Teknik pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan

TEKNIK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH
BERKELANJUTAN

MUYA AVICIENNA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Teknik Pemilihan
Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan adalah karya saya dengan arahan
komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011
Muya Avicienna


ABSTRACT
MUYA AVICIENNA. Technique of Selection Sustainable Paddy Field
Agricultural Land. Under direction of BOEDI TJAHJONO and ATANG
SUTANDI
Land use defeated from paddy field agricultural land to non agricultural land
has reached an alarming level. In order to maintain national food sovereignty
required the protection of agricultural land by the establishment of sustainable
paddy field agriculture land. For to realize the existence are need model (methods
and techniques) to selection, deliniation and zonation for sustainable paddy field
agriculture land (LPPB). Determination LPPB preceded by the parameters
selection and criteria determination by Hayashi analysis. From this test can be
formulated that LPPB is an paddy field agricultural land irrigated of technical,
semi technical, simple (rain fed), which has a productivity of over 4.5 tonnes / ha,
had a Benefit Cost Ratio (BCR) > 1.497 and has a Size of Unity Land Cover
(LKHL) > 10 ha. Irrigation systems and LKHL parameters data can be extract
from the ALOS AVNIR-2 imagery, the productivity data can be determined by
the Enhanced Vegetation Index (EVI) data from MODIS Terra and Aqua series
(2005-2009) imagery. The EVI on picpoint and productivity of paddy fields has a
positive correlation with the equation Prod. = 2.9785 + 6.0751 * EVI value. BCR

values obtained from the calculation of productivity and index investments
obtained from MODIS imagery are combined with data from the production cost
of rice paddy land acquired from field surveys. LPPB selection techniques can be
built through remote sensing methods. Activities starting from parameter data
extraction through the sattelite image, field survey, development of criteria
according to field conditions, LPPB classifying through spatial analysis and
presentation of result in the LPPB maps. From this method was known that paddy
field agricultural area can be diferences as LPPB1, LPPB2, LPPB3, LPPB4,
LPPB5, Reserve of LPPB and Non LPPB.

Keywords : zoning, sustainable paddy field, agricultural land defeated, remote
sensing, MODIS, ALOS, Hayashi.

RINGKASAN
MUYA AVICIENNA. Teknik Pemilihan Lahan Pertanian Padi Sawah
Berkelanjutan. Dibimbing oleh BOEDI TJAHJONO dan ATANG SUTANDI.
Dengan adanya pertumbuhan penduduk, ekonomi dan pembangunan yang
cukup pesat membuat kebutuhan akan ruang (lahan) semakin meningkat.
Ketersediaan Ruang yang terbatas mengakibatkan adanya persaingan penguasaan
yang tidak seimbang dalam penggunaan lahan. Demi memaksimalkan land rent,

lahan pertanian senantiasa dikalahkan untuk dialihfungsikan menjadi kegunaan
lain seperti permukiman, industri maupun infrastruktur dan yang lainnya. Padahal
jika dilihat dari daya dukung lahannya, lahan yang sesuai diperuntukkan untuk
pertanian pangan akan sesuai juga untuk semua peruntukan non pertanian,
sebaliknya lahan yang mempunyai daya dukung sesuai untuk non pertanian belum
tentu dapat digunakan untuk lahan pertanian pangan. Hal ini berarti alih fungsi
lahan hanya bisa dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dan tidak bisa
sebaliknya. Dengan demikian ketersedian lahan yang sesuai untuk pertanian
pangan menjadi sangat terbatas.
Pada kondisi demikian, guna menjaga kedaulatan pangan nasional
diperlukan adanya perlindungan terhadap lahan pertanian pangan dengan jalan
penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Penetapan lahan pertanian
pangan berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan perencanaan tata ruang
wilayah kawasan perdesaan pada wilayah kabupaten. Penetapan kawasan ini akan
digunakan sebagai dasar peraturan zonasi. Oleh karena itu untuk mewujudkannya
dirasa perlu adanya suatu strategi dan model (metode dan teknik) pelaksanaan
yang efisien, efektif dan tepat guna dalam pemilihan, penetapan dan
pendeliniasian lahan pertanian pangan berkelanjutan, khususnya untuk lahan padi
sawah yang merupakan sarana pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat
Indonesia.

Dari beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa Penginderaan Jauh
mempunyai metode dan teknik yang efisien dalam penyajian data maupun analisis
dalam berbagai kegunaan. Pada penelitian ini metode peninderaaan jauh
digunakan untuk memperoleh data parameter untuk penentuan lahan pertanian
padi sawah berkelanjutan (LPPB). Dalam mencari model pemilihan dan
pendeliniasian LPPB ini diketahui parameter yang mempunyai pengaruh nyata
terhadap LPPB, dan selanjutnya diformulasikan bagaimana cara pengenalan,
pemilihan, penetapan dan deliniasi LPPB.
Data penelitian diperoleh dari data sekunder, penyadapan data dari citra
penginderaan jauh dan survei lapangan. Data penelitian dari data sekunder berupa
data Kesesuaian Lahan dan data RTRWK, sedangkan survei lapangan digunakan
untuk memperoleh data Kelayakan Secara Ekonomi, Produktivitas padi sawah
aktual dan pengecekan lapangan data hasil interpretasi citra.
Dalam penyadapan data menggunakan metode penginderaan jauh digunakan
2 macam citra yaitu Citra ALOS dan Citra MODIS. Citra ALOS AVNIR-2
adalah suatu pencitra multispektral dengan 4 saluran spektral pada daerah spektral
tampak dan inframerah dekat dengan resolusi spasial 10 m diketahui mampu
menyajikan data penggunaan lahan, jaringan infrastruktur (jalan dan irigasi) dan
Luasan Kesatuan Hamparan Lahan (LKHL). Pengenalan data ini melalui pola


tanggap spektral dan karakteristik dasar penciri obyek berupa rona/warna, tekstur,
pola, ukuran, bentuk, bayangan dan situs. Citra MODIS yang digunakan berupa
citra series tahun 2005 – 2009 Terra dan Aqua, mempunyai resolusi spasial 500
m dan resolusi temporal 8 hari digunakan untuk mengetahui data produktivitas
dan indeks penanaman. Data produktivitas padi sawah didekati dengan
mengetahui keterkaitan antara besarnya nilai EVI pada posisi picpoint dengan
produktivitas padi sawah aktual. Dari pendugaan produktivitas padi sawah ini
diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif cukup kuat antara nilai EVI
dengan produktivitas padi sawah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien
korelasi (r) = +0,8189 dan nilai koefisien regresi (r²) = 0,6706. Dari hasil uji ini
diperoleh juga bahwa antara produktivitas padi sawah dengan nilai EVI
mempunyai hubungan dengan persamaan Prod. = 2,9785 + 6,0751*Nilai EVI.
Persamaan ini digunakan untuk menduga produktivitas padi sawah series 4 tahun
sebelumnya. Dari hasil perbandingan antara produktivitas padi sawah aktual yang
diperoleh dari survei lapangan dengan produktivitas hasil perhitungan dari nilai
EVI diperoleh hasil adanya simpangan rata-rata sebesar 7,63 % atau terdapat
perbedaan produktivitas sebesar 0,24 ton/ha. Sedangkan Indeks Penanaman
diketahui dari jumlah picpoint dari undulan parobolik yang dinampakkan pada
grafik antara nilai EVI dan periode waktu dari citra yang digunakan. Simpangan
antara Indeks Penanaman hasil wawancara dengan Indeks Penanaman yang

diperoleh dari citra diketahui sebesar 3,63 % atau setara dengan nilai indeks
penanaman sebesar 10 persen. Berdasar dari angka simpangan ini dapat dikatakan
bahwa citra MODIS series dapat digunakan untuk mengetahui Produktivitas dan
Indeks Penanaman padi sawah di suatu wilayah.
Dari uji dominasi melalui analisis Hayashi 1, dengan menggunakan selang
kepercayaan 99 % (ρ= 0,01) dan 95 % (ρ= 0,05) diperoleh batas nilai absolut “r”
0,3445 dan 0,2558. Dari batas nilai absolut ini diketahui bahwa dari ke 9
(sembilan) parameter yang digunakan untuk pemilihan LPPB ini yaitu
produktivitas, BCR, kesesuaian lahan, jaringan jalan, sistem irigasi, luasan
kesatuan hamparan lahan (LKHL), indeks penanaman, penggunaan lahan dan
arahan RTRW, hanya 4 (empat) parameter yang mempunyai keterkaitan langsung
dengan aspek keberlanjutan, yaitu Produktivitas, Sistem Irigasi, LKHL dan BCR.
Pada analisis ini data kesesuaian lahan tidak dapat digunakan untuk
menggambarkan karakter wilayah secara umum karena wilayah penelitian
mempunyai kesesuaian lahan secara potensial hampir seragam (S2 dan S3).
Sedangkan arahan RTRW tidak berhubungan langsung, hanya sebagai penentu
akhir (aspek kebijakan) dalam pemilihan LPPB. Dari analisis ini diketahui
kawasan lahan pertanian padi sawah bisa dikatakan berkelanjutan harus
memenuhi kriteria sesuai secara fisik, yang dicerminkan dari produktivitas di atas
4,5 ton/ha, tidak pernah mengalami penurunan yang sigificant selama 5 tahun

terakhir. Dengan tidak adanya penurunan produktivitas yang drastis berarti lahan
tersebut belum mengalami adanya penurunan potensi atau degradasi lahan. Sesuai
secara fisik didukung juga dengan sistem irigasi yang optimal, yaitu sistem irigasi
yang dapat memberikan kesempatan adanya kegiatan konservasi tanah dan air.
Hal ini dapat dicapai dengan sistem pola tanam Padi-Padi-Palawija dan Sistem
Usaha Tani yang ramah lingkungan. Kelayakan secara ekonomi dapat dilihat dari
nilai BCR di atas BEP yaitu pada lahan-lahan yang mempunyai BCR > 1,497.
Pada lahan yang mempunyai hasil demikian berarti petani dengan lahan 1 ha telah

dapat hidup cukup layak di daerah penelitian. Sedangkan kriteria diterima sosial
dapat diindikasikan dari LKHL. LKHL merupakan cerminan dari apakah
masyarakat mau menerima akan pengusahaan lahan tersebut untuk padi sawah.
Pengusahaan lahan padi sawah akan dapat dilaksanakan jika kondisi geofisik dan
secara ekonomi dianggap memenuhi kriteria yang dipahami oleh masyarakat.
Semakin luas LKHL berarti masyarakat semakin menerima akan pengusahaan
lahan padi sawah tersebut.
Pengenalan LPPB menggunakan pendekatan penginderaan jauh didahului
dengan pengenalan data paramater, yang dimulai dari pengenalan lahan sawah
beririgasi yang ditandai dengan lahan yang jenuh air dan terhubung dengan
jaringan irigasi atau sumber air terdekat. LKHL dapat disajikan dari data

hamparan lahan sawah yang dipadu dengan data sistem irigasi dan jaringan jalan.
Data produktivitas dapat diperoleh melalui pendekatan nilai EVI series yang
diperoleh dari citra dan didukung dengan data produksi padi sawah aktual. Data
BCR diperoleh dari hasil perhitungan dari data Produktivitas dan Indeks
Penamanan yang diperoleh dari citra MODIS yang dipadu dengan data Cost
produksi dari lahan padi sawah yang diperoleh dari survei lapangan. Dalam
menghitung BCR ini diketahui juga nilai BCR pada posisi BEP untuk hidup para
petani di wilayah penelitian. Melalui pembangunan kriteria setiap parameter
sesuai konsisi wilayah maka dapat dideliniasi LPPB dengan cara analisis spasial.
Pada penelitian ini ktriteria LPPB disusun dari sistem irigasi (beririgasi),
produktivitas > 4,5 ton/ha, mempunyai BCR > 1,497 dan mempunyai LKHL > 10
ha.
Dari hasil penelitian diperoleh 3 kesimpulan yaitu bahwa 1) Citra ALOS
AVNIR-2 diketahui mampu menyajikan data penggunaan lahan, jaringan jalan,
sistem irigasi dan Luasan Kesatuan Hamparan Lahan (LKHL). Citra MODIS
Terra-Aqua series dapat digunakan untuk mengetahui Produktivitas dan Indeks
Penanaman padi sawah di suatu wilayah; 2) Dari uji signifikansi dengan selang
kepercayaan 99 % dan 95 % diketahui bahwa dari kesembilan parameter yang
digunakan hanya terdapat empat parameter yang mempunyai keterkaitan langsung
dengan LPPB yaitu Produktivitas, Sistem Irigasi, BCR dan LKHL. Dari

pemahaman ini dapat didefinisikan bahwa LPPB adalah hamparan lahan yang
secara fisik sesuai untuk pertanian padi sawah yang didukung dengan sistem
irigasi dan mempunyai produktivitas diatas 4,5 ton/ha, layak secara ekonomi
ditandai dengan BCR > 1,497 dan diterima secara sosial dapat dilihat dari
kenampakan LKHL > 10 ha. 3) Teknik pemilihan lahan pertanian padi sawah
berkelanjutan dapat dibangun melalui metode penginderaan jauh. Kegiatannya
dimulai dari penyadapan data parameter melalui citra, ceking lapangan,
pembangunan kriteria sesuai kondisi lapangan, klasifikasi LPPB melalui analisis
spasial dan penyajian hasil berupa Peta LPPB. Melalui metode ini kawasan lahan
pertanian padi sawah di wilayah penelitian dibedakan menjadi LPPB 1, LPPB 2,
LPPB 3, LPPB 4, LPPB 5, Cadangan LPPB dan Bukan LPPB.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

TEKNIK PEMILIHAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH
BERKELANJUTAN

MUYA AVICIENNA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc


Judul Tesis

: Teknik Pemilihan Lahan Pertanian Padi Sawah
Berkelanjutan

Nama

: Muya Avicienna

NIM

: A156080091

Program Studi

: Ilmu Perencanaan Wilayah

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc
Ketua

Ir. Atang Sutandi, M.Si,Ph.D
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 11 Juli 2011

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT
bahwa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga rangkaian karya imliah ini,
mulai dari penyusunan proposal, penelitian hingga penulisan tesis berjudul Teknik
Pemilihan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan dapat diselesaikan tanpa
mendapat rintangan yang cukup berarti.
Dengan selesainya karya ilmiah ini penulis tidak lupa juga mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc dan Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si yang berkenan
membimbing penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.
2. Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc yang berkenan menjadi Penguji pada ujian tesis ini.
3. Manajemen dan Staf Program Studi PWL IPB atas dorongan, bimbingan dan
kerjasamanya.
4. Pemerintah Daerah Karawang beserta Instansi Sektor terkait yang memberikan
kesempatan penulis untuk penelitian di wilayahnya.
5. Pelaksana Proyek KKP3T Deptan – IPB 2009 yang telah memberikan izin
penulis menggunakan Citra ALOS dan citra MODIS untuk penelitian ini.
6. Ir. Sofyan Ritung M.Sc, Bambang H. Trisasongko, SP. M.Sc, Dyah R. Panuju,
SP. M.Si dan Didit Pribadi, SP. M.Si atas saran dan diskusinya

kepada

penulis.
7. Andre Ekadinata, S.Hut, Andi Syahputra, SP, Amirudin Teapon, SP dan Febria
Heidina, SP atas segala bantuan dan diskusinya.
8. Ayahanda H. Salim AR, Ibunda Hj. Rr. Moerjati, istri Drg. Hj. Nurliana
Aritonang, ananda Khumaira AM beserta semua anggota keluarga yang dengan
sabar memberikan dorongan serta segala doanya.
9. Rekan-rekan sekalian, baik yang di kampus maupun di tempat kerja.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembacanya.

Bogor, Juli 2011
Muya Avicienna

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cakranegara Mataram pada tanggal 7 Maret 1964
sebagai putera sulung dari pasangan H. Salim Aburrachman dan Hj. Rr. Moerjati.
Pendidikan sarjana ditempuh di Pogram Studi Penginderaan Jauh, Fakultas
Geografi UGM, lulus pada tahun 1990. Kesempatan belajar di Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah pada program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun
2008.
Penulis menekuni profesi sebagai konsultan, terakhir bekerja pada PT.
Geojaya Tehnik Jakarta sebagai Manajer Operasi. Semasa mengikuti perkuliahan
S1, pada tahun ajaran 1988-1989 penulis menjadi asisten mata kuliah
Penginderaan Jauh Dasar dan Fotogrammetri Dasar. Saat ini penulis tercatat
sebagai Ahli Madya Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh pada
Ikatan Surveyor Indonesia.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………....

xv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..

xvi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….

xviii

PENDAHULAN
Latar Belakang …………………………………………………………

1

Tujuan Penelitian ………………………………………………………

3

Kegunaan Penelitian …………………………………………………...

3

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ……………………………….

4

Prediksi Produktivitas Pertanian ………………………………………

9

Konsepsi Penelitian Yang Dilaksanakan ……………………………...

10

Kerangka Pemikiran …………………………………………………..

11

METODE PENELITIAN
Kerangka Pendekatan Penelitian ……………………………………..

12

Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………………

13

Metode Pengumpulan Data …………………………………………..

14

Metode Analisis ………………………………………………………

15

KONDISI WILAYAH PENELITIAN
Kondisi Geografis ……………………………………………………

22

Kesesuaian Lahan…………………………………………………….

25

Arahan Kebijakan ……………………………………………………

27

Penggunaan Lahan …………………………………………………..

29

Luasan Kesatuan Hamparan Lahan …………………………………

32

Kondisi Infrastruktur ………………………………………………..

34

Kelayakan Secara Ekonomi …………………………………………

38

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanfaatan Metode Penginderaan Jauh Dalam Penyadapan
xiii

Data Parameter ………………………………………………………

41

Penentuan Parameter Yang Digunakan Untuk Penentuan Pemilihan
Lahan Pertanian Padi Sawah Bebekelanjutan (LPPB)…………..…..

54

Kriteria Penentu Pemilihan LPPB…………………………………...

63

Teknik Pengenalan LPPB Melalui Citra Penginderaan Jauh…….….

65

KESIMPULAN …………………………………………………………...

70

SARAN ……………………………………………………………………

71

GLOSSARY ………………………………………………………………

72

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….

74

LAMPIRAN ………………………………………………………………

77

xiv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kriteria Lahan Sawah Abadi Aktual ……………………………….

6

Tabel 2. Kriteria Lahan Pertanian Abadi Tanaman Tahunan ………………..

7

Tabel 3. Kriteria Lahan Pertanian Pangan Semusim Lahan Kering …………

7

Tabel 4. Data Yang Diperlukan dan Cara Perolehannya ………………….…

15

Tabel 5. Citra MODIS Terra Aqua Yang Digunakan ………………………

18

Tabel 6. Data Curah Hujan Bulanan Rata-Rata Tahun 2005 – 2009 ………...

23

Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian ………………………

30

Tabel 8. Data Lapangan Yang Digunakan Untuk Menghitung BCR ………..

38

Tabel 9. Lokasi Survei, Potensi Lahan dan BCR ……………………………

40

Tabel 10. Nilai EVI dan Produktivitas Padi Sawah Aktual 2009 ……………

47

Tabel 11. Hasil Perhitungan Produktivitas Padi Sawah dari Nilai EVI …….

49

Tabel 12. Perbandingan Antara Produktivitas Aktual dan Produktivitas
dari Citra MODIS ………………………………………………..

50

Tabel 13. Perbandingan Antara Indeks Penanaman Aktual dan Indeks
Penanaman dari Citra MODIS …………………………………..

53

Tabel 14. Parameter yang Digunakan Untuk Penetuan LPPB ………….…

54

Tabel 15. Komposisi Sampel Untuk Survei Lapangan……………………..

55

Tabel 16. Skor Baku Masing-Masing Kategori dari Variabel Penjelas ……

57

Tabel 17. Matriks Korelasi antar Variabel yang telah Dikwalifikasi ………

60

Tabel 19. Kriteria Penentu LPPB ………………………………………….

64

xv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ……………………………………………...

11

Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Penelitian ……………………………….

12

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian ……………………………………………

13

Gambar 4. Kerangka Analisis Penelitian …………………………………….

15

Gambar 5. Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Penyadapan dan Analisis Data
dari Citra ALOS ………………………………………………...

16

Gambar 6. Ekstraksi Data Produktivitas Pertanian ………………………….

19

Gambar 7. Kondisi Topografi dan Lereng Wilayah Penelitian ……………..

22

Gambar 8. Peta Jenis Tanah Wilayah Penelitian ……………………………

24

Gambar 9. Peta Sub-Kelas Kesesuaian Lahan Wilayah Penelitian …………

26

Gambar 10. Arahan Pola Pemanfaatan Ruang Berdasar RTRWK
Karawang 2003 -2013 ………………………………………...

28

Gambar 11. Penggunaan Lahan Wilayah Penelitian ……………………….

31

Gambar 12. Klasifikasi Luasan Kesatuan Hamparan Lahan Wilayah
Penelitian ……………………………………………………..

33

Gambar 13. Sistem Jaringan Transportasi Wilayah ……………………….

35

Gambar 14. Sebaran Status Irigasi Sawah …………………………………

37

Gambar 15. Karakteristik Obyek pada Citra ………………………………..

42

Gambar 16. Kenampakan Tekstur pada Citra ……………………………….

43

Gambar 17. Kenampakan Karakter Dasar Penciri Obyek ……………………

44

Gambar 18. Hubungan Nilai EVI dan Masa Pertumbuhan Padi sawah …..

46

Gambar 19. Grafik Hubungan Antara Nilai EVI dan Produktivitas
Padi Sawah Aktual …………………………………………..

48

Gambar 20. Kenampakan Obyek Yang Mengalami Bias Hubungan
Antara Nilai EVI dan Produktivitas Padi sawah ……………..

51

xvi

Gambar 21. Grafik nilai EVI Yang Mengalami Gangguan Produksi
Padi Sawah …………………………………………………...

51

Gambar 22. Cara Pengukuran Indeks Penanaman dari Grafik ……………

52

Gambar 23. Diagram Alir Teknik Pemilihan Lahan
Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan ………………………..

67

Gambar 24. Peta Arahan Lahan Pertanian Padi Sawah Berkelanjutan
Wilayah Penelitian …………………………………………..

68

Gambar 25. Grafik Produktivitas dan Berbagai Kelas KLPPB……………

69

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Komposisi dan Lokasi Sampel Unit Lahan
Wilayah Penelitian …………………………………………….. 78
Lampiran 2 Hasil Ekstraksi EVI (Layer Stacking) Citra MODIS tahun
2005 – 2009 ……………………………………………………

79

Lampiran 3 Grafik Produktivitas tiap sampel unit lahan ……………………

82

Lampiran 4 Karakteristik Wilayah di lokasi sampel Unit Lahan …………..

87

Lampiran 5 Kuantifikasi data untuk bahan Analisis Hayashi ………………

88

Lampiran 6 Hasil analisis kuantifikasi hayashi …………………………….

89

xviii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan akan ruang (lahan) dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan
yang cukup cepat. Pertumbuhan ini sebagai akibat adanya ruang (lahan) yang
tidak bertambah, sementara laju pertumbuhan penduduk, ekonomi dan
pembangunan terus meningkat, sehingga permintaan akan kebutuhan lahan terus
meningkat. Kondisi seperti ini membawa pada konflik kepentingan dalam
pemakaian lahan.
Pada kenyataannya telah terjadi persaingan penguasaan yang tidak
seimbang dalam penggunaan lahan, terutama sektor pertanian dan non pertanian.
Demi memaksimalkan land rent, lahan pertanian senantiasa dikalahkan untuk dialih fungsikan menjadi kegunaan lain seperti permukiman, industri maupun
infrastruktur seperti jalan dan yang lainnya. Berdasar RTRWK (Se-Indonesia) saat
ini saja, secara otomatis telah ada rencana alih fungsi lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian secara sistematis sebanyak 3,1 juta hektar atau 40 % dari luas
sawah yang ada di Indonesia (Data BPN 2004).
Dengan semakin meningkatnya pertambahan penduduk, perkembangan
ekonomi dan industri, mengakibatkan terjadinya degradasi, alih fungsi dan
fragmentasi

lahan pertanian pangan yang mengancam daya dukung wilayah

secara nasional untuk menjaga kedaulatan pangan. Menurut Apriantono (2009)
laju besaran alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Indonesia
dari tahun 1999 – 2002 diperkirakan mencapai 330.000 ha atau setara dengan
110.000 ha/tahun, sedangkan menurut data BPS tahun 2003 alih fungsi sawah ke
non sawah mencapai 188.000 ha/tahun, atau dengan laju konversi mencapai 2,42
% pertahun.
Padahal jika dilihat dari sisi daya dukung lahannya, lahan untuk pertanian
pangan selalu memiliki daya dukung lahan yang paling baik, artinya lahan yang
sesuai untuk pertanian pangan umumnya akan sesuai juga untuk semua
peruntukan non pertanian, sebaliknya lahan yang mempunyai daya dukung sesuai
untuk non pertanian belum tentu dapat digunakan untuk lahan pertanian pangan.
Dengan demikian alih fungsi lahan selalu bergerak dari lahan pertanian menjadi
lahan non pertanian, dan tidak sebaliknya. Padahal ketersediaan lahan yang

2

mempunyai kesesuaian daya dukungnya untuk lahan pertanian pangan sangat
terbatas. Selanjutnya kondisi demikian membawa suatu tekanan terhadap
kapasitas sumberdaya yang ada.
Pada tanggal 16 September 2009 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah
mengesyahkan Undang-Undang nomor 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (UU PLPPB). UU ini melengkapi UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang yang bertujuan mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan
ketahanan nasional.
Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian
dari penetapan perencanaan tata ruang wilayah kawasan perdesaan pada wilayah
kabupaten. Penetapan kawasan ini akan digunakan sebagai dasar peraturan zonasi
(UU No. 26/2007 dan UU No. 41/2009). Oleh karena itu untuk mewujudkannya
dirasa perlu adanya suatu strategi dan model (metode dan teknik) pelaksanaan
yang efisien, efektif dan tepat guna dalam pemilihan, penetapan dan
pendeliniasian lahan pertanian pangan berkelanjutan, khususnya untuk lahan padi
sawah yang merupakan sarana pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat
Indonesia.
Berkaitan dengan penetapan lahan pertanian berkelanjutan, pada tahun 2003
Puslitbangtanak pernah bekerjasama dengan Setjen Deptan untuk menyusun
kriteria biofisik untuk pemilihan dan penetapan lahan pertanian abadi
(berkelanjutan) dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian Puslitbangtanak yang
telah ada. Penyusunan kriteria ini dilakukan dengan cara desk study melalui
diskusi. Penetapan kriteria lahan abadi ini dimaksudkan untuk skala tinjau dengan
hanya mempertimbangkan aspek biofisik, adapun parameter lain yang terkait
dengan kondisi lahan seperti kelayakan ekonomi, luasan kesatuan hamparan,
kondisi aktual maupun aspek kebijakan belum dijadikan sebagai pertimbangan.
Selain itu dari berbagai penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkan
bahwa teknik penginderaan jauh mempunyai cara yang optimal dalam
penyadapan, pemantauan, analisis dan penyajian data. Sejalan dengan
perkembangan teknologi, metodologi dan teknik dalam penginderaan jauh telah

3

merambah ke berbagai penggunaan, termasuk dalam manajamen, estimasi dan
pemantauan produksi pertanian serta beberapa permodelan yang mendukungnya.
Berdasarkan pada uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
yang dapat diangkat dan perlu diketahui, yaitu antara lain :
1. Sejauh

mana

metodologi

dan

teknologi

penginderaan

jauh

dapat

dimanfaatkan untuk mengetahui produktivitas lahan pertanian padi dan
menyadap data yang akan digunakan sebagai parameter untuk pemilihan
lahan pertanian padi sawah berkelanjutan?
2. Faktor dan parameter apa saja yang mempunyai pengaruh dan seharusnya
digunakan dalam pemilihan lahan pertanian padi sawah berkelanjutan?
3. Apakah model penginderaan jauh yang efisien dapat dibangun untuk
pemilihan dan pendeliniasian kawasan potensial sebagai lahan pertanian padi
sawah berkelanjutan?

Tujuan Penelitian
Berdasar pada uraian di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :
1.

Memanfaatkan metode dan teknik penginderaan jauh untuk menilai
produktivitas lahan pertanian padi sawah beserta penyadapan data parameter
yang digunakan untuk pemilihan kawasan lahan pertanian padi sawah.

2.

Menentukan parameter yang mempunyai pengaruh nyata dalam pemilihan
lahan pertanian padi sawah berkelanjutan.

3.

Mendapatkan teknik untuk memilih dan mendeliniasi (zonasi) lahan pertanian
padi sawah berkelanjutan berdasarkan pada parameter terpilih.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif metode
dan teknik dalam memilih dan mendeliniasi (zonasi) lahan pertanian padi sawah
berkelanjutan, yang menjadi bagian dari rangkaian penetapan perencanaan tata
ruang wilayah kawasan perdesaan pada wilayah kabupaten.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka merupakan upaya memperjelas batasan permasalahan,
memberikan referensi, serta mengkaji konsepsi penelitian. Berkenaan dengan
judul penelitian, beberapa hal yang perlu mendapatkan telaahan dari pustaka dapat
dijelaskan sebagaimana uraian berikut :
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Pandangan dari sisi Perundangan
Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan pada pasal 19 dijelaskan bahwa penetapan lahan
pertanian pangan berkelanjutan merupakan bagian dari penetapan perencanaan
tata ruang wilayah kabupaten/kota. Penetapan Kawasan ini akan digunakan
sebagai dasar peraturan zonasi.
Selanjutnya berkenaan dengan istilah lahan pertanian pangan berkelanjutan
ini, pada Undang Undang No. 41/ 2009 dapat dijelaskan beberapa definisi terkait,
yaitu :
a.

Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan
fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi dan hidrologi yang
terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.

b.

Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan untuk usaha
pertanian.

c.

Pertanian pangan adalah usaha manusia untuk mengelola lahan dan
agroekosistem dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan
manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan serta
kesejahteraan rakyat.

d. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian
yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan kedaulatan pangan
nasional (Pasal 1 angka 3).
Pada pasal 5 disebutkan bahwa Lahan Pertanian Pangan yang ditetapkan
sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat berupa:

5

 Lahan beririgasi;
 Lahan reklamasi rawa pasang surut dan nonpasang surut (lebak); dan/atau
 Lahan tidak beririgasi.
e. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah lahan potensial
yang dilindungi pemanfaatannya agar kesesuaian dan ketersediannya tetap
terkendali untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan
pada masa yang akan datang (Pasal 1 angka 4).
f. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budidaya
pertanian pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan lahan pertanian
pangan berkelanjutan dan/ atau hamparan lahan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk
mendukung kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional (Pasal 1
angka 7).
Produktifitas lahan pertanian pangan dapat dikatakan berkelanjutan jika
hasil produktifitas lahan dapat bertahan dan bisa juga meningkat dari waktu ke
waktu tanpa terjadinya penurunan kwalitas (degradasi) lahan dan lingkungan.
Pada pasal 3 UU PLPPB disebutkan bahwa Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan:
a.

melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;

b.

menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan;

c.

mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;

d.

melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;

e.

meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat;

f.

meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani;

g.

meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;

h.

mempertahankan keseimbangan ekologis; dan

i.

mewujudkan revitalisasi pertanian.
Sedangkan pada pasal 9 UU PLPPB diisyaratkan bahwa lahan pertanian

pangan yang sudah ada dan yang potensial dapat direncanakan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan yang didasarkan atas kriteria :
a. kesesuaian lahan;
b. ketersediaan infrastruktur;

6

c. penggunaan lahan;
d. potensi teknis lahan; dan atau
e. luasan kesatuan hamparan lahan.
Referensi dari penelitian yang ada
Sofyan Ritung et al. (2007) melaksanakan desk study untuk penyusunan
kriteria pertanian

lahan abadi (lahan kering dan lahan beririgasi) dengan

memanfaatkan data hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh
Puslitbangtanak dan instansi lainnya, yang disertai dengan verifikasi lapangan.
Penetapan lahan pertanian abadi ini menggunakan kriteria Biofisik. Lahan
pertanian dibedakan menjadi dua, yaitu lahan beririgasi dan lahan kering. Lahan
berigasi adalah lahan sawah yang sumber airnya berasal dari sistem irigasi. Lahan
yang digolongkan ke dalam lahan beririgasi (sawah) antara lain adalah sawah
irigasi, sawah tadah hujan, sawah pasang surut dan lebak. Parameter yang
digunakan yang digunakan untuk penetapan lahan sawah abadi ada 3 yaitu :
a. Status Irigasi
b. Indeks Penanaman (IP) padi (%)
c. Produktivitas padi sawah rata-rata tahunan (P)
Hasil penetapan lahan pertanian abadi untuk sawah dari penelitian tersebut
dibedakan menjadi 4 klasifikasi, yaitu Lahan Utama Abadi (LAU) I s/d IV,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kriteria Lahan Sawah Abadi Aktual
Model
1
2
3
4
5
6
7
8

Status Irigasi

Beririgasi

Tadah hujan,
pasang surut,
lebak

Indeks Pertanaman
(IP) - Padi (%)
≥ 200
≥ 200
< 200
< 200
≥ 200
≥ 200
< 200
< 200

Produktivitas
Padi Sawah *)
≥P