Correlation of Marine Environmental Factors to Reef Condition and Reef Fishes Diversity in Pamegaran and Kuburan Cina Islands at Thousand Islands, Jakarta

KETERKAITAN FAKTOR LINGKUNGAN PERAIRAN
TERHADAP KONDISI KARANG DAN KEANEKARAGAMAN
IKAN Dl PULAU PAMEGARAN DAN KUBURAN ClNA
KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

ANTHONY SlSCO PANGGABEAN

SEKOLAH PASCA SARJANA
1NSTlTUT PERTANIAN BOGOR
BOCOR
2007

KETERTLAITAN FAKTOR LINGKUNGAN PERAIRAN
TERHADAP KONDISI KARANG DAN KEANEKARAGAMAN
IKAN DI PULAU PAMEGARAN DAN KUBURAN CINA
KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

ANTHONY SISCO PANGGABEAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Kelautan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Keterkaitan Faktor
Lingkungan Perairan Terhadap Kondisi Karang dan Keanekaragaman Ikan di
Pulau Pamegaran dan Kuburan Cina, Kepulauan Seribu, Jakarta adalah karya
saya sendiri dan belurn diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Dafiar
Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Pebruari 2007


Anthony Sisco Panggabean.
NRP. C 625010091

O Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dun memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, micro$lm, dan sebagainya.

RIWAYAT HIDUP
PenuIis dilahirkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur
pada tanggal 16 Februari 1970 dan merupakan anak
ketiga dari lima bersaudara dari ayah bernama J.S
Panggabean S.H (Alm) dan ibu Adelina Simanjuntak.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar dari SDN Negeri
07 Jakarta Timur tahun 1983, Sekolah Menengah
Pertama dari SMP Negeri 52 Jakarta Timur tahun
1986, Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 54

Rawa Bunga Jakarta Timur tahun 1989. Pada tahun
1990 diterima di Fakultas Biologi Universitas
Nasional Jakarta dan berhasil menyelesaikan studi
pada tahun 1996.
Pada tahun 1996 - 1998 penulis sebagai tenaga kerja lepas pada suatu LSM yang
bergerak pada Pemerhati Lingkungan Kelautan yaitu WWF Indonesia Programe.
Mulai tahun 1999 bekerja pada Balai Riset Perikanan Laut Jakarta, sebagai staf
Peneliti Sumberdaya Perikanan Laut sampai sekarang.
Pada tahun 2001 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti program
pascasarjana di Institut Pertanian Bogor , program studi Ilmu Kelautan dengan
minat Biologi Laut. Untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelah Magister
Sains, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul " Keterkaitan Faktor
Lingkungan Perairan Terhadap Kondisi Karang dan Keanekaragarnan Ikan di
Pulau Pamegaran dan Kuburan Cina, Kepulauan Seribu, Jakarta ".
Penulis menikah dengan Fuji Lenny M. Banjarnahor AMDK pada tahun 2002 dan
saat ini telah dikaruniai dua orang anak, Ruth Ayu Sofielina dan Vincent Yosia
Abygail.

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

karunia - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai salah satu
syarat untu memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Kelautan
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian berjudul

"

Keterkaitan

Faktor Lingkungan Perairan Terhadap Kondisi Karang dan Keanekaragaman Ikan
di Pulau Pamegaran dan Kuburan Cina, Kepulauan Seribu, Jakarta ".
Penelitian dan proses penulisan tesis ini dapat berlangsung dengan baik atas
partisipasi berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :

1. Dr. Ir. Neviaty Putri Zamani, MSc dan Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, MSc sebagai
komisi pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan
bimbingan.
2. Bapak Dr. Wudianto selaku Kepala Pusat Riset Perikanan Tangkap Badan

Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan Jakarta.

3. Bapak Ir. Duto Nugroho MSi selaku Kepala Balai Riset Perikanan Laut

Departemen Kelautan Dan Perikanan.

4. Teman-teman di Program Studi Ilmu Kelautan, Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.

5. Dr. Ir. Rambang Shadotomo MSc, Priyanto Rahardjo MSc, Dra. Sri Turni
Hartati MSi, Ir. Indar Sri Wahyuni, Imam Suprihanto SSi dan seluruh rekan
rekan sejawat di Balai Riset Perikanan Laut Jakarta.
6. Istri tercinta Fuji Lenny beserta anak tersayang Ruth Ayu Sofielina, Vincent

Yosia Abygail dan orang tua, atas dorongan semangat selama penulis
menyelesaikan studi.

7. Serta orang-orang yang telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan
penelitian dan penulisan tesis ysng tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat berbagai
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dalarn penyempurnaan tesis ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
pengembangan

dan

pengelolaan

sumber

daya

terumbu

karang

dan

keanekaragaman ikan karang di Kepulauan Seribu Jakarta

Bogor, Pebruari 2007

Penulis
Anthony Sisco Panggabean

ABSTRACT

ANTHONY SISCO PANGGABEAN. Correlation of Marine Environmental
Factors to Reef Condition and Reef Fishes Diversity in Pamegaran and Kuburan
Cina Islands at Thousand Islands, Jakarta. Under the direction of NEVIATY
PUTRI ZAMANI and I WAYAN NURJAYA.
Marine environment are most important to support marine productivity. The
problem was limited to find out coverange of coral reef, dominant reef genera in
close marine area (leeward) and open marine area (windward). Line Intercept
Transec was used to study Live Coral Cover. To see the composition species of
reef fishes was study by Visual Census. Temperature, salinity and current factors
were analysed using insitu near reef, nutrient (phosphate and nitrate) and plankton
(phyto and zoo) factors were analysed in the laboratorium. The results showed
that coral reef was in good condition and genera were dominated by Acropora,
Porites and Montipora with acropora branching, coral massive and coral
branching growth up form; whereas composition of reef fish was dominated by
group of fishes (major family). The correlation of environmental factors, i.g.

temperature, salinity, plankton, nutrient (phosphate and nitrate), substrate and
current were supporting Life Form. The diversity and reef fishes composition
especially target, indicator species and also group of fish (major family) were
corellated with marine environment factors and percent coverage of corals.
Keywords : coral reef, reeffishes, marine environment,diversity

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL

...
...................................................................... ill

................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ vi
PENDAHULUAN ...................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................... 1
Pernasalahan ........................................................................ 2
Hipotesis ............................................................................. 4

Tujuan ................................................................................. 4
Manfaat .............................................................................. 5
DAFTAR GAMBAR

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

................................................................... 6
Pertumbuhan karang ............................................................... 7
Karakteristik ikan karang ......................................................... 9
Suhu ..................................................................................... 10
Salinitas ................................................................................ 11
Plankton (phyto dan zoo) ............................................................... 11
Nutrien (phosfat dan nitrat) .......................................................... 12
Substrat .................................................................................13
Arus .....................................................................................14
Morfologi karang

BAHAN DAN METODE .............................................................. 18
Lokasi dan waktu penelitian ...................................................... 18
Alat dan bahan ...................................................................... 20

Metode pengambilan data ........................................................20
Kondisi tutupan karang ..........................................................21
Keanekaragaman dan komposisi jenis ikan karang ........................... 21
Kondisi lingkungan perairan ...................................................... 22
Analisis data ...............................................................................................23
Persentase tutupan karang .....................................................23
Keanekaragaman jenis (H') ikan karang .....................................24
Indeks keseragaman Shannon ikan karang .................................. 25

......................................................... 25
Kondisi lingkungan perairan .................................................... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 28
Deskripsi lokasi penelitian ........................................................ 28
Persen tutupan karang hidup dan mati .......................................... 29
Bentuk pertumbuhan karang batu (hard coral) ................................. 33
Bentuk pertumbuhan karang lunak (soft coral) ................................. 37
Keanekaragarnan dan komposisi jenis ikan karang ............................ 39
Kelimpahan jenis target sp ......................................................................... 45
Kelimpahan jenis indicator sp .................................................................... 48
Kelimpahan jenis major family .................................................................. 53

Korelasi faktor lingkungan perairan terhadap kondisi karang .................. 56
Suhu dan salinitas ...................................................................... 56
Dominansi ikan kzang

Kelimpahan dan keanekaragaman plankton (phyto dan zoo) .................... 59
Kondisi phosfat dan nitrat ............................................................ 61
Substrat dan arus .......................................................................

63

Analisa interaksi lingkungan perairan terhadap ekosistem karang ............ 68
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 77
Kesimpulan ..........................................................................77
Saran .................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 79
LAMPIRAN ............................................................................. 87

DAFTAR TABEL

2

Halaman
Klasifikasi fraksi substrat berdasarkan ukuran partikel (Brower and
Zar. 1977)............................................................................... 14
Inventarisisasi masalah pengelolaaan ekosistem terumbu karang ........ 15

3

Posisi geografis stasiun penelitian .......................................................... 18

4
5
6

Persentase kategori kondisi karang (UNEP. 1993)......................... 24
Pengumpulan data dan cara analisa karang pada P . Pamegaran dan
Kuburan Cina .......................................................................................... 27
Persentase tutupan karang hidup dan mati ................................... 29

7

Kondisi umum karang di Indonesia .......................................... 30

8

Persentase tutupan karang di perairan Indonesia ........................... 31

9

Persentase tutupan karang Acropora dan Non Acropora .................. 34

1

10 Persentase tutupan karang lunak .............................................. 37
11 Keanekaragaman jenis ikan karang pada P . Pamegaran dan Kuburan
Cina ................................................................................... 40
12 Jenis ikan dominan di P. Pamegaran dan Kuburan Cina .................... 41
13 Kondisi suhu dan salinitas pada P . Pamegaran dan Kuburan Cina ....... 57
14 Kelimpahan phyto dan zooplankton di P . Pamegaran dan Kuburan
Cina ............................................................................... 59
15 Jumlah sel phytoplankton dan individu zooplankton ....................... 60
16 Kondisi phosfat dan nitrat ......................................................62
17 Kriteria substrat pada P . Pamegaran dan Kuburan Cina ................... 59
18 Kategori kecepatan arus berdasarkan keczpatan angin (Gross. 1987) .... 67
19 Kondisi arus pada perairan P . Pamegaran dan Kuburan Cina ............ 68

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Bagan alur pendekatan masalah ............................................. 3
Lokasi penelitian ...............................................................

19

Metoda Transec Benthic Life Form (Anthony. 2004) ..................... 21
Metoda Visual Census (Anthony. 2004) .................................... 22
Korelasi antara faktor lingkungan perairan terhadap kondisi karang
dan keberadaan ikan karang ................................................. 23
Persentase tutupan karang di utara P . Pamegaran ......................... 32
Persentase tutupan karang di timur P . Pamegaran ......................... 32
Persentase tutupan karang di utara P . Kuburan Cina ..................... 33
Persentase tutupan karang di timur P . Kuburan Cina ..................... 33
Genus Acropora yang mendominasi (Anthony. 2004) ................... 34

.................. 36
Karang lunak genus Xenia (Anthony. 2004) ............................... 38
Genus Montipora yang mendominasi (Anthony. 2004)

Karang lunak genus Nepthea (Anthony. 2004) ............................ 38
Persentase komposisi tipe ikan di utara P.Pamegaran ..................... 43
Persentase komposisi tipe Ikan di timur P.Pamegaran .................... 43
Persentase komposisi tipe ikan di utara P.Kuburan Cina ................. 44
Persentase komposisi tipe Ikan di timur P.Kuburan Cina ................
Kelimpahan rata-rata (mean) target sp terhadap tutupan karang ACB
..
(%) pada ke 4 stasiun penelitian.............................................................
Sebaran target sp di ke 4 stasiun penelitian ...........................................
Korelasi jumlah individu target sp terhadap kondisi karang pada Ke 4
stasiun penelitian ...................................................................................
Jenis Chaetodon aurofasciarus ..............................................................
Kelimpahan rata-rata (mean) indicator sp terhadap tutupan karang
ACB (%) pada ke 4 stasiun penelitian ..................................................
Sebaran indicator sp di ke 4 stasiun penelitian ....................................
Korelasi jumlah individu indicator sp terhadap kondisi karang pada
Ke 4 stasiun penelitian ..........................................................................
Kelimpahan rata-rata (mean) major family terhadap tutupan karang
ACB (%) pada ke 4 stasiun penelitian ..................................................
Sebaran major family di ke 4 stasiun penelitian ...................................
Korelasi jumlah individu major family terhadap kondisi karang pada
Ke 4 stasiun penelitian ..........................................................................
Sebaran mendatar suhu permukaan Kepulauan Seribu ....................

