Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Penelitian Biomaterial - LIPI
Tahun 2016
10
CNC : 1 unit
Centrifuge : 1 unit
Laminar Air Flow : 1 unit
Orbital Shaker : 1 unit
Powder mixer : 1 unit
Gravity Convention Oven : 1 unit
Mesin cetak pelet kayu : 1 unit
Mixer : 1 unit
Steamer : 1 unit
Laboratorium table : 5 unit
Juicer : 1 unit
Incubator : 1 unit
Hotplate Stirrer : 1 unit
Pengaduk Adonan : 1 unit
Penyaring Produk : 1 unit
PHORP, DO, CDTDS Meter : 1 unit Tangga Alumunium
: 1 unit
Timbangan analitik : 1 unit
1.2. Permasalahan UtamaStrategic Issue
Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan tropis terluas di dunia dengan luas sekitar 133,7 juta hektar. Luas tersebut mencakup 10 dari total luas hutan tropis di
dunia sehingga menempatkan hutan tropis Indonesia berada pada urutan ketiga setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Luas hutan tropis di Indonesia meliputi sekitar 60
dari seluruh wilayah Indonesia. Dengan luasan tersebut menjadikan hutan tropis Indonesia pada urutan kedua dalam hal tingkat keanekaragaman sumber daya hayati
SDH. Kondisi ini membuat hutan tropis Indonesia memiliki peranan penting tidak hanya sebagai sumber kehidupan dan ekonomi tetapi sebagai paru-paru dunia. Bahkan,
sebagai penyeimbang iklim global. Tak pelak predikat negeri zamrud khatulistiwa layak disematkan untuk hutan Indonesia. Namun, sampai saat ini deforestasi konversi hutan
untuk penggunaan lain seperti pertanian, perkebunan, pemukiman, pertambangan, prasarana wilayah dan degradasi penurunan kualitas hutan akibat illegal logging,
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Penelitian Biomaterial - LIPI
Tahun 2016
11
kebakaran, over cutting, perladangan berpindah dan perambahan masih terus terjadi. Kerusakan hutan Indonesia menghasilkan 80 sumber emisi karbon sehingga terjadi
peningkatan emisi Gas Rumah Kaca GRK yang berimbas pada laju pemanasan global. Ini menempatkan Indonesia sebagai negara penyumbang emisi terbesar ketiga setelah
Tiongkok dan Amerika Serikat. Sudah berapa banyak plasma nutfah sumber keanekaragaman hayati dari hutan Indonesia yang musnah akibat rusaknya hutan
tropis negeri ini. Pada tahun 2012, World Risk Report mengungkapkan bahwa kerusakan hutan menjadi bagian dari rusaknya lingkungan yang berkorelasi dengan
resiko bencana. Semakin besar kerusakan lingkungan yang terjadi maka semakin besar resiko bencana yang akan dihadapi.
Salah satu bahan yang tingkat eksploitasinya cukup tinggi adalah kayu yang berasal dari hutan alam, karena tingkat kebutuhannya terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Terjadilah ekspansi besar-besaran di sektor produksi kayu lapis dan pulp serta kertas yang menyebabkan permintaan terhadap bahan baku
kayu jauh melebihi pasokan legal. Bisa ditebak dampaknya, degradasi hutan alam Indonesia semakin cepat hanya untuk memenuhi kerakusan industri perkayuan akan
bahan baku kayu. Eksploitasi hutan melalui pola HPH dan HTI ternyata telah menimbulkan kerusakan hutan lebih dari 50 juta ha. Oleh karena itu, SDH yang ada di
negeri ini perlu dimanfaatkan secara bijaksana agar keanekaragaman dan jumlahnya tetap terjaga serta tidak mengakibatkan kerusakan alam, sehingga dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Kayu adalah bahan berlignoselulosa yang dapat dimanfaatkan terutama untuk
pembuatan pulp dan kertas, furnitur, bahan bangunan serta energi. Komponen utama kayu dan bahan berlignoselulosa lain, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin,
merupakan polimer alam terbarukan yang potensial untuk menghasilkan aneka produk yang mempunyai nilai tambah tinggi. Demikian juga halnya dengan senyawa atau
bahan ekstraktif yang terdapat di dalam bahan-bahan tersebut, merupakan senyawa yang potensial untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah. Penguasaan ilmu sifat
dasar bahan serta teknologi dan rekayasa senyawa atau komponen kimia tersebut sangat diperlukan agar senyawa-senyawa tersebut dapat diolah menjadi berbagai
senyawa bioaktif, biopolimer, material komposit konvensional, material maju dan cerdik, energi atau bahan kimia lain yang ramah lingkungan, mempunyai nilai tambah tinggi,
dan ekonomis, sehingga dapat mensubstitusi bahan-bahan yang bersumber dari fosil
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Penelitian Biomaterial - LIPI
Tahun 2016
12
yang bersifat tidak terbarukan dan saat ini banyak digunakan. Selain itu, ada sumber bahan lignoselulosa yang berasal dari non kayu yaitu dari serat alam dan produk ikutan
dari pertanian serta perkebunan. Kedua sumber lignoselulosa tersebut sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai lebih dengan multifungsi.
Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI dalam Satuan Kerja Kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati IPH Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI mempunyai
tugas melakukan penelitian dan pengembangan material unggul dan strategis dari bahan alam hayati dalam upaya meningkatkan nilai tambah, mencari bahan baku
alternatif, mengembangkan proses ramah lingkungan, termasuk penggerak ekonomi hijau, serta melakukan kerjasama dengan pihak pengguna dalam rangka penerapan
dan diseminasi produkproses hasil penelitian dan pengembangan biomaterial. Kesadaran tentang pentingnya inovasi pemanfaatan material flora yang lebih arif
dengan teknologi bio-nano yang dapat meningkatkan kualitas biomasa dan nilai komersialnya meningkat dengan tajam. Penelitian dan pengembangan teknologi
lanjutan pengolahan bahan baku alternatif dari SDH potensial dan limbah biomassa untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan, berkelanjutan dan bernilai
ekonomis merupakan kegiatan utama Pusat Penelitian ini. Dalam prakteknya, Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI lebih menitikberatkan pada
penelitian yang mencakup sintesis dan karakterisasi biomaterial, hubungan struktur dan sifat biomaterial serta aplikasi biomaterial untuk menghasilkan aneka produk strategis
yang bernilai tambah tinggi dan bersifat ramah lingkungan melalui teknologi dan rekayasa yang bersifat terobosan, inovatif dan juga ramah lingkungan sehingga pada
gilirannya akan menggerakkan ekonomi hijau. Sebagai contoh dalam penelitian bidang bio-based komposit yang mengembangkan komposit baru dengan memanfaatkan
bahan SDH potensial kayu, bambu, serat alam dan limbah biomassa untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi, multifungsi, dan ramah lingkungan, dengan
cara mengembangkan metodologi baru, permesinan dan sistem secara terpadu. Penelitian bio-nano fiber komposit untuk berbagai keperluan industri otomotif, elektronik
dan rumah tangga, diharapkan mampu menjadi solusi ketergantungan terhadap minyak bumi sebagai bahan baku pengganti produk plastik yang ketersediaannya terus
menurun dengan harga yang terus meningkat. Produk bionanokoposit mempunyai sifat yang biodegradable, sehingga dalam penggunaannya dapat mengurangi beban
pencemaran lingkungan akibat limbah plastik konvensional yang sulit terdegradasi
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Penelitian Biomaterial - LIPI
Tahun 2016
13
secara biologis dan dapat menggunakan bahan yang terbarukan renewable resources seperti nata de coco, serat alam dan limbah biomasa yang mengandung lignoselulosa
yang sangat melimpah di Indonesia. Selain diversifikasi bahan baku dan produk, hal lain yang juga penting untuk
diperhatikan adalah peningkatan kualitas, baik kekuatan fisik mekanik maupun keawetan, kayu cepat tumbuh dan produk biokomposit yang diolah dari biomaterial.
Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI dapat berperan dalam meningkatkan kualitas tersebut melalui penerapan teknologi dan rekayasa terbaru yang bersifat “terobosan”, lebih
efisien dan ramah lingkungan, misalnya dengan teknik densifikasi yang dapat
meningkatkan sifat fisik mekanik bahan dan dengan pengendalian hewan dan mikroba perusak secara biologis yang bersifat ramah lingkungan sehingga mengurangi
pemakaian zat kimia pembunuh hama dan mikroba. Disamping itu, dapat digali potensi senyawa-senyawa ekstraktif yang terkandung di dalam tumbuhan tertentu yang dapat
dimanfaatkan untuk pengendalian hewan dan mikroba perusak tersebut. Menipisnya persediaan minyak bumi dan sumber energi fosil lainnya seperti batu
bara dan gas alam merupakan tantangan lain yang harus segera diantisipasi. Saat ini minyak bumi, batu bara dan gas alam yang merupakan sumberdaya tak terbarukan
masih menjadi sumber energi utama di tanah air. Berbagai senyawa turunan minyak bumi juga merupakan sumber utama pasokan bahan kimia untuk berbagai produk
polimer atau plastik dan bahan-bahan kebutuhan industri lainnya. Kebutuhan akan bahan-bahan ini dapat disubstitusi dengan memanfaatkan biomaterial yang tersedia
melimpah. Limbah dan hasil samping industri kehutanan, perkebunan, pertanian dan sisa kegiatan rumah tangga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bionergi baik
dalam bentuk padatan, cairan ataupun gas, bahan kimia dasar untuk sintesis polimer, serta bahan kimia lain yang mempunyai nilai tambah tinggi yang dilakukan secara
simultan dan terintegrasi menggunakan berbagai proses mulai dari proses termokimia sampai dengan proses biokimia dalam suatu sistem biorefinery.
Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI dapat berperan dalam melakukan penelitian cara-cara yang efisien untuk memanfaatkan biomaterial secara berkelanjutan dan
mengembangkan metode baru untuk mengkonversi biomaterial menjadi bahan bakar dan bahan-bahan kimia dasar lainnya. Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI mampu
memainkan perannya juga dalam hal kerjasama penelitian dan pengujian dengan pihak luar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan melihat segala kemampuan dan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Penelitian Biomaterial - LIPI
Tahun 2016
14
cakupan kegiatan yang tergambar di atas, maka Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI bisa menjadi acuan dan rujukan dalam penelitian bidang biomaterial di Indonesia baik oleh
pihak swasta maupun pemangku kebijakan di Indonesia. Oleh karena itu, Rencana Implementatif Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI menggambarkan kegiatan riset dan
pengembangan teknologi di Pusat Penelitian Biomaterial-LIPI untuk tahun 2015-2019 sehingga diharapkan mampu memberikan panduan dan pedoman dalam inovasi riset
berbasis biomaterial.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Pusat Penelitian Biomaterial - LIPI
Tahun 2016
15
2. BAB II