4.3.2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah semua data penderita sepsis pada neonatus yang
didiagnosa oleh dokter mengalami sepsis neonatorum yang tidak terbukti dengan hasil kultur darah.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data mengenai faktor risiko, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang dari sepsis neonatorum diambil dari rekam medik yang telah memenuhi kriteria
inklusi. Data merupakan data sekunder.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah diambil kemudian diproses. Pada proses pemasukkan data akan dilakukan pengecekan kembali oleh tenaga entri data dan analisa dilakukan
dengan menggunakan program pengolah statistik. Hasil pengolahan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini diperolah dari data rekam medik pasien yang didiagnosa sepsis neonatorum dan telah teruji pada hasil kultur darah di unit
perinatologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2013.
5.1.1 Deskripsi Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan, Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan
Tuntungan. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335MenkesSKVIII1990. Disamping itu, RSUP H. Adam Malik
adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarakan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.502MenkesIX1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Sampel pada penelitian ini mengambil semua kasus pada pasien
perinatologi RSUP H. Adam Malik yang didiagnosis dengan sepsis neonatorum berdasarkan gejala klinis serta adanya bukti kultur pada rekam medik pasien dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Sampel pada penelitinan ini didapatkan 220 kasus. Dengan 140 kasus
sesuai dengan kriteria inklusi yaitu, semua kasus yang didiagnosa oleh dokter mengalami sepsis neonatorum dan telah terbukti melalui hasil pemeriksaan kultur
darah dan 80 kasus dengan kriteria eksklusi yaitu, semua kasus yang didiagnosa oleh dokter mengalami sepsis neonatorum yang tidak terbukti dengan hasil
pemeriksaan kultur darah.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Deskripsi Karakteristik sepsis neonatorum berdasarkan karakteristik bayi
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan umur bayi,jenis kelamin bayi, dan berat badan lahir bayi
Karakteristik Frekuensi
Persen
Umur bayi 0-7 hari
8-28 hari Jenis Kelamin
Laki-laki 92
48
74 65.7
34.3
52.9 Perempuan
66 47.1
Berat Badan Lahir 2500 gram
73 52.1
2500-4000 60
42.9 4000
7 5
Total 140
100.0
Dari tabel diatas didapatkan hasil penelitian berdasarkan umur bayi neonatal dini 0-7 hari sebesar 92 kasus 65.7 dan neonatal lanjut 8-28 hari
sebesar 48 kasus 34.3. Dari tabel diatas hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin didapatkan
laki-laki sebesar 74 kasus 52.9 dan perempuan sebesar 66 kasus 47.1. Berat badan lahir bayi dengan berat badan lahir rendah 2500 gram
sebesar 73 kasus 52.1 , berat badan lahir normal2500-4000 gram sebesar 60 kasus 42.9 dan berat badan lahir lebih 4000 gram sebesar 7 kasus 5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan angka kematian bayi
Angka Kematian Frekuensi
Persen Hidup
92 65.7
Meninggal 48
34.3
Total 140
100
Distribusi Frekuensi berdasarkan angka kematian bayi, bayi yang hidup sebesar 92 kasus 65.7 dan bayi yang meninggal 48 kasus 34.3.
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan penyakit penyerta bayi
Penyakit Bayi Frekuensi
Persen n =140
Apnea of prematurity 9
6.4 Respiratory Distress Syndrom
63 45.0
Pneumonia 23
16.4 Hernia Umbilikus
11 7.9
Hipoksia encelopaty 21
15.0 Neonatal seizure
Congenital Heart Failure 2
11 1.4
7.9
Dari tabel di atas didapatkan penyakit penyerta bayi pada kasus sepsis neonatorum yang paling sering yaitu :
respiratory distress syndrome 63 kasus 45, pneumonia 23 kasus 16.4, hipoksia encelopaty 21 kasus 15,
hernia umbilikus 11 kasus 7.9, congenital heart failure 11 kasus 7.9, apnea
of prematury 9 kasus 6.4 dan neonatal seizure 2 kasus 1.4.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3 . Deskripsi Karakteristik sepsis neonatorum berdasarkan karakteristik
ibu
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan umur
kehamilan ibu
Karakteristik Frekuensi
Persen Umur Kehamilan
37 Minggu 109
77.9 37-42 Minggu
31 22.1
42 Minggu
Total 140
100.0
Dari tabel diatas, didapatkan usia kehamilan ibu dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu sebesar 109 kasus 77.9, usia kehamilan ibu di antara
37 sampai dengan 42 minggu yaitu 31 kasus 22.1 dan tidak ada ditemukan kasus sepsis neonatorum pada ibu dengan usia kehamilan di atas 42 minggu.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sepsis neonatorum berdasarkan riwayat persalinan ibu
Karakterisktik Frekuensi
Persen
Riwayat persalinan Normal
74 45.7
Seksio sesarea 64
42.9 Vakum
2 1.4
Total 140
100
Riwayat persalinan ibu yang normal 74 kasus 45.7, seksio sesarea 64 kasus 42.9 dan vakum 2 kasus 1.4.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pembahasan
Pada penelitian ini kejadian sepsis neonatorum lebih banyak terjadi pada neonatal dini di bandingkan dengan neonatal lanjut dengan persentase 65,7
berbanding 34,3. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nugrahani tahun 2005 di RS Dr. Sardjito Yogyakarta yakni kejadian sepsis neontorum pada
neonatal dini lebih banyak dari pada neonatal lanjut dengan persentase 77,2 dan 22,8. Menurut Jumah 2007, sepsis pada neonatal dini dihubungkan dengan
infeksi saluran kemih yang dialami oleh ibu yang akan menyebabkan bayinya terinfeksi saat melalui jalan lahir, sementara sepsis pada neonatal lanjut
dihubungkan dengan prosedur invasive yang dilakukan pada bayi, atau karena terlalu lama dirawat di rumah sakit dan pemakaian antibiotik yang terlalu lama
Jumah, 2007. Pada penelitian ini didapatkan jumlah kasus sepsis neonatorum pada laki-
laki lebih besar dari pada perempuan dengan persentase 52.9 berbanding 47.1. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adelina, di Rumah
Sakit Pirngadi Medan tahun 2010. Yakni persentase kasus sepsis pada laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan persentase 57.1 berbanding 42.9.
