Faktor Yang Mempengaruhi Masa Pensiun

(1)

FAKTOR YAN G M EM PEN GARUH I M ASA PEN SI UN D r a . ERN I ASN ELI ASBI

Ju r u sa n I lm u Ke se j a h t e r a a n Sosia l Fa k u lt a s I lm u Sosia l da n I lm u Polit ik

Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

BAB I PEN D AH ULUAN 1 .1 . La t a r Be la k a n g M a sa la h

Beberapa aspek dari m odernisasi diident ifikasikan sebagai penyebab dari m asa pensiun. Jam es C dan Donald ( 1987, 296 - 297) berpendapat 3 ( t iga) enyebabnya. Pert am a, m eningkat nya harapan- harapan hidup. Donald O. Cogw il ( 1975) m engat akan t ransform asi dalam suat u m asyarakat secara keseluruhan dari suat u cara pandang m asyarakat pedesaan secara relat if didasarkan at as kekuat an, sem angat , t eknologi yang t erbat as, lem baga- lem baga relat if t idak pent ing, part ial dan pandangan nilai- nilai t radisional ke arah dom inannya pandangan hidup kot a dengan yang didasarkan at as kuat nya sum ber kekuasaan, t ingginya perkem bangan ilm u penget ahuan dan t eknologi, t ingginya peranan individu dan pandangan kosm opolit an yang m enekankan pada efisiensi dan kem am puan. Alex Thio ( 1986, 270) m engat akan bukan hanya di sebahagian besar negara- negara indust ri t et api j uga di daerah pedesaan yang t elah disent uh oleh m odem isasi.

Dua aspek lain dari m odernisasi adalah pendidikan dan urbanisasi j uga m em punyai pengaruh pada generasi t ua. Teknologi m aj u t elah m encipt akan ribuan pekerj aan baru yang m enghendaki pendidikan dan keahlian, t et api t eknologi m aj u j uga m em buat beberapa keahlian usang dan m em bat asi at au m enurunkan kebut uhan ribuan pekerj aan yang m em but uhkan keahlian rendah. Pekerj a t ua cenderung unt uk kurang pendidikan dan keahlian m ereka m ungkin t idak sesuai unt uk indust ri m odern. Mereka sering sebagai hasil penolakan dari pasar t enaga kerj a. Urbanisasi, sepert i t eknologi t elah m encipt akan pekerj aan baru yang m enggerakkan pekerj aan yang m at i pindah dari daerah pedesaan at au kot a kecil ke kot a at au dari kot a indust ri dari ut ara dan t engah ke pusat kot a baru dari " sun belt " .

Golongan karyaw an akan sem akin m enent ukan di dalam gerak roda ekonom i bangsa I ndonesia pada saat ini. Dengan pesat nya laj u pert um buhan sekt or indust ri yang akan m ,enyeim bangkan peranan dom inan sekt or pert anian. Hal ini dapat kit a lihat dari j um lah penduduk I ndonesia pada t ahun 1990 yang berj um lah 179,4 j ut a dengan pert um buhanlebih kurang 1,98 % per t ahun pada dekade 1980- 1990an lebih kurang 60 % ( 75,8 j ut a j iw a) m erupakan sum ber daya m anusia yang berupa t enaga kerj a. Dari j um lah t enaga kerj a t ersebut t ercat at sebesar 10,1 % di lapangan pekerj aan ut am a pada sekt or indust ri. Pada sekt or indust ri t ersebut 55,8 % ( 21,1 j ut a j iw a) t enaga kerj a berst at us karyaw an ( BPS,1991,25- 26) .

Dari segi um ur dan bekerj a t erdapat grafik yang m enunj ukkan garis yang m ula- m ula rendah sem akin naik dengan naiknya um ur sam pai t it ik t ert inggi. Dilanj ut kan dengan penurunan dan sem akin bert am bahnya um ur. Di I ndonesia, pada t ahun 1990 t ingkat part isipasi angkat an kerj a j ika dirinci m enurut kelom pok um ur, yang t erendah t erlihat pada um ur 10- 14 t ahun yait u 11,05 % . Pada usia t ersebut


(2)

pada um urnnya penduduk hanya m elakukan kegiat an sekolah, sehingga t ingkat part isipasinya rendah sedangkan t ingkat part isipasi angkat an kerj a t ert inggi pada um ur 45- 49, 35- 39 dan 40- 44 t ahun m asing- m asing 80,36 % , 80,10 % dan 79,87 % . Tingkat part isipasi angkat an kerj a sem akin rendah dengan naiknya kelom pok um ur penduduk.

Dari segi um ur dan produkt ivit as dat a m enunj ukkan bahw a m enurut kelom pok um ur m ereka yang produkt ivit asnya rendah dit em ukan di kelom pok um ur 60- 64 t ahun ( BPS,1991, 26) . I ni m enunj ukkan bahw a pada um ur t ersebut t elah berkurang kekuat an unt uk m eneruskan akt ivit as bekerj a.

Dat a di at as m enunj ukkan bahw a pada um ur t ert ent u m ereka akan m engalam i penurunan produkt ivit as. Penurunan yang m engharuskan m ereka unt uk m engurangi bahkan m elepaskan ket erlibat an diri dari pekerj aannya.

Menurut dat a BPS m enunj ukkan bahw a lebih kurang 11,9 % ( 0,09 j ut a j iw a) , angkat an kerj a yang berum ur di at as 55 t ahun m asih bekerj a. Lebih kurang 0,2 % ( 9,4 ribu j iw a) dan penduduk yang berum ur 55 t ahun ke at as m asih m encari pekerj aan. Dim ana angkat an kerj a yang m encari pekerj aan it u sudah pernah bekerj a. Lebih kurang 11,7 % ( 9,11 j ut aj iw a) dari angkat an kerj a m erupakan golongan um ur di at as 55 t ahun ( BPS, 1991,46) . Dat a ini m enunj ukkan m asih berperannya golongan um ur di at as 55 t ahun di dalam pekerj aannya.

Kecenderungan pada saat ini yait u sem akin besam ya penduduk berusia 55 t ahun ke at as dan m eningkat nya bat as um ur produkt if. I ni disebabkan kem aj uan ilm u dan penget ahuan, pengobat an, kesehat an lingkungan, higienis m akanan dan lain- lain.

Usia harapan hidup penduduk I ndonesia adalah pada t ahun 1971 unt uk laki-laki 45 t ahun dan perem puan 48 t ahun. Pada t ahun 1985 unt uk laki-laki- laki-laki 50,9 t ahun dan perem puan 54,0 t ahun. Pada t ahun 1990 sam pai 1995 unt uk laki- laki 62,9 t ahun dan perem puan 66,7 t ahun ( Gerent ologi 22- 23, 1992,2) .

Dengan m em perhat ikan dat a kependudukan di at as, dim ana t erus bert am bahnya j um lah penduduk berum ur 55 t ahun ke at as, m em but uhkan perhat ian khusus. Juga, didalam m asyarakat indust ri pada um ur 55 t ahun ke at as m erupakan golongan yang t elah m engundurkan diri dari pekerj aannya.

Keadaan di m asa akt if bekerj a m em pengaruhi di saat pensiun. Di saat akt if bekerj a karyaw an m em punyai j adw al pekerj aan yang t erencana dan ket at . Pekerj aan m enghabiskan w akt u seharian. Pem ikiran dan t enaga dicurahkan unt uk m enyelesaikan pekerj aan dengan baik. Pekerj aan dilaksanakan dem i kem aj uan karir dan perusahaan. Hubungan kerj a banyak dilakukan dengan t ernan sekerj a. Hal ini dikem bangkan berdasarkan kebiasaan, norm a, pem ikiran kelom pok pekerj a di perusahaan. Dengan pekerj aan m enem pat kannya pada suat u peran dan fungsi dalam m asyarakat . Siapakah m ereka dan m ereka m asih berguna dalam hidup. Keadaan ini pada m asa pensiun berkurang bahkan put us sarna sekali.

Set elah berhent i dari pekerj aan, pensiunan akan kehilangan akt ifit as keseharian. Pekerj aan yang rut in t idak dapat dilakukan lagi. St at us dan peranan dalam lingkungan pekerj aan dit inggalkan kesem pat an unt uk produkt if m encipt a, m enerim a penghorm at an dari pekerj aan hilang. Kolega dan t em an berubah, pada w akt u bekerj a didasarkan at as hubungan kerj a set elah pensiunpun j ika ada


(3)

didasarkan at as persahabat an. I ni berart i aw al dari m engem bangkan j alinan hubungan sosial dengan sekit arnya. Lingkungan sekit ar yang berlainan dengan kebiasaan, norm a dan pem ikiran kelom pok pekerj a di perusahaan.

Sebahagian besar karyaw an m em im pikan bahw a pada m asa pensiunnya dari pekerj aan akan m enj adi m akm ur ( adanya j am inan pendapat an dari berbagai sum ber sepert i pensiun, j am inan sosial, t abungan pribadi dan lain- lain) t et api hanya sebagian kecil yang m engalam i it u. Sebagian lagi karyaw an " t idak m akm ur- m akm ur m asa pensiunnya" ( Jam es C dan Donald C, 1987, 253) . Bagi karyaw an yang m akm ur m asa pensiunnya akan m enikm at i m asa t uanya dengan bahagia. Karyaw an yang t idak m akm ur m asa pensiunnya m erasa khaw at ir m engalam i m asa pensiun. Kekhaw at iran ini m akinbesar t erlebih- lebih j ika padanya m asih t erdapat unsur pokok yang m enj adikan dasar unt uk t et ap m elakukan hubungan kerj anya.

Bagaim ana persoalan ini dalam m asyarakat bent uk- bent uk usaha di I ndonesia. Pada um um nya m engingat keadaan ekonom i dan t ingkat ekonom i m asyarakat t enaga kerj a, pem ut usan hubungan kerj a karena usia lanj ut t idaklah dit erim a dengan gem bira. Hal ini dikarenakan kenyat aan m enunj ukkan bahw a m asih banyak peket j a I ndonesia berpenghasilan sangat kecil, lebih kecil dari kebut uhan hidup m inim um ny a.

Unt uk m engat asi keadaan dan t ingkat ekonom i dari t enaga kerj a t erlihat Pem erint ah m enet apkan upah m inim um dan cenderung naiknya set iap t ahun besar upah absolut . Sasarannya adalah paling sedikit cukup unt uk m em enuhi kebut uhan hidup m inim um karyaw an dan keluarga.

