Stuktur Geologi Mineralisasi Geologi 1. Stratigrafi

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 6-2 2. Geologi 2.1. Stratigrafi Secara tektonik, P. Flores terbentuk pada masa Kenozoikum, batuan yang mendasarinya terdiri dari satuan batuan gunungapi kalk alkali dari Busur Banda yang masih aktif hingga sekarang. Batuan-batuan tersebut terdiri dari lava andesit hingga basal dan breksi, yang berselingan dengan dengan batupasir tufaan dan tufa pasiran dari Formasi Kiro yang menjemari dengan satuan Batuan Gunungapi Tua dan berumur Miosen Bawah yang merupakan batuan tertua di P. Flores. Satuan batuan tersebut ditutupi oleh batuan sedimen dan batuan gunungapi yang berumur Miosen Tengah hingga Miosen Atas yang terdiri dari lava dasit, breksi, abu gunungapi dan tufa yang berselingan dengan batupasir, napal, batugamping. Batuan tersebut di beberapa tempat tertentu secara setempat diterobos oleh batuan tonalit, dasit, diorit, andesit dan trakit Geologi Survey Indonesia, 1974. Secara tidak selaras pada beberapa tempat batuan tersebut ditutupi oleh breksi, lava dan tufa yang berumur Plio – Plistosen, kemudian ditutupi juga oleh hasil kegiatan gunungapi Holosen yang terdiri dari endapan lahar, lapilli dan bom gunungapi.

2.2. Stuktur Geologi

Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan berupa kelurusan dan sesar yang dominan berarah baratlaut – tenggara walaupun di beberapa tempat berarah timurlaut–baratdaya. Struktur tersebut pada umumnya memotong batuan-batuan sedimen dan batuan gunungapi yang berumur Tersier. Perlipatan berupa antiklin dan sinklin yang melipatkan batugamping berumur Tersier di bagian utara daerah penyelidikan yang juga memperlihatkan morfologi karst.

2.3. Mineralisasi

Dari hasil penyelidikan sebelumnya yang telah dilakukan oleh PT. Flores Barat Mining disimpulkan, bahwa di daerah Flores Barat ini terdapat 2 tipe pemineralan yaitu: Mineralisasi epitermal bersulfida rendah dengan urat-urat kuarsa yang mengandung Au-Ag dan Mineralisasi epitermal bersulfida tinggi yang terjadi pada lingkungan laut VHMS ? yang mengandung Au-Ag barit dan logam dasar. Mineralisasi Epitermal Bersulfida Rendah Terjadi pada batuan gunungapi dan terobosan yang berumur Tersier MiosenTengah – Miosen Atas yang berhubungan atau berdekatan dengan zona- zona sesar. Pada zona ini memungkinkan terjadinya sirkulasi paleohidrologi dan sumber panas sebagai tempat pembentukan cebakan emas epitermal yang ideal. Batuan andesit–dasit gunungapi klastik yang teralterasi tersilisifikasi-lempungan pirit dan batuan karbonatan yang terubah sangat berkembang di zona epitermal. Mineralisasi yang terbentuk berupa urat-urat kuarsa, dengan logam-logam ikutan seperti tembaga, timah hitam, seng, arsenik, mangan dan antimoni. Dari hasil eksplorasi memperlihatkan beberapa daerah prospek pemineralan diantaranya: Epitermal bersulfida rendah Au- Ag ± logam dasar Watu Asah, Warpake, Lenteng, Bolol di Flores Barat; dan Tabar Wotok, Nunur, Ngurununca, Mbaling dan Longgo. Tipe ubahan karbonat–dengan urat-urat berpotongan sampai zona silisifikasi akibat kontrol struktur Dalong, Warsawe, Nare, Gengur, Mbaling, Salok, Kokukusan. Tanda-tanda mineralisasi epitermal skarn ditemukan di daerah Warpake – Flores Barat, tetapi tidak berkembang dengan baik karena intrusi yang kecil. Daerah–daerah pemineralan tersebut ditampilkan dalam Gambar 2. 3. Hasil Penyelidikan 3. 1. Morfologi