Kejadian pada bayi laki-laki dua kali lebih besar daripada bayi perempuan, hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mengatur sintesis dari imunoglobulin
terkait dengan kromosom x , sehingga dengan keberagaman kromosom pada perempuan memiliki pertahanan imunologi yang lebih kuat dibanding laki-laki
Mendoza, U.A., 2000. Dari segi berat badan lahir bayi kasus sepsis yang berat badan lahir rendah
2500 gram sebesar 52.1 , berat badan normal 2500-4000 gram sebesar 42.9 dan berat badan lahir lebih 4000 gram sebesar 5. Lestari, D.A.,
2011, pada penelitiannya juga didapati kasus sepsis neonatorum paling banyak dijumpai pada berat badan lahir rendah sebanyak 61 kasus 56.55, sedangkan
yang paling sedikit dijumpai pada berat badan lebih sebanyak 2 kasus 1.8. Hal ini disebabkan karena pematangan organ tubuh dari bayi dengan berat badan lahir
rendah yang belum sempurna, sehingga meningkatkan kerentanan infeksi pada bayi terebut Manauaba, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini didapat jumlah angka kematian pada bayi Case Fatality Rate sebesar 34,3 sedangkan jumlah angka bayi hidup sebesar 65,7
. Hasil ini sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utoma 2010 dimana Insiden tingkat kejadian sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit
rujukan di Indonesia sekitar 8.7 – 30.29 dengan angka kematian 11.56 – 49.9 .
Tingginya angka kematian pada sepsis ini sesuai dengan pernyataan wilar 2010 yang menyatakan bahwa sepsis neonatorum merupakan salah satu penyebab
tersering kematian pada neonatus. Hal ini juga di jelaskan Journal of Clinical and Diagnostic Reasearch 2011 tingginya angka kematian pada sepsis neonatorum
disebabkan oleh banyaknya penggunaan antibiotik yang resisten terhadap bakteri gram negatif dan bakteri gram positif Ramesh, 2011.
Pada penelitian ini didapatkan penyakit penyerta bayi paling sering adalah respiratory distress syndrome 63 kasus 45, pneumonia 23 kasus 16.4,
hipoksia 21 kasus 15, hernia umbilikus 11 kasus 7.9, congenital heart failure 11 kasus 7.9, apnea of prematury 9 kasus 6.4 dan neonatal seizure 2
kasus 1.4. Hasil penelitian ini sesuai dengan Departemen Kesehatan RI 2007 sebagian besar penyakit pada bayi baru lahir disebabkan karena sepsis, gangguan
pernapasan, prematuritas, dan juga pneumonia. Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir disebabkan belum matangnya paru-paru pada bayi prematur yang
mengakibatkan tidak mengembang paru-paru bayi tersebut. Kasus pneumonia dengan persalinan spontan memiliki faktor resiko yaitu bayi teraspirasi cairan
amnion, sekresi saluran cerna, genitourinaria ibu yang terinfeksi saat kelahiran dan juga persalinan yang lama Cicilia, 2013.
Pada penelitian ini didapat usia kehamilan ibu dibawah 37 minggu sebanyak 109 kasus dengan persentase 77.9 , usia kehamilan 37 -42 minggu
sebanyak 31 kasus atau 22.1 , dan usia kehamilan yang diatas 42 minggu tidak didapatkan kasus sepsis neonatorum. Hasi penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Adelina 2010 di Rumah Sakit Pirngadi Medan tahun 2010 dimana didapatkan kejadian sepsis lebih banyak pada ibu dengan
kehamilan kurang bulan dengan persentase 56,9 . Berat badan lahir bayi yang rendah merupakan faktor resiko terjadinya sepsis neonatorum dimana berat badan
Universitas Sumatera Utara
lahir biasanya berbanding sejajar dengan usia kehamilan ibu Roshental, dikutip oleh Marbun, 2007. Krisnadi 1998 juga menjelaskan apabila bayi lahir pada usia
kehamilan 37 minggu akan cenderung lahir dengan berat badan lahir yang rendah dan juga pertumbuhan yang belum sempurna Sitompul, 2010.
Pada penelitian ini dari segi riwayat persalinan ibu kejadian sepsis neonatorum lebih banyak terjadi pada bayi dengan ibu yang melahirkan secara
normal partus spontan pervaginam dibandingkan dengan persalinan seksio sesarea dan persalinan menggunakan bantuan vakum dengan persentase 45.7
berbanding 42.9 dan 1.4 . Tingginya proporsi ibu penderita dengan riwayat persalinan normal dapat diasumsikan bahwa bayi penderita sepsis ditularkan dari
ibunya baik melalui proses persalinan ataupun ketika dalam kandungan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Afryanti 2008 di RS. M. Djamil
Sumatra Barat yang menemukan bahwa Ibu yang memiliki bayi penderita sepsis neonatorum dengan riwayat persalinan normal 73 Afryanti, 2008
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan