Family environment, schools and children's creativity in conventional and progressive primary school in Depok

LINGKUNGAN KELUARGA, SEKOLAH
DAN KREATIVITAS ANAK PADA SEKOLAH DASAR
KONVENSIONAL DAN PROGRESIF DI KOTA DEPOK

NURUL ISTIANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Lingkungan Keluarga, Sekolah
dan Kreativitas Anak Pada Sekolah Dasar Konvensional dan Progresif Di Kota
Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun di perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dalam maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013

Nurul Istiana
NIM. I25100091

RINGKASAN
NURUL ISTIANA. Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Kreativitas Anak Pada
Sekolah Dasar Konvensional dan Progresif Di Kota Depok. Dibimbing oleh
RATNA MEGAWANGI dan EUIS SUNARTI.
Perubahan yang begitu cepat dalam arus informasi dan teknologi
merupakan tantangan yang harus dihadapi suatu bangsa untuk mampu bertahan
dan bersaing dengan bangsa lainnya. Untuk menghadapi tantangan itu dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu beradaptasi, dan mampu
memecahkan persoalan hidup dengan berbagai cara yang kreatif sehingga setiap
individu dapat tetap survive di era globalisasi ini. Pada dasarnya setiap individu
memiliki sikap dan perilaku kreatif yang dipengaruhi oleh lingkungan, baik
lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Pendidikan merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas seseorang di
lingkungan keluarga maupun sekolah. Lingkungan keluarga merupakan tempat

pertama dan utama bagi pendidikan anak yang berkaitan dengan pola asuh,
interaksi, dukungan, kemandirian, orientasi tugas, orientasi keberhasilan, agama
dan budaya serta komitmen terhadap peraturan bersama. Lingkungan sekolah
adalah tempat dimana anak belajar bersosialisasi, menemukan dan mendapatkan
pengetahuan serta pengalamannya. Sekolah perlu menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan yang dapat membangun rasa keingintahuan anak untuk terus
belajar menemukan pengetahuannya secara langsung dan bermakna. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perbedaan lingkungan keluarga, sekolah, dan
kreativitas anak serta untuk menganalisis pengaruh lingkungan keluarga dan
sekolah terhadap kreativitas anak di sekolah dasar konvensional dan progresif
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di
empat sekolah di Kota Depok yakni satu sekolah negeri unggulan dan tiga sekolah
swasta. Penentuan sekolah dipilih secara sengaja (purposive) kemudian ke empat
sekolah dipisahkan ke dalam dua tipe sekolah yaitu sekolah konvensional dan
sekolah progresif. Populasi contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 dan 5
SD yang kemudian dari masing-masing sekolah dipilih secara acak sebanyak 30
anak, sehingga jumlah keseluruhan contoh adalah 120 anak. Data primer yang
dikumpulkan berupa data karakteristik anak, karakteristik keluarga dan
karakteristik sekolah. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang sebelumnya telah diuji coba dengan nilai alpha cronbach berkisar

antara 0.67 sampai dengan 0.85 untuk instrumen yang digunakan. Data sekunder
didapat dari sekolah dan Dinas Pendidikan Kota Depok yang terdiri dari data
siswa dan data umum sekolah. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
secara deskriptif. Untuk analisis uji beda digunakan independent t test, uji korelasi
digunakan spearman correlation. Untuk melihat faktor yang berpengaruh pada
kreativitas digunakan ANCOVA dan tingkat kreativitas figural dan verbal
dilakukan langsung oleh psikolog.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia contoh berada pada rentang usia 9
sampai 11 tahun dengan jumlah anak perempuan lebih banyak dibandingkan anak
laki-laki dan hampir setengahnya berusia 10 tahun. Ayah contoh rata-rata berusia
42.49 tahun dan ibu contoh rata-rata berusia 39.31 tahun. Latar belakang

pendidikan ayah dan ibu contoh di sekolah progresif sebagian besar berpendidikan
sarjana/pascasarjana. Pendapatan total keluarga sekolah progresif lebih tinggi dari
pada sekolah konvensional. Fasilitas sekolah seperti perpustakaan, kamar mandi,
lapangan olah raga, WC dan ruang UKS dimiliki oleh kedua sekolah. Guru di
sekolah progresif rata-rata berusia lebih muda yakni 28.42 tahun dan di sekolah
konvensional adalah 38.42 tahun. Guru di sekolah konvensional sebagian besar
adalah sarjana kependidikan sementara guru di sekolah progresif sarjana non
kependidikan.

Tidak ditemukan adanya perbedaan antara lingkungan keluarga di sekolah
konvensional dengan sekolah progresif, artinya bahwa baik keluarga di sekolah
konvensional maupun keluarga di sekolah progresif memberi ruang dan kualitas
yang sama pada pengembangan kreativitas anak, melalui hubungan keluarga,
pertumbuhan pribadi serta pemeliharaan sistem keluarga. Berbeda dengan
lingkungan keluarga, pada lingkungan sekolah ditemukan adanya perbedaan yang
nyata antara lingkungan sekolah konvensional dengan sekolah progresif.
Lingkungan sekolah progresif lebih mendukung terjalinnya hubungan antara guru
dengan siswa terutama dalam hal kerjasama dan pengembangan pertumbuhan
pribadi seperti mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
melakukan percobaan dan mengambil resiko. Manajemen kelas dan pembelajaran
di sekolah progresif juga lebih baik seperti diikutsertakannya siswa dalam
pembuatan peraturan kelas, bebas mengeluarkan pendapat atau ide dan melakukan
kegiatan pembelajaran dengan praktek langsung sesuai dengan keinginan siswa.
Tingkat kreativitas figural dan verbal contoh dari sekolah progresif memiliki skor
lebih tinggi dari pada contoh sekolah konvensional. Hasil uji ANCOVA
menunjukkan bahwa nilai adjusted R square pada tingkat kreativitas figural
adalah 0.168 atau 16.8 persen kreativitas figural dipengaruhi oleh usia anak dan
tipe sekolah sementara pada tingkat kreativitas verbal sebesar 0.152 atau 15.2
persen kreativitas verbal dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan pendapatan

