Rancang Bangun Alat Pemacu Tumbuh Tanaman Guna Meningkatkan Produktivitas Hasil Pertanian pada Industri Kecil Herbal

Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS

ISSN 1412-9612

RANCANG BANGUN ALAT PEMACU TUMBUH TANAMAN
GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS HASIL PERTANIAN
PADA INDUSTRI KECIL HERBAL
Imam Sodikin1 , Joko Triyono2
1

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Jl. Kalisahak 28 Komplek Balapan Yogyakarta 55222 Telp 0274 563029
2
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Jl. Kalisahak 28 Komplek Balapan Yogyakarta 55222 Telp 0274 563029
Email:dikiam12@yahoo.com

Abstrak
Simplisia merupakan bahan dasar pembuat jamu yang dihasilkan dari aneka tanaman obat. Tanaman
tersebut dibudidayakan oleh Kelompok Tani Sumber Makmur yang berada di dataran tinggi di
wilayah Magelang. Masyarakat petani terkadang gagal panen karena tanamannya layu bahkan mati.

Pertumbuhan atau persemaian tanaman menjadi sulit karena terganggu adanya mendung, dan hujan
yang terus-menerus.Waktu pembibitan yang relatif lama, yaitu 30 hari, menyebabkan proses
penanaman di lahan pertanian serta pemanfaatan hasilnya menjadi lama. Kondisi tersebut
mengakibatkan hasil panen relatif rendah dan merugikan industri kecil herbal. Tujuan program ini
adalah terciptanya alat pemercepat pertumbuhan tanaman yang mandiri, mempercepat waktu tumbuh
tanaman pada masa pembibitan, meningkatkan produktivitas hasil, serta teratasinya permasalahan
cuaca. Guna tercapainya tujuan tersebut diperlukan adanya alat pemacu tumbuh tanaman simplisia
yang dapat beroperasi secara kontinu. Metode yang diterapkan adalah perancangan dan
mengaplikasikan sistem radiasi menggunakan alat pemacu proses pertumbuhan tanaman, sehingga
mampu mempercepat proses tumbuh dan menunjang pemenuhan bahan baku di industri kecil herbal.
Hasil yang dicapai adalah alat pemacu tumbuh tanaman simplisia yang dapat menghasilkan proses
percepatan tumbuh tanaman yang tidak terpengaruh cuaca. Alat pemacu ini mampu mempercepat
tumbuh tanaman pada masa pembibitan. Waktu tumbuh tanaman pepaya untuk mencapai tinggi
batang 10 cm, jumlah daun 7 buah dengan lebar daun 5 cm adalah 20 hari. Alat pemercepat tumbuh
tanaman ini dapat mempersingkat waktu pembibitan sebesar 33,33% dari cara penyinaran dengan
matahari. Percepatan tumbuh batang rata-rata perharinya meningkat 16,9%. Hal ini menunjukkan
bahwa alat pemacu tumbuh tanaman bekerja efisien dan efektif sehingga mampu meningkatkan
produktivitas industri kecil herbal.
Kata kunci: herbal; pemacu; produktivitas; simplisia; tumbuhan


Pendahuluan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan dan Undangundang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat mewujudkan
ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim dengan sumber daya
alam dan sosial budaya yang beragam membuka ruang kepada pemerintah propinsi, kabupaten/kota dan/atau desa
melaksanakan kebijakan ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing. Masyarakat mempunyai peran yang luas
dalam mewujudkan ketahanan pangan melalui sektor pertanian yang merupakan suatu solusi utama dalam
permasalahan ketahanan dan keamanan pangan.
Kabupaten Magelang secara topografi merupakan dataran tinggi yang berbentuk menyerupai cawan karena
dikelilingi oleh lima gunung. Pegunungan Menoreh terletak di sisi selatan Kabupaten Magelang sepanjang
perbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Kabupaten Magelang secara geoekonomis merupakan daerah perlintasan
jalur ekonomi Purworejo-Magelang, Wonosobo-Magelang, Yogyakarta-Magelang dan Semarang-Magelang.
Kabupaten Magelang mempunyai iklim yang bersifat tropis dengan temperatur udara 20˚C-27˚C. Kabupaten
Magelang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan banyak kendala pada aktivitas yang
membutuhkan cahaya matahari.
Simplisia merupakan bahan dasar pembuat jamu dan obat-obatan yang dihasilkan dari aneka tanaman obat
yang dibudidayakan atau tumbuh liar yang telah melalui proses pengeringan. Hampir seluruh petani lahan kering
mempunyai aktivitas rutin selain tanaman pokok juga tumpang sari dengan tanaman rempah-rempah. Beberapa
kelompok tani yang tergabung dalam Assosiasi Tanaman Biofarmaka “Assyfa Farma”, salah satunya Kelompok