1 .2 . Ba t a sa n Pe r m a sa la h a n

Agar m asalah t idak t erlalu luas dan unt uk m enghindari kekaburan dalam pem bahasan, m aka perlu adanya pem bat asan m asalah. Adapun pem bat asan m asalah t ersebut adalah " Fakt or apa saj a yang dapat m em pengaruhi m asa pensiun" .

1 .3 . Tu j u a n Pe n u lisa n

a. Unt uk m elihat gam baran t ent ang fakt or yang m em pengaruhi m asa pensiun.

b. Unt uk m em berikan m asukan yang pent ing bagi set iap m asyarakat yang akan m enghadapi m asa pensiun.

1 .4 . M a n fa a t Pe n u lisa n

Dari penulisan ini diharapkan dapat berm anfaat bagi para pem baca unt uk keperluan pengem bangan ilm u m aupun inst ansi t erkait dalam m enghadapi m asalah yang ada persam aannya.

BAB I I M ASA PEN SI UN 2 .1 . Usia La n j u t Se ba ga i Sa la h Sa t u D a u r H idu p

Dari siklus hidup m anusia t erdapat m asa yang disebut dengan m asa usia lanj ut ( elderly) . Pengert ian dan bat asan usia lanj ut t idaklah seragam t et api biasanya usia lanj ut selalu dihubungkan dengan seat u kelom pok um ur t ert ent u. Sidang um um sedunia m engenai usia lanj ut di Willa t ahun 1982 m enet pkan m ereka yang berum ur 60 t ahun ke at as. Pakar Gerent ologi m em berikan bat asan um ur 65 t ahun ke at as. Sedangkan di I ndonesia, Biro Pusat St at ist ik yang m elaksanakan Survey pada t ahun


(4)

1982 m enet apkan bat asan um ur usia lanj ut adalah m ereka yang berum ur 55 t ahun ke at as. Dengan keput usan Ment eri Koordinat or Kesej aht eraan Rakyat No 5 t ahun 1989 m enet apkan unt uk padanan kat a usia lanj ut adalah elderly dan m ereka yang berum ur 55 t ahun ke at as.

Menurut Helen C. Bee dan Sandra K. Mit cheel ( 1984, 591) m enyat akan di dalam t ahapan ini biasanya dit andai dengan pensiun dari bekerj a, penyesuaian diharapkan dari beberapa persiapan m ent al dan fisik, t erns berlanj ut nya kehilangan beberapa fungsi fisik dan m ent al sepert i penglihat an biasanya m enj adi sem akin kabur, pendengaran j uga sernakin berkurang, akt ivit as sosial, ket erlibat an dengan keluarga, hubungan dengan t em an t erlihat sedikit at au t idak m enurun.

Menurut Supe ( 1957) dalam Grace Craig ( 1984, 462) pada um ur 65 t ahun ke at as adalah t ahap penurunan dim ana kekuat an fisik dan m ent al dari pekerj a usia lanj ut di dalam penurunan. Biasanya di dalam pekerj aan t iba- t iba berubah m enurun kem am puannya. Akhirnya bekerj a berakhir.

Dengan dem ikian banyak t erj adi perubahan- perubahan di dalam t ahap ini, t erut am a yang berhubungan perubahan fisik, m ent al, psikhologis dan sosial sepert i penurunan kem am puan penglihat an, pendengaran, pensiun dari pekerj aan, kehilangan pasangan, anak- anak yang sudah rnenikah, dan m eninggaikan rum ah.

Havighurt ( 1972) dalam Bonar ( 1992, 44) m enyebut kan beberapa t ugas perkem bangan m asa t ua, yait u pert am a m enyesuaikan diri t erhadap penurunan kekuat an fisik dan kesehat an. Kedua, Menyesuaikan diri t erhadap m asa pensiun. Ket iga, Menyesuaikan diri t erhadap kem at ian. Keem pat , m engadopsi dan m enyesuaikan diri dengan peran- peran sosial secara lebih fleksibel. Kelim a, m em elihara kesehat an fisiknya.

2 .2 . Se gi- Se gi Pok ok Pe k e r j a a n

Bagi orang yang bekerj a sebagai karyaw an, pada usia lanj ut , perubahan yang besar dialam i adalah pensiun dari pekerj aan. Perubahan ini sangat t erasa karena di dunia pekerj aan m enurut Grace Craig ( 1994, 458) unt uk beberapa orang pekerj aan adalah lebih dari art i m enyam bung hidup ( survival) . Menyediakan bagi m ereka uang unt uk m akanan, pakaian dan perlindungan bagi m ereka sendiri dan keluarganya. Unt uk yang lain, pekerj aan adalah suat u kesem pat an unt uk berkreasi at au produkt if, unt uk m endapat harga diri at au penghorm at an. Masih unt uk yang lain, pekerj aan ham pir suat u kesadaran akt ifit as m ereka adalah dorongan unt uk penam pilan.

Pent ingnya pekerj aan bagi orang sehingga Sigm und Freud m enyim pulkan bahw a orang dew asa yang norm al adalah seorang yang m am pu m encint ai dan bekerj a. Sam pai- sam pai unt uk beberaa karyaw an yang m encint ai pekerj aannya m ungkin akan t erus m elakukan pekerj aannya w alaupun t idak dibayar unt uk pekerj aannya.

Dengan dem ikian m elalui akt ifit as bekerj a dapat t erpenuhi kebut uhan, di m ana m enurut Abraham Maslow dalam law rence L. St einm et z ( 1979, 28) m enggam barkan kebut uhan- kebut uhan m anusia it u sebagai suat u j enj ang at au hirarki yang dim ulai dari kebut uhan fisiologis dan kebut uhan rasa am an, kebut uhan sosial dan affiliasi, kebut uhan harga diri dan kebut uhan akt ualisasi diri. Dua kebut uhan yang disebut pert am a yait u kebut uhan fisiologis dan kebut uhan rasa am an disebut j uga kebut uhan prim er ( dasar) . Hirarki kebut uhan m anusia m enurut


(5)

Maslow ini m enunj ukkan bahw a bila sat u t ingkat kebut uhan t erpenuhi, m aka dengan sendirinya kebut uhan m anusia it u akan m eningkat ke j enj ang yang lebih t inggi. 2 .3 . M a ca m - M a ca m Pe n siu n

Pada suat u w akt u berhent i dari pekerj aan akan t iba j uga. Dim ana t erj adi pem ut usan hubungan kerj a ant ara karyaw an dengan t em pat kerj anya. Pem ut usan hubungan kerj a dapat dikarenakan karyaw an t idak m encapai usia lanj ut , dim ana t ersim pul pengert ian bahw a pada bat as um ur t ert ent u prest asi kerj a seorang akan m encapai bat as produkt ivit asnya sehingga hubungan kerj a akan m engurangi efisiensi, karena berkurangnya daya kerj a.

Pem ut usan hubungan kerj a yang disebabkan usia lanj ut dapat t erj adi dari dua pihak yait u karyaw an it u sendiri dan dari t em p at bekerj a. Hadi Poerw ono ( 1982) berpendapat ada dua pendirian t ent ang pem ut usan hubungan kerj a disebabkan usia lanj ut

yait u :

a. Pihak yang berpendirian bahw a pem ut usan hubungan kerj a karena usia lanj ut harus dat ang dari pihak karyaw an. Dengan alasan bila dat angnya dari pengusaha m engandung sifat paksaan yang berdam pak segi- segi et his, psikhologis dan sosial ekonom i. Dari segi et his t im bul anggapan seolah- olah j asa yang t elah diberikan karyaw an selam a akt if dit iadakan. Dari segi psikhologis, t idak ada seorangpun yang m at i dinyat akan t idak produkt if lagi, kecuali diberikan fakt a- fakt a. Hal ini akan m enyinggung harga diri karyaw an. Segi sosial dan ekonom i dengan pert im bangan bagi karyaw an kebut uhan akan t et ap dipenuhi sepanj ang um urnya. lni berart i pem ut usan hubungan kerj a harus bersifat kesukarelaan.

b. Pihak yang berpendirian bahw a pem ut usan hubungan kerj a karena usia lanj ut , harus dat ang dari pihak pengusaha. Dengan alasan unt uk m em ungkinkan perusahaan m erencanakan, m enet apkan dan m enj alankan garis- garis polit ik personalianya. Bent uk dari pem ut usan hubungan kerj a ini bersifat paksaan.

Pada um um nya saat ini perusahaan baik sw ast a m aupun pem erint ah dalam pensiun didasarkan pada penet apan um ur t ert ent u. Jenis pensiun y ang didasarkan pada penet apan bat as um ur m enurut Everect T. Allen, Jr, dkk ( 1988,79) dibagi at as dua j enis yait u :

a. Norm al Ret irem ent Age

Merupakan j enis pensiun yang um um dikenal yait u pensiun yang sesuai dengan bat as um ur yang dit et apkan t em pat karyaw an bekerj a.

b. Early Ret irem ent Age

Pensiun sebelum bat as um ur yang dit et apkan oleh t em p at karyaw an bekerj a. Dalam j enis ini pensiun dapat at as inisiat if karyaw an it u sendiri dan at as perm int aan t em pat karyaw an bekerj a. Biasanya pensiun ini dikarenakan fakt or-fakt or t ert ent u sepert i kesehat an yang t idak m em ungkinkan lagi ( Unfit ) dan failit perusahaan.

Di I ndonesia, perusahaan yang t elah sam pai pada t ingkat m enj alankan pem berhent ian karyaw annya dikarenakan usia lanj ut , pada um um nya m enj alankan pem berhent ian yang dat angnya dari pihak pengusaha m elalui penet apan um ur pensiun.

Unt uk pegaw ai negeri, pem erint ah m enet apkan Undang- undang No. 32 t ahun 1979 t ent ang pem berhent ian pegaw ai negeri sipil pasal 3, bahw a :

1. Pegaw ai Negeri Sipil yang t elah m encapai bat as usia pensiun, diberhent ikan dengan horm at sebagai pegaw ai negeri sipil.


(6)

Menurut Hadi Poerw ono ( 1982) " Pem erint ah sendiri dalam m enj alankan perem aj aan pegaw ainya m enganut polit ik pem berhent ian yang bersifat sem i paksaan" . Dim ana Pem erint ah m em beri kesem pat an bagi pegaw ai negeri sipil unt uk m engam bil inisiat if pensiun dengan hak pensiun pada um ur 55 t ahun. Dalam um ur 50 t ahun sebagai bat as usia m inim um um t uk m em peroleh hak pensiun. Nam un, j ika pegaw ai negeri it u t idak m engaj ukannya, pem erint ah akan m em berhent ikannya pada um ur 56 t ahun.