total keluarga.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kreativitas figural dan
tingkat kreativitas verbal tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
namun lingkungan sekolah dan tipe sekolah memiliki peran yang lebih besar
dalam pengembangan kreativitas anak kelas 4 dan 5 SD. Dengan mengetahui
bahwa kreativitas menjadi hal yang penting dalam mempersiapkan anak-anak
yang tangguh dan kreatif maka disarankan bagi orang tua untuk memilih sekolah
yang lebih memperhatikan pengembangan kreativitas bagi anak. Guru dan sekolah
yang merencanakan untuk melakukan perubahan dari sistem pendidikan
konvensional menuju sistem pendidikan progresif dapat melakukan pembinaan/
pelatihan yang berhubungan dengan metode pembelajaran kreatif, manajemen
kelas, dan suasana belajar yang menyenangkan. Bagi peneliti yang akan
melakukan penelitian sejenis, perlu mengkaji lebih dalam faktor lain yang
mempengaruhi kreativitas anak terutama yang berhubungan dengan kondisi emosi
atau sikap anak ketika diteliti. Bagi pemerintah terutama Departemen Pendidikan
Nasional, perlu mengkaji kurikulum yang memberikan porsi lebih banyak bagi
pengembangan kemandirian dan kreativitas siswa.
Kata kunci :

Kreativitas figural dan verbal, Lingkungan keluarga dan sekolah


SUMMARY
NURUL ISTIANA. Family Environment, Schools and Children's Creativity In
Conventional and Progressive Primary School in Depok. Supervised BY RATNA
MEGAWANGI and EUIS SUNARTI .
Rapid changes in the flow of information and technology is a challenge
that must be faced by a nation to survive and compete with other nations. To face
these challenges qualified human resources are required, which must be able to
adapt, and be able to solve the problems of life with a variety of creative ways so
that each individual can survive in this globalization era. Naturally, each
individual have a creative attitude and behavior which were influenced by both
the family environment and school environment. Education is one of the factors
that can affect the development of one's creativity in family environment and
school environment. Family environment is first and foremost a place for the
education of children with regard to parenting, interaction, support, independence,
task orientation, success orientation, religion and culture, and commitment to
common rules. While the school is a place where children learn to socialize,
discover and gain knowledge and experience. Schools need to create a fun
learning environment that can build a child 's curiosity to keep learning and to
directly find meaningful knowledge. This study aimed to analyze the differences

between family environment, school environment and creativity, as well as to
analyze the influence of family environment and school environment to the
creativity of children in progressive and conventional primary school.
This study uses cross-sectional design study conducted in four schools in
Depok, one prominent state schools and three private schools. The schools were
purposively selected (purposive sampling), the sample schools were then
separated into two types of schools, namely conventional schools and progressive
school. The population of samples in this study were students in the fourth and
fifth grade and then from each school as many as 30 children were randomly
selected, bringing a total sample of 120 children. Primary data were collected in
the form of children characteristics, family characteristics and school
characteristics data. Primary data were collected using a questionnaire that had
been tested, with Cronbach alpha values ranged from 0.67 to 0.85 for the
instruments used. Secondary data obtained from the schools and the Education
Department of Depok consisting of student and general school data. The data were
presented in tables and analyzed descriptively. For the difference testing analysis,
independent t test was used, Spearman correlation test was used for testing
correlation. To see the factors that affect the creativity ANCOVA was used, while
to determine the sample’s level of creativity figural and verbal creativity tests
were directly conducted by professional psychologist using reliable and valid

standardized testing tools.
The results showed that the samples are in the range of 9 to 11 years of
age, there are more girls than boys and nearly half of the samples are 10 years old.
For the sample’s fathers, the average age was 42.49 years and for the sample’s
mothers the average age was 39.31 years. For the educational background of
parents in the progressive school, almost half are graduate/postgraduate level.

Total family income is higher for the progressive school than the conventional
school. While school facilities such as libraries, bathrooms, sports fields, basic
medical facilities are present both at conventional and progressive schools.
Teachers in the progressive schools on average were younger i.e 28.42 years than
the teachers in the conventional schools i.e 38.42 years. Most of teachers in
conventional schools are undergraduates in educational discipline, while most of
teachers in progressive schools are undergraduates with non-educational
backgrounds.
There was no significant difference between family environment of the
conventional schools and the progressive schools. Family environment of the
conventional as well as progressive schools give the same space and quality for
the development of children’s creativity by maintaining family relationships,
supporting personal growth as well as maintaining and keeping the family system.

Unlike the family environment, there were significant differences between the
school environment of the progressive and the conventional school. The school
environment of the progressive schools were found to be more supportive for the
development of relationships between teachers and students especially in terms of
cooperation, as well as support for the development of student’s personal growth
such as developing skills for problem solving, experimenting and risk taking.
School learning activities and classroom management are also better in the
progressive schools such as engaging students in making class rules, giving more
freedom for voicing opinions or ideas, and hands-on learning activities based on
the students interests. The results of the figural and verbal creativity tests showed
that samples from progressive schools scores higher than that of the conventional
schools. ANCOVA test results demonstrate that the adjusted R square value of
figural creativity level is 0.168 which means that 16.8 percent figural creativity is
influenced by the child's age and the type of school while the number for the
verbal creativity is 0.152 which means that 15.2 percent verbal creativity is
influenced by the school environment and total family income.
From the results of this study, it is indicated that the level of figural and
verbal creativity levels are not entirely influenced by the family environment but
the school environment whereas the type of school have a greater role in the
development of creativity of children in the fourth and fifth grade. Knowing that

creativity is becoming increasingly important for preparing the children future, it
is advisable for parents to choose schools that pay more attention to the
development of creativity for children. Teachers and schools planning to make a
change from the conventional system towards a progressive system may need to
develop coaching/training associated with creative teaching methods, classroom
managements and fun learning environment. For researchers who will conduct
similar research, it is necessary to examine other factors that may affect the
creativity of children, especially those related to the child's emotional state or
attitude while they are being observed. For the government, especially the
Ministry of National Education, there is a need to examine alternative educational
system which will give more emphasis for the development of students’ selfreliance and creativity.
Keywords : figural and verbal creativity, family and school environment