I-119


Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS

ISSN 1412-9612

Tani Sumber Makmur, secara serius membudidayakan tanaman bahan jamu atau obat-obatan. Hasil pertanian
tersebut kemudian dijual ke industri kecil mitra kelompok tani yaitu Menoreh Herbal. Industri kecil ini mengolah
simplisia menjadi jamu, yang kemudian didistribusikan ke konsumen langsung maupun ke outlet-outlet jamu di
Indonesia, serta mengirimkan simplisia ke beberapa perusahaan jamu, baik di Jawa Tengah dan DIY bahkan sampai
ke Jawa Barat dan beberapa kota di Indonesia. Industri ini juga menghasilkan jamu godhog yang belum dijadikan
bubuk atau produk jamu rebus yang dikonsumsi masyarakat pedesaan maupun perkotaan di Daerah Magelang.
Letak geografis tanah pertanian yang dikelola Kelompok Tani Sumber Makmur ada di pedesaan dan dataran
tinggi di wilayah Magelang Jateng yang memiliki curah hujan tinggi. Masyarakat petani terkadang gagal melakukan
panen yang disebabkan oleh hama penyakit dan cuaca yang tidak menentu sehingga tanaman layu bahkan mati
karena tidak dapat melakukan fotosintesis. Pertumbuhan tanaman bahan jamu yang menggunakan panas matahari
tidak lancar, karena terganggu adanya mendung, dan hujan yang terus-menerus. Kondisi tersebut menyebabkan
produksi hasil panen tidak optimal. Waktu tumbuh tanaman simplisia juga tidak optimal atau mengalami
pertumbuhan yang kurang cepat. Daun berwarna hijau, dan batang kecambahnya kokoh serta berisi, namun
pertambahan daunnya lambat. Pertumbuhannya lambat disebabkan cahaya matahari yang setiap saat berubah-ubah
intensitas dan suhunya. Sering terjadinya hujan, cuaca berawan, musim panas dan penghujan tidak menentu sangat

berpengaruh pada kebutuhan pangan.
Curah hujan yang cukup tinggi menjadi penyebab hasil panen bahan baku jamu/simplisia masih berkualitas
rendah karena proses pertumbuhan tanamannya terkendala cuaca. Saat ini, proses tumbuh tanaman simplisia
dilakukan secara konvensional atau bergantung pada adanya sinar matahari, sehingga saat musim hujan jumlah
produksinya menurun. Petani mengalami banyak kerugian, akibat tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Kebutuhan masyarakat akan ketersediaan simplisia yang sangat banyak menyebabkan terjadi masalah serius akibat
dari penurunan atau bahkan rusaknya simplisia. Terlebih saat ini terjadi global worning dimana musim panas dan
penghujan tidak menentu yang sangat berpengaruh pada kebutuhan pangan, yang terjadi pada para petani adalah
sulitnya persemaian yang disebabkan tidak stabilnya sinar matahari. Waktu pembibitan yang relatif lama, yaitu 30
hari, menyebabkan proses penanaman di lahan pertanian serta pemanfaatan hasilnya menjadi lama. Kondisi tersebut
mengakibatkan hasil panen relatif rendah dan merugikan industri kecil simplisia dikarenakan kurang tercukupinya
kebutuhan hasil tanaman. Salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi persoalan itu adalah solusi yang
memfokuskan pada upaya percepatan tumbuh tanaman bahan jamu yang lebih efektif dan efisien dengan
menggunakan potensi teknologi yang berkembang saat ini. Teknologi yang diterapkan berupa Teknologi Tepat
Guna yaitu Alat Pemacu Tumbuh Tanaman yang menggunakan lampu LED pemancar sinar ultra violet yang dapat
dipergunakan oleh masyarakat dalam segala kondisi cuaca, sehingga dapat membantu industri kecil dalam
memenuhi kebutuhan pasar serta meningkatkan produktivitas. Tujuan yang akan dicapai adalah terciptanya suatu
alat radiasi pemercepat pertumbuhan tanaman yang aman dan mandiri, mempercepat waktu tumbuh tanaman pada
masa pembibitan, meningkatkan kuantitas dan produktivitas hasil tanaman simplisia, serta teratasinya permasalahan
cuaca yang menggangu proses fotosintesis tanaman yang menggagalkan kualitas dan kuantitas panen petani. Guna

