Uji Kinerja Rumah Kaca Pengering dengan Bantuan Sel Surya sebagai Penggerak Kipas
" LC(
>3:i'
[?f;?
-- , 1,. :
/
>-
UJI KINERJA RUMAH KACA PENGERING DENGAN
BANTUAN SEL SURYA SEBAGAI PENGGERAK
KIPAS
Oieh :
Ame Srima Tarigan
F 31.0658
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Ame Srima Tarigan. F 31.0658. Uji Kinerja Rumah Kaca Pengering
Di bawah
dengan Bantuan Sel Surya sebagai Penggerak Kipas.
bimbingan Dr. Armansyah H. Tambunan dan lr. Tatang Hidayat.
Ringkasan
Mutu panili sangat dipengaruhi oleh penanganan pra-panen
dan
pasca panen. Salah satu penanganan pasca panen yang paling kritis adalah
pengeringan. Pengeringan panili oleh petani biasa dilakukan dengan cara
menjemur langsung di bawah sinar matahari, sehingga kemungkinan
terkontaminasi dengan debu, abu dan benda asing lainnya lebih besar.
Salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan menggunakan rumah kaca pengering dengan sel surya
sebagai penggerak kipas dengan memanfaatkan energi surya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja rumah kaca
pengering dengan sel surya sebagai penggerak kipas, untuk mengetahui
karakteristik kerja sel surya sebagai penggerak kipas dan untuk mengetahui
karakteristik pengeringan dan mutu panili.
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap rumah kaca
pengering sebanyak dua kali.
Pengamatan
pertama, absorber panas
dipasang pada bagian atap dan kipas mengalirkan udara masuk ke ruang
pengering. Pada pengamatan kedua, absorber panas dipasang pada bagian
ventilasi (samping) dan kipas menghisap udara ke luar dari rumah kaca
pengering.
Kondisi pengeringan dalam rumah kaca pengering pada pengamatan
pertama berbeda dengan pengamatan kedua. Pada pengamatan pertama,
iradiasi total yang berkisar antara 3 310,08 -16 531,2 kJlm2 menghasilkan
kelembaban udara rata-rata 61,2-75,8%, 71,3-83,0%, 74,3-84,0% untuk rak
atas, tengah dan bawah.
Suhu udara pengering berkisar 32,4-35,g0c.
Peningkatan iradiasi total yang berkisar dari 3 964,80
-
10 374,lO kJ/m2
menghasilkan peningkatan suhu udara pengering yang berkisar antara 32,O3 4 , ~ dan
' ~ suhu bahan 33,6-36,5'~, 31,7-35,1°c, 30,5-33,4'~ untuk suhu
bahan atas, tengah dan bawah.
lradiasi total diatas 10 374,lO kJ/m2
menghasilkan suhu udara pengering dan suhu bahan relatif konstan. Suhu
udara pengering sebesar 35,0°c dan suhu bahan atas, tengah dan bawah
masing-masing sebesar 36,0°c, 35,0°c dan 33,0°c.
Kondisi pengeringan rumah kaca pengering pada pengamatan kedua,
menghasilkan
kelembaban
udara
rata-rata
lebih
rendah
dibanding
pengamatan pertama yaitu 59,O-78,0%, 70,4-78,0%, 70,6-87,3% untuk rak
atas, tengah dan bawah. Pada iradiasi total yang berkisar dari 5 107,5918 768,78 k~lm', suhu udara pengering mengalami peningkatan yaitu ratarata 39,ooc, sedangkan suhu bahan atas, tengah dan bawah berturut-turut
4 0 , 5 ' ~ ,36,g0c dan 36,0°c.
Penurunan kadar air pada pengamatan pertama lebih cepat terjadi
pada bahan atas kemudian bahan bawah dan tengah,
sedangkan pada
pengamatan kedua terjadi pada bahan bawah kemudian bahan tengah dan
atas.
Ditinjau dari kadar vanilin, mutu panili hasil pengeringan
untuk
pengamatan pertama termasuk golongan mutu 1 (2,27%) dan untuk
pengamatan kedua termasuk golongan mutu II (kadar vanilin 1,82%).
lradiasi surya
harian selama pengeringan (pengamatan
pertama)
berkisar dari 56-784 w/m2 menghasilkan arus, tegangan, keluaran sel surya
berturut-turut 2,45-2,80 A, 11,17-12,47 V
dan 1 412,96 -1 622,18 kJ
(menggunakan baterai), sedangkan tanpa baterai lebih rendah yaitu 1,592,74 A, 4,40-12,17 V dan 665,99-1 437,79 kJ. Dengan demikian, laju aliran
udara yang dihasilkan oleh kipas pada saat pengoperasian alat dengan
menggunakan baterai lebih besar yaitu 3,53-5,17 mls dibanding tanpa
baterai sebesar 1,53-3,18 mls.
Hasil percobaan diketahui bahwa efisiensi rumah kaca pengering ratarata 27,21% (pengamatan pertama) dan meningkat menjadi 48,37%
(pengamatan kedua). Hal ini disebabkan laju pengeringan pada pengamatan
kedua lebih besar dibanding dengan pengamatan pertama, yaitu berturutturut
berkisar 0,20-0,96 %bb/jam dan 0,15-0,79 %bb/jam.
Sedangkan
efisiensi set surya untuk pengamatan ke-I dan ke-2 berturut-turut sebesar
2,35% dan 7,45%.
Agar diperoleh penurunan kadar air buah panili yang seragam dan
efektif sebaiknya penempatan ventilasi udara pada dinding diatas absorber
panas bila pemasangan absorber panas pada bagian atap rumah kaca
pengering dan aliran udara dihisap keluar dari rumah kaca pengering. Perlu
dilakukan penambahan satu modul sel surya dan pengoperasian alat selalu
menggunakan
pengeringan.
baterai untuk rnenyirnpan kelebihan energi selarna
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UJI KINERJA RUMAH KACA PENGERING DENGAN BANTUAN SEL
SURYA SEBAGAI PENGGERAK
KlPAS
Skripsi
Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Fakultas Teknologi Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor
Oleh
Arne Srirna Tarigan
F 31.0658
Dilahirkan pada tanggal : 15 Juli 1975
Di Medan
Tanggal lulus : 12 Januari 1999
Disetujui
Dr. Arrnansyah H. ~arnb&@-
Dosen Pernbirnbing I
.
\
..
,s.
..
-4% c3c, t&*
+'
/Lf
,..f i
'
k
%
*
,
"
.
Dosen Pernbimbing II
>3:i'
[?f;?
-- , 1,. :
/
>-
UJI KINERJA RUMAH KACA PENGERING DENGAN
BANTUAN SEL SURYA SEBAGAI PENGGERAK
KIPAS
Oieh :
Ame Srima Tarigan
F 31.0658
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Ame Srima Tarigan. F 31.0658. Uji Kinerja Rumah Kaca Pengering
Di bawah
dengan Bantuan Sel Surya sebagai Penggerak Kipas.
bimbingan Dr. Armansyah H. Tambunan dan lr. Tatang Hidayat.
Ringkasan
Mutu panili sangat dipengaruhi oleh penanganan pra-panen
dan
pasca panen. Salah satu penanganan pasca panen yang paling kritis adalah
pengeringan. Pengeringan panili oleh petani biasa dilakukan dengan cara
menjemur langsung di bawah sinar matahari, sehingga kemungkinan
terkontaminasi dengan debu, abu dan benda asing lainnya lebih besar.
Salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah ini
adalah dengan menggunakan rumah kaca pengering dengan sel surya
sebagai penggerak kipas dengan memanfaatkan energi surya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja rumah kaca
pengering dengan sel surya sebagai penggerak kipas, untuk mengetahui
karakteristik kerja sel surya sebagai penggerak kipas dan untuk mengetahui
karakteristik pengeringan dan mutu panili.
Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap rumah kaca
pengering sebanyak dua kali.
Pengamatan
pertama, absorber panas
dipasang pada bagian atap dan kipas mengalirkan udara masuk ke ruang
pengering. Pada pengamatan kedua, absorber panas dipasang pada bagian
ventilasi (samping) dan kipas menghisap udara ke luar dari rumah kaca
pengering.
Kondisi pengeringan dalam rumah kaca pengering pada pengamatan
pertama berbeda dengan pengamatan kedua. Pada pengamatan pertama,
iradiasi total yang berkisar antara 3 310,08 -16 531,2 kJlm2 menghasilkan
kelembaban udara rata-rata 61,2-75,8%, 71,3-83,0%, 74,3-84,0% untuk rak
atas, tengah dan bawah.
