Hama dan musuh alami penting pada tanaman padi hibrida di Balonggandu, Jatisari, Karawang

HAMA DAN MUSUH ALAMI PENTING
PADA TANAMAN PADI HIBRIDA
DI BALONGGANDU, JATISARI, KARAWANG

ADE TRI SAPUTRA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

ABSTRAK
ADE TRI SAPUTRA. Hama dan Musuh Alami Penting pada Tanaman Padi
Hibrida di Balonggandu, Jatisari, Karawang. Dibimbing oleh I WAYAN
WINASA.
Kebutuhan beras nasional terus meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan beras, pemerintah Indonesia menargetkan
peningkatan produksi beras nasional sebesar 5% atau minimal 2 juta ton pada
tahun 2007 ini. Untuk mencapai target tersebut, upaya yang dapat dilakukan
adalah meningkatkan produksi per satuan luas. Salah satu cara yang dapat
diterapkan adalah dengan penanaman padi varietas hibrida. Mengingat padi

hibrida merupakan varietas yang baru mulai ditanam di Indonesia, sehingga
informasi mengenai hama dan musuh alaminya belum banyak diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hama dan tingkat
serangannya serta kelimpahan populasi musuh alami pada padi hibrida.
Penelitian dilakukan di Desa Balonggandu, Kecamatan Jatisari, Karawang
pada dua petak sawah yang berukuran 1483,5 m2 dan 1518 m2. Pengamatan hama
dan musuh alami dilakukan pada 200 rumpun tanaman contoh. Pengamatan
dilakukan sejak padi berumur 34 hari setelah tanam (HST) hingga 76 HST dengan
interval satu minggu. Pengamatan meliputi kelimpahan dan keragaman hama dan
musuh alami pada padi hibrida.
Hasil pengamatan menunjukkan wereng coklat Nilaparvata lugens dan
penggerek batang padi merupakan hama yang dominan pada tanaman padi
hibrida. Kedua jenis hama itu ditemukan menyerang tanaman mulai fase vegetatif
hingga generatif. Kerapatan populasi wereng coklat mencapai 3,01 ekor per
rumpun pada fase vegetatif dan sedikit menurun menjadi 2,20 ekor per rumpun
pada fase generatif dengan puncak populasi terjadi pada 69 HST. Sedangkan
intensitas serangan hama penggerek batang padi, dari 16,00% pada fase vegetatif
meningkat menjadi 18,9% pada fase generatif.
Musuh alami dari kelompok predator yang dominan ditemukan adalah labalaba, Cyrtorhinus lividipennis, Coccinellidae dan Paederus fuscipes. Pada telur
penggerek batang padi ditemukan tiga jenis parasitoid, yaitu Trichogramma

japonicum, Telenomus rowani dan Tetrasthichus schoenobii. Tingkat parasitisasi
oleh ketiga jenis parasitoid itu mencapai 70%.

HAMA DAN MUSUH ALAMI PENTING
PADA TANAMAN PADI HIBRIDA
DI BALONGGANDU, JATISARI, KARAWANG

ADE TRI SAPUTRA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

Judul Skripsi


: Hama dan Musuh Alami Penting pada Tanaman Padi
Hibrida di Balonggandu, Jatisari, Karawang

Nama Mahasiswa

: Ade Tri Saputra

NIM

: A44102012

Disetujui

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si
Dosen Pembimbing

Diketahui

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

Dekan Fakultas Pertanian

Tanggal lulus :

PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Untaian syukur penulis panjatkan kepada
Allah Subhanahu wata’ala. Atas rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hama dan Musuh Alami Penting
pada Tanaman Padi Hibrida di Balonggandu, Jatisari, Karawang”. Teriring
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Skripsi ini ditulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih dan juga penghargaan yang tulus
kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bantuan dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini. Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc.Agr selaku dosen penguji tamu. Prof. Dr. Ir.
Utomo Kartosuwondo, selaku dosen pembimbing akademik selama penulis
menuntut ilmu di IPB. Bapak Tukiman sekeluarga di Balonggandu, Karawang
yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian di sawah miliknya.
Serta Pak Wawan Yuandi yang banyak membantu penulis di lapang.

Kepada kakak tercinta Fauzie, ST., Ayuk Yati & Kak Oleh, dan keluarga
besar penulis di rumah yang dengan penuh cinta dan keikhlasan serta untaian doa
yang mengiringi penulis dalam mewujudkan cita-cita. Semoga Allah
membalasnya dengan jannah. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
sahabat-sahabat ikhwan 39 (Yayan, Arie, Khrisma, Hasyim, Cep, Yohan, Nana,
Slamet, Efal, Asep, Tarjo, Boy, Hakiim, Jaya, Hanif dll.); akhwat 39 (Lenni, Erna,
Lina, Maya, dll.); Tim Ilmi 2005-2006 (Harris, Runie, Rury, Arif, Zahro, Dwi,
Astri, dan Awi); Tim DPT (Eti, Nelly, Yayah, Azhar, Nisa, Titin, Eni, Dini,
Johan, Hendra dll.); para murabbi dan teman-teman LQ atas dorongannya. Homemates di B16 dan D2 (Feychal, Yayandi, Arya, Frans). Sahabat di Pondok AlIhsan (Helmi, Wisnu, Joko Pras, Henry, Abdul, Adit-C, Adit-D, Fauzan, Rudi,
Izal, Budi dan Cece) atas ukhuwah yang manis. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada AA. Hendrayana, atas sepenggal kisahnya.
Semoga karya kecil ini dapat berguna dan dicatat sebagai amal kebaikan
bagi penulis. Insya Allah.