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentinganm pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atas seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

LINGKUNGAN KELUARGA, SEKOLAH DAN KREATIVITAS
ANAK PADA SEKOLAH DASAR KONVENSIONAL DAN
PROGRESIF DI KOTA DEPOK

NURUL ISTIANA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir Diah Krisnatuti MSc

Judul Tesis
Nama
NIM

: Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Kreativitas Anak Pada
Sekolah Dasar Konvensional dan Progresif di Kota Depok
: Nurul Istiana
: I25100091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ratna Megawangi, MSc
Ketua

Prof Dr Ir Euis Sunarti, MS
Anggota

Diketahui oleh

Koordinator Program Studi
Ilmu Keluarga dan
Perkembangan Anak

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Herien Puspitawati, MSc,MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 3 Juli 2013

Tanggal Lulus :

Judul Tesis
Nama

NIM

: Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Kreativitas Anak Pada
Sekolah Dasar Konvensional dan Progresif di Kota Depok
: Nurul Istiana
: 125 1100091

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ratna Megawangi,MSc
Ketua

Prof Dr Ir Euis Sunarti, MS
Anggota

Diketahui o!eh

Ketua Program Studi {lmu Keluarga dan
Perkembangan Anak

Dr Ir Herien Puspitawati, MSc. MSc

Tanggal Ujian:
3 Juli 2013

Tanggal Lulus:

0 7 NOV 2013

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi sekaligus tesis ini. Mulai dari penyusunan sampai dengan
penyelesaian tesis ini tentu tidak terlepas dari dorongan semangat dan sumbangan
pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terimakasih dan
penghargaan penulis sampaikan kepada :
1. Dr Ir Ratna Megawangi, MSc dan Prof Dr Ir Euis Sunarti, MS, selaku
komisi pembimbing atas bimbingan, waktu, saran, masukan, ilmu yang
diberikan selama penyusunan tesis ini dan dukungannya untuk terus
menyemangati penulis.
2. Dr Ir Diah Krisnatuti atas kesediaan dan waktu untuk menjadi penguji
pada ujian sidang tesis serta Dr Ir Dwi Hastuti, MSc selaku wakil PS-IKA
atas masukannya serta Dr Herien Puspitawati, MSc,MSc dan seluruh
pengajar IKA
3. Seluruh keluarga, terutama suami yang memberikan waktu, kesempatan,
bimbingan, saran, masukan dan selalu mendukung langkah penulis selama
penulis belajar dan menyelesaikan studi ini, serta anak-anakku tercinta
(Yasmin Nadia dan Muhamad Arya Guntara) yang selalu memberi
pelukan dan sayang.
4. Bapak Sinwari Natakusumah, Ibu Martini Dewi (Alm), Bapak Mudjiman
Soemodihardjo dan Ibu Legina, orangtua penulis yang selalu mendukung
dan memberi semangat untuk menyelesaikan studi.
5. Kakakku yang sama-sama berjuang menyelesaikan tesis, adik (Asri dan
Ibnu) terimakasih untuk persahabatannya
6. Rekan-rekan di TK Seruni, atas segala pengertian, dukungan yang penuh
semangat dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
melanjutkan studi
7. Teman-teman IKA angkatan 2010 (Siti Hidayah, Ria Magdalena Pasaribu,
Retno Kumoro, Edianna P Mayangsari, Diana Berlianti, Dian Anggraeni,
Hani Maria, Mitha Pramintari, Zulfia Novit, Riza, Tita Hasanah, Andri)
dan Kenty Martiastuti untuk dukungannya
Semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013

Nurul Istiana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Halaman
xii
xiii
xiii
1
1
2
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga
Pendekatan teori struktural fungsional
Pendekatan teori ekologi
Lingkungan keluarga
Sekolah
Pendekatan teori perkembangan anak
Pendidikan
Sekolah konvensional
Sekolah progresif
Kreativitas

5
5
5
7
9
12
15
16
18
18
19

KERANGKA PEMIKIRAN

23

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penarikan Contoh
Jenis dan cara pengambilan data
Pengolahan dan analisis data
Definisi operasional

26
26
27
27
29
31

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan umum lokasi penelitian
Karakteristik contoh
Karakteristik keluarga
Karakteristik sekolah
Lingkungan keluarga
Lingkungan sekolah
Kreativitas
Hubungan variabel penelitian dengan kreativitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Pembahasan Umum

33
33
34
35
38
40
45
51
53
55
56

SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

57
59
64

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Perbedaan sekolah konvensional dan sekolah progresif
Jenis dan cara pengumpulan data
Nilai alpha cronbach instrument penelitian yang digunakan
Jenis data penelitian
Keadaan umum sekolah
Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin
dan perbedaannya antar tipe sekolah (%)
Sebaran orang tua contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin
dan perbedaannya antar tipe sekolah (%)
Sebaran orang tua contoh berdasarkan tingkat pendidikan
dan perbedaannya antar tipe sekolah (%)
Hasil uji beda orangtua contoh berdasarkan usia, jenis
Kelamin dan tingkat pendidikan
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan total keluarga
dan perbedaannya antar tipe sekolah
Sebaran rata-rata usia guru (tahun), jenis kelamin dan
perbedaannya antar tipe sekolah(%)
Sebaran pendidikan guru dan hasil uji beda antar tipe sekolah
Sebaran fasilitas yang memotivasi kreativitas berdasarkan
tipe sekolah
Sebaran contoh menurut komponen lingkungan keluarga
dimensi hubungan keluarga berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda dimensi hubungan keluarga
berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh menurut komponen lingkungan keluarga
dimensi pertumbuhan pribadi berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda dimensi pertumbuhan
pribadi berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh menurut komponen lingkungan keluarga
dimensi pemeliharaan sistem berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda dimensi pemeliharaan sistem
Berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan keluarga
berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh komponen lingkungan sekolah dimensi
hubungan guru-siswa berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah-dimensi
hubungan guru-siswa berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh komponen lingkungan sekolah dimensi
pertumbuhan pribadi berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah-dimensi
pertumbuhan pribadi berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh komponen lingkungan sekolah dimensi
manajemen kelas berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah-dimensi
manajemen kelas berdasarkan tipe sekolah
xii

Halaman
19
28
28
29
34
35
36
37
37
38
39
39
40
41
42
42
43
44
44
45
46
46
47
48
48
49

27
28
29
30
31
32
33
34

Sebaran contoh komponen pembelajaran berdasarkan tipe
Sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah
berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh tingkat kreativitas figural berdasarkan tipe
Sekolah
Sebaran contoh tingkat kreativitas verbal berdasarkan tipe
Sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda tingkat kreativitas figural
dan tingkat kreativitas verbal berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan lingkungan keluarga, sekolah, kreativitas
figural dan kreativitas verbal berdasarkan tipe sekolah
Hasil uji hubungan antar variabel dan koefisien korelasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kreativitas figural
dan tingkat kreativitas verbal

50
50
51
51
52
52
54
55

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4

Hubungan perkembangan anak dengan lingkungannya
Kerangka pemikiran lingkungan keluarga, sekolah
dan kreativitas anak
Tehnik penarikan sampel
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kreativitas figural dan
tingkat kreativitas verbal antar tipe sekolah

Halaman
8
25
27
52

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Hasil uji korelasi antar variabel penelitian

xiii

63

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Halaman
xii
xiii
xiii
1
1
2
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga
Pendekatan teori struktural fungsional
Pendekatan teori ekologi
Lingkungan keluarga
Sekolah
Pendekatan teori perkembangan anak
Pendidikan
Sekolah konvensional
Sekolah progresif
Kreativitas

5
5
5
7
9
12
15
16
18
18
19

KERANGKA PEMIKIRAN

23

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penarikan Contoh
Jenis dan cara pengambilan data
Pengolahan dan analisis data
Definisi operasional

26
26
27
27
29
31

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan umum lokasi penelitian
Karakteristik contoh
Karakteristik keluarga
Karakteristik sekolah
Lingkungan keluarga
Lingkungan sekolah
Kreativitas
Hubungan variabel penelitian dengan kreativitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Pembahasan Umum

33
33
34
35
38
40
45
51
53
55
56

SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

57
59
64

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Perbedaan sekolah konvensional dan sekolah progresif
Jenis dan cara pengumpulan data
Nilai alpha cronbach instrument penelitian yang digunakan
Jenis data penelitian
Keadaan umum sekolah
Sebaran contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin
dan perbedaannya antar tipe sekolah (%)
Sebaran orang tua contoh berdasarkan usia dan jenis kelamin
dan perbedaannya antar tipe sekolah (%)
Sebaran orang tua contoh berdasarkan tingkat pendidikan
dan perbedaannya antar tipe sekolah (%)
Hasil uji beda orangtua contoh berdasarkan usia, jenis
Kelamin dan tingkat pendidikan
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan total keluarga
dan perbedaannya antar tipe sekolah
Sebaran rata-rata usia guru (tahun), jenis kelamin dan
perbedaannya antar tipe sekolah(%)
Sebaran pendidikan guru dan hasil uji beda antar tipe sekolah
Sebaran fasilitas yang memotivasi kreativitas berdasarkan
tipe sekolah
Sebaran contoh menurut komponen lingkungan keluarga
dimensi hubungan keluarga berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda dimensi hubungan keluarga
berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh menurut komponen lingkungan keluarga
dimensi pertumbuhan pribadi berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda dimensi pertumbuhan
pribadi berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh menurut komponen lingkungan keluarga
dimensi pemeliharaan sistem berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda dimensi pemeliharaan sistem
Berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan keluarga
berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh komponen lingkungan sekolah dimensi
hubungan guru-siswa berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah-dimensi
hubungan guru-siswa berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh komponen lingkungan sekolah dimensi
pertumbuhan pribadi berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah-dimensi
pertumbuhan pribadi berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh komponen lingkungan sekolah dimensi
manajemen kelas berdasarkan tipe sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah-dimensi
manajemen kelas berdasarkan tipe sekolah
xii

Halaman
19
28
28
29
34
35
36
37
37
38
39
39
40
41
42
42
43
44
44
45
46
46
47
48
48
49

27
28
29
30
31
32
33
34

Sebaran contoh komponen pembelajaran berdasarkan tipe
Sekolah (%)
Sebaran rataan dan hasil uji beda lingkungan sekolah
berdasarkan tipe sekolah
Sebaran contoh tingkat kreativitas figural berdasarkan tipe
Sekolah
Sebaran contoh tingkat kreativitas verbal berdasarkan tipe
Sekolah
Sebaran rataan dan hasil uji beda tingkat kreativitas figural
dan tingkat kreativitas verbal berdasarkan tipe sekolah
Sebaran rataan lingkungan keluarga, sekolah, kreativitas
figural dan kreativitas verbal berdasarkan tipe sekolah
Hasil uji hubungan antar variabel dan koefisien korelasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kreativitas figural
dan tingkat kreativitas verbal

50
50
51
51
52
52
54
55

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4

Hubungan perkembangan anak dengan lingkungannya
Kerangka pemikiran lingkungan keluarga, sekolah
dan kreativitas anak
Tehnik penarikan sampel
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kreativitas figural dan
tingkat kreativitas verbal antar tipe sekolah

Halaman
8
25
27
52

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Hasil uji korelasi antar variabel penelitian

xiii

63

 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan yang begitu cepat dalam arus informasi dan teknologi
merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam segala aspek kehidupan bangsa
untuk mampu bertahan dan bersaing dengan bangsa lainnya. Untuk menghadapi
tantangan di era globalisasi saat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas yang memiliki kemampuan cepat beradaptasi, cepat berpikir mencari
solusi, dan imajinatif serta penuh ide untuk dapat mengembangkan
strategi/design/inovasi baru (Megawangi, et.al. 2010). Kemampuan beradaptasi
dan berpikir tingkat tinggi dalam menghadapi problema yang semakin kompleks
dapat dilakukan dengan membentuk cara baru atau mengubah cara lama, yang
menurut Munandar (2009) disebut sebagai cara kreatif. Melalui cara yang kreatif
diharapkan setiap individu mampu bertahan mengikuti perubahan, mampu
memproduksi gagasan baru yang melibatkan pembentukan pola-pola baru dengan
mengkombinasikan pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan situasi saat
ini yang memungkinkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas hidupnya
(Hurlock 1993). Pada dasarnya setiap individu memiliki sikap dan perilaku kreatif
yang merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya yang
berlangsung secara terus-menerus (Munandar, 2009). Salah satu pengembangan
sikap dan perilaku kreatif dapat dilakukan melalui pendidikan di rumah maupun di
sekolah karena pendidikan memiliki tujuan untuk menumbuhkan manusiamanusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersamasama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN 1999).
Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pendidikan anak yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dan dukungan
keluarga. Pola asuh memberikan kontribusi bagi pengembangan sikap dan
perilaku kreatif anak. Sikap dan perilaku kreatif anak perlu dikembangkan di
lingkungan keluarga sejak kecil, namun pengembangan kreativitas dalam keluarga
masih kurang mendapatkan perhatian dari orang tua (Mayesky, 1990). Sikap
orang tua yang menggunakan pendekatan konservatif masih banyak ditemukan,
seperti membiarkan anak berkembang sendiri tanpa memberikan rangsangan
kognisi ataupun keterampilan, terlalu melindungi anak (over protection),
membatasi eksplorasi anak, pengaturan waktu yang sangat ketat, menguasai anak
(dominan) atau membatasi khayalan anak. Orang tua saat ini lebih khawatir jika
anaknya tidak mampu secara akademik sehingga saat duduk dibangku pra
sekolah, anak sudah diajarkan calistung (membaca, tulis dan hitung), sehingga
menyebabkan terabaikannya pengembangan kreativitas sementara keluarga
merupakan tempat pertama dalam kehidupan anak yang akan cenderung bertahan
dan mempengaruhi sikap serta perilaku anak sepanjang hidupnya (Hurlock 1991).
Lingkungan sekolah dengan sistem pendidikan yang saat ini berlaku di
Indonesia cukup memprihatinkan dan masih jauh dari tujuan pendidikan nasional
yakni “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

2

kemasyarakatan dan kebangsaan”. Menurut Supriadi (1994) sistem pendidikan
belum sepenuhnya mendukung berkembangnya daya kreativitas dan kemandirian
anak, karena orientasinya masih lebih mengarah pada pendidikan “akademikmembentuk manusia untuk menjadi pintar di sekolah saja” dan “Industri tenaga
kerja–menjadi pekerja bukan manusia Indonesia seutuhnya” (Munandar 2009).
Pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan pada pemikiran reproduktif,
hafalan, dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan
dan masih bertujuan untuk memenuhi kelulusan Ujian Nasional saja, sementara
proses pemikiran yang tinggi termasuk berpikir kreatif hampir tidak pernah
diajarkan, anak tidak diberikan kesempatan untuk berpikir divergen dan kreatif
(Munandar 1999).
Pendidikan di sekolah yang mengekang tumbuhnya kreativitas menurut
John Dewey dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan dalam suasana
yang kurang menyenangkan, adanya pemberian tugas (PR) yang cukup banyak,
hafalan dan driling yang berlebihan serta tidak diberikannya kesempatan untuk
menjawab atau berpikir yang berbeda (kreatif). Tipe sekolah dengan sistem
pendidikan ini digolongkan ke dalam pendidikan mainstream atau konvensional
dan sudah berjalan lama sehingga memerlukan waktu yang cukup panjang untuk
melakukan perubahan. Anak didik yang dihasilkan dari pendidikan ini adalah
anak didik yang memiliki kemampuan sesuai dengan apa yang diajarkan di
sekolahnya saja namun tidak berdaya ketika dituntut pada kemampuan lain untuk
memecahkan masalah-masalah kehidupan. Sebaliknya tipe sekolah yang memberi
keleluasaan, kebebasan dan kesempatan kepada anak untuk memecahkan
masalahnya sendiri atau secara berkelompok, berani mengeluarkan ide-ide baru,
memiliki metode belajar yang mudah dan bermakna serta kurikulum yang dibuat
secara terpadu dalam berbagai kegiatan digolongkan ke dalam pendidikan
progresif.
Melihat permasalahan yang ada di lingkungan keluarga dan sistem
pendidikan di Indonesia yang masih jauh dari kesiapan kita dalam menghadapi
tantangan globalisasi abad 21, maka kreativitas menjadi sebuah kompetensi yang
sangat diperlukan oleh setiap individu untuk mampu beradaptasi dengan berbagai
tuntutan zaman yang selalu terus berubah. Ketidakmampuan berkreativitas dapat
menyebabkan tertinggalnya kita dari orang lain, tergeser, tidak mampu
memecahkan masalah yang semakin kompleks dan bahkan tidak menghasilkan
apa-apa.
Rumusan Masalah
Kondisi lemahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi
bagian penting dalam merumuskan pembangunan menghadapi abad 21 ini.
Sumber daya manusia merupakan salah satu modal yang baik bagi pembangunan
bangsa, namun kenyataannya tingkat pengangguran, tingkat pendidikan, tingkat
kemiskinan, tingkat kriminalitas dan tingkat korupsi di Indonesia masih menjadi
hal utama yang harus ditangani dengan cepat. Data Badan Pusat Statistik pada
tahun 2012 menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka berada pada posisi
cukup tinggi yakni sebesar 6,32 persen dari jumlah penduduk Indonesia, dimana
kurang lebih 30 persennya adalah penduduk produktif yang berusia 19-24 tahun.
Rendahnya kualitas pekerja lulusan SD ke bawah juga masih mendominasi yaitu

