LKj Setditjen Yankes Tahun 2016
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan beserta Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan serta sebagai sumber informasi untuk perbaikan perencanaan ke depan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2016 sudahmemenuhi target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Pencapaian indikator persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif sebesar 50% (target 40%), indikator persentase satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas sebesar 100% (target 100%), dan indikator persentase UPT vertikal yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja sebesar 73,47% (target 70%).
Upaya yang telah dilakukan untuk pencapaian ketigaindikator di atas adalah sosialisasi, advokasi, fasilitasi ke UPT Vertikal, pengalokasian anggaran sesuai dengan prioritas, dan peningkatan kemampuan SDM.
Adapun permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan karena adanya revisi anggaran, beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan dan penyerapan anggaran yang tidak optimal karena adanya self blocking, masih kurang SDM perencana di daerah,dan adanya perbedaan persepsi antara evaluator LAKIP dengan satker terhadap kertas kerja evaluasi.
Upaya pemecahan masalah yang diusulkan adalah upaya pelaksanan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan, sosialisasi perencanaan yang intensif kepada satker, dan koordinasi dengan evaluator sebelum pelaksanaan evaluasi LAKIP.
Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 sebesar 78,0% dari dana yang digunakan sebesar Rp. 194.069.113.000,- (alokasi akhir Rp. 274.271.133.000,-). Sesuai tugas Setditjen Pelayanan Kesehatan yaitu melaksanakan pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan, maka dana tersebut dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator kinerja Setditjen Pelayanan Kesehatan serta dialokasikan juga untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan program dan kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan.
ii
Daftar Tabel
Hal
Tabel 1 Matrik Indikator Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal
7 Pelayanan Kesehatan 2015-2019
Tabel 2 Perjanjian Kinerja Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan
8 tahun 2016
Tabel 3 Pencapaian Persentase monitoring dan evaluasi yang
12 terintegrasi Berjalan Efektif
Tabel 4 Pencapaian persentase satker yang mendapatkan alokasi
16 anggaran sesuai dengan kriteria prioritas
Tabel 5 Pencapaian persentase UPT Vertikal yang dibina dengan
20 indeks kinerja baik
Tabel 6 Pencapaian Bagian Program dan Informasi Tahun 2016
29 Tabel 7
32 Tabel 8
Pencapaian Bagian Kepegawaian dan Umum
Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana/Prasarana Perkantoran
39 tahun Anggaran 2016
Tabel 9 Pencapaian Bagian Hukormas
40 Tabel 10
41 Tabel 11
Rincian Kegiatan Bagian Hukormas
46 Tabel 12
Pencapaian Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Alokasi dan Realisasi Anggaran Sekretariat Ditjen Pelayanan
53 Kesehatan perbagian
Tabel 13 Alokasi dan Realisasi Anggaran Sekretariat Ditjen Pelayanan
53 Kesehatan Tahun 2016 Berdasarkan jenis belanja
Tabel 14 Alokasi dan Realisasi Anggaran Sekreriat Ditjen Pelayanan Kesehatan yang mendukung langsung pencapaian Indikator
54 KinerjaTahun 2016 Tabel 15
Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan
55 berdasarkan golongannya
Tabel 16
Distribusi Pegawai Sekretariat Ditjen Pelayanan berdasarkan
55 tingkat pendidikannya
iv
Daftar Gambar
Hal
Gambar 1 Struktur Organisasi dan Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Setditjen
2 Pelayanan Kesehatan Keadaan Tanggal 31 Desember 2016
Gambar 2 Peta Strategis Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2015-2019
4 Gambar 3 Tampilan Aplikasi Sistem Informasi Rujukan Rumah Sakit Terintegrasi
24 (SISRUTE)
Gambar 4 Tampilan Aplikasi Pendaftaran Rawat Jalan Online
25 Gambar 5 Dashboard Integrasi SIMRS Ditjen Pelayanan Kesehatan
26 Gambar 6 Tampilan Aplikasi Warta danBeritaYankes
27 Gambar 7 Piagam Penghargaan Warta Yankes Edisi 02/2016 Sebagai
27 Juara ke III
Gambar 8 Tampilan Aplikasi e-kinerja
28 Gambar 9 Tampilan OfficeGo
36
BAB I PENDAHULUAN
A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran, dan pengelolaan data dan informasi;
2. Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara;
3. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi, tata
laksana, dan hubungan masyarakat;
4. Pelaksanaan urusan kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip,
dokumentasi dan layanan pengadaan; dan
5. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan terdiri atas :
1. Bagian Program dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran, dan pengelolaan data dan informasi, dan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan.
2. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan tata laksana dan hubungan masyarakat.
3. Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan
urusan keuangan dan pengelolaan barang milik negara.
4. Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian, pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa, kerumahtanggaan, kearsipan, dan dokumentasi.
Gambar 1. Struktur Organisasi dan Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Setditjen Pelayanan Kesehatan Keadaan tanggal 31 Desember 2016
B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI ORGANISASI
Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Untuk itu semua permasalahan yang dihadapi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah permasalahan Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan juga.
Program pembinaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Tantangan strategis yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dalam meningkatkan akses dan Program pembinaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Tantangan strategis yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dalam meningkatkan akses dan
1. Perlunya penguatan pelayanan kesehatan primer
2. Perlunya penetapan sistem regionalisasi rujukan di seluruh provinsi
3. Perlunya penetapan dan pembangunan sistem rujukan nasional
4. Tidak meratanya jumlah, jenis dan kompetensi SDM Kesehatan
5. Kapasitas manajemen puskesmas dan RS yang tidak merata, dan belum berbasiskan sistem manajemen kinerja
6. Belum tersedianya sarana prasarana dan alkes pada PPK I yang sesuai standar secara merata di seluruh Indonesia
7. Belum terintegrasinya data dan sistem informasi di pusat, daerah, rumah sakit dan puskesmas.
8. Kebijakan pemerintah daerah yang belum tersinkronisasi dengan kebijakan pemerintah pusat.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menetapkan visi :
AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG TERJANGKAU DAN
BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT
Dalam rangka pencapaian visi tersebut, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menjalankan misi sebagai berikut :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan tata kelola yang baik.