Bogor, Desember 2007

Ade Tri Saputra

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Bungin Tinggi, Kecamatan Sirah Pulau Padang,

Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada tanggal 26 Mei 1984.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Panani Saumin dan
Sanah Beroleh.
Riwayat pendidikan penulis dimulai di SDN 2 Berkat, lulus pada tahun
1996. Pendidikan menengah pertama ditempuh penulis di SMPN 1 Sirah Pulau
Padang, dan berhasil lulus pada tahun 1999. Pendidikan menengah atas ditempuh
di SMAN 1 Sirah Pulau Padang selama satu tahun, kemudian pindah ke SMAN 3
Kayuagung. Penulis lulus dari SMAN 3 Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering
Ilir pada tahun 2002. Selanjutnya, pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di berbagai
organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2004, penulis tercatat sebagai Staf
Departemen Syi’ar DKM An-Naml Departemen HPT. Penulis adalah Staf
Redaksi (lay-outer) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik Kampus Gema
Almamater IPB pada masa bakti 2004, anggota Kebun Tanaman Obat Mahasiswa
BEM Fakultas Pertanian, dan juga pernah tercatat sebagai anggota UKM Seni
Sunda Gentra Kaheman pada tahun yang sama. Penulis menjabat sebagai
Sekretaris Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) periode 2004 2005.
Selain aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam

berbagai kepanitiaan kegiatan kampus. Baik di tingkat Departemen HPT, juga di
tingkat Fakultas Pertanian dan tingkat IPB. Penulis juga pernah terlibat dalam
kepanitiaan beberapa kegiatan ekstra kampus.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

x

PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................


1

Tujuan Penelitian .................................................................................

2

Manfaat Penelitian ...............................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Padi Hibrida .........................................................................................

3

Hama Penting pada Tanaman Padi ......................................................

4


Hama Penggerek Batang Padi ....................................................
Hama Wereng .............................................................................
Ulat Grayak ................................................................................
Walang Sangit ............................................................................

4
5
6
6

Musuh Alami Hama Tanaman Padi .....................................................

7

BAHAN DAN METODE .............................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................

8

Metode Penelitian ................................................................................


8

Budidaya Padi Hibrida ...............................................................
Metode Penentuan Tanaman Contoh .........................................
Pengamatan Kelimpahan Hama dan Musuh Alami ....................

8
9
10

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................................

12

Kerapatan Populasi dan Intensitas Serangan Hama Utama .................

12


Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami ........................................

16

Perkembangan Populasi Wereng Coklat dan Musuh Alaminya ..........

18

Parasitoid Telur Hama Penggerek Batang Padi ...................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................

22

Saran ....................................................................................................

22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

23

LAMPIRAN ..................................................................................................

26

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks

1. Kerapatan populasi hama pada fase vegetatif dan generatif .......................... 14
2. Intensitas serangan hama penggerek batang padi .......................................... 15
3. Kelimpahan populasi predator pada fase vegetatif dan generatif .................. 23
4. Persentase parasitisme telur hama penggerek batang padi ............................. 20

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman
Teks

1. Pengaturan jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo 2:1 ........................

8

2. Teknik penentuan rumpun tanaman contoh pada petakan sawah .................. 10
3. Gejala beluk pada tanaman padi .................................................................... 15
4. Perkembangan populasi wereng coklat dan musuh alaminya ........................ 18
5. Petak penelitian .............................................................................................. 29

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman
Teks

1. Deskripsi Varietas .......................................................................................... 26
2. Varietas padi hibrida yang telah dirilis per Desember 2006 .......................... 27
3. Petak penelitian (a) Petakan 1, (b) Petakan 2 ................................................. 29
8
2. Teknik pengambilan rumpun tanaman contoh ............................................... 10
3. Perkembangan populasi hama ........................................................................ 15
4. Perkembangan populasi predator ................................................................... 20
5. Populasi N. lugens mempengaruhi populasi predator .................................... 21

HAMA DAN MUSUH ALAMI PENTING
PADA TANAMAN PADI HIBRIDA
DI BALONGGANDU, JATISARI, KARAWANG

ADE TRI SAPUTRA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

ABSTRAK
ADE TRI SAPUTRA. Hama dan Musuh Alami Penting pada Tanaman Padi
Hibrida di Balonggandu, Jatisari, Karawang. Dibimbing oleh I WAYAN
WINASA.
Kebutuhan beras nasional terus meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan beras, pemerintah Indonesia menargetkan
peningkatan produksi beras nasional sebesar 5% atau minimal 2 juta ton pada
tahun 2007 ini. Untuk mencapai target tersebut, upaya yang dapat dilakukan
adalah meningkatkan produksi per satuan luas. Salah satu cara yang dapat
diterapkan adalah dengan penanaman padi varietas hibrida. Mengingat padi
hibrida merupakan varietas yang baru mulai ditanam di Indonesia, sehingga
informasi mengenai hama dan musuh alaminya belum banyak diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hama dan tingkat
serangannya serta kelimpahan populasi musuh alami pada padi hibrida.
Penelitian dilakukan di Desa Balonggandu, Kecamatan Jatisari, Karawang
pada dua petak sawah yang berukuran 1483,5 m2 dan 1518 m2. Pengamatan hama
dan musuh alami dilakukan pada 200 rumpun tanaman contoh. Pengamatan
dilakukan sejak padi berumur 34 hari setelah tanam (HST) hingga 76 HST dengan
interval satu minggu. Pengamatan meliputi kelimpahan dan keragaman hama dan
musuh alami pada padi hibrida.
Hasil pengamatan menunjukkan wereng coklat Nilaparvata lugens dan
penggerek batang padi merupakan hama yang dominan pada tanaman padi
hibrida. Kedua jenis hama itu ditemukan menyerang tanaman mulai fase vegetatif
hingga generatif. Kerapatan populasi wereng coklat mencapai 3,01 ekor per
rumpun pada fase vegetatif dan sedikit menurun menjadi 2,20 ekor per rumpun
pada fase generatif dengan puncak populasi terjadi pada 69 HST. Sedangkan
intensitas serangan hama penggerek batang padi, dari 16,00% pada fase vegetatif
meningkat menjadi 18,9% pada fase generatif.
Musuh alami dari kelompok predator yang dominan ditemukan adalah labalaba, Cyrtorhinus lividipennis, Coccinellidae dan Paederus fuscipes. Pada telur
penggerek batang padi ditemukan tiga jenis parasitoid, yaitu Trichogramma
japonicum, Telenomus rowani dan Tetrasthichus schoenobii. Tingkat parasitisasi
oleh ketiga jenis parasitoid itu mencapai 70%.

