Dasar Pengukuran Bobot Ternak Sapi Dan Teknik Pengolahan Citra

Seminar Nasional Teknologi 2007 SNT 2007 ISSN : 1978 – 9777 Yogyakarta, 24 November 2007 tidak selalu ada. Pada ternak sapi yang diantarpulaukan, penimbangan bobot badan dilakukan di karantina. Penjualan ternak sapi yang tidak melalui penimbangan terlebih dahulu dapat menimbulkan kerugian pada peternak atau pembeli. Manfaat lain dari peternak mengetahui bobot badan seekor ternak sapi adalah untuk membantu dalam tata laksana peternakan seperti berapa banyak ransum yang diberikan kepada ternak sapi, waktu untuk ternak sapi dikawinkan dan waktu yang tepat untuk dipasarkan Soenarjo, 1988. Penimbangan menggunakan timbangan mekanis masih memiliki kendala yang terkadang dihadapi dalam melakukan pembobotan fisik ternak sapi, yakni : - Perlu peneraan alat ukur yang tepat sehingga dapat mengetahui bobot ternak sapi yang sebenarnya - Bila ternak sapi dipaksakan untuk menaiki timbangan maka kondisi stress sapi juga dapat mempengaruhi , dimana ternak sapi yang menaiki timbangan dan tidak berada pada posisi yang tetap juga dapat mempengaruhi pembacaan nilai sebenarnya dari penunjukan alat ukur - Perlu mengarahkan ternak sapi untuk menaiki timbangan yang disediakan, hal ini juga memerlukan bantuan manusia yang cukup besar. - Penimbangan ternak sapi yang dilakukan secara mekanis, umumnya mengakibatkan ternak sapi mengalami stress, yang dapat menurunkan berat badan ternak sapi ± 2, disamping faktor lain, seperti kemungkinan luka-luka akibat gesekan pembatas kandang. Bobot badan ternak sapi dapat diperoleh dengan cara mengukur lingkar dada dan panjang badan ternak sapi tersebut, dan mempunyai hubungan yang linear. Antara besar lingkar dada dengan bobot badan ternak sapi terdapat korelasi yang positif. Selain itu, penentuan bobot fisik tubuh ternak sapi juga dapat digunakan untuk mengkalkulasi berat karkas pada ternak sapi Sosroamidjojo dan Soeradji, 1978. Bidang Teknologi Informasi dan Komputasi dapat diaplikasikan untuk membantu memberikan alternatif solusi atas permasalahan tersebut, dengan menggunakan pengolahan citra untuk mengetahui ukuran fisik tubuh ternak sapi yang tampak lingkar dada, dan panjang badan. Penelitian bidang pengolahan citra ini dikombinasikan dengan bidang peternakan yang menemukan hubungan antara ukuran-ukuran fisik tubuh ternak sapi yang tampak dengan bobot badan ternak sapi. Dalam tulisan ini, akan diberikan metoda dan teknik pengolahan citra untuk mendapatkan ukuran panjang badan dan lebar dada dalam satuan panjang tertentu.

2. Dasar Pengukuran Bobot Ternak Sapi Dan Teknik Pengolahan Citra

Beberapa hasil penelitian di bidang peternakan khususnya pada peternakan sapi potong merumuskan bahwa penentuan bobot badan ternak dapat dilakukan dengan cara mengukur lingkar dada dan panjang badan ternak tersebut. Antara panjang badan, lingkar dada dan bobot badan ternak mempunyai hubungan yang linear [3] . Seminar Nasional Teknologi 2007 SNT 2007 ISSN : 1978 – 9777 Yogyakarta, 24 November 2007 Antara besar lingkar dada dan bobot badan ternak terdapat korelasi yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa bila telah mengetahui ukuran-ukuran tubuh ternak maka dapat dibuat suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara masing-masing ukuran linear tubuh dengan bobot badannya. Dengan menyelidiki bentuk tubuh yang nampak dari luar, dapat diduga kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dari ternak yang diteliti, misalnya produksi daging dan produksi susunya Nitt, 1974. Dari hasil penelitian, telah ditemukan rumus untuk menduga bobot badan seekor ternak dengan mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Cara penentuan bobot badan sapi potong, yakni : 1. Mengukur lebar dada, dari titik di belakang tulang belikat, ke bawah melingkari bawah tubuh, di belakang siku. 2. Mengukur panjang badan, yakni panjang dari titik bahu ke tulang duduk pin bone. 3. Rumus untuk mengkonversikan panjang badan, dan lebar dada ke dalam berat badan ternak sapi adalah : BB = LD 2 x PB 300 BB = Berat badan ternak sapi potong pound LD = Lebar dada ternak sapi potong inchi PB = Pajang badan ternak sapi potong inchi Pengukuran lebar dada pada gambar berikut ditunjukkan oleh titik c lingkaran dengan titik awal dan akhir adalah c, sedangkan panjang badan adalah panjang antara titik a dan b Ensminger dan Olentine, 1980. Gambar 1. Gambar 1. Pengukuran panjang badan dan lebar dada ternak sapi Seminar Nasional Teknologi 2007 SNT 2007 ISSN : 1978 – 9777 Yogyakarta, 24 November 2007 Dengan informasi ini, untuk memperoleh ciri fisik tubuh ternak sapi yang diperlukan maka teknik pengolahan citra yang sangat diperhatikan yakni teknik segmentasi citra. Segmentasi citra membagi suatu citra ke dalam bagian-bagian atau objek-objek. Sampai sejauh mana pembagian tersebut dilakukan tergantung pada masalah yang dihadapi. Idealnya, langkah segmentasi tersebut dihentikan pada saat objek yang diinginkan sudah berhasil dipisahkan Jain, 1989 . Pada umumnya segmentasi secara otomatis adalah salah satu pekerjaan yang sulit dalam pengolahan citra. Langkah ini akan menentukan berhasil atau tidaknya proses analisa citra. Namun dengan segmentasi yang efektif, kemungkinan besar akan didapatkan hasil yang baik. Algoritma segmentasi untuk citra monochrome biasanya berdasarkan pada satu dari dua sifat nilai gray-level: diskontinuitas dan similaritas. Pada diskontinuitas, pendekatan yang dilakukan adalah memisahkan citra berdasarkan terjadinya perubahan nilai graylevel yang drastis. Sedangkan pada similaritas, pendekatan dilakukan berdasarkan thresholding, region growing, region splitting, dan merging. Semakin tepat objek terambil maka teknik segmentasi yang digunakan akan semakin baik. Yang paling aman untuk pra proses adalah median filter. Pada kegiatan segmentasi citra, teknik segmentasi yang dipilih disesaikan dengan karakteristik citra, sehingga diperlukan pengetahuan praktis untuk menentukan kriteria dan teknik segmenasi yang tepat. Untuk segementasi citra warna, kriteria yang dapat digunakan adalah perbedaan warna, dengan demikian ada dua teknik segmentasi yang dapat digunakan yaitu teknik perambangan amplitude dan deteksi tepi Tao, dan Huang, 1997.

3. Metoda Pengolahan Citra