Selain itu Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan juga telah menetapkan peta strategi yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat dari 15 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang diperlukan guna memampukan dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang). Peta strategi pencapaian visi tersebut disusun berbasiskan pendekatan the balance-score card Selain itu Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan juga telah menetapkan peta strategi yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat dari 15 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang diperlukan guna memampukan dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang). Peta strategi pencapaian visi tersebut disusun berbasiskan pendekatan the balance-score card
Peta Strategis disusun untuk mencapai visi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2019 menciptakan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 2 (dua) tujuan strategis yaitu: terwujudnya peningkatan akses pelayanan kesehatan dan terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (akreditasi fasyankes).
Guna mewujudkan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan sebagai tujuan dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan maka diperlukan pelaksanaan proses-proses strategis untuk mewujudkan inovasi pelayanan kesehatan, mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan tenaga kesehatan (Dokter Spesialis dan Dokter pada layanan primer), mewujudkan kemitraan berdaya guna tinggi, mewujudkan penguatan sistem rujukan dan mewujudkan optimalisasi fungsi dari fasyankes. Selain itu proses-proses strategis lainnya yang perlu dilaksanakan secara ekselen adalah mewujudkan sistem manajemen kinerja fasyankes dan mewujudkan optimalisasi peran UPT Vertikal. Sasaran-sasaran strategis dalam meningkatkan mutu kelembagaan dari Ditjen Pelayanan Kesehatan adalah : 1) terwujudnya ketepatan alokasi anggaran sesuai dengan Guna mewujudkan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan sebagai tujuan dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan maka diperlukan pelaksanaan proses-proses strategis untuk mewujudkan inovasi pelayanan kesehatan, mewujudkan sistem kolaborasi pendidikan tenaga kesehatan (Dokter Spesialis dan Dokter pada layanan primer), mewujudkan kemitraan berdaya guna tinggi, mewujudkan penguatan sistem rujukan dan mewujudkan optimalisasi fungsi dari fasyankes. Selain itu proses-proses strategis lainnya yang perlu dilaksanakan secara ekselen adalah mewujudkan sistem manajemen kinerja fasyankes dan mewujudkan optimalisasi peran UPT Vertikal. Sasaran-sasaran strategis dalam meningkatkan mutu kelembagaan dari Ditjen Pelayanan Kesehatan adalah : 1) terwujudnya ketepatan alokasi anggaran sesuai dengan
Agar sasaran-sasaran strategis terkait perspektif upaya strategis dapat dicapai secara berkelanjutan, maka 2 sasaran strategis terkait perspektif sumber daya harus diwujudkan : 1) tersedianya dukungan regulasi, 2) tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dan berbasis kinerja. Dua sasaran strategis ini merupakan pondasi utama yang sangat menentukan dalam pencapaian visi dan tujuan Kemenkes.
C. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan terdiri dari:
Bab I Pendahuluan
A. Penjelasan Umum Organisasi
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi
C. Sistematika
Bab II Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja
B. Perjanjian Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
B. Realisasi Anggaran
Bab IV Penutup Lampiran
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis. Perencanaan Kinerja juga merupakan dasar yang menentukan tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan. Dalam rencana kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016, sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan melaksanakan kegiatan dukungan manajemen dan pelaksana tugas teknis lainnya pada program pembinaan upaya kesehatan.
Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengalami perubahan Struktur Organisasi dan berganti nama menjadi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, sehingga indikator kinerja yang telah ditetapkan dan menjadi tolak ukur kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mengalami perubahan.
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Matrik Indikator Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2015-2019
Sasaran
Target
No Program/
Indikator Kinerja
Persentase monitoring 1 dan evaluasi yang
terintegrasi berjalan efektif Persentase Satker yang
Meningkatn 2 mendapatkan alokasi ya 100%
anggaran sesuai
dukungan
dengan kriteria prioritas
1 manajemen
Persentase UPT vertikal
dan 3 pelaksanaa yang sudah memiliki 30%
system manajemen
n tugas
kinerja berbasis renstra
teknis
Persentase UPT vertikal
lainnya
yang dibina dengan
pada
90% 100% program
4 indeks kinerja baik 60%
sesuai dengan kontrak
pembinaan
kerja
pelayanan kesehatan
Persentase program
5 direktorat yang 50%
mengacu kepada daerah sasaran nasional
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Diharapkan melalui perjanjian kinerja dapat terwujud komitmen penerima amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.
Dalam penyusunan perjanjian kinerja tahun 2016, Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian kesehatan tahun 2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan untuk mencapai target tersebut pada tahun 2016.
Tabel 2 Perjanjian Kinerja Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2016
No Sasaran
Target 2016 Program/Kegiatan
Indikator Kinerja
Persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi
40%
berjalan efektif
Meningkatnya
Persentase satker yang
dukungan
mendapatkan alokasi
manajemen dan
100%
1 pelaksanaan tugas anggaran sesuai dengan
kriteria prioritas
teknis lainnya pada program pembinaan
Persentase UPT Vertikal
pelayanan kesehatan
yang dibina dengan indeks
60%
kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengukur tingkat kinerja yang dicapai menggunakan standar, rencana, atau target serta indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2016, selain itu pengukuran kinerja dapat menjadi evaluasi untuk perencanaan dan kebijakan dimasa mendatang.
Tahun 2016 adalah tahun pertama Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan melaksanakan tugas dan fungsinya setelah mengalami perubahan dalam struktur organisasi (SOTK). Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator kegiatan dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator, Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang, agar setiap program/kegiatan yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Sasaran Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut:
MENINGKATKAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM PEMBINAAN PELAYANAN KESEHATAN
Indikator pencapaian sasaran tahun 2016 dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung jawab Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif
2. Persentase satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan
kriteria prioritas
3. Persentase UPT vertikal yang sudah memiliki sistem manajemen kinerja berbasis Rencana Strategis
4. Persentase UPT vertikal yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja
5. Persentase program direktorat yang mengacu kepada daerah sasaran
nasional.