HAMA DAN MUSUH ALAMI PENTING
PADA TANAMAN PADI HIBRIDA
DI BALONGGANDU, JATISARI, KARAWANG

ADE TRI SAPUTRA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

Judul Skripsi

: Hama dan Musuh Alami Penting pada Tanaman Padi
Hibrida di Balonggandu, Jatisari, Karawang

Nama Mahasiswa

: Ade Tri Saputra

NIM

: A44102012

Disetujui

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si
Dosen Pembimbing

Diketahui

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
Dekan Fakultas Pertanian

Tanggal lulus :

PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Untaian syukur penulis panjatkan kepada
Allah Subhanahu wata’ala. Atas rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hama dan Musuh Alami Penting
pada Tanaman Padi Hibrida di Balonggandu, Jatisari, Karawang”. Teriring
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Skripsi ini ditulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih dan juga penghargaan yang tulus
kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bantuan dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini. Dr. Ir. Abdul Munif, M.Sc.Agr selaku dosen penguji tamu. Prof. Dr. Ir.
Utomo Kartosuwondo, selaku dosen pembimbing akademik selama penulis
menuntut ilmu di IPB. Bapak Tukiman sekeluarga di Balonggandu, Karawang
yang telah memperkenankan penulis melakukan penelitian di sawah miliknya.
Serta Pak Wawan Yuandi yang banyak membantu penulis di lapang.
Kepada kakak tercinta Fauzie, ST., Ayuk Yati & Kak Oleh, dan keluarga
besar penulis di rumah yang dengan penuh cinta dan keikhlasan serta untaian doa
yang mengiringi penulis dalam mewujudkan cita-cita. Semoga Allah
membalasnya dengan jannah. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada
sahabat-sahabat ikhwan 39 (Yayan, Arie, Khrisma, Hasyim, Cep, Yohan, Nana,
Slamet, Efal, Asep, Tarjo, Boy, Hakiim, Jaya, Hanif dll.); akhwat 39 (Lenni, Erna,
Lina, Maya, dll.); Tim Ilmi 2005-2006 (Harris, Runie, Rury, Arif, Zahro, Dwi,
Astri, dan Awi); Tim DPT (Eti, Nelly, Yayah, Azhar, Nisa, Titin, Eni, Dini,
Johan, Hendra dll.); para murabbi dan teman-teman LQ atas dorongannya. Homemates di B16 dan D2 (Feychal, Yayandi, Arya, Frans). Sahabat di Pondok AlIhsan (Helmi, Wisnu, Joko Pras, Henry, Abdul, Adit-C, Adit-D, Fauzan, Rudi,
Izal, Budi dan Cece) atas ukhuwah yang manis. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada AA. Hendrayana, atas sepenggal kisahnya.
Semoga karya kecil ini dapat berguna dan dicatat sebagai amal kebaikan
bagi penulis. Insya Allah.

Bogor, Desember 2007

Ade Tri Saputra

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Bungin Tinggi, Kecamatan Sirah Pulau Padang,
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada tanggal 26 Mei 1984.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Panani Saumin dan
Sanah Beroleh.
Riwayat pendidikan penulis dimulai di SDN 2 Berkat, lulus pada tahun
1996. Pendidikan menengah pertama ditempuh penulis di SMPN 1 Sirah Pulau
Padang, dan berhasil lulus pada tahun 1999. Pendidikan menengah atas ditempuh
di SMAN 1 Sirah Pulau Padang selama satu tahun, kemudian pindah ke SMAN 3
Kayuagung. Penulis lulus dari SMAN 3 Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering
Ilir pada tahun 2002. Selanjutnya, pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di berbagai
organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2004, penulis tercatat sebagai Staf
Departemen Syi’ar DKM An-Naml Departemen HPT. Penulis adalah Staf
Redaksi (lay-outer) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik Kampus Gema
Almamater IPB pada masa bakti 2004, anggota Kebun Tanaman Obat Mahasiswa
BEM Fakultas Pertanian, dan juga pernah tercatat sebagai anggota UKM Seni
Sunda Gentra Kaheman pada tahun yang sama. Penulis menjabat sebagai
Sekretaris Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) periode 2004 2005.
Selain aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam
berbagai kepanitiaan kegiatan kampus. Baik di tingkat Departemen HPT, juga di
tingkat Fakultas Pertanian dan tingkat IPB. Penulis juga pernah terlibat dalam
kepanitiaan beberapa kegiatan ekstra kampus.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

x

PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang .....................................................................................

1

Tujuan Penelitian .................................................................................

2

Manfaat Penelitian ...............................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Padi Hibrida .........................................................................................

3

Hama Penting pada Tanaman Padi ......................................................

4

Hama Penggerek Batang Padi ....................................................
Hama Wereng .............................................................................
Ulat Grayak ................................................................................
Walang Sangit ............................................................................

4
5
6
6

Musuh Alami Hama Tanaman Padi .....................................................

7

BAHAN DAN METODE .............................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................

8

Metode Penelitian ................................................................................

8

Budidaya Padi Hibrida ...............................................................
Metode Penentuan Tanaman Contoh .........................................
Pengamatan Kelimpahan Hama dan Musuh Alami ....................

8
9
10

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................................

12

Kerapatan Populasi dan Intensitas Serangan Hama Utama .................

12

Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami ........................................

16

Perkembangan Populasi Wereng Coklat dan Musuh Alaminya ..........

18

Parasitoid Telur Hama Penggerek Batang Padi ...................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................

22

Saran ....................................................................................................

22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

23

LAMPIRAN ..................................................................................................

26

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks

1. Kerapatan populasi hama pada fase vegetatif dan generatif .......................... 14
2. Intensitas serangan hama penggerek batang padi .......................................... 15
3. Kelimpahan populasi predator pada fase vegetatif dan generatif .................. 23
4. Persentase parasitisme telur hama penggerek batang padi ............................. 20

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman
Teks

1. Pengaturan jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo 2:1 ........................

8

2. Teknik penentuan rumpun tanaman contoh pada petakan sawah .................. 10
3. Gejala beluk pada tanaman padi .................................................................... 15
4. Perkembangan populasi wereng coklat dan musuh alaminya ........................ 18
5. Petak penelitian .............................................................................................. 29

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman
Teks

1. Deskripsi Varietas .......................................................................................... 26
2. Varietas padi hibrida yang telah dirilis per Desember 2006 .......................... 27
3. Petak penelitian (a) Petakan 1, (b) Petakan 2 ................................................. 29
8
2. Teknik pengambilan rumpun tanaman contoh ............................................... 10
3. Perkembangan populasi hama ........................................................................ 15
4. Perkembangan populasi predator ................................................................... 20
5. Populasi N. lugens mempengaruhi populasi predator .................................... 21