tercapainya tujuan tersebut diperlukan ada alat pemacu tumbuh tanaman simplisia yang dapat beroperasi secara
kontinu tanpa ada ketergantungan cuaca.
Pada tahap perancangan dan pembuatan alat ini dibutuhkan beberapa komponen pendukung yang sering
dijumpai dalam rangkaian elektronika dan beberapa sumber yang menyangkut pemicu pembuatan alat ini. Teori
komponen ini bertujuan untuk mempermudah agar para perancang dapat merancang suatu alat dengan baik.
Ketepatan dan ketelitian dalam pemilihan berbagai nilai atau ukuran dari komponen merupakan langkah penting
yang mempengaruhi kinerja hasil dan alat yang dirancang. Dalam perancangan alat ini tidak lepas dari referensi
sebagai sumber wacana yaitu:
a. Spora dapat berkecambah dalam kondisi cahaya terang biasa ataupun gelap dan perkecambahan spora akan
terhambat jika diberi penyinaran UV lebih dari 2 jam dan pemberian sinar matahari langsung (Pawirosoemardjo
dan Purwantara, 1987).
b. Faktor cuaca seperti suhu, kelembaban, curah hujan, angin dan radiasi berpengaruh pada setiap tingkat siklus
perkembangan tanaman (Friesland and Schodter, 1988).
c. Radiasi matahari yang ditangkap klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun merupakan energi dalam
proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman
pangan. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya mempercepat pembungaan
dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan
tanaman. Jika air cukup maka pertumbuhan dan produksi padi hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan oleh
radiasi matahari (Tjasjono, 1995).
d. Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman

yang tumbuh baik di tempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada
tempat teduh/bernaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang
periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan
mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo, 1976 dalam Faridah, 1996).

I-120

Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS

ISSN 1412-9612

e. Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Di tempat terbuka
mempunyai kandungan klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan efek yang nyata
terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka
(Marjenah, 2001).
f. Radiasi (sinar UV) dan cahaya mempunyai peranan bagi perkembangan epidemiologi dan biologi patogen.
Siklus hidup patogen dapat berubah dengan berubahnya periode cahaya terang dan gelap. Sinar ultraviolet (UV)
dapat menekan perkembangan patogen dalam waktu tertentu dan dapat mengakibatkan tertekannya pembentukan
spora patogen. Epidemi penyakit gugur daun Corynespora biasanya terjadi dalam kondisi cuaca mendung
(intensitas cahaya rendah akibat terhalang awan) dalam jangka waktu sedikitnya satu bulan secara terus-menerus

(Situmorang dan Budiman, 2004).
g. Fotosintesa memerlukan intensitas radiasi yang lebih besar dari fotoperiodisme, pada umumnya kecepatan
fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan naiknya intensitas cahaya. Pada nilai-nilai intensitas cahaya
tertentu, kecepatan fotosintesa tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh dengan cahaya
(Guslim, 2007).
Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman/pohon secara langsung melalui tumbuhan
hijau atau melalui organisme lain. Hal ini tergantung kepada zat-zat organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau.
Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang gelombang ungu dan biru mempunyai
foton yang lebih berenergi bila dibanding dengan panjang gelombang jingga dan merah.

Gambar 1. Perbedaan Kualitas Cahaya Berdasarkan Panjang Gelombang
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa panjang gelombang 750-626 nm adalah warna merah, panjang gelombang
626-595 nm adalah warna orange/jingga, panjang gelombang 595-574 nm adalah warna kuning, panjang gelombang
574-490 nm adalah warna hijau, panjang gelombang 490-435 nm adalah warna biru, dan panjang gelombang 435400 nm adalah warna ungu. Semua warna-warni dari panjang gelombang ini berpengaruh terhadap fotosintesis,
pertumbuhan, dan perkembangan pohon baik secara generatif maupun vegetatif. Warna kuning dan hijau
dimanfaatkan oleh tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling banyak diabsorbsi berada di wilayah
violet sampai biru dan orange sampai merah.
Cahaya spektrum warna yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman adalah cahaya tampak
yang memiliki gelombang terpendek dan terpanjang. Cahaya tampak dengan gelombang terpendek memberi warna
ungu dan gelombang terpanjang memberi warna merah. Hal ini karena fotosintesis akan berjalan lebif efektif pada

sprektrum warna merah dan ungu. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna ungu (400450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer).
Bahan Dan Metode Penelitian
Bahan yang diuji adalah bibit pepaya yang ditanam pada polybag ukuran 8 x 12 cm dengan media campuran
tanah dan pupuk kandang. Radiasi penyinaran dilakukan dengan menggunakan alat pemacu tumbuh tanaman.
Pengujian dilakukan dengan menghubungkan alat pemacu pertumbuhan tanaman secara elektronik ke sumber
tengangan PLN 220V AC. Cahaya yang dihasilkan akan menyinari tanaman pada polybag tersebut dengan jarak
±100 cm pada pukul 18.00-06.00 selama 12 jam. Pertumbuhan tanaman diukur setiap hari mengunakan pengaris.
Adapun yang diukur pada tanaman pepaya adalah tinggi (batang) tanaman, panjang lebar, dan banyaknya daun.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui perancangan dengan mengaplikasikan radiator
sebagai sistem pemacu proses pertumbuhan tanaman simplisia untuk diterapkan pada masyarakat petani atau lahan
pertanian, sehingga mempercepat proses tumbuh saat pembibitan dan menunjang pemenuhan bahan baku produksi
di industri kecil herbal. Alat pemacu ini dapat dipakai pada musim panas maupun hujan, di samping itu juga dapat
dipakai siang dan malam hari. Adanya alat pemacu tumbuh tanaman simplisia ini akan membantu masyarakat agar
tidak terhambat dalam proses tumbuh saat pembibitan tanaman simplisia.

I-121

Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS

ISSN 1412-9612


Konsep pembuatan alat pemacu pertumbuhan tanaman secara elektronik ini seperti terlihat pada gambar 2
dan 3 di bawah ini.
TR1

