena ada selisih harga yang tajam.

b. Barang itu dilarang, misalnya seperti yang terjadi di Atapupu (NTT), kalau orang Timor Leste beli BBM subsidi di Indonesia dilarang, jadi ada saja oknum yang menyelundupkan.

c. Soal tarif impor/ekspor, makin tinggi tarif impor/ekspor maka semakin berpeluang suatu barang diselundupkan, misalnya handphone yang tarif impornya tinggi maka berisiko tinggi diselundupkan ke dalam negeri. Terkait kasus handphone, modusnya cara pengiriman dengan memisahkan produk handphone dengan kemasannya.

 Dampak Negatif dari Upaya Penyelundupan Barang Ekspor-Impor

Adanya penyelundukan mengakibatkan dampak yang merugikan bagi bangsa dan negara, dampak penyelundupan antara lain:

a. Menghambat pembangunan nasional dan merugikan Negara. b. Potensi pajak Negara hilang.

c. Membuat malu bangsa karena ada warga yang bekerjasama dengan penjahat dari luar negeri atau bisa dikatakan mengkhianati Negara.

d. Penerimaan dan devisa negara berkurang.

 Peraturan Perundangan Tindak Pidana Penyelundupan

Di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2006 Nomor 93 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661). Telah diatur sanksi pidana penyelundupan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 102, Pasal 102 A dan Pasal 102 B Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, khususnya tindak pidana penyelundupan di bidang impor, yaitu:

a. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

b. Pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Sedangkan tindak pidana penyelundupan di bidang ekspor, yaitu :

a. Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

b. Pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Untuk tindak pidana penyelundupan yang mengakibatkan terganggunya sendi-sendi perekonomian negara, yaitu :


(5)

a. Pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun.

b. Pidana denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Indonesia merupakan negara dimana pemerintah mempunyai peranan penting untuk memajukan perekonomian.

2. Kondisi perekonomian Indonesia untuk kedepannya diperkirakan terus membaik namun faktor-faktor penghambat masih terus ada.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

http://rufinaaristyani.blogspot.co.id/2013/06/makalah-ketahanan-pangan-di-indonesia.html http://www.seputarforex.com/artikel/rupiah/lihat.php?

id=157900&title=faktorfaktor_yang_menyebabkan_rupiah_melemah.

Marpaung, Leden. 1991. Tindak Pidana Penyelundupan Masalah dan Pemecahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.