2 .4 . Pe n e t a pa n Um u r Pe n siu n

Pesoalan yang selalu t erj adi dan hangat di m asyarakat adalah t et ap dipert anyakannya berapa bat as um ur soerang karyaw an unt uk dapat dikat akan t elah m encapai bat as produkt ifnya sehingga penet apan bat as um ur pensiun sebagai dasar pem ut usan hubungan kerj a dapat dit erim a oleh m asyarakat .

Dalam persoalan ini t erdapat dua kepent ingan yang ut am a selalu diperj uangkan ant ara pihak perusahaan dan karyaw an. Menurut Hadi Poerw ono ( 1982, 147) dari pihak pengusaha selalu berusaha unt uk m enet apkan um ur yang t idak t erlam pau lanj ut , unt uk m em ungkinkan m engadakan perem aj aan dan dapat m enggunakan t enaga dengan dengan daya kerj a yang m aksim al. Sebaliknya, pihak karyaw an selalu berusaha unt uk m engukur bat as um ur it u sepanj ang m ungkin. Karena dengan pem ut usan hubungan kerj a akan m em baw a akibat dalam kepent ingan- kepent ingan di kehidupannya sebagai karyaw an.

Persoalan ini akan sem akin kom pleks karena pem ut usan hubungan kerj a disebabkan usia lanj ut dit ent ukan bat as produkt ifit asnya. Sem ent ara dalam penent uannya banyak unsur yang berperan pent ing sepert i unsur- unsur pokok yang m endorong karyaw an unt uk bekerj a, bent uk pekerj aan yang dilakukan di m ana pekerj aan yang m engandalkanj asm aniakan berbeda dengan pekerj aan yang m engandalkan pikiran, sifat dan m acam pekerj aan, lingkungan pekerj aan. Juga cara hidup, m akanan, kesenangan, selain it u, adanya kem aj uan ilm u penyakit , ilm u pengobat an, ilm u kesehat an dan ilm u bahan m akanan m enyebabkan sem akin t ingginya um ur produkt ifit as m anusia. Jam es C Cokm an dan Donald Cressey ( 1984, 310) m enyat akan bat asan um ur pensiunan adalah issu yang rum it bukan hanya m enyangkut orang- orang berusia lanj ut t et api set iap orang dalam m asyarakat kit a. Hal ini m em pert anyakan yang m enyangkut dem ografi, ekonom i, kesehat an dan hak-hak sipil.

Selalu t erdapat pro dan kont ra t ent ang penent uan bat asan um ur pensiun ini. Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 312) berpendapat kelom pok yang m endukung penent uan bat asan um ur pensiun beralasan bahw a penent uan ini adalah suat u sist em yang ram ah, diberikan pada karyaw an yang m ungkin kehilangan gairah dan kekuat an unt uk m udah keluar, ini m em berikan kesem pat an kepada karyaw an unt uk m erencanakan m asa depannya dengan m enet apkan w akt u yang t epat . Hal ini m em buka j alan yang baru bagi pengem bangan dan pengupahan perusahaan m ereka, perusahaan diberi kesem pat an yang baik unt uk m enent ukan st andart t indakan yang t epat bagi pengupahan anggot a- anggot a, kelom pok m inorit as.

Penent ang penet apan bat as um ur pensiun m enekankan pada fakt a bahw a ini adalah diskrim inasi. Mereka m enilai dukungan dat a st at ist ik yang m enunj ukkan bahw a kem am puan bekerj a khususnya pekerj a berdasi put ih ( w hit e collar) t idak m enurun sam pai usia lanj ut . Mereka beralasan bahw a pensiunan m em aksa sist em j am inan sosial yang harus m engkont ribusikan. Dan m ereka m enilai, bat asan um ur


(7)

pensiun secara fisik m erusak dan sering m enyalahkan orang unt uk t idak dapat m engelak kem iskinan.

Beberapa basil penelit ian m em benarkan pendapat di at as. Penelit ian yang dilakukan Duke Longit udinal St udies ( 1981) dalam Hellen C. Bee clan Sandra K. Mit cheel ( 1984, 525) penelit ian yang m elibat kan sej um lah kelom pok laki- laki dan w anit a dari usia i m enengah akhir yang m engalam i m asa pensiun dan usia t ua. Dalam sam pel ini, m ayorit as pensiunan m engat akan secara t idak sukarela salah sat u disebabkan ket idakm am puan at au t idak sehat . Hanya sekit ar 15 persen yang m engat akan m ereka pensiun dikarenakan m ereka hendak lebih banyak w akt u unt uk bersenang- senang.

Ant ara generasi dapat berbeda pandangan m engenai pensiun. Dim ana pendapat karyaw an m uda dan karyaw an t ua ada perbedaan. Hal ini dapat dit erim a dikarenakan karyaw an m uda lebih yakin akan kem am puan fisik dan skill pada saat it u. Dibukt ikan dengan penelit ian yang dilakukan oleh ahli geront ologi ( Everet t , Bosse dan Moggy, 1980) dalam Jam es C. Cokm an dan Donald Cressey ( 1987, 312) m enunj ukkan bahw a karyaw an m uda m enghendaki pensiun sebelum um ur 65 t ahun j ika m ungkin, t et api karyaw an t ua banyak m engharapkan unt uk pensiun di at as usia pensiun.

Unt uk karyaw an, fakt or senang dan t idak senang t erhadap suat u pekerj aan berperanan di dalam m em andang pensiun. Alex Thio ( 1986, 276) m engat akan seandainya kit a m enyukai pekerj aan yang sekarang kit a, kit a t idak m engharapkan unt uk pensiun. Tet api seandainya kit a m engalam i kesulit an besar, kit a akan bersedia pensiun. Bukt i- bukt i m enunj ukkan sepert i survey yang dilakukan Act hly ( 1982) dalam Alex Thio ( 1986, 276) m enunj ukkan bahw a lebih dari 80 % angkat an kerj a di Am erika relat if m enyenangi pekerj aannya, t et api sebagian besar bersikap senang unt uk pensiun. Hanya sebagian kecil yang t akut . Lain dengan keadaan di sini, dim ana profesional, m anej er dan pekerj aan yang berst at us t inggi j auh lebih m enyukai pekerj aannya yang baik daripada m ereka yang pekerj aannya dengan st at us rendah dan karyaw an yang st at usnya t inggi kurang suka unt uk pensiun lebih dini.

Hal t ersebut di at as j uga dikarenakan m enurut Barrow dan Sm it h ( 1983) dalam Fergus P. Hughes ( 1985, 557) bahw a karyaw an " blue - collars" m enunj ukkan kesediaan yang lebih besar unt uk pensiun karena pekerj aan m ereka m ungkin kurang m enyenangkan. Sebagai cont oh, m ereka m ungkin m elakukan pekerj aan yang rut in di pabrik dim ana m ereka m em pert im bangkan unt uk m eninggalkannya, t et api karyaw an profesional yang secara khusus puas pada pekerj aan t inggi, kurang senang akan pensiun.

Di I ndonesia m asalah ini baru dit et apkan dalam Undang- Undang Republik I ndonesia No.3 t ahun 1992 t ent ang Jam inan Sosial Tenaga Kerj a pasal 14 ayat ( 10) but ir a. Perat uran ini m ensyarat kan karyaw an yang t elah m encapai usia 55 t ahun ( lim a puluh lim a) t ahun yang layak m enerim a j am inan hari t ua. Dengan adanya penet apan ini berart i I ndonesia t elah m engat ur bat as um ur m aksim um unt uk dinyat akan sebagai karyaw an- karyaw an yang t erm asuk pada um ur produkt ifit asnya. Adanya persoalan m engenai bat as um ur pensiun ini Havighurst ( 1982) dalam Fergus P. Hughes ( 1985, 558) m enganj urkan adopsi sist em kerj a dan pensiun yang lebih luw es. Terlebih di dalam m asyarakat karyaw an di I ndonesia yang baru m elaksanakan j am inan sosial di hari t ua.


(8)

2 .5 . Ta h a p- Ta h a p M a sa Pe n siu n

Ahli sosiologi selalu m encoba m em aham i set iap t ahap- t ahap kehidupan m anusia. Dem ikian j uga Robert C. At chly ( 1976) dalam Edw in B. Flippo ( 1992, 285) yang pert am a sekali m em bagi t ahap- t ahap di dalam m asa pensiun. Tahap- t ahap ini m ungkin dialam i secara berurut an keseluruhannya at au t anpa m elew at i suat u t ahap. Adapun t ahap- t ahap t ersebut adalah :

a . Ta h a p M a sa M e m pe r sia pk a n Pe n siu n ( Pr e - r e t ir e m e n t )

Tahapan ini adalah m asa persiapan hingga sam pai t ibanya m asa pensiun yang sesungguhnya. Tahapan ini dibedakan at as dua yait u :

1. Tahap j auh ( Rem ot e)

Pada t ahap ini karyaw an berada di beberapa t ahun sebelum t ibanya m asa pensiun suat u kenyat aan adalah t idak ada karyaw an yang ingin lebih aw al unt uk pensiun dan t idak ada karyaw an yang t et ap bekerj a t erus sam pai m at i. Di dalam pikiran karyaw an t elah t erlint as pikiran bahw a akan t iba saat unt uk keluar dari t em pat bekerj a. Unt uk ini ant isipasi dan penyesuaian diri t erhadap m asa pensiun dilakukan.

2. Tahap dekat ( Near)

Di t ahap ini, karyaw an berada di m ana t ibanya m asa pensiun karyaw an m erasa t em an- t em an di sekeliling m em andangnya dalam perspekt if j angka pendek. Beberapa pekerj aan dikurangi, adakalanya dim int a unt uk m elat ih/ m em bim bing penggant inya sebelum upacara perpisahan dilakukan.

b. Pe r ist iw a Pe n siu n

1. Tahap bulan m adu ( Honeym oon)

Tahap ini t erj adi set elah pensiun m em asuki m asa pensiun. Pada t ahap ini pensiunan m erasakan m asa pensiun sebagai suat u m asa yang m enyenangkan, m endapat kan kebebasan unt uk m engisi w akt unya dengan hal- hal yang digem ari. Biasanya pensiunan akan m elakukan akt ifit as bepergian.

2. Tahap kesengsaraan ( Disachant m ent )

Tidak sem ua pensiunan m elew at i t ahap ini. Hanya m ereka yang t dak m em persiapkan diri yang biasanya m engalam i t ahap ini. Set elah m elew at i t ahap bulan m adu kehidupan m ulai t erasa m em bosankan. Pada t ahap ini banyak pensiunan yang m engalam i kekecew aan hidup, depressi, " post pow er syndrom e" dan m erasa t idak punya apa- apa lagi dit am bah dengan lingkungan sosial yang dirasa asing karena t inggal di rum ah baru set elah pensiun

c. Pe n siu n

1. Tahap reorient asi ( Reorient at ion)

Pada t ahap ini pensiunan m ulai m engadakan kaj i ulang ( reorient asi) dan m elakukan penyesuaian diri t erhadap kehidupan yang baru. Bant uan dit erim a dari lingkungan sekit ar dan lem baga- lem baga yang m em punyai program unt uk it u.

2. Tahap st abilit as ( st abilit y)

Pada t ahap ini, pensiunan m ulai m enyadari bahw a ia harus dapat m enyesuaikan dirinya dengan gaya hidup dan peran t anpa peran ( role less role) m aupun peran- peran yang baru. Pensiunan akan m elakukan m t init as kegiat an yang baru.

d. Ak h ir pe n siu n / Ta h a p pe n gh e n t ia n ( Te r m in a t ion )

Tidak sem ua pensiunan m angalam i t ahap ini dikarenakan kem at ian. Tahap ini dit andai dengan sem akin bert am bahnya um ur, kondisi fisik yang sem akin lem ah. Kegiat an rut in dalam t ahap st abilit as berkurang yang berangsur- angsur lepas.


(9)

Hidup yang t ergant ung pada orang lain at au lem baga. Pensinan sudah sem akin dekat dengan kem at iannya.

Dari t ahap- t ahap pensiun di at as t erlihat bahw a m asa pensiun t idaklah dat ang secara t iba- t iba. Karena it u, sebenarnya dapat dilakukan berbagai persiapan sebelum m asa pensiun.

BAB I I I

FAKTOR YAN G M EM PEN GARUH I M ASA PEN SI UN

Beragam nya pendapat m engenai keadaan sosial dan ekonom i pensiunan selanj ut nya dalam bagian berikut akan dibahas lebih dalam beberapa fakt or sosial dan ekonom i diant aranya persiapan m asa pensiun, pensiunan yang bekerj a, pendapat an pensiunan, hubungan pribadi pensiunan dan t em pat t inggal pensiunan. 3 .1 . Pe r sia pa n M a sa Pe n siu n

Unt uk sebagian besar karyaw an, m asa pensiun m erupakan suat u m asa yang asing baginya. Keasingan m asa pensiun dari dunia kerj a m ungkin m enim bulkan krisis bahkan kekecewaan. Jika seseorang t idak m em persiapkan unt uk m asa it u. Ahli psikoanalis Carl Jung dalam Wayne F Cassia ( 1986) m em peringat kan konsekuensinya bahw a :

Kit a t idak dapat hidup dikehidupan sore hari m enurut program pagi hari Di sore hari, kehidupan m anusia j uga harus m em punyai art i dari m iliknya dan t idak dapat hanya m enam bah kekecew aan dari kehidupan pagi hari. Barang siapa m em baw a ke sore hari hukum pagi hari ( m encari liang, keberadaan sosial dan lain- lain) harus m em bayar karena perbuat an m elukai hat inya.

Persiapan unt uk m asa pensiun dilakukan dengan suat u rencana. Fergus P. Hughes ( 1985,557) m engat akan rencana unt uk pensiun harns m encakup penggant i yang adekuat unt uk apapun yang m enyenangkan dan at au pengalihan pekerj aan harus dit et apkan; m inat w akt u luang, kom pensasi keuangan, kesem pat an unt uk beraffiliasi dan t uj uan yang berart i.

Thom pson ( 1977) dalam Grace Craig ( 1984, 544) m enyat akan bahw a persiapan pensiun t erdiri dari t iga bagian :

a. Pengurangan, serent ak m enj adi t ua, suat u aw al m elepaskan at au berangsur-angsur m engurangi t anggung j aw ab pekerj aan unt uk m enghindarkan penurunan t iba- t iba dalam akt ifit as di m asa pensiun. Dengan berkurangnya kem am puan beberapa fungsi fisik m engharuskan pensiunan m elakukan pengurangan akt ifit as bekerj a.

b. Program pensiun

Suat u program pensiun unt uk kehidupan sesuat u yang dim iliki di m asa pensiun dengan m erencanakan pem ilikan sesuat u yang sangat m em pengaruhi kehidupan di m asa pensiun sepert i hart a, rum ah.

c. Kehidupan di m asa pensiun

Suat u usaha m engat asi m engenai berhent inya dari bekerj a dan pikiran m engenai apa yang akan dikehendaki unt uk hidup sebagai seorang pensiunan. Mem persiapkan akt ifit as yang m em ungkinkan unt uk m enikm at i m asa pensiun dengan m enggunakan w akt u luang yang ada.

Grace Craig ( 1984, 545) m engat akan um um nya, orang dengan t ingkat yang t inggi dari kedew asaan pensiun ( ret irem ent m at urit y) adalah yang lebih posit ip dan


(10)

m am pu lebih m udah m enyesuaikan diri unt uk pensiun. Dengan m em pert anyakan apa persiapan orang unt uk pensiun ant ara lain pensiunan m em punyai t abungan dan pendapat an yang adekuat , t em pat unt uk t inggal, rencana lebih lanj ut bekerj a, at au berakt ifit as set elah pensiun, apakah pot ensi pensiunan dipekerj akan unt uk w akt u yang lam a dan apakah dia cukup m em pert im bangkan pensiun.

Ada dua bent uk persiapan yang ut am a dari ant ara yang dikem ukakan di at as yait u sum ber pendapat an m asa pensiun dan kem am puan m enikm at i hidup ( Lessure skill) . Kedua bent uk persiapan ini t idak dapat dilakukan secara t iba- t iba dengan dat angnya m asa pensiun. Pensiunan harus m em persiapkannya j auh hari sebelum t ibanya m asa pensiun. Bila t idak ingin m enem ukan kekecew aan hidup di m asa pensiun.

3 .2 . Pe n siu n a n Ya n g Be k e r j a

Kelangsungan bekerj a, unt uk sebagian besar, pensiunan m erupakan hal yang t idak diinginkan lagi. Meskipun m erek t elah insyaf bahw a t elah m encapai usia j auh di baw ah bat as produkt ifit asnya, bahkan kadang- kadang t elah segan unt uk t erus bekerj a. Tet api dem i m em pert ahankan kelangsungan sum ber penghidupan, m ereka t erpaksa m em pert ahankan unt uk t et ap bekerj a.

Part isipasi usia lanj ut dalam angkat an kerj a berbeda di set iap m asyarakat . Kecenderungan yang t erj adi di negara m aj u adalah sem akin m enurunnya t ingkat part isipasi usia lanj ut dalam angkat an Kerj a. Lain halnya yang t erdapat di negara agraris, usia lanj ut sangat dihargai, posisi kekuasaan ada pada m ereka, sedangkan di dalam m asyarakat indust ri m enurut Alex Thio ( 1986, 275) ada beberapa fakt or yang m enyebabkannya, pert am a, m eningkat nya indust rialisasi perekonom ian yang m enaw arkan banyak dan lebih t inggi pendidikan pekerj a dengan keahlian dan penget ahuan yang t erbaru, di m ana usia lanj ut kalah bersaing dengan usia yang m uda.

Pengusaha relat if kurang suka m em pekerj akan usia lanj ut . Penget ahuan dan keahlian m ereka cenderung usang dengan sem akin m aj unya ilm u penget ahuan dan t eknologi unt uk pekerj aan yang sedikit m em erlukan keahlian dan ket ram pilan. Pengusaha lebih m em ilih usia m uda yang m em punyai t enaga lebih kuat daripada usia lanj ut . Seandainya diadakan program lat ihan, pengusaha cenderung unt uk m em ilih m ereka yang usia m uda daripada usia lanj ut . Karena m ereka yang usia m uda m asih cukup lam a bekerj a unt uk m em bayar biaya lat ihan.

Kedua, karena " ism e" usia. Dengan berkem bangnya st ereot ype, yang bahkan t elah m enj adi m it os yang dit uj ukan bagi usia lanj ut . I ni hasil dari dit et apkannya usia pensiun. Di m ana t ersim pul pengert ian bahw a usia m uda lebih produkt if dari usia lanj ut . Sehingga m em bat asi dan m em persulit usia lanj ut unt uk t erus dan m encari pekerj aan. St an Kossen ( 1987, 399) m enyat akan pengusaha sering m erasa bahw a pekerj a yang usia lanj ut pert am a, lebih banyak biaya t unj angan t am bahan. Kedua, m em punyai m asa kerj a yang lebih sedikit . Ket iga, fisik yang t erlalu lem ah unt uk m elaksanakan pekerj aan t ert ent u. Keem pat , m em punyai angka ket idakhadiran yang t inggi. Beberapa m it os dan kenyat aan yang dit uj ukan bagi m ereka yang berusia di at as 55 t ahun.

Jika t idak ada st ereot ype usia lanj ut , sikap pengusaha yang cenderung negat if akan m em baw a dam pak t erhadap usia m uda. Foner dan Schw ab dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan j ika orang- orang usia lanj ut t et ap bekerj a,


(11)

m ereka m engurangi sej um lah pekerj aan dan kesem pat an, m enyediakan kem aj uan bagi orang m uda dan m eningkat kan angka pengangguran yang lebih t inggi.

Ket iga, dit et apkannya kelem bagaan pensiun, dengan diiringi perbaikan program t unj angan pensiun. Program yang m em berikan kelayakan sosial dan ekonom i bagi. At chly ( 1982) dalam Alex Thio ( 1986, 276) m engat akan akhir- akhir ini program m enaw arkan t unj angan pensiun lebih dini m em pengaruhi keluarnya karyaw an t ua dari angkat an kerj a.

Disam ping pendapat diat as dengan kecendrungan part isipasi usia lanj ut di dunia kerj a, beberapa ahli sepert i Alex Thio ( 1986, 276) j uga m engat akan saat karyaw an yang dipecat it u berst at us t inggi sepert i dokt er yang pensiun lebih aw al, m ereka t erus t erlibat dalam profesi m ereka. St udi yang dilakukan Decker ( 1982) dalam Alex Thio ( 1986, 276) bahw a m ayorit as pensiun ilm uw an m enghabiskan w akt u dalam penelit ian keilm uan.

Jadi, bagaim ana dengan pot ensi clan kem am puan karyaw an set elah pensiun? Alsop ( 1984) , Woj ahn ( 1983) dalam Grace Craig ( 1984, 545) m engat akan kit a t idak perlu m enghilangkan bakat dan produkt ivit as karyaw an sert a rencana pensiun di m asa depan. Mungkin t erlalu dini t idak perlu m em bebani dengan peningkat an j am kerj a penuh. Dengan m encipt akan pem ecahan sepert i pilihan pekerj aan yang sebagian w akt u at au rang m em ent ingkan fisik.

Hadi Poerw ono ( 1982, 153) m engat akan didalam m asyarakat bent uk- bent uk usaha di I ndonesia kini t am pak gej ala- gej ala unt uk sedapat m ungkin m em pert ahankan t enaga- t enaga kerj a lam a, lebih- lebih dalam t ugas- t ugas pekerj aan yang disyarat kan kem ahiran dan keahlian. Bahkan nam pak pula kecenderungan unt uk m enerim a t enaga- t enaga baru yang berasal dari perusahaan lain at au inst ansi pem erint ah yang t elah diberhent ikan.

3 .3 . Pe n da pa t a n Pe n siu n

Sepert i yang t elah diut arakan diat as bahw a keberat an ut am a dari seorang karyaw an nt uk pensiun salah sat unya adalah pendapat an. Dim ana pendapat an akan m em pengaruhi akt or- fakt or yang lain sepert i akt ivit as bekerj a, kebut uhan sandang dan pangan, biaya pengobat an, perlengkapan rum ah, dan penam pilan. Menurut David Popenoe ( 1986) dan Robert C. At chly ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 256) dan Alex Thio ( 1986, 276) bahw a pendapat an pensiun akan berkurang dengan t ibanya m asa pensiun. Um um nya sebesar set engah dari pendapat an m ereka sebelum pensiun.

Nam un Grace Craig ( 1984,542) m engat akan unt uk sebagian besar orang, pensiun t idaklah berart i benar- benar kehilangan secara ekonom is, t et api seringnya dibut uhkan hidop set engah dari pendapat an m ereka t erakhir. Berart i, pensiunan harus belaj ar unt uk hidup sesuai dengan pendapat annya set elah pensiun. Bukan dengan gaya hidup yang sesuai dengan pendapat an beberapa t ahun sebelum pensiun. Biasanya pendapat an beberapa t ahun sebelum pensiun m erupakan t it ik puncak pendapat an dim asa kerj a.

Dengan adanya m asalah yang akan dihadapi dalam hal pendapat an dim asa pensiun unt uk sebagian besar pensiunan m engalam i ket akut an. Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 252) m engat akan cukuplah beralasan bagi sebagian besar orang unt uk t akut m engenai keuangan. Pert am a, m ereka m ungkin lebih m iskin daripada orang yang berusia m enengah. Kedua, karena usia lanj ut m ungkin hidup


(12)

dari pendapat an yang t et ap dit am bah hart a yang dikum pulkan selam a bekerj a, m ereka t idak dapat m enaikkan biaya hidup m engurangi beban inflasi. I ronisnya pendapat an m ereka dikurangi oleh inflasi.

Unt uk m em enuhi kebut uhan sehari- hari, pensiunan m engandalkan dari sat u at au beberapa sum ber pendapat an. Menurut Bernard Benj am in, dkk ( 1987,159) rum ah t angga pensiunan m engandalkan dari beberapa sum ber yait u pekerj aan, t abungan, sum ber yang dim iliki, pensiunan pribadi, dan t unj angan j am inan sosial.

Alex Thio ( 1986, 277) , Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 256) m engem ukakan m ayorit as t erbesar dari orang t ua m enerim a sebagian besar pendapat an m ereka dari t unj angan j am inan sosial dan pensiun pribadi at au pem erint ah. Dengan program j am inan sosial j auh lebih pent ing sebagai sum ber pendapat an dengan lebih dari 80% pensiunan.

3 .4 . H u bu n ga n Pr iba di Pe n siu n a n

Salah sat u unsur yang m em pengaruhi dalam m asa pensiun adalah hubungan pribadi, yang m erupakan refleksi dari st at us dan peranan seseorang.

Alex Thio ( 1986, 278) dalam beberapa survey, lebih dari 75% usia lanj ut m engat akan m ereka t idak pernah at au ham pir t idak pernah m erasa kesepian. Mereka sering t erlihat int im , bergaul dengan t em an, pergi ke rum ah ibadah, dan berpart isipasi dalam organisasi kesukarelaan. Mem ang, dij um pai pensiunan yang hidup sendiri, t et api Blain M. Brodey ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 310) m enyat akan diperkirakan m ayorit as t erbesar orang t ua saat ini yang hidup sendiri karena kesukarelaan.

Hubungan pribadi yang ut am a dilakukan pensiunan adalah hubungan pribadi didalam keluarga. Gabriun ( 1975) , Palm ore ( 1977) , Sanoff ( 1983) didalam Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan sebagian besar dari usia lanj ut hidup dengan pasangan m ereka dan hubungan keluarga m ereka cenderung j auh lebih m enyenangkan daripada yang dikesankan dalam st ereot ype. Hanya kurang dari 5% yang t inggal di rum ah peraw at an at au lem baga lain.

Selanj ut nya Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan kurang dari 10% dari orang t ua t idak pem ah kaw in, dan karena sepanj ang hidupnya sendiri, m ereka t idak m ungkin m enem ukan usia t ua yang t erisolasi khusus. Kira- kira seperem pat dari usia lanj ut - kebanyakan w anit a- hidup sendiri. Dalam beberapa survey lebih dari 70% usia lanj ut m engat akan m ereka t idak pernah at au ham pir t idak pernah kesepian.

Robert C. At chly ( 1985) dalam Alex Thio ( 1986, 272) m engat akan sebagian besar int eraksi yang dihargai unt uk sebagian besar usia lanj ut adalah dengan anggot a dari keluarga m ereka, khususnya anak dew asa m ereka. Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan saat anak m ereka m eninggalkan rum ah, sebagian besar orang t ua t idak m enurunkan kesepian at au ket idakberart ian ( em pt y nest ) . Mereka m engant isipasi keluarnya anak dari rum ah dan m ereka m enim bulkan peningkat an kebebasan m ereka. Elaine M. Brody ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1986, 310) m enyat akan um um nya, m ereka m au t inggal dekat anak m ereka t et api t idak dengan m ereka. Bagaim anapun kira- kira 25% dari orang t ua Am erika hidup dengan sat u anak dari anak m ereka. Yang t idak t inggal dengan anak m ereka sering m engunj ungi beberapa kali dalam sem inggu. Shanas ( 1979) dalam Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan m ereka cenderung m em pert ahankan keint im an dengan anak- anak m ereka.


(13)

Keint im an ant ara anak dan orang t ua dapat dilihat dalam beberapa cara. Alex Thio ( 1986, 279) m engat akan dalam beberapa cara, pert am a, j arak rum ah anak dengan orang t ua yang t idak lebih dari sat u j am perj alanan. Kedua, sering m engunj ungi unt uk m elihat dan berbicara pada anak dan cucu. Ket iga, orang t ua sering m em beri saran, hadiah t erlebih uang. Di dalam beberapa survey dit em ukan kesediaan anak unt uk m em elihara orang t ua diusia lanj ut t erlebih j ika sakit .

Dim asa pensiun, unt uk beberapa orang m enj alaninya dengan akt ivit as kesenangan pribadi. St udi yang dilakukan oleh M. Pow el Law t on ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1986, 310) m enunj ukkan bahw a di t ahun- t ahun t erakhir m enunj ukkan t idur dan m enont on TV m erupakan akt ivit as ut am a, olah raga, berkebun, klub dan akt ivit as m enyenangkan lainnya.

Dalam hal ini Law t on m em bedakan ant ara generasi yang m em punyai m asa kerj a panj ang dan generasi yang m em punyai m asa kerj a pendek. Pensiun yang m em punyai m asa kerj a panj ang rat a- rat a 50 j am kerj a sem inggu m em punyai hari libur dan liburan yang sedikit , keluarga besar, dan rum ah t angga yang harus diperhat ikan dan m em iliki sedikit t abungan. Biasanya t idak m am pu dan berkesem pat an m engem bangkan w akt u senggang. Pensiunan generasi m endat ang yang m em punyai kekayaan, pendidikan dan w akt u berj alan- j alan m ungkin lebih m enyenangi m asa pensiun. Masa pensiun dengan lebih berm inat dalam dan m em iliki penggunaan w akt u luang. Pensiunan j uga berhubungan dengan lingkungan sosialnya t erut am a dengan kelom pok seum ur.

3 .5 . Te m pa t Tin gga l Pe n siu n

Rum ah t em pat t inggal set elah pensiun m erupakan salah sat u unsur pokok yang m em pengaruhi penyesuaian din. Rum ah t em pat t inggal pada dasarnya t em pat yang paling banyak w akt u unt ok m enghabiskan sisa hidupnya. Ter1ebih bagi pensiunan yang t idak berakt ifit as bekerj a kem bali.

Rum ah t em pat t inggal erat hubungannya dengan kondisi pendapat an sebelum at aupun set elah pensiun.

Bernard Benj am in m engat akan :

Relat if t ingginya proporsi dari usia lanj ut yang m em punyai pendapat an rendah dan usia lanj ut yang m em bent uk proporsi t inggi dari seluruh rum ah t angga, berpendapat an rendah pada saat ini, pro porsi t erbesar dari usia lanj ut yang t idak m em punyai pensiun yang t idak adekuat t et api t idak m em iliki rum ah unt uk disew a.

David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan sebagian besar usia lanj ut t inggal di rum ah yang t ua dan berkualit as rendah daripada rum ah orang- orang m uda.

Pensiunan bert em pat t inggal di daerah kot a dan desa, Law t on ( 1977) dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan w alaupun 70 dan yang berum ur 65 t ahun m em iliki rum ah t em pat t inggal m ereka, sebagian besar t inggal di kot a dan banyak di lingkungan pusat kot a yang j orok. Julian ( 1983) dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan w alaupun pekerj aan t ersedia di kot a, pendapat an yang rendah, j auhnya t ransport asi um um , dan ket akut an t indak kej ahat an m em bat asi banyak orang t ua pada rum ah m ereka.

David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan sebagian besar rum ah yang dibut uhkan usia lanj ut adalah j arak ke pelayanan, rum ah t em pat t inggal sebaiknya dekat dengan fasilit as kesehat an, pusat hiburan, pasar, t ransport asi, daerah yang


(14)

relat if am an dari t indakan krim inal yang dapat m engem bangkan dan m elanj ut kan m inat dan pengalam an m ereka.

Ada beberapa pola t em pat t inggal pensiunan. Pert am a, rum ah yang biasa kit a kenal. Selanj ut nya, Bernard Benyam in ( 1987, 157) m engat akan m ereka biasanya m em but uhkan flat at au rum ah kecil yang m em bent uk kom unit as pensiunan. David Popenoe ( 1986, 309) m enyebut kan dengan perum ahan kogregasi ( congregat e Housing) . Unt uk flat dan rum ah kecil di kom unit as pensiunan biasanya dipilih pensiunan yang t idak kaw in dan at au yang t idak m em punyai sanak saudara. Unt uk rum ah t em pat t inggal perum ahan kogregasi biasanya dihuni oleh pensiunan yang m enyandang ket idakm am puan ( disabilit ies) m em buat nya sulit m em perhat ikan dirinya sendiri t et api yang m em punyai kondisi sehat dan t idak but uh peraw at an rum ah sakit at au rum ah peraw at an. Diperlengkapi dengan fasilit as yang m em adai. Law t on ( 1977) dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan bent uk perum ahan kogregasi sangat m ahal dan um um nya hanya kelom pok yang berpendapat an t inggi yang layak. Kom unit as pensiunan biasanya dihuni oleh pensiunan yang layak, besar kem am puannya, dengan m enyediakan fasilit as yang lengkap dan m em adai.

BAB I V PEN UTUP 4 .1 . Ke sim pu la n

a. Bekal keahlian/ ket ram pilan yang dim iliki pensiunan didom inasi sebagai pot ensi unt uk m engem bangkan w irasw ast a w alaupun m asih sangat m inim , yang m encerm inkan t ingkat pendidikan.

b. Persiapan karyaw an unt uk m enghadapi m asa pensiun sangat dini dilakukan unt uk t em pat t inggal sert a perabot annya, t abungan di m asa pensiun, sedangkan unt uk bekerj a kem bali dilakukan m enj elang dan dim asa pensiun. Peranan perusahaan di dalam persiapan rum ah t em pat t inggal dan t abungan dim asa pensiun sangat besar.

c. Pensiunan karyaw an yang bekerj a rat a- rat a lebih t inggi t ingkat kesej aht eraannya sehingga lebih m udah m enyesuaikan diri dim asa pensiun daripada pensiunan karyawan yang t idak bekerj a.

d. Adanya perbedaan persiapan unt uk m enghadapi m asa pensiun ant ara pensiunan karyawan yang t idak bekerj a. Dim ana pensiunan karyawan yang bekerj a dim asa pensiun lebih banyak dan lebih dini m em persiapkan bekal dari pada yang t idak bekerj a.

e. Pensiunan karyaw an yang bekerj a dim asa pensiun t am pak lebih siap unt uk bekerj a kem bali daripada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a. Dim asa pensiunan karyaw an yang bekerj a dim asa pensiunan lebih m em bekali diri dengan ket ram pilan, keahlian dan m enget ahui arab dari bidang yang akan diket ahui daripada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a.

f. Pendapat an pensiunan karyaw an yang bekerj a kem bali di m asa pensiun lebih t inggi dari pada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a. Hal ini j elas t am pak dengan adanya sat u sum ber pendapat an yang t idak dim iliki pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a yait u dari pekerj aan dim asa pensiun.

g. Pensiunan karyaw an yang bekerj a kem bali di m asa pensiun lebih akt if di dalam hubungan pribadi sehari- harinya daripada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a. Bent uk hubungan pribadi dengan akt ifit as bepergian, pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a lebih t inggi daripada yang bekerj a. Dapat diket ahui, karena pensiunan yang t idak bekerj a dim asa pensiun lebih rnerniliki w akt u luang. h. Kualit as rum ah t em pat t inggal pensiunan karyaw an yang bekerj a kem bali dan

yang sangat layak dihuni di dalam m enj alani hari- hari t uanya. Jelas, hal ini berkat kebij aksanaan perusahaan dalam program pem ilikan rum ah.


(15)

4 .2 Sa r a n - Sa r a n

a. Unt uk dapat m enggeneralisasikan keadaan sosial ekonorni karyaw an di m asa pensiun perlu dilak uk an penelit ian- penelit ian di beberapa perusahaan.

b. Bagi perusahaan- perusahaan besar, diharapkan dapat m em berikan lat ihan, ket ram pilan dan bant uan t eknis sert a perm odalan bila perlu sebagai bekal di m asa pensiunnya, agar bagi m ereka yang m asih produkt if di m asa t ua dapat bekerj a kem bali.

c. Perlu dipikirkan bagi set iap perusahaan dapat rnerencanakan suat u j am inan sosial bagi karyaw annya agar dapat digunakan dikem udian hari.

d. Diharapkan bagi penulis/ penelit i lain unt uk lebih m em perdalam pengem bangan m asalah at aupun m em buat karya ilm iah lebih m endalam lagi khususnya rnengenai yang m em pengaruhi m asa pensiun.

D AFTAR PUSTAKA

Allen, Jr, Everet t J., et al, Pension Planning, Sixt h Edit ion, I rw in, I llinois, 1988.

Bee, Helen C., Mit cheel, Sandra K., The Developing Person Alife Span Approach, Second Edit ion, Harper & Publisher, New York, 1984.

Benj am in, B., et al, Pensions, The Problem s of t o day and Tom orrow, Allen & Unwin, I nc, London, 1987.

Bonar, Hubungan Konsep Dini Dengan Sikap Menghadapi Masa Pensiun, Skripsi, Fakult as Psikhologi Universit as I ndonesia, Depok, 1992.

Cascio, Wayne F., Managing Hum an Resources; Product ivit y Qualit y of Work Life, Profit , Mc Graw Hill, I nc, USA, 1986.

Colem an, Jam es, Cressey, Donald, Social Problem s, Third Edit ion, Harper & Row Publisher, New York, 1987.

Craig, Grace, Hum an Developm ent , Fourt Edit ion, Prent ice Hall, New Jersey, 1984. Flippo, Edw in B., Manaj em en Personalia, Jilid 2, Edisi enam , Erlangga, Jakart a, 1992. Hadi Poerw ono, Tat a Personalia, Cet akan V, Dj am bat an, Bandung, 1982

Hadi Set ia Tunggal, Kesej aht eraan Lanj ut Usia, Harvarindo, Jakart a, 1999

Kossen, St an, The Hum an Side of Organizat ion, Fourt Edit ion, Harper & Row Publisher, New York, 1987.

Pandj i Anoraga., et al, Psikologi I ndust ri dan Sosial, Edisi I , Pust aka Jaya, Jakart a, 1995.

Popenoe, Daird, Sociology, Sixt Edit ion, Prent ice Hall I ne, New Jersey, 1986.

St einm et z, Lauvence L., Hum an Relat ions; People and Work, Harper & Row, Publisher, New York, 1979.

Thio, Alex, Sociology an I nt roduct ion, Harper & Row Publisher, New York, 1986. Su m be r Ba h a n La in :

BPS RI , Kum pulan Bahan- Bahan Penyusunan lndikat or Kesej aht eraan Rakyat , Jakart a, 1987.

Perhim punan Gerant ologi I ndonesia, Bulet in Gerant ologi dan Geriat ri No. 17, 18, 19, Jakart a, 1990.

Undang- Undang Republik I ndonesia No.3 Tahun 1992 Tent ang Jam inan Sosial Tenaga Kerj a.


(1)

m am pu lebih m udah m enyesuaikan diri unt uk pensiun. Dengan m em pert anyakan apa persiapan orang unt uk pensiun ant ara lain pensiunan m em punyai t abungan dan pendapat an yang adekuat , t em pat unt uk t inggal, rencana lebih lanj ut bekerj a, at au berakt ifit as set elah pensiun, apakah pot ensi pensiunan dipekerj akan unt uk w akt u yang lam a dan apakah dia cukup m em pert im bangkan pensiun.

Ada dua bent uk persiapan yang ut am a dari ant ara yang dikem ukakan di at as yait u sum ber pendapat an m asa pensiun dan kem am puan m enikm at i hidup ( Lessure skill) . Kedua bent uk persiapan ini t idak dapat dilakukan secara t iba- t iba dengan dat angnya m asa pensiun. Pensiunan harus m em persiapkannya j auh hari sebelum t ibanya m asa pensiun. Bila t idak ingin m enem ukan kekecew aan hidup di m asa pensiun.

3 .2 . Pe n siu n a n Ya n g Be k e r j a

Kelangsungan bekerj a, unt uk sebagian besar, pensiunan m erupakan hal yang t idak diinginkan lagi. Meskipun m erek t elah insyaf bahw a t elah m encapai usia j auh di baw ah bat as produkt ifit asnya, bahkan kadang- kadang t elah segan unt uk t erus bekerj a. Tet api dem i m em pert ahankan kelangsungan sum ber penghidupan, m ereka t erpaksa m em pert ahankan unt uk t et ap bekerj a.

Part isipasi usia lanj ut dalam angkat an kerj a berbeda di set iap m asyarakat . Kecenderungan yang t erj adi di negara m aj u adalah sem akin m enurunnya t ingkat part isipasi usia lanj ut dalam angkat an Kerj a. Lain halnya yang t erdapat di negara agraris, usia lanj ut sangat dihargai, posisi kekuasaan ada pada m ereka, sedangkan di dalam m asyarakat indust ri m enurut Alex Thio ( 1986, 275) ada beberapa fakt or yang m enyebabkannya, pert am a, m eningkat nya indust rialisasi perekonom ian yang m enaw arkan banyak dan lebih t inggi pendidikan pekerj a dengan keahlian dan penget ahuan yang t erbaru, di m ana usia lanj ut kalah bersaing dengan usia yang m uda.

Pengusaha relat if kurang suka m em pekerj akan usia lanj ut . Penget ahuan dan keahlian m ereka cenderung usang dengan sem akin m aj unya ilm u penget ahuan dan t eknologi unt uk pekerj aan yang sedikit m em erlukan keahlian dan ket ram pilan. Pengusaha lebih m em ilih usia m uda yang m em punyai t enaga lebih kuat daripada usia lanj ut . Seandainya diadakan program lat ihan, pengusaha cenderung unt uk m em ilih m ereka yang usia m uda daripada usia lanj ut . Karena m ereka yang usia m uda m asih cukup lam a bekerj a unt uk m em bayar biaya lat ihan.

Kedua, karena " ism e" usia. Dengan berkem bangnya st ereot ype, yang bahkan t elah m enj adi m it os yang dit uj ukan bagi usia lanj ut . I ni hasil dari dit et apkannya usia pensiun. Di m ana t ersim pul pengert ian bahw a usia m uda lebih produkt if dari usia lanj ut . Sehingga m em bat asi dan m em persulit usia lanj ut unt uk t erus dan m encari pekerj aan. St an Kossen ( 1987, 399) m enyat akan pengusaha sering m erasa bahw a pekerj a yang usia lanj ut pert am a, lebih banyak biaya t unj angan t am bahan. Kedua, m em punyai m asa kerj a yang lebih sedikit . Ket iga, fisik yang t erlalu lem ah unt uk m elaksanakan pekerj aan t ert ent u. Keem pat , m em punyai angka ket idakhadiran yang t inggi. Beberapa m it os dan kenyat aan yang dit uj ukan bagi m ereka yang berusia di at as 55 t ahun.

Jika t idak ada st ereot ype usia lanj ut , sikap pengusaha yang cenderung negat if akan m em baw a dam pak t erhadap usia m uda. Foner dan Schw ab dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan j ika orang- orang usia lanj ut t et ap bekerj a,


(2)

m ereka m engurangi sej um lah pekerj aan dan kesem pat an, m enyediakan kem aj uan bagi orang m uda dan m eningkat kan angka pengangguran yang lebih t inggi.

Ket iga, dit et apkannya kelem bagaan pensiun, dengan diiringi perbaikan program t unj angan pensiun. Program yang m em berikan kelayakan sosial dan ekonom i bagi. At chly ( 1982) dalam Alex Thio ( 1986, 276) m engat akan akhir- akhir ini program m enaw arkan t unj angan pensiun lebih dini m em pengaruhi keluarnya karyaw an t ua dari angkat an kerj a.

Disam ping pendapat diat as dengan kecendrungan part isipasi usia lanj ut di dunia kerj a, beberapa ahli sepert i Alex Thio ( 1986, 276) j uga m engat akan saat karyaw an yang dipecat it u berst at us t inggi sepert i dokt er yang pensiun lebih aw al, m ereka t erus t erlibat dalam profesi m ereka. St udi yang dilakukan Decker ( 1982) dalam Alex Thio ( 1986, 276) bahw a m ayorit as pensiun ilm uw an m enghabiskan w akt u dalam penelit ian keilm uan.

Jadi, bagaim ana dengan pot ensi clan kem am puan karyaw an set elah pensiun? Alsop ( 1984) , Woj ahn ( 1983) dalam Grace Craig ( 1984, 545) m engat akan kit a t idak perlu m enghilangkan bakat dan produkt ivit as karyaw an sert a rencana pensiun di m asa depan. Mungkin t erlalu dini t idak perlu m em bebani dengan peningkat an j am kerj a penuh. Dengan m encipt akan pem ecahan sepert i pilihan pekerj aan yang sebagian w akt u at au rang m em ent ingkan fisik.

Hadi Poerw ono ( 1982, 153) m engat akan didalam m asyarakat bent uk- bent uk usaha di I ndonesia kini t am pak gej ala- gej ala unt uk sedapat m ungkin m em pert ahankan t enaga- t enaga kerj a lam a, lebih- lebih dalam t ugas- t ugas pekerj aan yang disyarat kan kem ahiran dan keahlian. Bahkan nam pak pula kecenderungan unt uk m enerim a t enaga- t enaga baru yang berasal dari perusahaan lain at au inst ansi pem erint ah yang t elah diberhent ikan.

3 .3 . Pe n da pa t a n Pe n siu n

Sepert i yang t elah diut arakan diat as bahw a keberat an ut am a dari seorang karyaw an nt uk pensiun salah sat unya adalah pendapat an. Dim ana pendapat an akan m em pengaruhi akt or- fakt or yang lain sepert i akt ivit as bekerj a, kebut uhan sandang dan pangan, biaya pengobat an, perlengkapan rum ah, dan penam pilan. Menurut David Popenoe ( 1986) dan Robert C. At chly ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 256) dan Alex Thio ( 1986, 276) bahw a pendapat an pensiun akan berkurang dengan t ibanya m asa pensiun. Um um nya sebesar set engah dari pendapat an m ereka sebelum pensiun.

Nam un Grace Craig ( 1984,542) m engat akan unt uk sebagian besar orang, pensiun t idaklah berart i benar- benar kehilangan secara ekonom is, t et api seringnya dibut uhkan hidop set engah dari pendapat an m ereka t erakhir. Berart i, pensiunan harus belaj ar unt uk hidup sesuai dengan pendapat annya set elah pensiun. Bukan dengan gaya hidup yang sesuai dengan pendapat an beberapa t ahun sebelum pensiun. Biasanya pendapat an beberapa t ahun sebelum pensiun m erupakan t it ik puncak pendapat an dim asa kerj a.

Dengan adanya m asalah yang akan dihadapi dalam hal pendapat an dim asa pensiun unt uk sebagian besar pensiunan m engalam i ket akut an. Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 252) m engat akan cukuplah beralasan bagi sebagian besar orang unt uk t akut m engenai keuangan. Pert am a, m ereka m ungkin lebih m iskin daripada orang yang berusia m enengah. Kedua, karena usia lanj ut m ungkin hidup


(3)

dari pendapat an yang t et ap dit am bah hart a yang dikum pulkan selam a bekerj a, m ereka t idak dapat m enaikkan biaya hidup m engurangi beban inflasi. I ronisnya pendapat an m ereka dikurangi oleh inflasi.

Unt uk m em enuhi kebut uhan sehari- hari, pensiunan m engandalkan dari sat u at au beberapa sum ber pendapat an. Menurut Bernard Benj am in, dkk ( 1987,159) rum ah t angga pensiunan m engandalkan dari beberapa sum ber yait u pekerj aan, t abungan, sum ber yang dim iliki, pensiunan pribadi, dan t unj angan j am inan sosial.

Alex Thio ( 1986, 277) , Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 256) m engem ukakan m ayorit as t erbesar dari orang t ua m enerim a sebagian besar pendapat an m ereka dari t unj angan j am inan sosial dan pensiun pribadi at au pem erint ah. Dengan program j am inan sosial j auh lebih pent ing sebagai sum ber pendapat an dengan lebih dari 80% pensiunan.

3 .4 . H u bu n ga n Pr iba di Pe n siu n a n

Salah sat u unsur yang m em pengaruhi dalam m asa pensiun adalah hubungan pribadi, yang m erupakan refleksi dari st at us dan peranan seseorang.

Alex Thio ( 1986, 278) dalam beberapa survey, lebih dari 75% usia lanj ut m engat akan m ereka t idak pernah at au ham pir t idak pernah m erasa kesepian. Mereka sering t erlihat int im , bergaul dengan t em an, pergi ke rum ah ibadah, dan berpart isipasi dalam organisasi kesukarelaan. Mem ang, dij um pai pensiunan yang hidup sendiri, t et api Blain M. Brodey ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1984, 310) m enyat akan diperkirakan m ayorit as t erbesar orang t ua saat ini yang hidup sendiri karena kesukarelaan.

Hubungan pribadi yang ut am a dilakukan pensiunan adalah hubungan pribadi didalam keluarga. Gabriun ( 1975) , Palm ore ( 1977) , Sanoff ( 1983) didalam Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan sebagian besar dari usia lanj ut hidup dengan pasangan m ereka dan hubungan keluarga m ereka cenderung j auh lebih m enyenangkan daripada yang dikesankan dalam st ereot ype. Hanya kurang dari 5% yang t inggal di rum ah peraw at an at au lem baga lain.

Selanj ut nya Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan kurang dari 10% dari orang t ua t idak pem ah kaw in, dan karena sepanj ang hidupnya sendiri, m ereka t idak m ungkin m enem ukan usia t ua yang t erisolasi khusus. Kira- kira seperem pat dari usia lanj ut - kebanyakan w anit a- hidup sendiri. Dalam beberapa survey lebih dari 70% usia lanj ut m engat akan m ereka t idak pernah at au ham pir t idak pernah kesepian.

Robert C. At chly ( 1985) dalam Alex Thio ( 1986, 272) m engat akan sebagian besar int eraksi yang dihargai unt uk sebagian besar usia lanj ut adalah dengan anggot a dari keluarga m ereka, khususnya anak dew asa m ereka. Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan saat anak m ereka m eninggalkan rum ah, sebagian besar orang t ua t idak m enurunkan kesepian at au ket idakberart ian ( em pt y nest ) . Mereka m engant isipasi keluarnya anak dari rum ah dan m ereka m enim bulkan peningkat an kebebasan m ereka. Elaine M. Brody ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1986, 310) m enyat akan um um nya, m ereka m au t inggal dekat anak m ereka t et api t idak dengan m ereka. Bagaim anapun kira- kira 25% dari orang t ua Am erika hidup dengan sat u anak dari anak m ereka. Yang t idak t inggal dengan anak m ereka sering m engunj ungi beberapa kali dalam sem inggu. Shanas ( 1979) dalam Alex Thio ( 1986, 278) m engat akan m ereka cenderung m em pert ahankan keint im an dengan anak- anak m ereka.


(4)

Keint im an ant ara anak dan orang t ua dapat dilihat dalam beberapa cara. Alex Thio ( 1986, 279) m engat akan dalam beberapa cara, pert am a, j arak rum ah anak dengan orang t ua yang t idak lebih dari sat u j am perj alanan. Kedua, sering m engunj ungi unt uk m elihat dan berbicara pada anak dan cucu. Ket iga, orang t ua sering m em beri saran, hadiah t erlebih uang. Di dalam beberapa survey dit em ukan kesediaan anak unt uk m em elihara orang t ua diusia lanj ut t erlebih j ika sakit .

Dim asa pensiun, unt uk beberapa orang m enj alaninya dengan akt ivit as kesenangan pribadi. St udi yang dilakukan oleh M. Pow el Law t on ( 1978) dalam Jam es Colem an dan Donald Cressey ( 1986, 310) m enunj ukkan bahw a di t ahun- t ahun t erakhir m enunj ukkan t idur dan m enont on TV m erupakan akt ivit as ut am a, olah raga, berkebun, klub dan akt ivit as m enyenangkan lainnya.

Dalam hal ini Law t on m em bedakan ant ara generasi yang m em punyai m asa kerj a panj ang dan generasi yang m em punyai m asa kerj a pendek. Pensiun yang m em punyai m asa kerj a panj ang rat a- rat a 50 j am kerj a sem inggu m em punyai hari libur dan liburan yang sedikit , keluarga besar, dan rum ah t angga yang harus diperhat ikan dan m em iliki sedikit t abungan. Biasanya t idak m am pu dan berkesem pat an m engem bangkan w akt u senggang. Pensiunan generasi m endat ang yang m em punyai kekayaan, pendidikan dan w akt u berj alan- j alan m ungkin lebih m enyenangi m asa pensiun. Masa pensiun dengan lebih berm inat dalam dan m em iliki penggunaan w akt u luang. Pensiunan j uga berhubungan dengan lingkungan sosialnya t erut am a dengan kelom pok seum ur.

3 .5 . Te m pa t Tin gga l Pe n siu n

Rum ah t em pat t inggal set elah pensiun m erupakan salah sat u unsur pokok yang m em pengaruhi penyesuaian din. Rum ah t em pat t inggal pada dasarnya t em pat yang paling banyak w akt u unt ok m enghabiskan sisa hidupnya. Ter1ebih bagi pensiunan yang t idak berakt ifit as bekerj a kem bali.

Rum ah t em pat t inggal erat hubungannya dengan kondisi pendapat an sebelum at aupun set elah pensiun.

Bernard Benj am in m engat akan :

Relat if t ingginya proporsi dari usia lanj ut yang m em punyai pendapat an rendah dan usia lanj ut yang m em bent uk proporsi t inggi dari seluruh rum ah t angga, berpendapat an rendah pada saat ini, pro porsi t erbesar dari usia lanj ut yang t idak m em punyai pensiun yang t idak adekuat t et api t idak m em iliki rum ah unt uk disew a.

David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan sebagian besar usia lanj ut t inggal di rum ah yang t ua dan berkualit as rendah daripada rum ah orang- orang m uda.

Pensiunan bert em pat t inggal di daerah kot a dan desa, Law t on ( 1977) dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan w alaupun 70 dan yang berum ur 65 t ahun m em iliki rum ah t em pat t inggal m ereka, sebagian besar t inggal di kot a dan banyak di lingkungan pusat kot a yang j orok. Julian ( 1983) dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan w alaupun pekerj aan t ersedia di kot a, pendapat an yang rendah, j auhnya t ransport asi um um , dan ket akut an t indak kej ahat an m em bat asi banyak orang t ua pada rum ah m ereka.

David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan sebagian besar rum ah yang dibut uhkan usia lanj ut adalah j arak ke pelayanan, rum ah t em pat t inggal sebaiknya dekat dengan fasilit as kesehat an, pusat hiburan, pasar, t ransport asi, daerah yang


(5)

relat if am an dari t indakan krim inal yang dapat m engem bangkan dan m elanj ut kan m inat dan pengalam an m ereka.

Ada beberapa pola t em pat t inggal pensiunan. Pert am a, rum ah yang biasa kit a kenal. Selanj ut nya, Bernard Benyam in ( 1987, 157) m engat akan m ereka biasanya m em but uhkan flat at au rum ah kecil yang m em bent uk kom unit as pensiunan. David Popenoe ( 1986, 309) m enyebut kan dengan perum ahan kogregasi ( congregat e Housing) . Unt uk flat dan rum ah kecil di kom unit as pensiunan biasanya dipilih pensiunan yang t idak kaw in dan at au yang t idak m em punyai sanak saudara. Unt uk rum ah t em pat t inggal perum ahan kogregasi biasanya dihuni oleh pensiunan yang m enyandang ket idakm am puan ( disabilit ies) m em buat nya sulit m em perhat ikan dirinya sendiri t et api yang m em punyai kondisi sehat dan t idak but uh peraw at an rum ah sakit at au rum ah peraw at an. Diperlengkapi dengan fasilit as yang m em adai. Law t on ( 1977) dalam David Popenoe ( 1986, 309) m engat akan bent uk perum ahan kogregasi sangat m ahal dan um um nya hanya kelom pok yang berpendapat an t inggi yang layak. Kom unit as pensiunan biasanya dihuni oleh pensiunan yang layak, besar kem am puannya, dengan m enyediakan fasilit as yang lengkap dan m em adai.

BAB I V PEN UTUP 4 .1 . Ke sim pu la n

a. Bekal keahlian/ ket ram pilan yang dim iliki pensiunan didom inasi sebagai pot ensi unt uk m engem bangkan w irasw ast a w alaupun m asih sangat m inim , yang m encerm inkan t ingkat pendidikan.

b. Persiapan karyaw an unt uk m enghadapi m asa pensiun sangat dini dilakukan unt uk t em pat t inggal sert a perabot annya, t abungan di m asa pensiun, sedangkan unt uk bekerj a kem bali dilakukan m enj elang dan dim asa pensiun. Peranan perusahaan di dalam persiapan rum ah t em pat t inggal dan t abungan dim asa pensiun sangat besar.

c. Pensiunan karyaw an yang bekerj a rat a- rat a lebih t inggi t ingkat kesej aht eraannya sehingga lebih m udah m enyesuaikan diri dim asa pensiun daripada pensiunan karyawan yang t idak bekerj a.

d. Adanya perbedaan persiapan unt uk m enghadapi m asa pensiun ant ara pensiunan karyawan yang t idak bekerj a. Dim ana pensiunan karyawan yang bekerj a dim asa pensiun lebih banyak dan lebih dini m em persiapkan bekal dari pada yang t idak bekerj a.

e. Pensiunan karyaw an yang bekerj a dim asa pensiun t am pak lebih siap unt uk bekerj a kem bali daripada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a. Dim asa pensiunan karyaw an yang bekerj a dim asa pensiunan lebih m em bekali diri dengan ket ram pilan, keahlian dan m enget ahui arab dari bidang yang akan diket ahui daripada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a.

f. Pendapat an pensiunan karyaw an yang bekerj a kem bali di m asa pensiun lebih t inggi dari pada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a. Hal ini j elas t am pak dengan adanya sat u sum ber pendapat an yang t idak dim iliki pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a yait u dari pekerj aan dim asa pensiun.

g. Pensiunan karyaw an yang bekerj a kem bali di m asa pensiun lebih akt if di dalam hubungan pribadi sehari- harinya daripada pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a. Bent uk hubungan pribadi dengan akt ifit as bepergian, pensiunan karyaw an yang t idak bekerj a lebih t inggi daripada yang bekerj a. Dapat diket ahui, karena pensiunan yang t idak bekerj a dim asa pensiun lebih rnerniliki w akt u luang. h. Kualit as rum ah t em pat t inggal pensiunan karyaw an yang bekerj a kem bali dan

yang sangat layak dihuni di dalam m enj alani hari- hari t uanya. Jelas, hal ini berkat kebij aksanaan perusahaan dalam program pem ilikan rum ah.


(6)

4 .2 Sa r a n - Sa r a n

a. Unt uk dapat m enggeneralisasikan keadaan sosial ekonorni karyaw an di m asa pensiun perlu dilak uk an penelit ian- penelit ian di beberapa perusahaan.

b. Bagi perusahaan- perusahaan besar, diharapkan dapat m em berikan lat ihan, ket ram pilan dan bant uan t eknis sert a perm odalan bila perlu sebagai bekal di m asa pensiunnya, agar bagi m ereka yang m asih produkt if di m asa t ua dapat bekerj a kem bali.

c. Perlu dipikirkan bagi set iap perusahaan dapat rnerencanakan suat u j am inan sosial bagi karyaw annya agar dapat digunakan dikem udian hari.

d. Diharapkan bagi penulis/ penelit i lain unt uk lebih m em perdalam pengem bangan m asalah at aupun m em buat karya ilm iah lebih m endalam lagi khususnya rnengenai yang m em pengaruhi m asa pensiun.

D AFTAR PUSTAKA

Allen, Jr, Everet t J., et al, Pension Planning, Sixt h Edit ion, I rw in, I llinois, 1988.

Bee, Helen C., Mit cheel, Sandra K., The Developing Person Alife Span Approach, Second Edit ion, Harper & Publisher, New York, 1984.

Benj am in, B., et al, Pensions, The Problem s of t o day and Tom orrow, Allen & Unwin, I nc, London, 1987.

Bonar, Hubungan Konsep Dini Dengan Sikap Menghadapi Masa Pensiun, Skripsi, Fakult as Psikhologi Universit as I ndonesia, Depok, 1992.

Cascio, Wayne F., Managing Hum an Resources; Product ivit y Qualit y of Work Life, Profit , Mc Graw Hill, I nc, USA, 1986.

Colem an, Jam es, Cressey, Donald, Social Problem s, Third Edit ion, Harper & Row Publisher, New York, 1987.

Craig, Grace, Hum an Developm ent , Fourt Edit ion, Prent ice Hall, New Jersey, 1984. Flippo, Edw in B., Manaj em en Personalia, Jilid 2, Edisi enam , Erlangga, Jakart a, 1992. Hadi Poerw ono, Tat a Personalia, Cet akan V, Dj am bat an, Bandung, 1982

Hadi Set ia Tunggal, Kesej aht eraan Lanj ut Usia, Harvarindo, Jakart a, 1999

Kossen, St an, The Hum an Side of Organizat ion, Fourt Edit ion, Harper & Row Publisher, New York, 1987.

Pandj i Anoraga., et al, Psikologi I ndust ri dan Sosial, Edisi I , Pust aka Jaya, Jakart a, 1995.

Popenoe, Daird, Sociology, Sixt Edit ion, Prent ice Hall I ne, New Jersey, 1986.

St einm et z, Lauvence L., Hum an Relat ions; People and Work, Harper & Row, Publisher, New York, 1979.

Thio, Alex, Sociology an I nt roduct ion, Harper & Row Publisher, New York, 1986. Su m be r Ba h a n La in :

BPS RI , Kum pulan Bahan- Bahan Penyusunan lndikat or Kesej aht eraan Rakyat , Jakart a, 1987.

Perhim punan Gerant ologi I ndonesia, Bulet in Gerant ologi dan Geriat ri No. 17, 18, 19, Jakart a, 1990.

Undang- Undang Republik I ndonesia No.3 Tahun 1992 Tent ang Jam inan Sosial Tenaga Kerj a.