D1

D2

D3

D4

D5

D6

D7

DIODE-LED


DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D16

D17

D18

D19


D20

D21

D22

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D31

D32

D33

D34

D35

D36

D37

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D46

D47

D48

D49

D50

D51

D52

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D61

D62

D63

D64

D65

D66

D67

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D76

D77

D78

D79

D80

D81

D82

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D91

D92

D93

D94

D95

D96

D97

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D106

D107

D108

D109

D110

D111

D112

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D121

D122

D123

D124

D125

D126

D127

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D136

D137

D138

D139

D140

D141

D142

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D151

D152

D153

D154

D155

D156

D157

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D166

D167

D168

D169

D170

D171

D172

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D181

D182

D183

D184

D185

D186

D187

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D196

D197

D198

D199

D200

D201

D202

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D211

D212

D213

D214

D215

D216

D217

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D226

D227

D228

D229

D230

D231

D232

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D241

D242

D243

D244

D245

D246

D247

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

D8

D9

D10

D11

D12

D13

D14

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D23

D24

D25

D26

D27

D28

D29

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D15

D38

D39

D40

D41

D42

D43

D44

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D53

D54

D55

D56

D57

D58

D59

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D68

D69

D70

D71

D72

D73

D74

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D83

D84

D85

D86

D87

D88

D89

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D98

D99

D100

D101

D102

D103

D104

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D113

D114

D115

D116

D117

D118

D119

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D128

D129

D130

D131

D132

D133

D134

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D143

D144

D145

D146

D147

D148

D149

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D158

D159

D160

D161

D162

D163

D164

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D173

D174

D175

D176

D177

D178

D179

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D188

D189

D190

D191

D192

D193

D194

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D203

D204

D205

D206

D207

D208

D209

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D218

D219

D220

D221

D222

D223

D224

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D233

D234

D235

D236

D237

D238

D239

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

D248

D249

D250

D251

D252

D253

D254

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED

DIODE-LED DIODE-LED

R1
470R

32V

D30

R2
470R

BR1

D45

R3

GBU6A

470R

D60

R4
470R

AC

D75

R5
470R

D90

R6

220V

470R

D105

R7
+42V

CT

470R

D120

R8
470R

D135

R9
470R

C1

C2

C3

C4

1000u

1000u

100n

100n

D150

R10
470R

D165

R11

32V

470R

D180

R12
470R

D195

R13
470R

D210

R14
470R

D225

R15
470R

D240

R16
470R

D255

R17
470R

Gambar 2. Rangkaian Catu Daya

Gambar 3. Rangkaian Beban

Ketika rangkaian dihubungkan dengan sumber tengangan bolak-balik (Alternating Current/AC) 220 volt, maka
tegangan tersebut akan diubah oleh rangkaian Power Supply menjadi tengangan searah (Direct Current) sebesar
43,5 volt. Tengangan ini untuk mensuplai blok lampu LED 13,5 Watt, dan LED tersebut memancarkan sinar pada
media tumbuhan dengan jarak ± 100 cm. Rangkain ini adalah rangkain utama dalam alat ini, karena rangkaian inilah
yang menyinari tanaman sebagai pemacu pertumbuhan.
Pemercepat pertumbuhan tanaman ini adalah merupakan hasil pengembangan dari berbagai aplikasi
elektronika, yaitu photovoltaik sebagai konverter energi matahari, baterai sebagai penyimpan arus dan tegangan,
inverter sebagai konverter arus, timer sebagai sistem pewaktuan dan travo elektrik sebagai pembangkit radiator. Alat
pemacu tumbuh tanaman ini bekerja dengan cara memancarkan gelombang radiasi 660 nm dan 450 nm yang
diterima oleh klorofil, auksin, dan giberelin. Klorofil akan menyerap gelombang tersebut secara sempurna untuk
melakukan fotosintesis. Auksin yang terpapar gelombang radiasi akan terbakar dan memicu pertumbuhan tanaman
ke arah sumber radiasi. Fungsi auksin adalah sebagai pangatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di
daerah belakang maristem ujung. Pengaruh auksin yang lain adalah merangsang pembelahan sel-sel kambium,
meningkatkan perkembangan bunga dan buah, merangsang perkembangan akar lateral dan menyebabkan
pembengkokan batang. Auksin ini ditemukan di ujung batang dan akar serta di tempat pembentukan bunga, buah
dan daun. Giberelin yang terpapar gelombang radiasi akan teransang untuk memaksimalkan fungsinya. Giberelin
tidak mengakibatkan pucuk membengkok seperti pada auksin. Fungsinya merangsang pemanjangan batang,
merangsang aktivitas enzim amilase dan proteinase yang berperan dalam mencerna cadangan makanan, merangsang
pertumbuhan tunas, meghilangkan dormasi biji untuk memacu perkecambahan serta merangsang perbungaan dan
pertumbuhan buah secara partenogenesis. Giberelin ditemukan pada semua bagian tumbuhan, misalnya pucuk
batang, ujung akar, bunga, buah dan terutama pada biji. Alat pemacu tumbuh tanaman yang dihasilkan dan dampak
pemaparan radiasinya dapat dilihat pada gambar 4 dan 5 berikut ini.

0,40 – 1,20 m

Gambar 4. Alat Pemacu Tumbuh Tanaman

I-122

Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS

ISSN 1412-9612

Gambar 5. Pemaparan Radiasi dari Alat Pemacu
Hasil Dan Pembahasan
Hasil yang dicapai pada program ini adalah alat pemacu tumbuh tanaman simplisia yang ramah lingkungan,
mudah pemeliharaannya, dan dapat bekerja terus menerus. Alat ini dapat menghasilkan proses percepatan tumbuh
tanaman secara efektif, dan efisien karena dapat dioperasikan setiap saat. Alat pemacu ini mampu mempercepat
tumbuh tanaman pada masa pembibitan. Waktu tumbuh tanaman pepaya untuk mencapai tinggi batang 10 cm,
jumlah daun 7 buah dengan lebar daun 5 cm adalah 20 hari. Pada gambar 6,7,8, dan 9 berikut ini disajikan
perbandingan tinggi batang, jumlah, panjang, dan lebar daun pepaya hasil penyinaran dengan menggunakan sinar
UV dan matahari.