Sebaran mendatar salinitas permukaan Kepulauan Seribu ............... 58
Fraksi substrat menurut Segitiga Miller (Wahono. 1993) ................ 64
Profil melintang substrat betik P . Pamegaran ....................................... 65
Profil melintang substrat betik P . Kuburan Cina ................................... 66
Korelasi antara faktor lingkungan perairan terhadap kondisi karang
dan keberadaan ikan karang .................................................. 70
Korelasi antara faktor lingkungan terhadap kondisi karang (F1 x F2)
pada ke 4 stasiun .................................................................................. 72
Korelasi antara faktor lingkungan terhadap kondisi karang (F 1 x F3)
pada ke 4 stasiun ................................................................................... 74
Korelasi tutupan karang terhadap masing-masing stasiun penelitian
(Fl x F2) ................................................................................................ 75
Sebaran kelompok kategori betik dalarn 3 dimensi .............................. 76

DAFTAR LAMPIRAN
1

Halaman
Analisa Life Form Transec bagian utara P . Pamegaran .................... 88

2

Analisa Life Form Transec bagian timur P . Pamegaran .................. 89

3

Analisa Life Form Transec bagian utara P . Kuburan Cina ................ 90

4

Analisa Life Form Transec bagian timur P . Kuburan Cina ............... 91

5

Kelimpahan target sp di P . Pamegaran dan Kuburan Cina ................... 92

6

Kelimpahan indicator sp di P . Pamegaran dan Kuburan Cina .............. 92

7

Kelimpahan major family di P . Pamegaran dan Kuburan Cina .......... 93
Kelimpahan phytoplankton di P. Pamegaran

................................ 95
9 Kelimpahan zooplankton di P . Pamegaran ................................. 96
8

10 Kelimpahan phytoplankton di P . Kuburan Cina ............................ 97
11 Kelimpahan zooplankton di P . Kuburan Cina .............................. 98
12 Posisi sebaran mendatar suhu dan salinitas permukaan Kep . Seribu ...... 98
13 Output data analisis korespondesi utama variabel lingkungan
Peraiaran di lokasi penelitian ..................................................................99
14 Output analisis korespondensi persen tutupan karang ............................ 103
15 Row coordinats and contributions inertia (percent cover coral reef) ...... 104
16 Row coordinats and contributions inertia (in station research location).. 104
17 Eigenvalues and inertia for all dimensions (3D) ..................................... 105

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tenunbu karang (coral reeA merupakan ekosistem yang khas terdapat di
daerah tropis dan merupakan endapan-endapan masif yang penting dari kalsium
karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, class Anthozoa,
o r d ~Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan
organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken, 1993)
Perairan karang mempunyai produktivitas dan keragaman jenis yang tinggi
dan

berhngsi

sebagsli daerah pakan feeding ground), berkembang biak

(spawning ground ) dan asuhan (nursery ground) serta sebagai tempat berlindung
(shelter) bagi beberapa jenis biota (Sentosa, 1998).
Ekosistem terumbu karang sangat rapuh dan peka bila terjadi perubahan
pada lingkungan akan mempengaruhi kondisinya. Walaupun demikian karang
memiliki daya pemulihan yang sangat baik. Daya pemulihan ini tergantung pada
daerah kerusakan dan sumber-sumber yang potensial untuk pembentukannya
kembali. Daya pemulihan juga tidak terlepas dari penyebab kerusakan pada
karang tersebut. Terumbu karang yang ada sekarang merupakan hasil proses yang
terjadi sejak lama dari reproduksi, penggumpalan unsur-unsur dan pertumbuhan
dan faktor oseanografi atau lingkungan yang mempengaruhi terumbu karang
selarna bertahun-tahun (Veron, 1989).
Terumbu karang di Perairan Kepulauan Seribu mempunyai produktivitas
yang tinggi sehingga keanekaragarnan dan kelimpahan jenis ikan karang juga
tinggi dan daerah ini berfungsi sebagai feeding, spawning dan nursery ground
bagi ikan-ikan karang (Djohani, 1995).
Pertambahan penduduk yang cepat di daerah perairan Kepulauan Seribu dan
disertai dengan kemajuan teknologi, cenderung mempercepat eksploitasi dan
pemanfaatan sumber daya alam ekosistem terumbu karang. Eksploitasi dan
pemanfaatan yang meningkat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, baik
kerusakan fisik, erosi sumber plasma nutfah maupun pencemaran (KLH, 1990).
Penduduk di sekitar perairan Kepulauan Seribu ini memanfaatkan sumber
daya terumbu karang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Cara-cara
pemanfaatannya sebagai berikut

bagan (menangkap cumi-cumi, teri dan

tembang), meting (mengurnpulkan moluska dan teripang saat air surut), hookah
(menyelam dengan kompressor untuk menangkap udang karang

dan kerang

mutiara) dan bubu (menangkap ikan karang) (Djohani and Pet, 1999).
Hampir seluruh penduduk yang hidup di daerah Kepulauan Seribu
bergantung kepada keberadaan terumbu karang untuk penghasilan dan pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan sumber daya alam terumbu karang yang
berlebih akan membuat terumbu karang terancam keberadaannya dan akan
mengalami degredasi (BTNKS, 2000)
Permasalahan
Permasalahan yang timbul pada perairan Pulau Pamegaran dan Kuburan
Cina adalah sebagai berikut :
Bagaimanakah kondisi /keadaan kesehatan karang ?
Bagaimanakah korelasi antara ikan karang terhadap kondisi karang ?
Bagaimanakah

korelasi antara

faktor

lingkungan

perairan

terhadap

pertumbuhan dan bentuk percabangan karang ?
Kondisi karang akan mempengaruhi keberadaan jenis ikan karang, apabila
kondisi karang mengalami degredasi maka semakin minim jenis ikan karang yang
terdapat. Jenis ikan Chaetodon merupakan jenis ikan indikator yang dapat
menentukan sehat atau tidaknya kondisi karang, apabila tutupan karang kecil (<
50% dalam keadaan sakit/r~sak)

maka akan inengzkibaikan sedikitnya

keberadaan jenis ikan ini. Proporsi penggunaan ikan Chaetodon sebagai indikator
dampak lingkungan meliputi beberapa asumsi yaitu terumbu karang yang sehat
mempunyai persen tutupan karang yang tinggi (> 50%). Beberapa jenis ikan
karang memiliki ketergantungan hidup terhadap kondisi karang yang subur karena
memerlukan makanan yang spesifik terhadap jenis karang atau koral tertentu
seperti famili Chaetodontidae dan Monochantidae yang memakan polip koral,
Balistidae yang memakan koral hidup dan Chanthigasteridae yang memakan
ujung koral.
Untuk mencapai berbagai tujuan penelitian yang didasari dari permasalahan
maka disusun suatu bagan alur pendekatan masalah seperti pada Gambar 1.

I

Pendekatan Masalah (Input)
Bagaimanakah kondisilkeadaan kesehatan karang ?
Bagaimanakah hubungardkorelasi antara ikan karang
terhadap kondisi karang ?
Bagaimanakah korelasi antara faktor lingkungan perairan
terhadap pertumbuhan dan bentuk percabangan karang ?

Lingkungan
Perairan
Sebagai faktor
pembatas dan
pendukung

-

Terumbu Karang
Percent cover
Kategori kesehatan
karang

-

I

Ikan Karang
Jenis ikan karang
Keanekaragaman
jenis

a

Proses
Kategori korldisi kal-ang dan
pertumbuhan serta bentuk cabang.
Keanekaragaman dan komposisi
jenis ikan karang berdasarkan tipe

keberadaan ikan karang.