Suhu udara pengering berkisar 32,4-35,g0c.
Peningkatan iradiasi total yang berkisar dari 3 964,80
-
10 374,lO kJ/m2
menghasilkan peningkatan suhu udara pengering yang berkisar antara 32,O3 4 , ~ dan
' ~ suhu bahan 33,6-36,5'~, 31,7-35,1°c, 30,5-33,4'~ untuk suhu
bahan atas, tengah dan bawah.
lradiasi total diatas 10 374,lO kJ/m2
menghasilkan suhu udara pengering dan suhu bahan relatif konstan. Suhu
udara pengering sebesar 35,0°c dan suhu bahan atas, tengah dan bawah
masing-masing sebesar 36,0°c, 35,0°c dan 33,0°c.
Kondisi pengeringan rumah kaca pengering pada pengamatan kedua,
menghasilkan
kelembaban
udara
rata-rata
lebih
rendah
dibanding
pengamatan pertama yaitu 59,O-78,0%, 70,4-78,0%, 70,6-87,3% untuk rak
atas, tengah dan bawah. Pada iradiasi total yang berkisar dari 5 107,5918 768,78 k~lm', suhu udara pengering mengalami peningkatan yaitu ratarata 39,ooc, sedangkan suhu bahan atas, tengah dan bawah berturut-turut
4 0 , 5 ' ~ ,36,g0c dan 36,0°c.
Penurunan kadar air pada pengamatan pertama lebih cepat terjadi
pada bahan atas kemudian bahan bawah dan tengah,
sedangkan pada
pengamatan kedua terjadi pada bahan bawah kemudian bahan tengah dan
atas.
Ditinjau dari kadar vanilin, mutu panili hasil pengeringan
untuk
pengamatan pertama termasuk golongan mutu 1 (2,27%) dan untuk
pengamatan kedua termasuk golongan mutu II (kadar vanilin 1,82%).
lradiasi surya
harian selama pengeringan (pengamatan
pertama)
berkisar dari 56-784 w/m2 menghasilkan arus, tegangan, keluaran sel surya
berturut-turut 2,45-2,80 A, 11,17-12,47 V
dan 1 412,96 -1 622,18 kJ
(menggunakan baterai), sedangkan tanpa baterai lebih rendah yaitu 1,592,74 A, 4,40-12,17 V dan 665,99-1 437,79 kJ. Dengan demikian, laju aliran
udara yang dihasilkan oleh kipas pada saat pengoperasian alat dengan
menggunakan baterai lebih besar yaitu 3,53-5,17 mls dibanding tanpa
baterai sebesar 1,53-3,18 mls.
Hasil percobaan diketahui bahwa efisiensi rumah kaca pengering ratarata 27,21% (pengamatan pertama) dan meningkat menjadi 48,37%
(pengamatan kedua). Hal ini disebabkan laju pengeringan pada pengamatan
kedua lebih besar dibanding dengan pengamatan pertama, yaitu berturutturut
berkisar 0,20-0,96 %bb/jam dan 0,15-0,79 %bb/jam.
Sedangkan
efisiensi set surya untuk pengamatan ke-I dan ke-2 berturut-turut sebesar
2,35% dan 7,45%.
Agar diperoleh penurunan kadar air buah panili yang seragam dan
efektif sebaiknya penempatan ventilasi udara pada dinding diatas absorber
panas bila pemasangan absorber panas pada bagian atap rumah kaca
pengering dan aliran udara dihisap keluar dari rumah kaca pengering. Perlu
dilakukan penambahan satu modul sel surya dan pengoperasian alat selalu
menggunakan
pengeringan.
baterai untuk rnenyirnpan kelebihan energi selarna
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UJI KINERJA RUMAH KACA PENGERING DENGAN BANTUAN SEL
SURYA SEBAGAI PENGGERAK
KlPAS
Skripsi
Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Fakultas Teknologi Pertanian
lnstitut Pertanian Bogor
Oleh
Arne Srirna Tarigan
F 31.0658
Dilahirkan pada tanggal : 15 Juli 1975
Di Medan
Tanggal lulus : 12 Januari 1999
Disetujui
Dr. Arrnansyah H. ~arnb&@-
Dosen Pernbirnbing I
.
\
..
,s.
..
-4% c3c, t&*
+'
/Lf
,..f i
'
k
%
*
,
"
.
Dosen Pernbimbing II