Gambar 6. Perbandingan Tinggi Batang Pepaya

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Daun Pepaya

I-123

Simposium Nasional RAPI XIII - 2014 FT UMS

ISSN 1412-9612

Gambar 8. Perbandingan Panjang Daun Pepaya

Gambar 9. Perbandingan Lebar Daun Pepaya

Pada gambar 6,7,8, dan 9 tersebut menunjukkan bahwa penyinaran dengan sinar UV pada alat pemacu
tumbuh tanaman pepaya telah berhasil mempercepat proses pertumbuhan pada saat pembibitan. Rata-rata
pertumbuhan tinggi batang perharinya adalah 0,50 cm. Rata-rata pertumbuhan panjang daun perharinya adalah 0,26
cm. Rata-rata pertumbuhan lebar daun perharinya adalah 0,23 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa rasio rata-rata
pertumbuhan batang perharinya meningkat 1,5 kali, rasio rata-rata pertumbuhan panjang daun perharinya meningkat
1,57 kali, dan rasio rata-rata pertumbuhan lebar daun perharinya meningkat 1,75 kali dari metode penyinaran dengan
memanfaatkan sinar matahari. Percepatan tumbuh tanaman dengan menggunakan alat pemacu dapat mempersingkat
waktu pembibitan sebesar 33,33%, dan percepatan tumbuh batang rata-rata perharinya meningkat 16,9% dari cara
penyinaran dengan sinar matahari (cara konvensional). Waktu proses pembibitan yang semakin singkat tersebut
berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas dan ketersediaan bahan baku untuk industri kecil herbal.
Kesimpulan
1. Tanaman pepaya yang disinari sinar UV dari alat pemacu tumbuh tanaman mengalami pertumbuhan tinggi yang
cepat dan jumlah daunnya bertambah lebih cepat, berwarna hijau lebar dan tebal, serta batangnya tegak.
Pertumbuhan yang cepat ini disebabkan oleh penyinaran yang cukup dan media tanam yang baik, sehingga
proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik.
2. Panjang gelombang radiasi 660 nm dan 450 nm yang dipancarkan alat pemacu tumbuh tanaman dapat
mempercepat proses pertumbuhan tanaman pada saat pembibitan. Waktu tumbuh tanaman pepaya untuk
mencapai tinggi batang 10 cm, jumlah daun 7 buah dengan lebar daun 5 cm adalah 20 hari.
3. Percepatan tumbuh tanaman dengan menggunakan alat pemacu dapat mempersingkat waktu pembibitan sebesar
33,33%, dan percepatan tumbuh batang rata-rata perharinya meningkat 16,9% dari cara penyinaran matahari.
4. Alat pemacu tumbuh tanaman ini sangat menguntungkan para petani dan pengusaha industri kecil herbal,
sehingga kelompok tani maupun industri kecil herbal akan dapat meningkatkan produktivitasnya.
Daftar Pustaka
Faridah, E., (1996), “Pengaruh Intensitas Cahaya, Mikoriza dan Serbuk Arang pada Pertumbuhan Alam
Drybalanops sp”, Buletin penelitian Nomor 29, Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Friesland, H. and Schodter, H., (1988), “The Analysis of Weather Factors in Epidemiology in Kranz, J and Rotem, J
(ed) Experimental Techniques in Plant Disease Epidemiology”, Springer-verlag. P., 115-134.
Guslim, (2007), “Dasar-Dasar Klimatologi”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Marjenah, (2001), “Pengaruh Perbedaan Naungan di Persemaian Terhadap Pertumbuhan dan Respon Morfologi Dua
Jenis Semai Meranti”, Jurnal Ilmiah Kehutanan “Rimba Kalimantan ” Vol. 6. Nomor 2, Samarinda,
Kalimantan Timur.
Pawirosoemardjo, S., Purwantara, A, (1987), “Sporulation and Spore Germination of Corynespora Cassiicola ”,
Proceeding of IRRDB Symposium Pathology of Hevea brasiliensis, November 2-3, 1987, Chiang mai
Thailand, P. 24-33.
Situmorang dan Budiman, (2004), “Penyakit Tanaman Karet dan Pengendaliannya”, Balai penelitian Sumbawa.
Soekotjo, (1976), Silvika, “Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi IPB”, Fakultas Kehutanan, IPB,
Bogor.
Tjasjono, (1995), “Klimatologi Umum”, ITB, Bandung.

I-124