Namun dari 5 indikator tersebut hanya 3 indikator yang diperjanjikan dalam perjanjian kinerja tahun 2016 yaitu :
1. Persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif
2. Persentase satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas
3. Persentase UPT vertikal yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja.
Pencapaian kegiatan Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2016 dijabarkan sebagai berikut :
1. Pencapaian Kinerja Setditjen Pelayanan Kesehatan
Indikator kinerja kegiatan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan merupakan indikator output strategis untuk mencapai indikator outcome di tingkat eselon I (Ditjen Pelayanan Kesehatan). Sekretariat Jenderal Ditjen Pelayanan Kesehatan pada tahun 2016 telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam perjanjian kinerja. Uraian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1) Sasaran indikator/kegiatan
Terwujudnya sistem perencanaan, monitoring dan evaluasi yang terintegrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
2) Definisi operasional
Monitoring dan evaluasi terintegrasi adalah monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan dengan instrumen terintegrasi (gabungan seluruh instrumen dari unit eselon II di Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan) secara efektif (tujuan tercapai, tepat sasaran, dan tepat waktu)
3) Cara perhitungan
Jumlah pelaksanaan monev terintegrasi yang berjalan efektif dibagi jumlah seluruh pelaksanaan monev terintegrasi dikali 100 persen.
4) Rencana aksi untuk mencapai target
Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut telah dibuat adalah berikut :
a) Pembuatan instrumen monev terintegrasi
b) Pengembangan dashboard
c) Pelaksanaan evaluasi terintegrasi
5) Upaya yang dilakukan untuk mencapai target
a) Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan monev terintegrasi tahun 2016 sebesar Rp. 4.047.533.000,-
b) Pembuatan instrumen monev terintegrasi dengan mengakomodasi kebutuhan data dari direktorat teknis di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan
c) Menyusun rencana pelaksanaan monev terintegrasi beserta sampling satkernya tahun 2016
d) Melaksanakan monev terintegrasi dengan RS Rujukan sebagai sampling satker
6) Pencapaian
Tabel 3. Pencapaian Persentase Monitoring dan Evaluasi yang Terintegrasi Berjalan Efektif.
TAHUN
INDIKATOR
2018 2019 Target Capaian Target Capaian Target Target Target
Persentase monitoring dan evaluasi yang
40 50 60 80 100 terintegrasi berjalan efektif
Pada tahun 2016 telah dilaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan dan juga indikator kinerja dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yaitu evaluasi PHLN, Renstra dan RKP, Dekonsentrasi serta Dana Alokasi Khusus. Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut melibatkan seluruh unit utama di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan khususnya dalam penyusunan instrumen. Integrasi yang dilakukan pada tahun ini adalah mengintegrasikan kebutuhan data dari masing-masing Direktorat Teknis dalam setiap instrumen evaluasi tersebut. Pencapaian indikator kinerja persentase monitoring dan evaluasi yang terintegrasi berjalan efektif tahun 2016 sebesar 50%, adapun analisa sebagai berikut : • Target tahun 2016 adalah sebesar 40% dengan realisasi sebesar
50% atau pencapaian sebesar 125% dari target • Realisasi tahun 2015 sebesar 33,3% dan realisasi tahun 2016
sebesar 50%, dapat dikatakan meningkat sebesar 14,7%. • Jika dibandingkan dengan target akhir pelaksanaan rencana aksi
pada tahun 2019 (100%) maka realisasi tahun 2016 adalah sebesar 50%, diperlukan upaya yang lebih keras dan inovatif untuk mencapai target tersebut.
Adapun analisis penyebab keberhasilan capaian kinerja dari indikator tersebut adalah : • Koordinasi yang rutin dilakukan dengan direktorat-direktorat teknis
pelaksana kegiatan. • Pemberian feed back ke pada satker pelaksana kegiatan setelah dilakukannya monev
7) Permasalahan:
a) Dana: Tahun 2016 terjadi efisiensi anggaran monev terintegrasi sebesar Rp. 2.979.273.000,- (26,49%), sehingga anggaran yang bisa digunakan sebesar Rp. 1.068.260.000,- mengakibatkan beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan.
b) Waktu:
• Pengambil data (surveior) yang berasal dari direktorat teknis
mempunyai kewajiban tugas utama di direktoratnya sehingga waktu pengambilan data bersamaan dengan penyelesaian tugas masing-masing (jadwal yang bentrok).
• Adanya revisi anggaran yang berulang-ulang menyebabkan
waktu pelaksanaan kegiatan menjadi lebih terbatas.
c) SDM: • Jumlah pengambil data (surveior) terbatas • Kemampuan surveior dalam mengambil dan menganalisa data
belum merata
d) Sarana: Belum maksimalnya pemanfaatan teknologi informasi untuk menunjang pelaksanaan kegiatan monev.
8) Usulan Pemecahan Masalah:
a) Dana:
• Melakukan optimalisasi sisa dana kegiatan menjadi sebuah
kegiatan baru pada tahun 2016
• Mengalokasi anggaran untuk pelaksanaan monev terintegrasi
tahun 2017 sebesar Rp 2.659.120.000,-
b) Waktu: Pembuatan jadwal dan rencana kerja monev pada awal tahun anggaran, sehingga rencana kerja yang sudah disepakati dapat berjalan baik sesuai jadwal.
c) SDM • Bersurat kepada direktorat teknis untuk dapat menentukan
anggota tim pengambil data monev dan berkomitmen untuk dapat melaksanakan rencana kerja monev sesuai dengan kesepakatan.