3

sebesar 55,5 juta orang atau 49,21 persen dimana para lulusan tersebut bekerja
sebagai buruh, tenaga kasar atau pekerja serabutan. Jika sumber daya manusia
Indonesia dengan lulusan pendidikan yang lebih tinggi dan bekerja pada tempat
yang lebih baik, kemungkinan dapat mengurangi jumlah penduduk miskin yang
berjumlah 12,49 persen atau sekitar 30 juta jiwa dari kurang lebih 230 juta
penduduk Indonesia pada tahun 2011.
Kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi hal yang
utama dalam menghadapi era globalisasi saat ini, karena dengan kualitas sumber
daya manusia yang memiliki keunggulan komparatif dalam sektor creative
economy maka suatu bangsa akan menguasai masa depan (Megawangi 2010).
Sementara kualitas sumber daya manusia Indonesia masih menjadi kendala, ini
dibuktikan dengan Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir
tingkat tinggi orang Indonesia menurut data TIMMS (Megawangi 2010) ternyata
paling rendah, jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Rendahnya
kemampuan berpikir tersebut, terlihat pada kurang dimilikinya sikap dan pribadi
kreatif individu seperti ketidakmampuan individu dalam memecahkan masalah,
lebih mudah menyerah dan tidak mampu menghadapi tantangan dalam hidupnya.
Penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi adalah buruknya sistem pendidikan di sekolah dan
rendahnya kualitas pengasuhan di lingkungan keluarga yang memberi dampak
bagi individu sehingga tidak memiliki sikap dan pribadi kreatif. Hal ini mungkin
terjadi karena orang tua dan guru tidak memahami makna serta pentingnya
kreativitas bagi masa depan anak. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi
pembangunan bangsa dan Negara (Munandar 2009). Pengembangan kurikulum
ditingkat satuan pendidikan (KTSP) sebenarnya telah memberikan ruang kepada
guru dan sekolah untuk melakukan pengajaran sesuai dengan kebutuhan,
kompetensi, usia dan kemandirian anak sehingga diharapkan dapat membantu
meningkatkan kreativitas anak. Namun kurikulum yang dapat dikembangkan di
sekolah untuk mendukung kreativitas anak belum sepenuhnya dilaksanakan, hal
ini tergambar pada Global Creativity Index atau indeks kreativitas global (2011),
jika dibandingkan dengan negara maju dan berkembang lainnya, Indonesia berada
pada kategori tidak kreatif yakni berada di peringkat 81 dari 82 negara.
Penelitian tentang kreativitas telah mendapat perhatian yang cukup besar
terutama dalam menghadapi kehidupan sehari-hari yang penuh dengan
permasalahan (Guilford, 1950) dan dibutuhkan dalam menghadapi tantangan
globalisasi saat ini. Hasil penelitian lain menggambarkan pengaruh dan hubungan
antara lingkungan dari psikomotif dan perspektif kognitif terhadap kreativitas
(Sternberg, 1998) karena menurut Csikszentmihalyi (1998) kreativitas tidak bisa
dilihat sebagai hasil dari tindakan individu secara mandiri saja. Guilford (1967);
Torrance (1974); Amabile (1983) menganggap kreativitas penting untuk
dikembangkan dan ditemukenali sejak dini. Penelitian Roe 1952; MacKinnon
1962 dan Cattell 1968 (Cheng 2007) menunjukkan bahwa profil kepribadian dari
tokoh-tokoh yang unggul kreatif berbeda dari profil kepribadian rata-rata.
Crutchfield (1962) menunjukkan bahwa subjek yang kreatif dapat bertahan
terhadap tekanan sosial karena orientasi yang lebih kuat terhadap tuntutan tugas.
Dacey (1989) menemukan bahwa dukungan lingkungan keluarga yang baik akan
menumbuhkan anak remaja yang kreatif. Penelitian Munandar (1977, 1986, 1988)

4

dan Supriadi (1994) menemukan bahwa ada hubungan latar belakang keluarga,
tingkat pendidikan orang tua, pola asuh dengan peningkatan bakat dan kinerja
kreatif anak. Kreativitas diduga dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia meskipun tidak dengan waktu yang singkat namun memerlukan waktu
yang cukup panjang dan berproses, salah satunya adalah melalui pendidikan baik
pendidikan informal di rumah maupun pendidikan formal di sekolah (Munandar,
2009).
Melihat pentingnya kreativitas bagi masa depan dan perlu untuk ditumbuh
kembangkan sejak dini baik dalam lingkungan keluarga dan sekolah, maka
peneliti mengangkat permasalahan kreativitas pada anak yang duduk dibangku
sekolah dasar kelas 4 dan 5 di empat sekolah yang berada di Kota Depok Provinsi
Jawa Barat. Secara garis besar, permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian
ini, antara lain :
1. Bagaimanakah karakteristik anak, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah,
lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah ?
2. Adakah perbedaan lingkungan keluarga, sekolah, dan kreativitas anak di
sekolah dasar konvensional dan progresif di Kota Depok ?
3. Apakah terdapat pengaruh lingkungan keluarga dan sekolah terhadap
kreativitas anak di sekolah dasar konvensional dan progresif di Kota Depok ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Lingkungan
Keluarga, Sekolah dan Kreativitas Anak Pada Sekolah Dasar Konvensional dan
Progresif di Kota Depok.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian adalah :
1. Menganalisis karakteristik anak, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah,
lingkungan keluarga, dan sekolah
2. Menganalisis perbedaan lingkungan keluarga, sekolah, dan kreativitas anak di
sekolah dasar konvensional dan progresif di kota Depok
3. Menganalisis pengaruh lingkungan keluarga dan sekolah terhadap kreativitas
anak di sekolah dasar konvensional dan progresif di kota Depok
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi bagi orang tua,
bahwa lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mendukung
pengembangan kreativitas anak dan mengetahui tipe sekolah yang dapat dipilih
bagi pendidikan anak. Bagi sekolah dan guru, dapat memberikan gambaran
terhadap dukungan bagi pengembangan kreativitas anak melalui lingkungan
belajar yang kreatif, metode pembelajaran, penyediaan sarana/prasarana dan
manajemen kelas. Bagi peneliti, memberikan gambaran mengenai kreativitas dan
pengembangannya pada penelitian lanjutan. Bagi pemerintah, memberikan
gambaran bahwa pengembangan kreativitas anak perlu dimasukan ke dalam
kurikulum sekolah.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1998). Dalam
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, adalah bahwa keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah anaknya, atau dan anaknya. Keluarga juga diartikan sebagai
kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan
merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, dan berkehendak
bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing
anggotanya (Ki Hajar Dewantara).
Keluarga menurut Sunarti (2008) merupakan institusi pertama dan utama
pembangunan sumber daya manusia. Pertama adalah karena dalam keluargalah,
seorang individu tumbuh berkembang, dimana tingkat pertumbuhan dan
perkembangan tersebut menentukan kualitas individu yang kelak akan menjadi
pemimpin masyarakat bahkan pemimpin Negara. Alasan kedua adalah karena di
keluargalah aktivitas utama kehidupan seorang individu berlangsung. Oleh sebab
itu penting kehidupan keluarga memiliki nilai-nilai seperti cinta dan kasih sayang,
komitmen, tanggungjawab, saling menghormati dan kebersamaan serta
komunikasi sehingga keluarga menjadi tempat yang terbaik bagi anak-anak untuk
tumbuh dan berkembang dengan optimal (Megawangi dan Sunarti 2003).
Keluarga sebagai lembaga pendidik yang pertama dan utama, berlangsung
secara wajar dan informal, yang memberikan sumbangan mental dan fisik
terhadap hidupnya (Sadulloh 2009). Sementara Drijarkara menyatakan bahwa
keluarga secara perlahan membentuk konsepsi tentang pribadinya dan memiliki
tanggungjawab dalam pendidikan untuk memanusiakan, membudayakan dan
menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya (dalam Sadulloh 2009). Oleh
karena itu keluarga memegang peranan penting dalam mencetak generasi dengan
sumber daya manusia yang berkualitas yang tercerminkan pada perilaku dan
perkembangan anak.
Pendekatan Teori Stuktural Fungsional
Perubahan arus informasi dan teknologi yang begitu cepat, mempengaruhi
struktur dan fungsi masyarakat termasuk keluarga. Karena keluarga merupakan
salah satu subsistem masyarakat yang tidak akan lepas berinteraksi dengan
subsistem lainnya, seperti sistem ekonomi, politik, pendidikan dan agama
(Puspitawati 2009). Keluarga berfungsi untuk memelihara keseimbangan sosial
dalam masyarakat namun keluarga juga dapat mengalami krisis karena pengaruh
perubahan masyarakat sehingga diperlukan pendekatan struktural fungsional.
Pendekatan struktural fungsional menurut Ogburn dan Parsons (Megawangi 1999)
mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian diakomodasi
dalam berbagai fungsi yang sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah
sistem. Pendekatan ini menurut Newman dan Grauerholz (2002) dapat digunakan

6

untuk menganalisis peran keluarga agar dapat berfungsi dengan baik dan menjaga
keutuhan keluarga dan masyarakat.
Dalam menjalankan kelangsungan hidup keluarga, anggota keluarga
memiliki tugas dan fungsinya sesuai dengan struktur keluarga yang ada dan
berkaitan dengan pencapaian tujuan, integritas, dan solidaritas, serta pola
kesinambungan atau pemeliharaan keluarga (Megawangi 1999). Fungsi keluarga
menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 (BKKBN 1996) meliputi
fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik yang terdiri dari keagamaan,
sosial, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi, pendidikan,
ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Sementara Resolusi Majelis Umum PBB
menguraikan fungsi utama keluarga adalah “keluarga sebagai wahana untuk
mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan
seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dimasyarakat dengan baik,
serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga
sejahtera”.
Saat ini fungsi keluarga mulai bergeser sejalan dengan meningkatnya
orang tua yang bekerja di luar rumah dan perubahan jaman kearah yang lebih
modern akan mempengaruhi institusi keluarga. Menurut Megawangi dan Sunarti
(2003) dampak perubahan jaman itu sudah terlihat dengan adanya pergeseran
nilai-nilai keluarga dimana cinta berubah menjadi situasional, komitmen dan
tanggung jawab berkurang, terutama terhadap pengasuhan anak. Secara fisik anak
mendapatkan kebutuhannya seperti makanan sehat dan bergizi, bersosialisasi
dengan lingkungannya, namun dari sisi psikologis anak kurang menemukan
fungsi afektif yang berhubungan dengan perasaan-perasaan bahagia, sedih atau
rasa aman (Friedman 1998). Oleh karena itu keluarga harus menciptakan kondisi
yang sehat, yang memiliki pembagian peran dan fungsi yang jelas dimana fungsi
tersebut memiliki pola dalam struktur hirarkis yang harmonis dan komitmen
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya (Puspitawati 2000).
Pentingnya keberfungsian sebuah keluarga dalam menjalankan tugasnya
merupakan hal penting dalam menjaga keutuhan keluarga tersebut. Bahwa suami
dan istri perlu benar-benar memahami kedudukannya di dalam unit keluarga.
Suami istri yang ikut terlibat dalam urusan rumah tangga akan lebih mampu
mengatasi demokrasi-demokrasi yang terjadi di rumah tangga terutama ketika
anak-anak mulai bersekolah dan dewasa (Supriyanti 2002). Dari hasil penelitian
Gronseth ditemukan bahwa orang tua yang bersama-sama mengambil bagian
dalam mengasuh anaknya menghasilkan kemampuan diri anak menjadi lebih
tinggi, lebih matang, mudah bergaul, dan mampu menghadapi berbagai masalah.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa anak-anak yang
orang tuanya terlibat dalam kegiatan sekolah selama tiga tahun atau lebih
menghasilkan prestasi belajar anak yang lebih baik khususnya keterlibatan ayah
daripada keterlibatan ibunya di sekolah (McBride et al.. 2005).
Kebutuhan akan aktualisasi dan pengembangan diri anak dapat dilakukan
melalui pendidikan. Sebagai salah satu fungsi keluarga, fungsi ini merupakan
kunci keberfungsian keluarga dalam mendidik, mengarahkan, memberikan
pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimiliki. Keluarga harus mempersiapkan anak untuk kehidupan yang
akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa maka keluarga
harus memiliki kemampuan adaptasi dalam mendidik anak-anaknya untuk mampu

7

mengatasi kesulitan hidup. Dengan demikian memperjelas bahwa fungsi
pendidikan merupakan bagian penting dalam keluarga mengingat lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang mendukung proses
tumbuh kembang anak. Fungsi pendidikan bagi anak akan dilanjutkan di
lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu tanggungjawab pendidikan
anak terletak pada kerjasama antara keluarga, sekolah dan masyarakat yang
mempunyai peranan serta pengaruh yang besar dalam menuntun perkembangan
anak untuk menjadi manusia dewasa.
Fungsi keluarga tidak akan pernah lepas dari pengaruh budaya, norma dan
nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat itu bahkan peran keluarga dalam
pendidikan, sosialisasi, dan penanaman nilai kepada anak adalah sangat besar
(Megawangi 2010). Dengan demikian seluruh anggota keluarga harus dapat
menjalankan tugas sesuai fungsinya dengan baik, sehingga akan tercipta keluarga
yang kokoh. Menurut Megawangi dan Sunarti (2003) dengan terciptanya keluarga
yang kokoh akan tercipta generasi-generasi penerus yang berkualitas, berkarakter
kuat, sehingga menjadi pelaku-pelaku kehidupan masyarakat yang akhirnya
membawa kejayaan sebuah bangsa.
Pendekatan Teori Ekologi
Lingkungan disekitar keluarga akan sangat mempengaruhi kekuatan
keluarga dalam mempertahankan diri. Perubahan yang begitu cepat di era
globalisasi saat ini, menurut Khairuddin (1985) dan Lenski & Lenski (1987)
memberi dampak pada perubahan dalam keluarga dan masyarakat. Keluarga
menjadi tidak stabil dan berada pada masa transisi menuju keseimbangan yang
baru. Hal ini menjadi perhatian bagi setiap keluarga untuk mampu
mempertahankan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya karena
keluarga merupakan lembaga sosial terkecil yang menyangkut hubungan antar
pribadi dan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, maka
keluarga sangat bergantung dengan lingkungan disekitarnya dan keluarga juga
mempengaruhi lingkungan sekitarnya (Puspitawati 2012).
Lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat saling
berinteraksi dan mempengaruhi perkembangan, perilaku dan sikap keluarga dalam
menghadapi setiap masalah. Menurut ;Megawangi dan Sunarti (2003) interaksi
yang menyenangkan antar lingkungan akan meningkatkan aktifitas sistem organorgan yang sedang berkembang, dan proses tumbuh kembang bisa menjadi
optimal. Interaksi individu dan lingkungannya digambarkan oleh Brofenbrenner
(2002) dalam tingkatan interaksi yang dapat mempengaruhi perkembangan
individu yang terjadi melalui proses interaksi yang regular, aktif, dua arah antara
individu dengan lingkungan sehari-harinya. Bronfenbrenner menempatkan posisi
anak pada pusat di dalam model yang secara langsung dapat berinteraksi dengan
lingkungan yang berada disekitarnya. Lingkungan tersebut terbagi ke dalam : (1)
Mikrosistem yang merupakan lingkungan terdekat dengan anak, yang meliputi
keluarga dan hubungan antar anggota keluarga, sekolah, teman sebaya dan
tetangga; (2) Mesosistem merupakan lingkungan kedua bagi anak yang meliputi
hubungan anak dengan sekolahnya, dan hubungan anak dengan teman sebayanya;

8

(3) Eksosistem adalah lingkungan dimana anak tidak berpartisipasi aktif secara
langsung tetapi lingkungan tersebut mempengaruhi anak, seperti lingkungan
keluarga besar, pekerjaan orang tua, atau tempat kerja orang tua; (4) Makrosistem
adalah lingkungan yang semakin luas yang meliputi struktur sosial budaya, gaya
hidup dan masyarakat tempat anak berada;
(5) Kronosistem menunjukan derajat kestabilan dan perubahan dalam dunia
misalnya perubahan komposisi keluarga hingga perubahan dalam lingkup yang
lebih besar seperti peperangan, mobilitas kelas sosial. Berikut ini adalah gambar 1
yang menunjukkan hubungan perkembangan anak dalam sistem lingkungannya.

Gambar 1 Hubungan perkembangan anak dengan lingkungannya
(Model ekologi dari Bronfenbrenner 1981)
Lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan individu melalui
karakteristik biologis dan psikologis, bakat dan kemampuan serta temperamen.
Individu berkembang melalui sistem yang saling mempengaruhi melalui interaksi
sosial baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat yang berdampak pada
bagaimana orang tua, guru dan masyarakat semestinya mengasuh dan mendidik
anak secara holistik (Berns, RM 1