T

Hasil Akhir (Output)
Memperoleh tutupan karang hidup dan mati
Adaptasi pertumbuhan dan bentuk percabangan
karang terhadap lingkungan perairan.
Memperoleh keberadaan jenis ikan karang
berdasarkan tipe ikan yang mampu berinteraksi
dengan kondisi karang sebagai habitatnya.
Korelasi antara faktor lingkungan perairan
terhadap pertumbuhan dan bentuk cabang karang
serta Ireberadaan jenis ikan karang.

Gambar 1. Bagan Alur Pendekatan Masalah.

Hipotesis

Kondisi dan kesehatan karang serta bentuk pertumbuhan cabang karang akan
dipengaruhi oleh tekanan faktor lingkungan pada daerah yang tertutup
(leeward) dan terbuka (windward)

Keberadaan kenakeragaman dan komposisi jenis ikan karang berdasarkan tipe
ikan yang berinteraksi dengan karang akan mengalami adaptasi morfologi
terhadap lingkungan perairan.
Terjadi hubungan yang saling mempengaruhi antara faktor lingkungan
perairan terhadap bentuk pertumbuhan cabang karang serta keberadaan
keanekaragaman dan komposisi jenis ikan karang.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengidentifikasi kondisilkesehatan karang dalam tutupan karang hidup dan
mati.
Mengidentifikasi

adaptasi bentuk

pertumbuhan

genus

karang

yang

mendominasi di bagian perairan terumbu karang yang tertutup (leeward) dan
terbuka (windward).
Mengidentifikasi keanekaragaman dan komposisi jenis ikan karang yang
berinteraksi dengan kondisi karang berdasarkan tipe ikan yang mendominasi
di bagian perairan terumbu karang yang tertutup (leeward) dan terbuka
(windward).

Mengkaji faktor lingkungan perairan yang berkorelasi dengan bentuk
pertumbuhan cabang karang serta keberadaan keanekaragaman dan komposisi
ikan karang pada bagian perairan yang tertutup (leeward) dan terbuka (wind
ward).

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai berbagai manfaat yaitu :
1. Mengetahui korelasi antara faktor lingkungan perairan terhadap kondisi

karang serta keanekaragaman jenis ikan karang yang berinteraksi dengan
habitat karang.
2. Dapat dipergunakan dalarn menentukan

sejumlah alternatif-alternatif

kebijaksanaan dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam
ekosistem terurnbu karang di perairan Kepulauan Seribu khususnya dan pada
perairan terumbu karang Indonesia umumnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Karang

Hewan karang batu umumnya merupakan koloni yang terdiri atas banyak
individu berupa polip yang bentuk dasarnya seperti mangkok dengan tepian
benunbai (tentakel). Ukuran polip ini umumnya sangat kecil (beberapa mm) tetapi
ada pula yang beberapa cm seperti fungia (Sutarna dan Sumadhiharga, 1989).
Didalam jaringan polip karang, hidup berjuta juta tumbuhan mikroskopis
yang dikenal sebagai zooxanthellae yang keduanya mempunyai hubungan
simbiosis mutualistik atau saling menguntungkan. Zooxanthellae melalui proses
fotosintesis membantu memberi suplai makanan dan oksigen bagi polip dan juga
membantu proses pembentukan kerangka kapur. Sebaliknya polip karang
menghasilkan sisa-sisa metabolisme berupa karbon dioksida, phosfat dan nitrogen
yang digunakan oleh zooxanthellae untuk fotosintesis dan pertumbuhannya.
Selain simbiont berupa zooxanthellae, pada koloni karang dapat pula ditemukan
alga filamen Cfilamentousalgae) (Suharsono, 1996).
Karang termasuk salah satu dari keluarga besar biota laut yang mempunyai
sengat atau lebih dikenal sebagai Cnidaria (cnida adalah jelatang) dan keluarga
besar jelatang dalam sejarah evolusinya adalah biota-biota laut yang dapat
menghasilkan kerangka kapur didalam jaringan tubuhnya (Sukamo, 1995).
Cnidaria dibagi menjadi dua yaitu hydrozoa dan anthozoa yang merupakan
biota-biota yang mempunyai skeleton dalam tubuhnya, Hydrozoa terdiri dari
Millepora dan Stylasterina. Millepora (mille adalah seribu, pora adalah lubang)
atau yang lebih dikenal sebagai karang api. Stylasterina (Style adalah paku, aster
adalah binatang) yaitu binatang kecil dan yang hidup tersembunyi di dinding gua
dan bukan merupakan pembentuk terurnbu. Kelompok anthozoa dikenal antara
lain adalah Stolonifera, Ctenothecalia dan Scleractinia (Tomascik, 1991).
Stolonifera (Stolon adalah cabang, fera adalah bersambungan) yang
termasuk dalam kelompok ini adalah karacg suling yang berwarna merah
(Tubipora musica). Coenothecalia (Coeno adalah berbagi, theca adalah kotak)
yang terrnasuk kelompok ini merupakan karang pembentuk terurnbu yang terdiri
satu jenis yaitu karang biru (Heliopora coerulea). Sedangkan Scleractinia (Sclera

adalah keras, actinia adalah sinar) atau lebih dikenal dengan nama karang batu
meliputi jenis-jenis karang pembentuk terumbu karang yang utama (Sukarno,
1995).
Ordo Scleractinia yang ada di Indo Pasifik dibagi menjadi 16 farnili dan 72
genus (Wells, 1967) yaitu :
Famili Astrocoeniidae (genus: Stylocoeniella)
Famili Pocilloporidae (genus : Pocillopora, Madracis, Seriatopora,
Stylophora, Palauastrea)
Famili Acroporidae (genus :Acropora, Anacropora, Montipora, Astreopora)
Famili Fungiidae (genus : Sandalolitha, Fungia, Heliofungia, Diaseris,
Zoopilus, Ctenactis, Podabacea).
Famili Agariciidae (gsnus : Gardineroseris, Pavona, Leptoseris, Coeloseris,
Pachyseris)
Famili Siderastreidae (genus : Pseudosiderastrea, Coscinaraea, Psammocora)
Famili Poritidae (genus : Porites, Alveopora, Goniopora)
Famili Faviidae (genus : Caulastrea, Plesiastrea, Favia, Favites, Oulophylliu,
Goniastrea, Platygyra, Leptoria, Montastrea, Diploastrea, Leptastrea,
Cyphastrea, Oulastrea , Echinophora)
Famili Trachyphylliidae (genus : Trachyphyllia,Wellsophyllia)
Famili Oculinidae (genus : Archelia, Galaxea)
Famili Merulinidae (genus : Hydnophora,Merulina,ScapophylIia).
Famili Mussidae (genus : Acanthastrea, Symphyllia, Lobophyllia, Scolymia,
Cynaria, Blastomusa)
Famili Pectiniidae (genus : Pectinia, Echinophyllia,Oxypora, Mycediurn)
Famili Caryophyllidae (genus : Eup,!zylIia, Catalaphyllia, Plerogyra,
Physogyra)
Famili Dendrophylliidue (genus : Turbinaria,Tubastrea, Dendrophyllia)