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Beras masih merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Hal ini menjadikan kebutuhan beras nasional setiap
tahunnya semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Pada tahun
2005, luas areal panen padi di Indonesia mencapai 11.839.060 ha dengan angka
produksi padi sebesar 54.151.097 ton. Tahun 2006 luas areal panen padi turun
menjadi 11.786.430 ha. Produksi padi tahun 2006 mencapai 54.454.937 ton, atau
meningkat sebesar 303.840 ton dari tahun sebelumnya (BPS 2006). Namun,
peningkatan produksi tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan beras nasional.
Hal ini menyebabkan pemerintah harus mengimpor beras dari luar negeri untuk
mencukupi kebutuhan stok beras nasional.
Selain itu, untuk mewujudkan swasembada beras, pemerintah Indonesia
menargetkan peningkatan produksi beras nasional sebesar 5% atau minimal 2 juta
ton pada tahun 2007 ini (Pitaloka & Haryanto 2007). Untuk mencapai target
tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan produksi padi per
satuan luas. Menurut Yuan (2004), secara teoritis hasil panen padi masih
berpotensi tinggi untuk ditingkatkan dan ada banyak cara untuk meningkatkan
hasil panen padi, seperti membangun saluran irigasi, memperbaiki kondisi lahan
pertanian, kultur teknik dan menyilangkan berbagai varietas padi produksi tinggi.
Di antaranya, seperti yang kala ini dinilai sebagai cara yang paling efektif dan
ekonomis adalah mengembangkan varietas padi hibrida, seperti yang telah sukses
dilaksanakan di China.
China dikenal sebagai pengembang padi hibrida pertama kali sejak tahun
1976, dengan potensi produksi yang pada awalnya masih rendah, namun
belakangan ini diperoleh sejumlah varietas padi hibrida dengan produktivitas
mencapai 11,4 – 12,6 ton/ha. Di Indonesia sendiri pengembangan padi hibrida
masih terbatas (Sopian 2007). Meski pun demikian, sejumlah benih padi hibrida
sudah dipasarkan secara komersial oleh pihak swasta dan pemerintah. Hingga
bulan Desember 2006, ada 29 varietas padi hibrida yang dipasarkan di Indonesia,

4 varietas merupakan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi, sisanya
adalah hasil penelitian perusahaan benih swasta (Lampiran 2).
Upaya pengembangan padi hibrida di Indonesia masih memiliki berbagai
kelemahan dan hambatan. Beberapa kelemahan tersebut adalah: kebanyakan
produsen benih hibrida masih mendatangkan tetua (F1) dari luar negeri, masih
adanya kelemahan terhadap serangan hama dan penyakit utama seperti wereng
coklat, virus tungro, dan hawar daun bakteri. Selain itu ketatnya aturan dan
birokrasi pelepasan varietas padi hibrida di Indonesia dapat menghambat upaya
pengembangan padi hibrida tersebut (Heriyanto et al. 2006).
Mengingat padi hibrida merupakan varietas yang baru mulai ditanam di
Indonesia, informasi mengenai hama dan musuh alaminya belum banyak
diketahui. Oleh karena itu, berbagai penelitian mengenai hama padi hibrida dan
musuh alaminya perlu dilakukan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis hama dan tingkat
serangannya serta kelimpahan populasi musuh alami pada padi hibrida.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keragaman
jenis hama dan musuh alami penting padi hibrida, sehingga dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan strategi pengendalian hama serta upaya
konservasi musuh alami.

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Hibrida
Hibrida adalah keturunan generasi pertama dari persilangan dua tetua
tanaman sejenis yang memiliki perbedaan genetis. Dalam proses hibridisasi
seringkali menunjukkan adanya fenomena yang disebut heterosis. Heterosis dapat
digambarkan sebagai kecenderungan tanaman keturunan hasil hibridisasi dari
bermacam-macam tetua yang memiliki perbedaan genetis menunjukkan kelebihan
dari tetuanya dalam satu atau beberapa sifat fisik atau sifat agronomis (Pingali et
al. 1998).
Keberhasilan penelitian dan pengembangan jagung hibrida yang berawal
pada tahun 1910 dengan memanfaatkan gejala heterosis tersebut, mendorong para
pemulia tanaman untuk menggunakan prinsip-prinsip hibrida pada tanaman lain,
termasuk padi. Heterosis pada padi pertama kali diteliti oleh Jones pada tahun
1926 (Virmani 1994).
Dengan memanfaatkan gejala heterosis pada varietas padi hibrida, potensi
hasil dapat ditingkatkan sebesar 15 – 20%. Cina merupakan negara pertama di
dunia yang menggunakan padi hibrida secara komersial pada tahun 1976. Di
negara tersebut, luas areal pertanaman padi hibrida meningkat hingga mencapai
17 juta ha dengan rata-rata hasil 6 – 7 ton/ha. Dampak dari hal tersebut, produksi
padi di Cina meningkat dari 136,9 juta ton pada tahun 1978 menjadi 169,1 juta ton
pada tahun 1988. Oleh karena itu, padi hibrida mempunyai peranan penting dalam
memecahkan permasalahan pangan di Cina, sekaligus menjadikan Cina sebagai
negara terbesar yang berhasil memenuhi kebutuhan pangan nasional (Virmani
1994; Yuan 2004).
Sedangkan di Indonesia, padi hibrida sudah diteliti sejak tahun 1982.
pengujian daya hasil padi hibrida sejak tahun 1982 hingga 1985 menunjukkan
keunggulan dibanding padi non hibrida dalam hal hasil gabah kering dan umur
tanaman (Suprihatno 1989). Hingga Desember 2006 setidaknya telah terdaftar
sebanyak 29 varietas padi hibrida yang beredar di Indonesia (Lampiran 1). Dari 29
varietas tersebut 4 varietas di antaranya merupakan hasil penelitian dari Balitpa
sedangkan sisanya merupakan hasil penelitian perusahaan benih swasta.

Beberapa keuntungan penggunaan padi hibrida jika dibandingkan dengan
penggunaan varietas padi produksi tinggi non-hibrida adalah sebagai berikut: 1)
rata-rata hasil panen lebih tinggi, 2) jumlah kebutuhan benih padi hibrida jauh
lebih sedikit, 3) produktivitas rata-rata dan keuntungan yang diterima petani relatif
lebih tinggi, 4) Pembudidayaan padi hibrida secara ekonomi dapat memberikan
keuntungan lebih besar jika tingkat pengelolaan di atas 60%, 5) hanya
membutuhkan areal pembibitan yang tidak terlalu luas untuk persemaian, 6) umur
genjah dan memiliki ketahanan terhadap beberapa hama dan penyakit penting, dan
7) padi hibrida dapat dikembangkan di berbagai wilayah (Ikisan 2000).
Selain memiliki kelebihan-kelebihan di atas, penggunaan padi hibrida juga
memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan pemakaian padi non hibrida,
kelemahan tersebut adalah: 1) memerlukan tingkat pemeliharaan 30 – 35% lebih
tinggi, 2) pada tingkat pemeliharaan rata-rata, hasil gabah hibrida lebih rendah
dari produksi minimal yang bisa didapat, 3) harga benih 2,5 kali lebih mahal, 4)
harga jual yang lebih rendah, 5) produksi benih hibrida memerlukan lebih banyak
tenaga kerja, sehingga biaya produksi menjadi tinggi, 6) padi hibrida
membutuhkan dosis pupuk yang lebih tinggi, 7) gabah hasil panen tidak dapat
digunakan kembali sebagai benih (Ikisan 2000). Namun, berbagai kelemahan
tersebut masih dapat diperbaiki dengan merakit varietas padi hibrida yang lebih
baik. Sehingga, padi hibrida masih dapat dijadikan solusi permasalahan krisis
pangan di Indonesia bahkan dunia.

Hama Penting pada Tanaman Padi
Hama Penggerek Batang Padi
Hama penggerek batang, secara umum dianggap sebagai hama penting pada
tanaman padi. Serangan hama ini biasa terjadi dan dapat menyerang tanaman dari
masa pembibitan hingga tanaman padi memasuki tahap dewasa (Pathak 1975).
Hama ini menyebabkan kerusakan berat di Taiwan, Cina dan Jepang. Serangan
pada batang oleh larva hama ini menyebabkan gejala sundep dan beluk. Pada
gejala beluk, bulir padi yang masih muda tidak dapat berkembang (Wardle 1929
diacu dalam Grist & Lever 1969). Gejala sundep terjadi pada saat padi dalam fase

vegetatif sedangkan gejala beluk muncul saat perkembangan padi sudah
memasuki fase generatif.
Semua hama penggerek batang padi adalah dari ordo Lepidoptera, sebagian
besar tergolong dalam famili Pyralidae, kecuali yang termasuk genus Sesamia,
termasuk dalam famili Noctuidae. Hama penggerek batang dari famili Pyralidae
merupakan hama yang paling sering menyerang dan menimbulkan kerusakan.
Hama ini memiliki inang yang sangat spesifik, sementara hama penggerek dari
famili Noctuidae merupakan hama polifag dan hanya sesekali menimbulkan
kerugian ekonomi pada tanaman padi. Di Asia, hama penggerek yang paling
merusak dan tersebar luas adalah penggerek batang padi kuning Scirpophaga
incertulas (Lepidoptera:Pyralidae), penggerek batang padi bergaris Chilo
suppressalis (Lepidoptera: Pyralidae), penggerek batang padi putih Scirpophaga
innotata (Lepidoptera: Pyralidae) dan penggerek batang padi merah jambu
Sesamia inferens (Lepidoptera: Noctuidae) (Pathak 1975).

Hama Wereng
Beberapa spesies wereng daun dan wereng batang yang tersebar luas di
dunia merupakan hama penting tanaman padi. Pada beberapa wilayah serangan
hama ini sering terjadi dalam jumlah yang besar dan menyebabkan kekeringan
total pada tanaman padi (hopper-burn), kadang-kadang serangan hama ini dapat
menyebabkan kegagalan panen. Selain kerusakan langsung pada tanaman akibat
aktifitas makan, hama wereng juga merupakan vektor virus penyebab penyakit
pada padi, yang juga dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi sebanding
dengan hama penggerek batang padi (Pathak 1975). Suseno (1986) menyebutkan
bahwa wereng coklat dapat menjadi vektor dua macam tipe virus yaitu kerdil
rumput (grassy stunt) dan kerdil hampa (ragged stunt).
Beberapa spesies penting hama ini antara lain wereng hijau Nephotettix spp.
(Hemiptera: Cicadellidae), wereng coklat Nilaparvata lugens (Hemiptera:
Delphacidae),

wereng

punggung

putih

Sogatella

furcifera

(Hemiptera:

Delphacidae), dan Sogatodes oryzicola (Hemiptera: Delphacidae), selain keempat
jenis wereng tersebut, juga dikenal hama wereng zigzag Recilia dorsalis
(Hemiptera: Cicadellidae). Tiga spesies yang pertama semuanya ditemukan di

Asia, sementara S. oryzicola ditemukan di Amerika Serikat bagian selatan dan di
Amerika Selatan bagian tengah-utara (Pathak 1975).

Ulat Grayak
Larva ulat famili Noctuidae ini memakan daun dan batang tanaman padi.
Hama ini dikenal juga dengan nama umum ulat grayak. Larva ulat grayak makan
pada bagian akar dan titik tumbuh tanaman, larva ini dapat memotong batang
tanaman pada berbagai ketinggian dan juga dapat merusak daun serta malai
(Pathak 1975).
Ulat grayak Mythimna separata (Lepidoptera: Noctuidae) telah dilaporkan
pernah menyerang di Rusia, Timur Jauh, Sakhalin, Afghanistan, India, Manchuria,
Pakistan, Srilanka, Thailand, Burma, Sabah, Jawa, Celebes, Kamboja, Taiwan,
Vietnam, Filipina, Jepang, Korea, Cina, Irian Barat, Papua Nugini, Fiji,
Kepulauan Norfolk, Queensland, New South Wales, Western Samoa dan Selandia
Baru (Grist & Lever 1969).

Walang Sangit
Walang sangit memperoleh makanannya dengan cara menghisap bulir padi
yang sedang berkembang hingga menyebabkan kerugian serius pada pertanaman
padi. Biasanya serangga ini, selain hidup di areal pertanaman padi juga hidup di
semak dan rerumputan dimana mereka mencari makan dan berkembang biak
selagi padi dalam fase vegetatif. Serangga ini akan berpindah ke pertanaman padi
saat padi mulai berbunga (Pathak 1975).
Jenis walang sangit yang paling penting di wilayah beriklim subtropik dan
tropik tergolong dalam genus Leptocorisa. Beberapa spesies walang sangit ini
adalah L. acuta, L. oratorius, L. chinensis (Pathak 1975).

Musuh Alami Hama Tanaman Padi
Musuh alami merupakan komponen yang dapat digunakan dalam
pengendalian hama terpadu untuk menekan populasi hama secara aman dan
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut (Chant 1966). Musuh
alami hama antara lain adalah predator, parasit, cendawan, protozoa, bakteri dan

virus yang digunakan untuk mengontrol populasi serangga hama (Jones & Jones
1974). Parasit dan patogen wereng coklat telah dilaporkan dari Taiwan, Jepang,
Thailand, India, Malaysia, Srilanka, Sarawak, Fiji, Filipina dan Kepulauan
Solomon. Setidaknya ada 19 spesies serangga Hymenoptera (Eulophidae,
Mymaridae dan Trichogrammatidae) telah diidentifikasi sebagai parasit telur.
Selain itu 16 spesies serangga yang terdiri atas Hymenoptera (Dryinidae),
Strepsiptera (Elenchidae) dan Diptera (Pipunculicidae) telah diidentifikasi sebagai
parasit pada nimfa dan imago wereng coklat. Selain itu, 1 spesies nematoda
(Mermithidae) dan 7 spesies cendawan (Entomophthoraceae dan Stilbaceae) juga
telah ditemukan menyerang nimfa dan imago wereng coklat (Chiu 1979).
Kartohardjono & Soejitno (1987) menyebutkan beberapa musuh alami yang
menjadi predator wereng coklat adalah Cyrthorinus lividipennis Reut. (Hemiptera:
Miridae), laba-laba, Ophionea spp. (Coleoptera: Carabidae), Paederus fuscipes
Curt. (Coleoptera: Staphylinidae), kumbang Coccinellidae dan Microvelia spp.
(Hemiptera: Veliidae). Selain itu musuh alami hama penggerek batang padi adalah
parasitoid yang dapat memarasit pada stadium telur, larva dan juga pupa.
Kalshoven

(1981)

menyebutkan

Trichogramma

japonicum

Ashmead

(Hymenoptera: Trichogrammatidae), Telenomus rowani Gahan (Hymenoptera:
Scelionidae) dan Tetrastichus schoenobii Ferriere (Hymenoptera: Eulophidae)
merupakan parasitoid penting pada telur hama penggerek. Sedangkan kemampuan
memarasit ketiga jenis parasitoid ini pada telur hama penggerek padi kuning
bervariasi, tergantung dari tempat dan lingkungannya.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari hingga April 2007
bertempat di Desa Balonggandu, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang,
Provinsi Jawa Barat. Selain itu, identifikasi parasitoid dilaksanakan di
Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Metode Penelitian
Budidaya Padi Hibrida
Penanaman bibit padi pada petak sawah menerapkan sistem tanam jajar
legowo 2:1. Pada sistem tanam jajar legowo 2:1, jarak tanam yang digunakan
adalah 20 cm x 15 cm. Di mana jarak antar baris adalah 20 cm, jarak dalam baris
adalah 15 cm. Setiap dua baris tanaman diberi jarak 40 cm.

Gambar 1 Pengaturan jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo 2:1.
Varietas padi yang ditanam adalah Hibrindo R1 dengan nama dagang Arize.
Benih padi hibrida ini diproduksi oleh PT Bayer Crop Science. Kebutuhan benih
adalah 20 kg/ha.
Benih padi yang akan ditanam terlebih dahulu disemai di tempat
persemaian. Bibit padi ditanam saat berumur 27 hari setelah semai. Jumlah bibit
per lubang tanam adalah 2 – 3 bibit.

Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian hama, penyakit
dan gulma serta pengaturan air. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu
pada saat tanaman padi berumur 14 dan 35 hari setelah tanam (HST). Pupuk yang
digunakan adalah Urea sebanyak 200 kg/ha, SP36 100 kg/ha serta NPK Phonska
100 kg/ha, untuk dua kali pemupukan.
Pengendalian hama dilakukan sebanyak empat kali. Aplikasi pertama
dilakukan pada saat tanaman padi berumur 20 HST menggunakan insektisida
dimehipo (Spontan 400 WSC) dengan dosis 200 ml/ha. Aplikasi kedua dilakukan
pada saat tanaman padi berumur 26 HST menggunakan insektisida indoksakarb
(Ammate 150 SC) dengan dosis 100 ml/ha. Aplikasi yang ketiga dilakukan ketika
tanaman padi berumur 42 HST. Insektisida yang digunakan pada aplikasi ketiga
ini adalah imidakloprid (Winder 25 WP) dengan dosis 100 g/ha, yang dicampur
dengan insektisida lambda sihalotrin (Stopper 250 EC) dan tiakloprid (Calypso
240 SC), masing-masing dengan dosis 250 ml/ha. Sedangkan aplikasi keempat,
dilakukan pada saat tanaman padi berumur 55 HST dengan insektisida
imidakloprid (Imidor 50 SL) dengan dosis 250 ml/ha. Pengendalian penyakit
hanya sekali, yaitu pada 55 HST, bersamaan dengan aplikasi pengendalian hama.
Fungisida yang digunakan pada aplikasi ini adalah difenokonazol (Score 250 EC)
dengan dosis 250 ml/ha.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara disiangi.
Sedangkan pengaturan air dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan air
irigasi.

Metode Penentuan Tanaman Contoh
Pengamatan dilakukan pada dua petak sawah yang masing-masing
berukuran 1483,5 m2 dan 1518 m2. Pada setiap petak diamati 100 rumpun
tanaman contoh. Jumlah tanaman contoh yang diamati pada penelitian ini adalah
200 rumpun. Penentuan tanaman contoh dilakukan dengan membentuk dua garis
diagonal dari sudut petak sawah. Dari setiap garis diagonal diamati 50 rumpun
tanaman yang dijadikan tanaman contoh.

Gambar 2 Teknik penentuan rumpun tanaman contoh pada petak sawah.
Pengamatan Kelimpahan Hama dan Musuh Alami
Pengamatan dilakukan sejak tanaman padi berumur 34 HST hingga padi
berumur 76 HST dengan interval 1 minggu. Kelimpahan hama wereng coklat
Nilaparvata lugens Stål., wereng punggung putih Sogatella furcifera Horv.
(Hemiptera: Delphacidae) dan wereng zigzag Recilia dorsalis Motsch.
(Hemiptera: Cicadellidae) ditentukan dengan menghitung kerapatan populasi
nimfa dan imago pada rumpun tanaman contoh. Begitu juga dengan kelimpahan
hama kepinding tanah Scotinophara sp. (Hemiptera: Pentatomidae). Kelimpahan
hama ulat grayak Mythimna spp. (Lepidoptera: Noctuidae) ditentukan dengan
menghitung kerapatan larva pada rumpun tanaman contoh. Sedangkan untuk
mengetahui serangan hama penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas
Walk. dan penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata Walk. (Lepidoptera:
Pyralidae) dilakukan dengan cara menghitung anakan yang menunjukkan gejala
sundep dan gejala beluk pada rumpun tanaman contoh.
Kelimpahan predator C. lividipennis, ditentukan dengan menghitung
keberadaan nimfa dan imago pada rumpun tanaman contoh. Sementara itu,
kelimpahan P. fuscipes dan Ophionea sp. ditentukan dengan menghitung
kerapatan imago pada rumpun tanaman contoh. Penetapan kelimpahan
Coccinellidae predator, dilakukan dengan cara menghitung larva, pupa dan imago
yang ditemui pada rumpun tanaman contoh. Penetapan kelimpahan laba-laba
dilakukan dengan cara menghitung kerapatan laba-laba tersebut pada rumpun

tanaman contoh. Sedangkan untuk mengetahui jenis parasitoid, sebanyak 40
kelompok telur hama penggerek batang padi dikumpulkan dari petak percobaan
kemudian dipelihara dalam tabung film. Parasitoid yang keluar dari kelompok
telur tersebut diidentifikasi dan dihitung di laboratorium dengan bantuan
mikroskop stereo.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Desa Balonggandu termasuk dalam wilayah Kecamatan Jatisari, Kabupaten
Karawang, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kecamatan Jatisari terletak
pada 6,21o Lintang Selatan dan 107,30o Bujur Timur. Wilayah ini merupakan
dataran rendah dengan ketinggian 28 m di atas permukaan laut.
Petak penelitian ini terletak pada hamparan sawah milik penduduk. Menurut
keterangan petani setempat, padi varietas hibrida belum banyak dibudidayakan di
daerah ini. Petani lebih banyak menanam varietas yang umum digunakan seperti
Ciherang. Budidaya padi di daerah ini masih dilakukan secara konvensional, yaitu
dengan menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan serangan hama dan
penyakit tanaman.

Kerapatan Populasi dan Intensitas Serangan Hama Utama
Selama fase vegetatif, serangga hama yang dominan ditemukan adalah
wereng coklat N. lugens, wereng punggung putih S. furcifera, wereng zigzag R.
dorsalis dan gejala serangan hama penggerek batang padi. Wereng coklat N.
lugens merupakan hama paling dominan yang ditemui selama pengamatan. Nimfa
dan imago N. lugens berwarna krem hingga kecoklatan dan dapat dengan mudah
ditemui pada pangkal batang tanaman padi. Namun, pada saat kerapatan
populasinya tinggi, wereng ini juga dapat ditemui hinggap pada daun tanaman
padi.
Wereng coklat N. lugens memiliki dimorfisme bentuk imago, yaitu imago
yang bersayap rudimenter (brakhiptera) dan imago yang bersayap sempurna
(makroptera). Imago dengan sayap sempurna akan muncul jika kerapatan populasi
wereng semakin meningkat. Saat populasi wereng semakin meningkat maka akan
terjadi migrasi. Menurut Baehaki (1987), munculnya wereng makroptera selain
dipengaruhi kepadatan populasi, juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan
kurangnya makanan. Pemunculan makroptera lebih banyak pada tanaman tua
daripada tanaman muda dan tanaman setengah rusak (partially hopperburn)
dibanding dengan tanaman sehat.

Jenis wereng ini merupakan hama penting yang dapat menimbulkan
kerusakan parah pada tanaman padi. Pada populasi yang tinggi hama ini dapat
mengakibatkan keringnya tanaman padi atau disebut dengan istilah hopperburn.
N. lugens merupakan hama dengan alat mulut bertipe menusuk menghisap. Alat
mulut berupa stilet digunakan untuk menusuk jaringan tanaman dan kemudian
menghisap cairan tanaman. Hama wereng ini, disamping merusak langsung
dengan mengisap cairan tanaman, juga merugikan karena berperan sebagai vektor
yang dapat menularkan penyakit yang disebabkan oleh virus (Pathak 1975).
Suseno (1986) menyebutkan bahwa wereng coklat dapat menjadi vektor dua
macam tipe virus yaitu kerdil rumput (grassy stunt) dan kerdil hampa (ragged
stunt). Pada pengamatan ini, kerapatan populasi wereng coklat N. lugens
mencapai 3,005 ekor per rumpun pada fase vegetatif dan menurun menjadi 2,195
ekor per rumpun pada fase generatif pertumbuhan padi.
Imago wereng punggung putih S. furcifera juga berwarna coklat dan
dicirikan dengan adanya warna putih pada bagian toraks. Wereng ini dapat
ditemukan bersama dengan wereng coklat pada pangkal batang tanaman padi.
Wereng punggung putih dan wereng coklat sama-sama memproduksi embun
madu yang dapat menjadi media tumbuh cendawan jelaga. Seperti halnya wereng
coklat, aktivitas makan wereng punggung putih S. furcifera dapat menyebabkan
hopperburn (Kalshoven 1981). Pada pengamatan ini, kerapatan wereng punggung
putih cukup tinggi yaitu 2,865 ekor per rumpun pada fase vegetatif dan
mengalami penurunan hingga menjadi 0,485 ekor per rumpun saat padi memasuki
fase generatif.
Wereng zigzag R. dorsalis mempunyai ciri khas berupa motif zigzag
berwarna coklat pada sayapnya. Berbeda dengan N. lugens dan S. furcifera,
wereng zigzag lebih sering ditemui hinggap pada daun padi. Jenis wereng ini
merupakan hama minor yang kerapatannya biasanya rendah. Pada pengamatan ini,
wereng zigzag hanya ditemukan pada fase vegetatif yaitu hanya 0,495 ekor per
rumpun. Hama ini menghilang menjelang fase generatif pertumbuhan padi.
Menurunnya populasi S. furcifera dan hilangnya R. dorsalis pada fase
generatif diduga karena terjadinya persaingan interspesifik dengan wereng coklat
N. lugens. Oka (1995) menyatakan bahwa persaingan dapat terjadi apabila

sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau berbeda) menggunakan
sumberdaya yang sama. Persaingan terjadi dalam hal memanfaatkan sumber
makanan, ruang tempat tinggal, tempat bertelur, cahaya matahari dan lain-lain.

Tabel 1 Kerapatan populasi hama pada fase vegetatif dan generatif
Fase pertumbuhan padi
Fase vegetatif

Fase generatif

Jenis hama
Nilaparvata lugens
Sogatella furcifera
Recilia dorsalis
Nilaparvata lugens
Sogatella furcifera
Scotinophara sp.
Mythimna spp.

Kerapatan per
rumpun
3,005
2,865
0,495
2,195
0,485
2,215
0,345

Kepik Scotinophara sp. berbentuk perisai dengan warna coklat kehitaman.
Pada siang hari kepik ini bersembunyi pada pangkal rumpun padi untuk
menghindari cahaya matahari. Pada waktu pengamatan, hama ini ditemukan
bersembunyi di sela-sela rumpun batang padi atau di tanah dekat perakaran padi.
Sedangkan pada saat menjelang malam kepik ini mulai naik ke daun dan mulai
menyebar. Scotinophara sp. memiliki sifat tertarik terhadap cahaya lampu dan
dapat mengeluarkan bau yang menyengat (Kalshoven 1981). Pada pengamatan ini
populasi Scotinophara sp. ditemukan meningkat pada fase generatif tanaman padi.
Kerapatan populasinya pada fase generatif ini mencapai 2,215 ekor per rumpun.
Tidak ditemukannya keberadaan Scotinophara sp. pada masa vegetatif
diduga dipengaruhi oleh sistem tanam jajar legowo 2:1 yang diterapkan. Jarak
tanam yang lebih lebar pada sistem tanam jajar legowo 2:1 memungkinkan sinar
matahari dapat menerobos hingga ke daerah pangkal batang tanaman. Kondisi
seperti ini tidak kondusif bagi keberadaan hama Scotinophara sp. Hal ini
berkaitan dengan sifat dari serangga ini yang cenderung menghindari sinar
matahari secara langsung. Hama ini mulai ditemukan keberadaannya pada fase
generatif perkembangan tanaman padi. Hal ini diduga disebabkan jumlah anakan
tanaman padi yang semakin bertambah dan rumpun padi yang semakin rimbun
sehingga sebagian cahaya matahari tidak dapat menembus sampai ke bagian
pangkal batang tanaman padi.

Selanjutnya, hama yang ditemukan pada pengamatan ini adalah penggerek
batang padi. Keberadaan hama ini tidak dapat dilihat secara langsung karena
stadia hama yang merusak adalah stadia larva. Keberadaan hama ini hanya dilihat
dari gejala serangan yang ditimbulkan. Namun, imago serangga ini berupa
ngengat terkadang dapat pula ditemui hinggap di batang atau daun tanaman padi.

Gambar 3 Gejala beluk pada tanaman padi.

Hama penggerek batang padi merupakan hama yang umum ditemui pada
tanaman padi yang dapat menyerang dari tahap persemaian hingga padi usia
dewasa (Pathak 1975). Pada areal pertanian padi di jalur Pantai Utara, jenis
penggerek batang padi yang umum menyerang adalah hama penggerek batang
padi putih S. innotata (Priyanto et al., 1992) dan hama penggerek batang padi
kuning S. incertulas yang juga menjadi hama penting di daerah yang menanam
padi lebih dari satu kali dalam setahun seperti halnya daerah Pantai Utara
(Soehardjan 1976).

Tabel 2 Intensitas serangan hama penggerek batang padi
Fase pertumbuhan padi
Fase vegetatif
Fase generatif

Intensitas serangan
16,00%
18,29%

Pada pengamatan ini gejala serangan hama penggerek selalu ditemukan
sejak awal hingga akhir masa pengamatan. Aktivitas makan berupa gerekan oleh

larva pada lipatan daun menimbulkan gejala berupa perubahan warna daun
menjadi keputihan yang luas dan memanjang dan bisa menyebabkan helai daun
kering dan menggulung. Sekitar seminggu setelah menetas, larva dari lipatan daun
menggerek ke dalam batang, dan makan pada bagian permukaan dalam jaringan.
Gerekan larva serangga ini seringkali terjadi pada bagian titik tumbuh tanaman.
Jika serangan seperti ini terjadi pada fase vegetatif, daun-daun muda akan
menggulung dan tidak terbuka, warna daun berubah kecoklatan dan mengering.
Gejala seperti ini dikenal dengan sebutan sundep atau mati pucuk dan anakan
yang terserang tidak dapat menghasilkan malai (Pathak 1975).
Setelah malai padi terbentuk, larva hama ini yang baru menetas akan
menggerek ke dalam batang padi dan memutus translokasi air dan hara dari akar
tanaman ke bagian atas tanaman. Hal ini menyebabkan malai yang telah terbentuk
menjadi hampa dan berwarna putih pucat. Gejala serangan hama penggerek
batang padi pada fase generatif ini disebut beluk atau malai hampa. Intensitas
serangan hama penggerek batang padi ini pada fase vegetatif cukup tinggi yaitu
mencapai 16,00% dan meningkat menjadi 18,29% pada fase generatif.

Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami
Selama masa pengamatan dalam penelitian ini, musuh alami yang tergolong
sebagai predator yang ditemukan adalah kepik C. lividipennis, kumbang
Coccinellidae predator, kumbang P. fuscipes, kumbang Ophionea sp., dan labalaba predator. Predator hama padi