• Melaksanakan pembekalan kepada surveior supaya terdapat persamaan persepsi dalam pengambilan dan analisis data.
d) Sarana • Menggunakan tools aplikasi/system informasi dalam mengolah
dan menyajikan data hasil monev. • Memanfaatkan teknologi informasi untuk membangun jejaring
monev dengan satker daerah.
9) Efisiensi Sumber Daya:
• Untuk pencapaian indikator kinerja tahun 2016 tersebut, telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 4.047.533.000,- namun demikian anggaran tersebut diefisiensi sebesar Rp. 2.979.273.000,- sehingga alokasi yang bisa digunakan sebesar Rp.1.068.260.000,- dengan realisasi sebesar Rp.1.058.318.578,- (99%). Walaupun demikian target yang telah ditetapkan dapat tercapai, hal ini disebabkan karena beberapa kegiatan monev ke daerah yang tidak dilaksanakan tetap dilakukan menggunakan sarana lainnya (surat, telepon, email, dll). Hal ini menunjukkan adanya efisiensi/penghematan penggunaan anggaran.
• Menggabungkan kegiatan bimtek dengan monev jika dilaksanakan di wilayah/daerah yang sama. Contoh: pengumpulan data e-renstra, bimtek SIMRS dan Monev DAK di rumah sakit rujukan propinsi dan regional.
10) Realisasi Anggaran:
Tahun 2016, anggaran untuk kegiatan yang mendukung indikator tersebut sebesar Rp. 4.047.533.000,- akan tetapi terdapat efisiensi sebesar Rp. 2.979.273.000,- sehingga anggaran yang bisa digunakan adalah sebesar Rp.1.068.260.000,- dengan realisasi sebesar Rp.1.058.318.578,- (99%)
b. Persentase satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas
1) Sasaran indikator/kegiatan
Terwujudnya ketepatan alokasi anggaran
2) Definisi Operasional
Sesuai dengan rencana aksi kegiatan Setditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2015-2019 tercantum bahwa alokasi anggaran yang dimaksud adalah anggaran yang bersumber dari dana tugas pembantuan. Tetapi pada tahun 2016 dana tugas pembantuan tidak diadakan lagi. Sehingga untuk tahun 2016 yang dimaksud dengan “alokasi anggaran” adalah anggaran yang bersumber dari dana alokasi khusus (DAK). Satker yang dimaksud adalah RS Prov/Kab/Kota dan Dinkes Kab/Kota dengan kriteria yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Kab/kota yang menjadi target MDG’s
2. Kab/Kota yang termasuk daerah DTPK
3. Kab/Kota yang memiliki RS Rujukan
4. Kriteria lain yang ditetapkan minimal dengan SK Menkes/Dirjen
5. Satker yang mengajukan usulan.
3) Cara Perhitungan
Jumlah satker yang mendapatkan anggaran dengan kriteria prioritas dibagi dengan jumlah satker yang mendapatkan alokasi anggaran pada tahun tersebut dikali 100%
4) Rencana Aksi Untuk Mencapai Target
1. Penguatan perencanaan berjenjang melalui Dinkes Propinsi menggunakan e-planning Ditjen Yankes
2. Pendampingan proses perencanaan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran dan Ditjen Pelayanan Kesehatan.
3. Monev Terpadu Ditjen Pelayanan Kesehatan
5) Upaya yang dilakukan untuk mencapai target
1. Pengembangan aplikasi perencanaan e-planning Ditjen Yankes untuk menampung usulan dana alokasi khusus dari satker
2. Memberikan otoritas kepada Dinkes Propinsi untuk memberikan
validasi/rekomendasi dari usulan satker di wilayah binaannya.
3. Melakukan monev dan pendampingan perencanaan agar satker dapat merencanakan sesuai dengan kegiatan prioritas.
6) Pencapaian
Tabel 4. Pencapaian Persentase satker yang mendapatkan alokasi anggaran sesuai dengan kriteria prioritas
Target Target Target
Persentase satker yang mendapatka n alokasi anggaran
100 100 sesuai dengan kriteria prioritas
Pada tahun 2016, Setditjen Pelayanan Kesehatan melakukan kegiatan penguatan perencanaan berjenjang dan pendampingan proses perencanaan satker yang mengusulkan anggaran dana alokasi khusus tahun 2017. Kegiatan tersebut dibagi dalam 4 regional yang dilaksanakan pada awal tahun. Ouput dari kegiatan adalah tersedianya usulan dana alokasi khusus tahun 2017 dari satker dengan kriteria
• Jika dibandingkan dengan target indikator tahun 2016 (100%), maka capaian tahun 2016 adalah sebesar 100 % • Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (100%), maka capaian 2016 sama dengan tahun 2015 • Jika dibandingkan dengan target capaian akhir periode rencana strategis (2019), maka capaiannya sama dengan target akhir periode. Adapun analisa keberhasilan pencapaian indikator tersebut adalah : • Adanya komiten yang kuat antara pusat dan daerah dalam
menentukan kriteria prioritas
7) Permasalahan
Dana : • Terjadi kesalahan akun dalam pengalokasian dana untuk kegiatan
perencanaan di Dinkes Propinsi • Terjadi kelambatan dalam penunjukan PPK di daerah yang
mengakibatkan kegiatan tidak berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Waktu: • Pelaksanaan kegiatan tidak berjalan sesuai dengan jadwal (timeline)
yang telah ditentukan • Waktu pelaksanaan kegiatan pendampingan perencanaan tidak
mencukupi karena jumlah satker yang mengajukan usulan cukup banyak.
SDM: • Tenaga pendamping perencanaan dari pusat kurang mencukupi • Tenaga operator aplikasi dari satker daerah sering berganti personil,
yang menyebabkan harus belajar lagi dari awal. Sarana dan Prasarana • Akses internet yang kurang memadai
8) Usulan Pemecahan Masalah
Dana: • Advokasi dan pendampingan ke dinkes propinsi dalam perencanaan
kegiatan
Waktu: • Pelaksanaan kegiatan perencanaan menyesuaikan dengan jadwal
yang sudah disepakati bersama. SDM: • Mendorong Dinkes Propinsi untuk menetapkan tim perencana dan
operator aplikasi dan tidak merubah tim tersebut minimal sampai dengan proses perencanaan selesai
Sarana dan Prasarana • Mengatur jadwal pengisian usulan DAK kedalam aplikasi
perencanaan (e-planning) sesuai dengan kapasitas internet yang tersedia
9) Efisiensi Sumber Daya :
• Untuk pencapaian indikator kinerja tahun 2016 tersebut, telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 5.544.424.000,- namun demikian anggaran tersebut diefisiensi sebesar Rp. 4.146.517.000,- sehingga alokasi yang bisa digunakan sebesar Rp. 1.397.907.000,- dengan realisasi sebesar Rp.1.372.137.322,- (98%) Walaupun demikian target yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan capaian sebesar 100%. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi/penghematan penggunaan anggaran.
• Memberikan pendampingan perencanaan satker dan dibagi dalam 4 regional, sehingga lebih efisien waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan memberikan pendampingan perencanaan kepada satker per propinsi.
10) Realisasi Anggaran:
Tahun 2016, anggaran untuk kegiatan yang mendukung indikator tersebut sebesar Rp. 5.544.424.000,- akan tetapi terdapat efisiensi sebesar Rp. 4.146.517.000,- sehingga anggaran yang bisa digunakan sebesar Rp. 1.397.907.000,-
dengan realisasi sebesar Rp.1.372.137.322,- (98%)
c. Persentase UPT vertikal yang dibina dengan indeks kinerja baik sesuai dengan kontrak kinerja
1) Sasaran indikator/kegiatan
Terwujudnya sistem manajemen kinerja fasilitas pelayanan kesehatan di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
2) Definisi operasional
Unit Pelaksana Teknis Vertikal adalah unit pelaksana teknis yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan baik berupa Rumah Sakit/Balai/Loka/Klinik. Kontrak kinerja yang dimaksud adalah kontrak kinerja yang berisikan target kinerja dan ditanda-tangani oleh Direktur Jenderal dengan pimpinan UPT Vertikal. Berkinerja baik maksudnya mendapatkan nilai pencapaian kinerja baik berdasarkan penilaian dan evaluasi SAKIP oleh Inspektorat Jenderal.
3) Cara Perhitungan
Jumlah UPT Vertikal dengan nilai AA dibagi dengan total jumlah UPT Vertikal (49 UPT) dikali 100 persen.
4) Rencana aksi untuk mencapai target
Pembinaan dan fasilitasi Sistem Akuntanbilitas Kinerja pada UPT vertikal sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB
5) Upaya yang dilakukan untuk mencapai target
• Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi satker dalam penyusunan laporan akuntanbilitas kinerja • Melakukan pendampingan dan fasilitasi penyusunan Laporan dan evaluasi SAKIP kepada satker UPT terutama yang mendapatkan nilai
A, BB, dan B.
6) Pencapaian
Tabel 5. Pencapaian Persentase UPT Vertikal yang dibina dengan indeks
kinerja baik
Target Realisasi Target Realisasi
Target
Target
Persentase UPT Vertikal
yang dibina dengan indeks
kinerja baik sesuai dengan
kontrak kinerja
D ari hasil evaluasi yang dilakukan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan terhadap 49 LAKIP UPT Vertikal tahun 2016 didapatkan hasil:
1) Mendapatkan nilai AA: 36 UPT
2) Mendapatkan nilai A: 7 UPT
3) Mendapatkan nilai BB : 5 UPT
4) Mendapatkan nilai B: 1 UPT Dari hasil evaluasi tersebut didapatkan analisa sebagai berikut :
• Target tahun 2016 untuk indikator ini adalah sebesar 70% dengan realisasi sebesar 73,47% atau capaian sebesar 105% dari target. • Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (83,67%) terjadi penurunan sebesar 10,2% • realisasi tahun 2016 (73,47%), jika dibandingkan dengan target indikator jangka menengah tahun 2019 (100%) baru tercapai sebesar 73,47%
Adapun analisis penyebab penurunan capaian kinerja dari indikator tersebut adalah : • Adanya perubahan batas nilai (passing grade) penilaian AA dari ≥ 85 menjadi ≥ 90 • Adanya perubahan instrumen penilaian evaluasi LAKIP tahun 2016 • Masa transisi pemindahan kewenangan pengampu laporan kinerja
dari Bagian Hukormas ke Bagian Program dan Informasi Sedangkan analisis keberhasilan dalam mencapai target tahun 2016 adalah : • Adanya fasilitasi penyusunan laporan kinerja ke UPT Vertikal • Adanya koordinasi yang intensif dengan UPT Vertikal mengenai
format pelaporan, batas waktu pelaporan LAKIP, dan persiapan evaluasi (KKE, data dukung yang harus dibawa, dll).
7) Permasalahan:
Dana Keterbatasan alokasi anggaran untuk pendampingan hanya bisa digunakan untuk beberapa satker saja. Waktu Waktu untuk sosialisasi perubahan format penyusunan laporan akuntanbilitas yang kurang mencukupi Metode
• Adanya perubahan atau penambahan batas nilai (passing grade) AA dari ≥ 85 menjadi ≥ 90 • Terdapat perbedaan persepsi dari beberapa satker tentang dokumen
perencanaan yang menjadi acuan penetapan indikator kinerja dan penyusunan laporan kinerja.
• Adanya perbedaan persepsi antar auditor dalam melakukan evaluasi terhadap laporan akuntanbilitas kinerja satker.
8) Usulan Pemecahan Masalah:
Dana • Mengalokasikan anggaran untuk pendampingan dan fasilitasi
laporan akuntanbilitas kinerja ke UPT Vertikal terutama dengan nilai
A, BB dan B
Waktu • Melakukan sosialisasi tentang tata cara penyusunan laporan kinerja
akuntanbilitas di akhir tahun berjalan. • Meningkatkan koordinasi dengan UPT Vertikal khususnya terkait evaluasi laporan akuntanbilitas kinerja Metode • Melakukan pemantauan terhadap laporan akuntanbilitas kinerja
yang dibuat UPT Vertikal • Melakukan pendampingan dalam penyusunan laporan akuntanbilitas kinerja UPT Vertikal
9) Efisiensi Sumber Daya
• Untuk pencapaian indikator kinerja tahun 2016 tersebut, telah dialokasikan anggaran sebesar Rp. 643.835.000,- namun demikian anggaran tersebut diefisiensi sebesar Rp. 239.086.000,- sehingga alokasi yang bisa digunakan sebesar Rp. 404.749.000,- dengan realisasi sebesar Rp.393.619.498,- (97%) Walaupun demikian target yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan capaian sebesar 73,47%. Hal ini menunjukkan adanya efisiensi/penghematan penggunaan anggaran.
• Menggabungkan kegiatan fasilitasi dan pendampingan LAK dengan kegiatan monev lainnya misalnya: pendampingan LAK dan Advokasi dan troubleshooting SIMRS.
10) Realisasi Anggaran:
Tahun 2016, anggaran untuk kegiatan yang mendukung indikator tersebut sebesar Rp. 643.835.000,- akan tetapi terdapat efisiensi anggaran sebesar Rp. 239.086.000,- sehingga anggaran yang bisa
2. Prestasi dan Inovasi Setdijten Pelayanan Kesehatan
a. Perluasan cakupan Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE)
Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Kementerian Kesehatan menunjuk beberapa rumah sakit sebagai rumah sakit rujukan nasional, provinsi dan regional yang bertujuan untuk memperkuat sistem rujukan. Namun, dalam pelaksanaannya, sering terjadi berbagai permasalahan, seperti lambatnya penanganan pasien di IGD, fasyankes perujuk kesulitan mencari rumah sakit penerima rujukan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dan kesulitan mendapatkan informasi tentang ketersediaan tempat tidur.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan membuat inovasi Sistem Rujukan Terintegrasi atau disingkat Sisrute. Sisrute adalah media komunikasi dan informasi yang selalu update antara fasyankes perujuk dengan fasyankes penerima rujukan untuk bisa memberikan informasi yang dibutuhkan agar penanganan pasien lebih cepat, efektif dan efisien. Sisrute bertujuan untuk mengintegrasikan sistem informasi rujukan pasien pada seluruh rumah sakit dan mewujudkan percepatan pelayanan rujukan di rumah sakit.
Aplikasi ini pertama kali dikembangkan oleh RS Wahidin Sudiro Husodo Makassar dengan cakupan layanan hanya di Propinsi Sulawesi Selatan, saat ini Kementerian Kesehatan sedang memperluas cakupan layanan melalui sisrute ke seluruh Indonesia.
dengan adanya sistem rujukan terintegrasi ini diharapkan pelayanan rujukan dirumah sakit menjadi lebih cepat dan baik. Saat ini sistem rujukan telah diimplementasikan di Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo selaku rumah sakit rujukan nasional dengan beberapa rumah sakit kab/kota dan puskesmas serta 2 rumah sakit UPT Vertikal. Secara bertahap sistem ini akan diimplementasikan keseluruh rumah sakit di Indonesia.
Gambar 3. Tampilan Aplikasi Sistem Informasi Rujukan Rumah Sakit Terintegrasi (SISRUTE)
b. Sistem Pendaftaran Rawat Jalan Online
Di era JKN ini, semakin banyak masyarakat yang dapat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) baik Puseksmas maupun Rumah Sakit. Namun, kapasitas fasyankes dalam melayani masyarakat masih belum memadai yang dapat dilihat dengan sering terjadinya antrian pasien rawat jalan yang panjang di beberapa rumah sakit. Hal ini menjadi keluhan masyarakat kepada Kementerian Kesehatan dan telah menjadi sorotan dari berbagai pihak seperti Presiden, DPR, KPK, dan lembaga lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian Kesehatan melalui Ditjen Pelayanan Kesehatan membuat inovasi aplikasi Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Online. Hal ini dilakukan untuk membangun dan mengembangkan sistem informasi pelayanan kesehatan secara cepat, tepat, bersahabat, sehingga memberikan kemudahan bagi pasien rawat di rumah sakit. Saat ini pendaftaran online baru diimplementasikan di rumah sakit UPT Vertikal di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan, direncanakan akan di implementasikan di seluruh rumah sakit secara bertahap.
Gambar 4. Tampilan Aplikasi Pendaftaran Rawat Jalan Online
c. Dashboard Integrasi SIMRS Ditjen Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan akan informasi terkait tempat tidur dan pelayanan di rumah sakit saat ini sangatlah penting, terlebih di era JKN seperti saat ini, dimana masyarakat pengguna fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat, disamping itu informasi tersebut juga dibutuhkan oleh pimpinan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil sebuah kebijakan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi kepada pimpinan dan masyarakat terkait pelayanan dan ketersediaan tempat tidur di RS UPT Vertikal Ditjen Pelayanan Kesehatan, maka Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mengembangkan aplikasi Dashboad integrasi data antara SIM RS UPT Vertikal dengan SIM Yankes. Dashboard ini berisikan data kunjungan rawat jalan, rawat inap, IGD, Jumlah tempat tidur, indikator pelayanan rumah sakit, diagnosa terbesar dan ketersediaan tempat tidur. Data tersebut diambil langsung dari SIMRS masing-masing rumah sakit UPT Vertikal secara real time dan up to date.
Gambar 5. Dashboard Integrasi SIMRS Ditjen Pelayanan Kesehatan
d. Pengembangan aplikasi berita dan warta yankes berbasis android
Pada saat ini kebutuhan informasi tentang program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Ditjen Pelayanan Kesehatan sangatlah penting, terlebih di era teknologi dan informasi yang berkembang pesat. Informasi tersebut bukan hanya dimanfaatkan oleh kalangan internal Ditjen Pelayanan Kesehatan saja, dapat juga diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Untuk menjawab kebutuhan informasi tersebut, maka Ditjen Pelayanan Kesehatan mengembangkan aplikasi berita dan warta yankes berbasis android. Aplikasi berita Yankes android berisikan informasi, berita dan foto-foto pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan. Dimana kontributor berita yankes bukan hanya dari kantor pusat Ditjen Yankes melainkan juga seluruh humas UPT Vertikal dan Fasyankes lainnya. Untuk aplikasi warta yankes adalah sebuah aplikasi dimana pengguna dapat membaca setiap edisi warta yankes secara online dan offline, warta yankes merupakan pembahasan lebih dalam (in depth) terkait isu strategis ataupun kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh Ditjen Pelayanan Kesehatan. Kontributor warta yankes dari internal Ditjen Pelayanan Kesehatan.
Gambar 6. Tampilan Aplikasi Warta dan Berita Yankes
e. Penghargaan pada Warta Yankes edisi 02/2016
Pada lomba terbitan berkala internal di lingkungan Kementerian Kesehatan tahun 2016, Warta Yankes edisi 02/2016 dengan judul “Indonesia punya 119” meraih juara III dalam kategori majalah.
Gambar 7. Piagam Penghargaan Warta Yankes Edisi 02/2016 Sebagai Juara ke III
f. e-Kinerja
e-Kinerja merupakan aplikasi pelaporan indikator kinerja BLU (Badan Layanan Umum) dibawah Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Indikator kinerja yang dilaporkan adalah IKI (Indikator Kinerja Individu) dan IKT (Indikator Kinerja Terpilih). IKI digunakan sebagai dasar penilaian kinerja individu Direktur Utama RS dan Kepala Balai Satker BLU serta dijadikan sebagai dasar pembayaran besaran remunerasi yang akan diberikan.untuk itu diperlukan suatu sistem pelaporan yang transparan, akuntabel dan tepat waktu.
Gambar 8. Tampilan Aplikasi e-kinerja
3. Tupoksi Sekretariat
a. Bagian Program dan Informasi
1) Sasaran Indikator/Kegiatan
Terlaksananya penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana program, dan anggaran, pengelolaan data dan informasi, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Bagian Program dan Informasi dibagi menjadi 3 subbagian yaitu : • Subbagian Program • Subbagian Anggaran
• Subbagian Informasi dan Evaluasi
2) Pencapaian
Tabel 6. Pencapaian Bagian Program dan Informasi Tahun 2016
Keluaran
Anggaran
NO INDIKATOR
Target Capaian %
Alokasi Akhir
Self Blokir
Alokasi yang bisa Realisasi %
digunakan
1 Dokumen Perencanaan Anggaran
5.667.359.000 5.571.998.418 98 2 Dokumen Perencanaan Program
3 Dokumen Laporan pengelolaan Anggaran
2.698.321.000 2.387.771.661 88 4 Sistem Informasi
943.255.000 728.095.657 77 5 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
6 Laporan Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah Ditjen Yankes
7 Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Ditjen Yankes 1 1 100
4.047.533.000 2.979.273.000 1.068.260.000 1.058.318.578 99 8 Pelaporan Program dan kegiatan Ditjen Yankes
9 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Generik Open Source (SIMRS GOS)
10 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah sakit (SP2RS)
11 Advokasi dalam rangka data dan Informasi
520.640.000 487.159.100 94 12 Pengolahan dan Penyajian Data
13 P Peningkatan Ketrampilan
a TOTAL
Pada tahun 2016 Bagian Program dan Informasi telah melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
(1) Perencanaan Anggaran adalah kegiatan penyusunan perencanaan
dan anggaran program Pelayanan Kesehatan yang akan dilaksanakan di kantor pusat, kantor daerah dan dinkes propinsi (dekonsentrasi). Kegiatan ini merupakan kegiatan bersama antara subbagian anggaran dan subbagian program yang bertujuan untuk mensinkronisasi antara perencanaan, program dengan kegiatan yang dianggarkan.
Output dari kegiatan tersebut adalah tersedianya dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk 89 satker terdiri dari 6 Kantor Pusat, 49 Kantor Daerah dan 34 Dekonsentrasi.
(2) Perencanaan Program, kegiatan ini bertujuan untuk merencanakan
program yang tepat sasaran, efektif, efisien, akuntabel sesuai dengan prioritas nasional dengan dengan hasil sebagai berikut :
- Kantor Pusat sebanyak 6 Satker - Kantor Daerah sebanyak 49 Satker - Dekon 34 Provinsi Satker - Satker yang termasuk di dalam sasaran prioritas nasional.
(3) Pengelolaan Anggaran merupakan kegiatan yang terkait dengan
perencanaan, pengelolaan dan pemanfaatan anggaran baik yang bersumber Rupiah Murni (RM) maupun PNBP/BLU dalam tahun anggaran berjalan maupun tahun anggaran berikutnya.
Output dari kegiatan ini adalah:
a. Tersosialisasinya tata cara revisi anggaran TA 2016 di 86 satker yang terdiri dari 6 satker Kantor Pusat, 49 satker Kantor Daerah, dan 34 satker Dekonsentrasi;
b. Tersedianya dokumen Kontrak Kinerja antara Direktur Jenderal Perbendaharaan Keuangan, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dengan Kepala Satker BLU Kantor Daerah Ditjen Yankes;
c. Tersedianya dokumen usulan Target dan Pagu PNBP Ditjen Yankes TA 2018;
d. Terselenggaranya workshop Indikator Kinerja Individu (IKI) dan Indikator Kinerja Terpilih (IKT)
(4) Sistem Informasi merupakan kegiatan pengembangan aplikasi yang
bertujuan untuk mendukung kelancaran pekerjaan di Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan sehingga menjadi lebih efektif, efisien dan relevan.diharapkan dengan adanya aplikasi tersebut, data dan informasi dapat tersaji dengan cepat sesuai kebutuhan, dan bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pimpinan.