Pertumbuhan Karang
Kebutuhan utama untuk aktifnya pertumbuhan karang adalah cahaya.
Karang yang berada dalam tempat yang teduh atau terhindar dari cahaya maka
pertumbuhannya akan terhenti dan jika cahaya yang diberikan tidak cukup maka
7

ia akan mati. Kebutchan cahaya ini adalah untuk kepentingan fotosintesis
zooxanthellae yang berfungsi untuk meningkatkan laju proses mengeras menjadi
kapur (kalsifikasi) yang dilakukan oleh karang dan dalam laju pertumbuhan
koloni karang (Goreau et al., 1982).
Laju pertumbuhan koloni-koloni karang berbeda satu sama lainnya. Hal ini
disebabkan adanya perbedaan jenis, umur koloni dan daerah suatu terurnbu.
Koloni yang muda dan kecil cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada kolonikoloni yang tua, koloni yang besar dan bercabang atau karang seperti daun
cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada karang otak (massive).
Terumbu karang hanya dapat tumbuh berkembang pada daerah tropik,
sehingga ada 2 kelompok karang yang berbeda (Endean, 1976) yaitu :
1. Hermatypic yaitu karang yang dapat menghasilkan terumbu (hanya terdapat
pada daerah tropic dan terdapat zooxanthellae)
2. Ahermatypic yaitu karang yang tidak dapat menghasilkan terumbu (tersebar
diseluruh dunia dan tidak terdapat zooxanthellae).
Bentuk pertumbuhan dari spesies karang juga bervariasi, bergantung pada
lokasi karang. Berbeda dengan spesies yang sama yang terdapat diperairan
dangkal spesies karang yang terdapat diperairan yang lebih dalam mempunyai
bentuk lebih tipis dan kurus dikarenakan kurangnya kalsifikasi. Gerakan
gelombang cenderung memaksa spesies bercabang mempunyai cabang yang
pendek datl tumpul sehingga msnyebabkan bentuk percabangan menyesuaikan
arah tertentu (Bengen dan Widnugraheni, 1995).
Menurut Hutomo (1995) ada dua kelompok predator yang mampu merusak
pertumbuhan koloni karang secara alamiah yaitu :
Acanthaster plancii, bintang laut bertangan banyak yang berukuran sangat
besar, yang memakan jaringan karang hidup.
Kelompok ikan yang secara aktif sebagai pemakan koloni-koloni karang yaitu
jenis ikan buntal (Tetraodontidae), ikan kuli pasir (Monacanthidae), ikan
pakol (Balistidae), ikan kepe kepe (Chaetodontidae).
Kelompok multivora (Omnovora) yang memindahkan polip karang untuk
mendapatkan alga di dalam kerangka karang atau berbagai invertebrata yang

8

hidup dalam lubang

kerangka yaitu ikan gron (Acanthuriciae) dan ikan

kakatua (Scaridae ).
Polip dan koloni karang terdapat dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna
seperti karang otak yang tergulung, karang tanduk rusa Acropora yang tumbuh
cepat, karang kipas benvarna merah dan karzng lunak dengan tentakel mirip bulu
misalnya genus Dendronephthya dan Xenia (Morton, 1990).
Karakteristik Ikan Karang

Perairaq karang merupakan perairan yang cukup subur sehingga banyak
jenis ikan karang yang berkorelasi dengan karang menunjukkan tingkah laku
teritorial, ,pola berbiak dan jarang berkeliaran jauh dari ekosistem karang sebagai
sumber persediaan makanan serta tempat berlindung dari predator (Romimohtarto
dan Juwana, 1999).
Ikan-ikan karang sebagian besar adalah ikan bertulang keras (Teleastei) dari
farnili Perciformes. Kelompok yang paling karakteristik dilihat dari aspek
kaitannya yang sangat erat dengan lingkungan terumbu karang (Djamali, 1995)
adalah :
Famili Labridei : ikan cina-cina (Labridae), ikan kakatua (Scaridae) dan ikan
betok (Pomacentridae).
Famili Acanthuroidae : ikan butana (Acanthuridae), ikan beronang (Siganidae)
dan ikan bendera/moorish idcl (Zanclidae)
Famili Chaetodontoidae : ikan kepe-kepe

(Chaetodontidae) dan ikan

kambing-itambing (Pomacantidae).
Famili Blennidae dan Gobiidae (ikan gelodok) yang mencirikan sangat kuat
sifat ikan demersal dan menetap.
Famili Apogonidae (ikan beseng) yang aktif pada malam hari (nocturnal) dan
memangsa hewan invertebrata dan ikan-ikan kecil.
Famili Ostraciidae dan Tetraodontidae (ikan buntal) serta Balestidae (ikan
pokol) yang tidak banyak jumlahnya akan tetapi sangat menarik bentuk dan
wamanya.
Jenis ikan
penting

yang berada diperairan karang dibedakan atas 2 golongan

yaitu : ikan hias (ornamentaljshes) dan ikan konsumsi Vbodjshes).
9

hidup dalam bang

kerangka yaitu ikan gron (Acanthuridae) dan ikan

kakatua (Scaridae ).
Polip dan koloni karang terdapat dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna
seperti karang otak yang tergulung, karang tanduk rusa Acropora yang tumbuh
cepat, karang kipas berwarna merah dan karang lunak dengan tentakel mirip bulu
misalnya genus Dendronephthya dan Xenia (Morton, 1990).

Karakteristik Ikan Karang
Perairan karang merupakan perairan yang cukup subur sehingga banyak
jenis ikan karang yang berkorelasi dengan karang menunjukkan tingkah laku
teritorial, , pola berbiak dan jarang berkeliaran jauh dari ekosistem karang sebagai
sumber persediaan makanan serta tempat berlindung dari predator (Romimohtarto
dan Juwana, 1999).
Ikan-ikan karang sebagian besar adalah ikan bertulang keras (Teleastei) dari
famili Perciformes. Kelompok yang paling karakteristik dilihat dari aspek
kaitannya yang sangat erat dengan lingkungan terumbu karang (Djamali, 1995)
adalah :
Famili Labridei : ikan cina-cina (Labridae), ikan kakatua (Scaridae) dan ikan
betok (Pomacentridae).
Famili Acanthuroidae : ikan butana (Acanthuridae), ikan beronang (Siganidae)
dan ikan benderalmoorish idol (Zznclidae)
Famili Chaetodontoidae : ikan kepe-kepe

(Chaetodontidae) dan ikan

kambing-kambing (Pomacantidae).
Famili Blennidae dan Gobiidae (ikan gelodok) yang mencirikan sangat kuat
sifat ikan deinersal dan menetap.
Famili Apogonidae (ikan beseng) yang aktif pada malam hari (nocturnal) dan
memangsa hewan invertebrata dan ikan-ikan kecil.
Famili Ostraciidae dan Tetraodontidae (ikan buntal) serta Balestidae (ikan
pokol) yang tidak banyak jumlahnya akan tetapi sangat menarik bentuk dan
warnanya.
Jenis ikan
penting

yang berada diperairan karang dibedakan atas 2 golongan

yaitu : ikan hias (ornamentalpshes) dan ikan konsumsi (foodJishes).
9

Jenis ikan yang penting karena nilai ekonominya yang sangat tinggi yaitu famili
Serranidae (kerapu), Lutjanidae (kakapltanda-tandalmenggeru), Lethrinidae
(lencam) dan Holocentridae (swanggi) (Hutomo, 1995).
Keberadaan jenis ikan karang dipengaruhi dengan kondisi karang, apabila
kondisi karang sudah mengalami kerusakan maka semakin sedikit jenis ikan
karang yang terdapat karena habitatnya sudah tidak memenuhi untuk mencari
makan dan berkembang biak (Sale, 1991).
Habitat atau ladang ikan (fishing ground) yang berupa terumbu karang
apabila mengalami kerusakan maka timbul kerugian-kerugian yang tak ternilai
besarnya dinilai dari segi biologi, ekonomi dan sosiologi (Tomascik, 1991).
Berdasarkan habitat terumbu karang, keberadaan jenis ikan karang dapat
dibedakan menjadi tiga tipe (Adrim, 1995) yaitu :
1. Target sp : merupakan jenis ikan yang mempunyai fiilai jual atau konsumsi
yang cukup tinggi dipasaran internasional dan lokal, biasanya terdiri dari
famili Lethrinidae, Lutjanidae, Haemulidae, Serranidae, Kypohosidae,
Scolosidae, Achanturidae, Mullidae dan Siganidae.
2. Indicator sp : merupakan jenis ikan indikator kesehatan terumbu karang,
biasanya dari famili Chaetodontidae.

3. Major family: merupakan jenis-jenis ikan karang yang hidupnya berkelompok
pada habitatnya, biasanya terdiri dari famili Pomacentridae, Labridae,
Scaridae, Apogonidae, Caesionidae dan Pomacanthidae.
Suhu
Suhu adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

organisma laut, karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisma maupun
perkembangbiakan dari organisma-organisma tersebut, contohnya binatang karang
dalam penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat
didaerah tropis dan subtropis (Sheppard, 1990).
Pada perairan tropis pertumbuhan dan perkembangan karang paling optimal
berada pada kedalaman perairan antara 0-50m dengan suhu rata-rata tahunan
23OC-25OC akan tetapi masih dapat beradaptasi pada perubahan suhu sampai
berkisar 36°C-400C (Ilahude, 2002).

Perturnbuhan dan perkembangan zooxanthellae yang terdapat di p o l i p
polip karang akan optimal untuk melakukan proses fotosintesis pada daerah
perairan yang berada pada batas penetrasi cahaya matahari (Nontji, 1993).
Suhu merupakan salah satu faktor fisik air yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme dari karang baik secara langsung maupun tak
langsung, suhu secara langsung akan mempengaruhi proses fisiologis berupa
metabolisme, respirasi dan reproduksi

karang sedangkan tak langsung

mempengaruhi kondisi lingkungan dari media pertumbuhan/substrat dasar
(Sheppard, 1990).
Salinitas
Salinitas nlerupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan
hewan karang dan secara fisiologis mempengaruhi penyesuaian tekanan osmotik
antara sitoplasma dari sel-sel tubuh (Yonge, 1963).
Kisaran salinitas yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan
hewan karang berkisar 32°/,-350/,

dan mempunyai batas toleransi perubahan

salinitas berkisar 27°/,-400/oo serta adanya aliran air tawar akan menyebabkan
kematian (Sukarno, 1995).
Daya tahan hewan karang terhadap perubahan salinitas berbeda-beda seperti
yang diungkapkan oleh Kinsman (1964) bahwa Acropora sp dapat bertahan pada
salinitas 40°/,, hanya bebcraps jam di West Indies akan tetapi Porites sp dapat
bertahan dengan salinitas sampai mencapai 48°/00.
Pengaruh salinitas terhadap kehidupan hewan karang sangat bervariasi
tergantung pada kondisi perairan laut setempat atau pengaruh alam seperti run-off
badai dan hujan (Levinton, 1982).
Plankton (phyto dan zoo)
Phytoplankton termasuk dalam kelompok tanaman tingkat rendah (mikro
algae) yang terdapat pada daerah yang terkena sinzr matahari dan mempunyai
ukuran antara 0,4-0,8 mikron (yang dapat terlihat oleh mata manusia) serta
berperan aktif dalam rantai dasar makanan sebagai produser pertama yang akan

11

dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai produser kedua atau sebagai konsumer ke
dua (Davis, 1995).
Kelimpahan phytoplankton atau klorofil phytoplankton merupakan salah
satu faktor biologi oseanografi yang sering dihubungkan dengan tingkat
kesuburan atau tingkat produktivitas primer suatu perairan karang terhadap
zooxanthelae yang terdapat di polippolip karang yang melakukan proses
fotosintesis (Supriharyono, 2000).
Kelimpahan plankton pada perairan karang dapat juga dipergunakan untuk
mendeteksi adanya bahan pencemaran dan kondisi arus serta berpengaruh secara
langsung maupun tak langsung akan kelimpahan ikan karang (Ilahude, 2002).
Tham (1953) mengemukakan melimpahnya phyto dan zooplankton pada
perairan karang akan menunjukkan melimpahnya hewan pencari makan yang
berkorelasi positif terhadap banyaknya bahan makanan tersebut.
Faktor-faktor

penting didaerah tropis yang mempengaruhi produksi

plankton adalah curah hujan yang membawa zat hara dari darat ke laut melalui
sungai dan adanya pengadukan perairan yang disebabkan oleh arus yang kuat
sehingga zat hara didasar laut akan terbawa ke lapisan atas (Motoda, 1957).
Keberadaan phytoplankton terdapat pada daerah batas antara zona euphotic
dan disphotic karena pada daerah ini masih memungkinkan terjadinya proses
fotosintesis dan batas akhir zona disphotic merupakan garis kompensasi
(compensation line) (Levinton, 1982).
Nutrien (Phosfat dan Nitrat)
Nontji (1993) mengemukakan bahwa senyawa phosfat dan nitrat merupakan

salah zat hara yang dibutuhkan oleh phytoplankton dan mempunyai pengaruh
langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangannya serta variasi kelimpahan
menurut ruang maupun waktu.
King dan Demond dalam Subani (1 98 1) menyatakan bahwa banyaknya
plankton laut ada hubungannya dengan ketersediaannya unsur-unsur organik dan
anorganik, temperatur, penyebaran oksigen, kedalaman termocline dimana
keadaan ini terjadi karena peristiwa pengadukan massa air (upwelling).

Proses upwelling akan menyebabkan massa air yang berada didasar laut
akan naik keperrnukaan dengan membawa larutan nutrien seperti phosfat dan
nitrat yang cenderung mengandung banyak plankton sehingga merupakan suatu
perairan yang subur bagi populasi ikan (Ross, 1988).
Kandungan phosfat dan nitrat disuatu perairan selain berasal dari perairan
tersebut juga tergantung kepada keadaan sekelilingnya antara lain sumbangan dari
daratan melalui sungai yang berrnuara keperairan tersebut, hutan mangrove yang
serasahnya membusuk karena adanya bakteri pengurai (Wattayakorn, 19 88).
Terumbu karang sering dijunlpai di ekosistem perairan yang sangat miskin
unsur hara dan mempunyai produktivitas primer yang rendah akan tetapi
produktivitas di ekosistem terurnbu karang itu sendiri didapatkan sangat tinggi
(Stoddart, 1969).
Ekosistem terumbu karang marnpu menciptakan keproduktivitasan sendiri
tanpa tergantung dari lingkungan sekitarnya karena itu sering diibaratkan
dengan " Oasis " di perairan laut dangkal (Salm, 1984).
Substrat

Substrat merupakan salah satu media yang menentukan kondisi suatu
perairan karena dapat menyebabkan proses pengkeruhan disekitar terumbu karang
apabila terjadi gelombang dan arus yang kuat (Tomascik, 1991).
Berdasarkan tipe substrat dasar perairan, bahwa kombinasi dasar perairan
yang terdiri dari pasir, kerikil dan dan pecahan karang merupakan habitat yang
cocok bagi kehidupan jenis-jenis karang (Sukarno, 1995).
Kondisi substrat pada perairan terumbu karang juga mempengaruhi

keberadaan ikan-ikan karang pada masa muda (juvenile) dan dewasa (adult) yang
hidup diperairan yang dangkal dekat dengan substrat yang padat dan yang
biasanya dekat dengan daratan.
Tekstur substrat terdiri atas carnpuran lumpur, pasir dan tanah liat oleh
karenanya tidak ada substrat yang terdiri dari satu fraksi saja seperti pada Tabel 1
(Brower and Zar, 1977).

Tabel 1. Klasifikasi Fraksi Substrat Berdasarkan Ukuran Partikel
(Brower and Zar, 1977)

Arus
Arus merupakan gerakan air yang dapat menyebabkan upwelling yang
membawa air dengan suhu yang lebih dingin, salinitas yang yang tinggi dan zatzat hara yang kaya seperti phosfat dan nitrat sehingga terjadi mekanisme
pemupukan perairan secara alami (Nontji, 1993).
Proses upwelling adalah suatu proses dimana massa air didorong kearah
permukaan laut dari kedalanan sekitar 100-20Cm yafig terjadi pada daerzh pantai
sehingga pola aliran arus menentukan karakteristik penyebaran nutrien, transport
sedimen dan penyebaran plankton (Ross, 1988).
Arus

sangat

diperlukan

bagi

pertumbuhan

karang

karena

untuk

mendatangkan makanan berupa plankton, membersihkan diri dari endapanendapan dan untuk mensuplai oksigen dari laut lepas (Ilahude, 2002).
Adanya pergerakan air seperti arus akan mempengaruhi organisme dan
faktor-faktor lingkungan lainnya, ketersediaan oksigen dan nutrien sehingga
mempengaruhi juga keberadaan jenis ikan-ikan, distribusi pemindahan telur, larva
dan ikan kecil serta sebagai faktor pembatas bagi beberapa jenis-jenis ikan
(Laevastu and Hayes, 1981).

Jenis-jenis ikan yang dapat melakukan migrasi mempunyai kemampuan
secara langsung merespon perubahan lingkungan yang disebabkan oleh adanya
pengaruh arus yang bekerja pada lingkungan perairan tersebut dan ada jenis ikan
tertentu akan bergerak mengikuti arus pada waktu pasang naik kearah pantai
(Dwiponggo, 1972).
Permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem tenunbu karang di
perairan Kepulauan Seribu dan perairan karang Indonesia telah banyak
diungkapkan oleh para peneliti maupun para akademisi diantaranya (Tabel 2)
Tabel 2. Inventarisisasi Masalah Pengelolaaan Ekosistem Terumbu Karang
Masalah Yang Telah di Bahas
Kondisi terumbu karang di sebelah barat
Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Jakarta
Utara.
Kondisi terumbu karang pada tahun 1985
sampai dengan 1995 di beberapa pulau di
Kepulauan Seribu.
Perubahan kondisi terumbu karang di
Gugusan Pulau Kelapa Kepulaun Seribu
Jakarta
Pertumbuhan karang Acropora nobilis dan
Acropora nosuta pada kawasan wisata bahari
Gili Meno dan Teluk Nara
Monitoring kondisi ikan karang (Spesies
Indikator dan Target - Predator) di Teluk
Buyat dan Ratatotok Sulawesi Utara
Asosiasi ikan Chaetodontidae dengan bentuk
pertumbuhan karang di Pulau Lemon
Manokwari Irian Jaya
Pengamatan kandungan zat hara phosfat,
nitrat dan sumberdaya perikanan di perairan
Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur
, Faktor - faktor penyubur perairan Indonesia

Tahun
1995

Penutis
A.S. Panggabean dan
Miranda P (Biologi Unas)

1995

M.I.Yosephine, Suharsono
dan I. Amir (P30 LIPI)

1999

M.E. Lazuardi dan N. S.
Wijoyo (Faperikan IPB)

1998

Muchlis (Forum Kaj ian
Kelautan UNRAM)

1999

L. Th. X. Lalamentik dan
U.N. Rembet (Faperikan
Univ Sam Ratulangi)
R. Bawole dan P. Boli
(Faperta
Universitas
Manokwari)
M. D. Marasabessy dan
Edward (LIPI)

1999
2002
2002

A. G. Ilahude (P20 LIPI)

Pemanfaatan ekosistem karang berupa penambangan karang sebagai bahan
bangunan, penangkapan ikan yang berlebihan dengan mempergunakan bahan
peledak dan bahan kimia beracun ataupun bahan pencemar lainnya. Rusaknya
karang beserta biota lainnya sehingga karang tersebut tidak dapat memenuhi
fungsinya sebagai pelindung pantai, pemusatan makanan, tempat berkembang
biak dan tempat berlindung bagi biota tersebut (National Research Council, 1988).
Terumbu karang merupakan ekosistem yang subur dan kaya akan makanan.
Struktur fisiknya yang rumit, bercabang-cabang, bergua-gua dan berlorong-lorong

membuat ekosistem ini habitat yang menarik bagi banyak jenis biota laut. Oleh
sebab itu penghuni terumbu karang sangat beranekaragam, baik yang berupa
tumbuh-tumbuhan maupun hewan.
Produktivitas primer dari terumbu karang sama atau melebihi semua
ekosistem alam lainnya. Satu terumbu karang dapat menunjang 3000 jenis biota.
Namun demikian perairan tropik diatas terumbu karang hampir langka akan zat
hara penunjang kehidupan seperti phosfat dan nitrat. Jika terumbu karang dapat
menunjang kekayaan biota laut dalarn kondisi yang demikian (langka zat hara)
maka itu suatu keistimewaan.
Beberapa aktivitas yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu
karang (KLH, 2004) diantaranya :
Sedimentasi: konstruksi didaratan dan sepanjang pantai, penambangan atau
pertanian didaerah aliran sungai ataupun penebangan hutan tropis
menyebabkan tanah mengalami erosi dan terbawa melalui aliran sungai kelaut
dan terumbu karang.
Penangkapan dengan bahan peledak: penggunaan bahan peledak untuk
penengkapan ikan oleh nelayan akan mengakibatkan penengka~anikan secara
berlebihan, penggunaan kalium nitrat sebagai bahan peledak

akan

mengakibatkan ledakan yang besar sehingga membunuh ikan dan merusak
karang disekitarnya.
Aliran drainase: alira~lyang mengandung p p u k dan kotoran yang terbuang ke
perairan pantai mendorong pertumbuhan algae yang akan menghambat
pertumbuhan polip karang, mengurangi asupan cahaya dan oksigen.
Penangkapan ikan dengan sianida: penggunaan sianida (potassium cyanida)
dan racun-racun lain dipergunakan untuk menangkap ikan-ikan karang yang
berharga.
Pengumpulan dan pengerukan: pengambilan karang digunakan sebagai bahan
baku konstruksi atau untuk cindera mata.
Pencemaran air: produk-produk minyak bumi dan kimia lain yang dibuang
dekat perairan pantai akan meracuni polip karang serta biota laut.

Pengelolaan

tempat

rekreasi:

para

wisatawan

yang

mengarnbil,

mengurnpulkan dan berjalan di karang ikut menyumbang terjadinya kerusakan
terumbu karang.
Pemanasan global: ketika terjadi peningkatan suhu laut (> 40°C) maka polip
karang kehilangan algae simbiotik didalarnnya sehingga mengubah warna
menjadi putihlbleaching d m akhirnya mati. Bleaching dapat terjadi karena
berbagai macam faktor seperti tinggi d m rendahnya suhu, tingginya radiasi
ultra violet, ekspose terhadap cahaya matahari langsung, pemasukan air tawar,
tingginya sedimentasi, polusi dan pengurangan nutrien (Glynn, 1990).

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pulau Pamegaran dan Kuburan Cina yang berada
didalarn kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu DKI Jakarta (Gambar

2). Pulau Pamegaran merupakan pulau yang termasuk dalam zona pemanfaatan
tradisional atau zonasi Rekreasi dan Pariwisata dengan luas wilayah 108 hektar.
Sebagai lokasi pembanding Pulau Pamegaran dilakukan di Pulau Kuburan Cina
Stasiun pengambilan data ditetapkan di perairan bagian utaraltertutup
peeward) dan perairan bagian timurfterbuka (windward) dari pengaruh langsung
lingkungan perairan pada kedua lokasi penelitian dengan posisi seperti disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Posisi Geografis Stasiun Penelitian
Stasiun

Posisi Penelitian
Bujur Timur (BT)
Lintang Selatan (LS)

I

Pulau Pamegaran

Utara (leeward)

106' 34'. 647"

05' 37'. 903"

Timur (windward)

106' 34'. 892"

05'

37'. 831"

Utara (leeward)

106' 34'. 09,l"

05'

36'. 24,9"

Timur (windwcrrd)

106' 33'. 56,6"

05'

36'. 26,9"

Pulau Kuburan Cina

Penelitian ini berlangsung atau dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan
Mei hingga Juli 2004. Analisa kelimpahan phyto dan zooplankton, phosfat dan
nitrat serta fraksi substrat dilakukan di laboratorium Balai Riset Perikanan Laut.
Identifikasi berlangsung dari bulan Agustus hingga Oktober 2004.

sxltHm:
k ~ ~ . S e r i b u
atictosbx

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan
pengamatan kondisilkesehatan karang dan keberadaan ikan karang yang terdiri
dari : kapallperahu bermesin untuk mempermudah dan mempercepat pengamatan
kondisikesehat

Dokumen yang terkait

Bioecological Study of Eightband butterflyfish (Chaetodon octofasciatus, Bloch 1787) to Detect Condition of Coral Reef Ecosystem in East Petondan Island, Seribu Islands, Jakarta

0 10 244

Design for sustainable management of coral reef ecosystem in the regional marine conservation area of East Bintan Riau Islands

2 23 224

Study Spatial and Temporal of Coral Reef State and Reef Fish Community after Tsunami In Weh and Aceh Islands Waters

0 11 270

The Economic Assessment and Carrying Capacity of Pari Island Marine Tourism in Thousand Islands of DKI Jakarta Province

0 5 304

The Economic Assessment and Carrying Capacity of Pari Island Marine Tourism in Thousand Islands of DKI Jakarta Province

0 13 158

Correlation between the condition coral reef and the abundance of herbivory fishes in southern coast of Kupang Bay, East Nusa Tenggara Province

3 24 92

Correlation of Marine Environmental Factors to Reef Condition and Reef Fishes Diversity in Pamegaran and Kuburan Cina Islands at Thousand Islands, Jakarta

0 6 121

Studies on Coral Reefs Condition and Reef Fishes Community at the Biawak Island and its Surrounding Marine Tourism and Conservation Area, Indramayu District, West Java Province

0 4 93

Study Spatial and Temporal of Coral Reef State and Reef Fish Community after Tsunami In Weh and Aceh Islands Waters

1 11 144

Bioecological Study of Eightband butterflyfish (Chaetodon octofasciatus, Bloch 1787) to Detect Condition of Coral Reef Ecosystem in East Petondan Island, Seribu Islands, Jakarta

1 11 117