Aplikasi yang dikembangkan di tahun 2016 ini adalah : • Dashboard Indikator Kinerja • Monev Kinerja Anggaran • Monev Renstra • Monitoring DAK Online • Pengembangan e-planning
(5) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi adalah kegiatan
pengadaan alat pengolah data untuk menunjang kelancaran pekerjaan di Bagian Program dan Informasi.
(6) Laporan Akuntanbilitas Kinerja (LAK) adalah kegiatan penyusunan
laporan akuntanbilitas kinerja baik di tingkat Eselon I (Ditjen Pelayanan Kesehatan) maupun di tingkat Eselon II (Sekretariat Ditjen Pelayanan Kesehatan).
(7) Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Ditjen Pelayanan
Kesehatan adalah kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan baik yang dilaksanakan oleh satker kantor pusat, Kantor Daerah, dana Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Output dari kegiatan ini adalah tersedianya dokumen hasil monev Program Ditjen Pelayanan Kesehatan
(8) Pelaporan Program dan Kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan
adalah kegiatan penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan Ditjen Pelayanan Kesehatan. Adapun output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah bahan lampiran pidato presiden terkait peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
(9) Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit General Open Source
(SIMRS GOS) adalah sebuah sistem informasi yang terintegrasi untuk menangani keseluruhan proses manajemen rumah sakit. Pada tahun 2016 kegiatan ini digunakan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan SIMRS GOS di rumah sakit baik yang sudah mengimplementasikan SIMRS GOS maupun rumah sakit yang baru mengajukan permohonan.
(10) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit merupakan sistem
pelaporan dari rumah sakit ke Kementerian Kesehatan (Ditjen Pelayanan Kesehatan) berupa data dasar, ketenagaan, pelayanan, morbiditas dan mortalitas secara periodik. Pada tahun 2016 dilaksanakan sosialisasi integrasi SP2RS dengan SIMRS.
(11) Advokasi dalam rangka data dan informasi adalah kegiatan untuk
melakukan pelatihan dan troubleshooting implementasi SIMRS GOS di Rumah Sakit.
(12) Pengolahan dan Penyajian data adalah kegiatan untuk mengolah
laporan rumah sakit dalam aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pertahun menjadi profil fasilitas kesehatan dan anggaran tahun 2016.
(13) Peningkatan Ketrampilan adalah kegiatan untuk meningkatkan
ketrampilan dalam pembuatan program komputer khususnya integrasi antar aplikasi dan pengolahan dan penyajian data rumah sakit. Sasaran dari kegiatan ini adalah tenaga IT dan statistisi di UPT Vertikal.
3) Permasalahan
• Terdapat 1 paket Pengadaan Sistem Informasi yang tidak dapat direalisasikan
karena penyedia/rekanan tidak sanggup menyelesaikan pekerjaan (wanprestasi)
• Masih adanya perbedaan persepsi cara pengumpulan dan
perhitungan data capaian Indikator Kinerja Individu (IKI) dan Indikator Kinerja Terpilih (IKT) di kantor daerah.
• Belum adanya regulasi yang mengatur pemberlakuan SP2RS secara nasional
• Masih kurangnya koordinasi internal dalam pelaksanaan SIPERMON
4) Upaya Pemecahan Masalah
• Meningkatkan koordinasi lebih efektif dengan unit terkait dalam proses dan tahapan pengadaan sistem informasi • Melaksanakan sosialisasi Pedoman penyusunan IKI dan IKT
• Melaksanakan monev capaian IKI dan IKT secara berkala • Menyusun regulasi pemberlakuan SP2RS secara nasional. • Meningkatkan koordinasi internal.
5) Realisasi Anggaran
Bagian Program dan Informasi pada tahun 2016 mendapatkan alokasi awal sebesar Rp. 40.704.564.000,-, kemudian terdapat efisiensi dan self blocking sebesar Rp. 25.753.466.000,- sehingga alokasi yang bisa digunakan sebesar Rp. 14.951.098.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 14.074.133.856,- (94%)
b. Bagian Kepegawaian dan Umum
1) Sasaran Indikator/Kegiatan
Terlaksananya pelaksanaan urusan kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip, dokumentasi dan layanan pengadaan.
2) Pencapaian
Tabel 7. Pencapaian Bagian Kepegawaian dan Umum
Anggaran NO
Keluaran
INDIKATOR
Target Capaian
Alokasi Akhir
Alokasi yang bisa digunakan
Realisasi
1 Workshop Kepegawaian dan Umum
2.160.190.000 2.160.190.000 2.160.160.391 100 2 Peningkatan Kapasitas SDM
3 Samsat Kepegawaian dan Umum
1.301.309.000 1.301.309.000 1.300.639.550 100 4 Lintas Program/lintas sektor
651.920.000 651.920.000 651.908.313 100 5 Penyusunan Laporan
71.440.000 71.440.000 100 7 Workshop RUP
6 Penyusunan NSPK bagian Kepum
417.345.000 153.005.000 143.801.000 94 8 Honor Tim Penilai PAK dan honor layanan pengadaan
9 Rapat Kerja
823.050.000 90.000.000 90.000.000 100 10 Perjalanan Dinas Luar Negeri
1.600.200.000 1.057.800.000 1.044.482.899 99 11 Lintas program/lintas sektor kegiatan Sekretariat Ditjen Yankes
12 Transformasi Budaya Kerja Sekretariat Ditjen Yankes
698.300.000 682.860.000 680.450.000 100 13 Fasilitasi Pendampingan penataan di bidang Kepum
- - 14 Regionalisasi Panduan Penyusunan PAK
- - 15 Pengadaan APD dan Renovasi Ruangan
976.000.000 900.160.000 892.810.000 99 16 Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran