Kelimpahan Hama Dan Musuh Alami Pada Pertanaman Padi Varietas Pandanwangi Di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur

KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA
PERTANAMAN PADI VARIETAS PANDANWANGI DI
KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ACEP MUHAMAD

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelimpahan Hama dan
Musuh Alami pada Pertanaman Padi Varietas Pandanwangi di Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015
Acep Muhamad
NIM A34110066

____________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
ACEP MUHAMAD. Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi
Varietas Pandanwangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur.
Dibimbing oleh I WAYAN WINASA.
Pandanwangi merupakan salah satu varietas padi lokal aromatik yang
berasal dari Kabupaten Cianjur. Padi Pandanwangi rentan terhadap serangan
hama. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pembatas produksi padi
Pandanwangi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelimpahan hama dan

musuh alami serta perkembangan populasinya pada tanaman padi Pandanwangi di
Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan langsung, lubang perangkap
(pitfall trap), dan jaring serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama
yang banyak ditemukan pada pertanaman padi Pandanwangi fase vegetatif awal
adalah trips. Kepinding tanah, wereng batang cokelat dan wereng hijau ditemukan
pada fase vegetatif dan generatif. Walang sangit dan kepik hijau ditemukan pada
fase generatif. Musuh alami yang banyak ditemukan adalah laba-laba predator
yaitu Tetragnathidae, Lycosidae, Oxyopidae, Araneidae, dan serangga predator
Formicidae, Carabidae, Coccinellidae dan Staphylinidae.
Kata kunci: kelimpahan, musuh alami, padi Pandanwangi, perkembangan populasi

ABSTRACT
ACEP MUHAMAD. Abundance of Pests and Natural Enemies at the Variety of
Pandanwangi Rice Field in Warungkondang District of Cianjur. Supervised by I
WAYAN WINASA.
Pandanwangi is one of the local aromatic rice varieties from Cianjur. Rice
Pandanwangi is susceptible to pest attack wich is one of the limiting factors in
Pandanwangi rice production. The aim of this study was to determined the
abundance of major pests and natural enemies and their population growth on

Pandanwangi rice plants in Bunikasih Village, Warungkondang district, Cianjur.
Observations were done by using the methods of direct observation, pitfall traps,
and insect sweep nets. The results show that the pests were commonly found in
Pandanwangi rice crops in the early vegetative stage is thrips. Rice black bug,
brown planthopper, and green leafhopper found in the vegetative and generative
stage. Rice bug and green stink bug found in the generative stage. Natural
enemies found were predatory spiders were family Tetragnathidae, Lycosidae,
Oxyopidae, Araneidae, predatory insect Formicidae, Carabidae, Coccinellidae and
Staphylinidae.
Keyword: abundance, natural enemies, Pandanwangi rice, population growth

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


KELIMPAHAN HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA
PERTANAMAN PADI VARIETAS PANDANWANGI DI
KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ACEP MUHAMAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Padi Varietas Lokal
Pandanwangi di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Skripsi ini
ditulis sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Juni 2015.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si
selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan ilmu, saran, motivasi, dan bimbingan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Dr. Ir. Titiek S Yuliani, SU selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis. Terima kasih kepada petani padi Pandanwangi
khususnya bapak H. Mansyur yang telah bersedia lahan sawahnya dijadikan
tempat penelitian.
Terima kasih kepada ibunda tercinta ibu Sutihat yang telah memberikan
segala bentuk dukungan dan restunya kepada penulis. Skripsi ini juga saya
persembahkan untuk almarhum ayahanda bapak Baden karena berkat bimbingan
beliau semasa kecil, saya menjadi cinta dengan dunia pertanian. Terima kasih
untuk kakak, dan seluruh keluarga penulis yang telah banyak mencurahkan

tenaga, pikiran, dan doa untuk penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 48 dan teman-teman di
Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman IPB yang telah
membantu dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga karya tulis ini
dapat selesai.

Bogor, Desember 2015
Acep Muhamad

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 3
Tempat dan Waktu......................................................................................... 3
Lahan Pengamatan ............................................................................... 3
Metode Penelitian .......................................................................................... 3
Pengamatan Langsung ......................................................................... 3
Lubang Perangkap (Pitfall Trap). ........................................................ 4

Penjaringan........................................................................................... 4
Identifikasi Artropoda.................................................................................... 4
Analisis Data ................................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................... 5
Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Tanaman Padi
Pandanwangi .................................................................................................. 5
Pengamatan langsung ........................................................................... 5
Lubang Perangkap (Pitfall Trap) .......................................................... 6
Penjaringan ........................................................................................... 7
Perkembangan Populasi Hama dan Musuh Alami ........................................ 8
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 13
Simpulan ..................................................................................................... 13
Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 2021

DAFTAR TABEL
1 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan
langsung ............................................................................................................ 86

2 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode pengamatan langsung .............. 6
3 Kelimpahan musuh alami dan Collembola yang tertangkap lubang
perangkap ............................................................................................................ 7
4 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode penjaringan ............ 7
5 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode penjaringan .............................. 8

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan populasi trips pada tanaman padi Pandanwangi di Desa
Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur ............................ 8
2 Perkembangan populasi Scotinophara sp. dan N. lugens pada tanaman
padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur .............................................................................................. 9
3 Perkembangan populasi musuh alami laba-laba pada tanaman padi
Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur ............................................................................................ 10
4 Perkembangan populasi N. viridula, N. virescent dan Leptocorisa sp.
pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur ............................................................... 11
5 Perkembangan serangan penggerek batang pada tanaman padi
Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur ............................................................................................ 12
6 ............................................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perkembangan kelimpahan hama pada tanaman padi Pandanwangi
berdasarkan metode pengamatan langsung....................................................... 17
2 Perkembangan kelimpahan musuh alami predator pada tanaman padi
Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan langsung ................................ 18
3 Hama tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan selama
pengamatan ....................................................................................................... 19
4 Musuh alami pada tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan
selama pengamatan ........................................................................................... 20
..............................................................................................................................

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masyarakat Indonesia mengonsumsi beras rata-rata 113 kg/kapita/tahun,
sehingga total kebutuhan beras nasional sebanyak 29 juta ton pada tahun 2014
(BPS 2015). Data tersebut menunjukkan bahwa beras merupakan bahan pangan

utama masyarakat Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat seiring jumlah
penduduk Indonesia yang terus bertambah. Oleh sebab itu, produksi beras sebagai
bahan pangan utama harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di
sisi lain kesejahteraan sosial masyarakat yang terus meningkat menyebabkan
perubahan pola konsumsi jenis beras. Masyarakat menengah ke atas sudah mulai
memilih jenis beras khusus kualitas premium untuk dikonsumsi. Untuk itu,
peningkatan produksi beras juga harus bisa memenuhi kebutuhan khusus tersebut.
Salah satu jenis beras khusus kualitas premium yang dikenal di Indonesia adalah
beras aromatik.
Beras aromatik (aromatic rice) merupakan salah satu jenis beras kualitas
premium yang memiliki daya saing dari segi harga di pasar (Singh et al. 2000).
Beras Pandanwangi Cianjur merupakan salah satu jenis beras aromatik lokal
unggul nasional yang berasal dari Kabupaten Cianjur. Menurut BBPTP (2010),
keunggulan beras ini dapat dilihat dari segi penampilan fisik yang baik, tekstur
yang pulen dan aroma pandan yang menyenangkan (pleasan odour). Perbedaan
aroma yang terdapat dalam beras Pandanwangi dengan beras yang tidak memiliki
aroma khusus adalah kandungan 2-asetil-1 pirolina (2AP) dan senyawa volatil
seperti hidrokarbon, alkohol, ester, aldehid, keton dan senyawa volatil lainnya
yang lebih banyak (Wijaya et al. 2008). Beras Pandanwangi memiliki kadar
amilosa kategori sedang yaitu 24.6 %. Kandungan amilosa kategori sedang

menimbulkan tekstur pulen pada beras Pandanwangi (Wijaya et al. 2008). Beras
Pandanwangi banyak diminati oleh masyarakat walaupun harganya lebih tinggi
daripada beras pada umumnya. Namun, kebutuhan pasar yang tinggi terhadap
beras khusus kualitas premium seperti beras Pandanwangi tidak diimbangi dengan
produksi yang cukup. Salah satu permasalahan produksi beras Pandanwangi
adalah kerentanan tanaman ini terhadap serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT).
Tanaman padi aromatik rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang
umum menyerang tanaman padi (Singh et al. 2000). Padi Pandanwangi rentan
terhadap serangan hama penggerek batang dan wereng batang cokelat biotipe 2
dan 3 (Diperta Cianjur 2012). Selain hama dan penyakit, faktor lain yang
menyebabkan produksi beras Pandanwangi menurun adalah persyaratan daerah
tanam (geografis) dan lamanya masa tanam. Padi Pandanwangi hanya optimal
menghasilkan aroma terbaik apabila ditanam di enam Kecamatan di Kabupaten
Cianjur yaitu Warungkondang, Cibeber, Cilaku, Campaka, Cugenang dan
Gekbrong. Keenam kecamatan tersebut berada pada ketinggian 500-900 mdpl
(Diperta Cianjur 2012). Padi Pandanwangi membutuhkan waktu 155 hari dari
masa tanam sampai panen. Mayoritas petani di Kecamatan Warungkondang lebih
memilih varietas yang lebih cepat panen dibandingkan dengan padi Pandanwangi
walaupun menurut perhitungan analisis usaha padi Pandanwangi tetap lebih
unggul dibandingkan varietas unggul lain yang banyak ditanam petani (Rohman

2
2008). Banyaknya varietas padi yang ditanam, menyebabkan kondisi pertanaman
padi di daerah produksi padi Pandanwangi tidak serempak baik dalam
penggunaan varietas padi, maupun periode waktu tanam. Kondisi tersebut
menyebabkan serangan hama di kawasan sentra produksi padi Pandanwangi
cukup tinggi. Dalam konsep pengendalian hama terpadu (PHT) ditekankan bahwa
pengendalian hama selayaknya dapat dilakukan secara hayati dengan
memanfaatkan musuh alami yang telah ada di lahan pertanaman. Musuh alami
yang menghuni pertanaman padi sangat beragam dan dapat dimanfaatkan untuk
menekan populasi hama kalau dikelola dengan baik (Untung 1993). Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kelimpahan hama dan musuh
alami yang ada di pertanaman padi khususnya padi Pandanwangi.
.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kelimpahan dan
perkembangan populasi hama serta musuh alami pada pertanaman padi
Pandanwangi di Desa Bunikasih, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat.
Manfaat Penelitian
Ketersediaan data atau informasi kelimpahan hama dan musuh alami dapat
digunakan oleh petani padi Pandanwangi dalam menentukan manajemen
pengendalian hama yang sesuai dengan kondisi di lapang dengan mengedepankan
sistem PHT.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai Juni 2015.
Pengamatan lapang dilakukan di lahan sawah milik petani di desa Bunikasih,
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian
laboratorium berupa identifikasi artropoda hama dan musuh alami dilakukan di
Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Lahan Pengamatan
Lahan pertanaman padi Pandanwangi yang diamati seluas ±3000 m² berada
pada ketinggian 682 mdpl. Tanaman diamati mulai umur 2 sampai 19 minggu
setelah tanam (MST) yang dibagi ke dalam fase vegetatif dan generatif. Fase
pertumbuhan padi meliputi pembibitan (14 hari), vegetatif awal (0-6 MST), dan
vegetatif akhir (7-11 MST). Fase generatif meliputi masa reproduktif (12-16
MST) dan pematangan bulir (17 MST-panen).
Teknik budidaya padi yang diterapkan adalah pengembalian jerami setelah
musim panen. Penanaman dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm jajar legowo lima
dengan jumlah bibit tiap lubang tanam berkisar antara 2-3 bibit. Penyiangan
gulma dilakukan dengan cara manual menggunakan tangan yang dilakukan satu
kali dalam satu musim tanam yaitu pada 7 MST. Gulma yang tumbuh di lahan
terdiri atas golongan rumput, teki, dan gulma daun lebar. Pemupukan dilakukan
pada umur tanaman 2 MST dilanjutkan dengan interval setiap 15 hari sekali
selama lima kali pemupukan menggunakan pupuk alami campuran
mikroorganisme lokal (MOL) dan pupuk organik cair (POC). Dosis yang
digunakan dalam satu kali aplikasi adalah 2200 ml/ha POC ditambah 400 ml/ha
MOL yang dicampurkan ke dalam air sampai mencapai 100 l.
Metode Pengamatan
Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung dilakukan pada 100 rumpun tanaman contoh yang
ditentukan secara acak sistematis. Setiap rumpun diamati mulai dari pangkal
batang sampai daun. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai 18 kali
pengamatan. Pengamatan langsung meliputi jenis dan jumlah hama dan musuh
alami dan gejala serangan pada rumpun tanaman. Hama dan musuh alami yang
belum diketahui jenisnya dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label,
dikoleksi dalam botol koleksi yang diisi alkohol 70% kemudian diidentifikasi di
laboratorium.
Pengamatan trips pada fase vegetatif awal dilakukan dengan cara membuka
daun yang terserang yaitu daun yang menggulung kemudian dihitung jumlah
nimfa maupun imago trips. Pengamatan trips pada fase generatif dengan
menghitung jumlah trips yang terlihat di permukaan daun.
Pengamatan laba-laba dan musuh alami lain, wereng batang cokelat (WBC) dan
kepinding tanah dilakukan dengan cara membuka pangkal rumpun padi.
Pengamatan wereng hijau dilakukan dengan cara menghitung jumlah nimfa dan

4
imago yang ada pada permukaan daun. Pengamatan walang sangit dilakukan
dengan cara menghitung jumlah nimfa dan imago yang berada pada tajuk tanaman
khususnya pada malai.
Pengamatan hama penggerek batang dilakukan dengan menghitung
intensitas serangannya, yaitu dengan menghitung jumlah pucuk mati pada fase
vegetatif (sundep) dan jumlah malai hampa pada fase generatif (beluk) per
rumpun dibagi jumlah total anakan atau tunas dalam satu rumpun dengan rumus
sebagai berikut:

Lubang Perangkap (Pitfall Trap)
Artropoda yang hidup dan beraktivitas di permukaan tanah diamati dengan
menggunakan lubang perangkap (pitfall trap). Lubang perangkap dibuat dari gelas
bekas air mineral (tinggi 9.5 cm dan diameter 6.5 cm). Gelas ditanam di tanah
dengan posisi permukaan atas sejajar dengan permukaan tanah. Gelas diisi
formalin 2% dengan volume 1/3 gelas, kemudian diberi pelindung seng (panjang
30 cm dan lebar 15 cm) yang berbentuk seperti atap rumah untuk menghindari
tetesan air hujan. Dalam setiap pengamatan dipasang 25 perangkap di pematang
sawah dengan jarak antar perangkap 10 m. Perangkap dipasang selama 24 jam dan
diulang setiap minggu mulai umur tanaman 2 MST sampai 19 MST. Artropoda
yang tertangkap kemudian dikoleksi dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70%
untuk diidentifikasi di laboratorium dan dicatat jenis dan jumlahnya.
Penjaringan
Penjaringan dilakukan untuk mendapatkan artropoda yang aktif terbang dan
yang aktif di sekitar tajuk tanaman. Penjaringan dilakukan dengan menggunakan
jaring serangga sebanyak 10 ayunan dengan 20 kali ulangan. Penjaringan
dilakukan pada lahan pengamatan dengan penyebaran sistematis. Artropoda yang
didapat dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian dikoleksi dalam botol
koleksi yang berisi alkohol 70%. Selanjutnya diidentifikasi, dicata jumlah dan
jenisnya.
Identifikasi Artropoda
Identifikasi artropoda menggunakan buku identifikasi Borror et al. (1996),
Barrion dan Litsinger (1994), Kalshoven (1981), Reissig et al. (1986) dan Shepard
et al. (1987). Artropoda yang diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan perannya
sebagai hama (herbivor), musuh alami (predator dan parasitoid), detritivor, dan
peran lainnya.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari ketiga metode pengamatan dan hasil identifikasi
diolah menggunakan Microsoft office Excel 2010, kemudian ditampilkan dalam
bentuk tabel dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelimpahan Hama dan Musuh Alami pada Tanaman Padi Pandanwangi
Pengamatan Langsung
Proporsi trips mencapai 77.40% dari keseluruhan hama yang ditemukan
pada pengamatan langsung (Tabel 1). Trips yang banyak ditemukan adalah Thrips
oryzae (Bagnall) atau Stenchaetothrips biformis (Thysanoptera: Thripidae)
(Lampiran 3). Trips dewasa berwarna cokelat gelap sedangkan nimfanya
berwarna kuning. Nimfa dan imago makan jaringan permukaan atas daun dengan
cara meraut dan menghisap menyebabkan gejala garis berwarna keperakan, gejala
lebih lanjut daun menggulung memanjang untuk perlindungan nimfa dan imago.
Gejala serangan trips di lahan pengamatan cukup parah, sehingga tanaman padi
terhambat pertumbuhan dan perkembangannya pada fase vegetatif awal. Hampir
semua tanaman padi pada fase tersebut menunjukkan gejala daun menggulung,
berwarna pucat dan layu bila dibuka di dalam gulungan daun ditemukan trips.
Kepinding tanah (Scotinophara sp.) yang ditemukan proporsinya mencapai
11.97 % dari keseluruhan hama (Tabel 1). Kepinding tanah ditemukan pada
pangkal rumpun tanaman padi. Gejala yang muncul akibat serangan hama ini
adalah adanya bekas tusukan pada batang dan beberapa rumpun daunnya
menguning. Jumlah kepinding tanah masih termasuk dalam kategori rendah
sehingga tidak menyebabkan gejala serangan yang parah pada pertanaman.
Wereng batang cokelat Nilaparvata lugens (Stal) yang ditemukan
proporsinya mencapai 2.66% dari keselurahan hama (Tabel 1). Wereng batang
yang banyak ditemukan terdiri dari berbagai stadia. Namun, yang paling banyak
ditemukan adalah stadia nimfa instar akhir dan imago. Wereng batang banyak
ditemukan di pangkal batang tanaman. Tidak ditemukan gejala parah akibat
serangan wereng batang selama pengamatan.
Wereng hijau (Nephotettix virescens) yang ditemukan pada pengamatan
langsung proporsinya mencapai 1.83%. Wereng hijau banyak ditemukan pada
permukaan daun. Stadia yang paling banyak ditemukan adalah imago. Tidak
ditemukan gejala parah akibat serangan wereng hijau selama pengamatan. Hama
yang banyak ditemukan menyerang malai adalah walang sangit (Leptocorisa sp.)
dan kepik hijau (Nezara viridula) dengan proporsi masing-masing sebanyak
1.81% dan 4.33%. Tidak serempaknya fase generatif pematangan bulir padi di
kawasan pertanian desa, menjadi salah satu faktor keberadaan walang sangit dan
kepik hijau. Kedua hama ini menyebabkan kuantitas dan kualitas bulir padi
rendah. Gejala yang muncul selama pengamatan adalah pada bulir padi ada bekas
tusukan berwarna kecokelatan.

6
Tabel 1 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode pengamatan
langsung
Serangga Hama
Jumlah
Proporsi (%)
Thrips oryzae
3167
77.40
Scotinophara sp.
490
11.97
Nezara viridula
177
4.33
Nilaparvata lugens
109
2.66
Nephotettix virescens
75
1.83
Leptocorisa sp.
74
1.81
Total
4092
100.00
Kelimpahan musuh alami pada pertanaman padi Pandanwangi berdasarkan
metode pengamatan langsung didominasi oleh artropoda predator (Tabel 2).
Artropoda predator yang paling banyak ditemukan adalah laba-laba famili
Tetragnathidae dengan proporsi 20.9%. Sementara golongan serangga predator
yang paling banyak ditemukan adalah famili Coccinellidae dengan proporsi
17.67% (Tabel 2). Keberadaan musuh alami dari kelompok predator yang
melimpah mampu menekan populasi hama tanaman padi Pandanwangi yang
relatif rentan terhadap serangan hama. Pengembalian jerami yang dilakukan oleh
petani setelah panen menjadi salah satu faktor melimpahnya musuh alami predator
di lahan pengamatan. Jerami sisa panen yang dikembalikan dapat mengembalikan
peranan hayati tanah bagi kesuburan tanah dan tanaman. Aktifitas berbagai
mikroorganisme, mikrofauna dan mikroflora meningkat sehingga mendukung
keberlangsungan siklus hara dan membentuk lapisan tanah organik yang sangat
baik bagi keberlangsungan hidup musuh alami. Di dalam tanah organik memiliki
populasi mangsa alternatif bagi predator lebih tinggi dibandingkan tanah yang
sedikit mengandung bahan organik (Nurjaya et al 2012).
Tabel 2 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode pengamatan langsung
Musuh Alami
Jumlah
Proporsi(%)
Tetragnathidae
269
20.95
Lycosidae
248
19.31
Oxypidae
197
15.34
Araneidae
153
11.92
Coccinellidae
227
17.68
Ophionea nigrofasciata
129
10.05
Paederus spp.
61
4.75
Total
1284
100.00
Lubang perangkap (Pitfall trap)
Hasil yang diperoleh dari pengamatan dengan lubang perangkap
menunjukkan bahwa kelimpahan tertinggi artropoda pada permukaan tanah adalah
Formicidae dengan proporsi mencapai 65.53% (Tabel 3). Ada 4 famili artropoda
lain yang cukup banyak ditemukan yaitu Lycosidae, Gryllidae, Carabidae dan
Staphylinidae. Namun kelimpahannya jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
Formicidae. Kondisi tersebut diduga berkaitan dengan status Formicidae yang
termasuk serangga yang relatif tahan terhadap insektisida dan mampu

7
menyesuaikan diri dengan baik atas perubahan kondisi ekosistem sawah (Way et
al. 1998).
Artropoda penting lainnya yang banyak ditemukan adalah Collembola.
Proporsi Collembola yang terperangkap mencapai 25.75%. Collembola berperan
sebagai pengurai dan bioindikator kesuburan tanah, serta menjadi mangsa
alternatif bagi berbagai jenis predator (Indriyati dan Wibowo 2008). Serangga
famili Scelionidae juga ditemukan terperangkap pada lubang perangkap. Jumlah
Scelionidae yang terperangkap sebanyak 47 individu (1.33%). Scelionidae
merupakan musuh alami golongan parasitoid yang aktif terbang. Meskipun bukan
serangga yang aktif di permukaan tanah namun parasitoid ini cukup banyak yang
terperangkap di lubang perangkap.
Tabel 3 Kelimpahan musuh alami dan Collembola yang tertangkap di lubang
perangkap
Musuh alami
Jumlah
Proporsi (%)
65
Lycosidae
1.85
64
Carabidae
1.81
17
Staphylinidae
0.50
114
Gryllidae
3.23
2310
Formicidae
65.53
47
Scelionidae
1.33
908
Collembola
25.75
3525
Total
100.00
Penjaringan
Hama yang paling banyak terjaring adalah wereng hijau dengan proporsi
31.89 % (Tabel 4). Wereng hijau menyerang daun dan aktif terbang dari rumpun
tanaman satu ke rumpun lainnya sehingga memungkinkan banyak yang terjaring.
Trips yang terjaring proporsinya mencapai 24.34%. Trips yang banyak terjaring
adalah trips yang menyerang tanaman pada fase pembungaan, karena trips yang
menyerang tanaman pada fase vegetatif berada di dalam gulungan daun. Jenis
trips yang banyak ditemukan pada metode penjaringan adalah Haplothrips spp.
(Thysanoptera: Phlaeothripidae). Nimfa dan imago Leptocorisa sp. dan N.
viridula banyak terjaring pada tanaman fase generatif. Proporsi kedua hama
tersebut masing-masing sebesar 29.72% dan 14.05% (Tabel 4).
Tabel 4 Kelimpahan hama padi Pandanwangi berdasarkan metode penjaringan
Jenis serangga hama
Jumlah
Proporsi (%)
Nephotettix virescens
59
31.89
Haplothrips spp.
45
24.34
Leptocorisa sp.
55
29.72
Nezara viridula
26
14.05
Total
185
100.00
Musuh alami yang paling banyak diperoleh pada metode penjaringan adalah
predator yang aktif mencari mangsa pada tajuk tanaman. Laba-laba

8
Tetragnathidae ditemukan paling banyak dengan proporsi 64.40% (Tabel 5).
Laba- laba ini sering diam dan mencari mangsa pada ujung daun padi sehingga
mudah terjaring.
Tabel 5 Kelimpahan musuh alami berdasarkan metode penjaringan
Musuh alami
Jumlah
Proporsi (%)
Tetragnathidae
119
64.40
Oxyopidae
29
16.38
Coccinellidae
27
15.25
Araneidae
7
3.95
Total
182
100.00

Rata-rata populasi
(individu/rumpun)

Perkembangan Populasi Hama dan Musuh Alami
Trips ditemukan sejak tanaman umur 2 MST dengan populasi 0.18 individu
per rumpun. Populasi trips meningkat drastis dari 3 sampai 5 MST. Populasi
tertinggi ditemukan pada 5 MST dengan jumlah rata-rata individu yang ditemukan
sebanyak 9.52 individu per rumpun (Gambar 1). Hal tersebut menunjukan bahwa
trips lebih banyak menyerang tanaman padi pada fase vegetatif awal. Kondisi
macak-macak (sedikit air) pada lahan di awal, menyebabkan populasi trips tinggi.
Umur bibit tanaman yang terlalu muda juga berpengaruh terhadap tingginya
serangan trips pada fase vegetatif awal.
10
8
6
4
2
0
2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Umur tanaman (MST)

Gambar 1 Perkembangan populasi trips pada tanaman padi Pandanwangi di Desa
Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Kepinding tanah (Scotinophara sp.) mulai ditemukan pada 7 MST.
Populasinya terus meningkat pada 8, 9, 10, 11, 12 MST dan mencapai puncak
populasi pada 13 MST dengan populasi mencapai 0.98 individu per rumpun
(Gambar 2). Perkembangan populasi kepinding tanah cenderung menurun pada
14-19 MST dan mencapai jumlah populasi terendahnya pada 19 MST dengan
populasi 0.05 individu per rumpun (Lampiran 1).
Ambang ekonomi kepinding tanah menurut Heinrich et al. (1986) adalah
rata-rata 6 ekor per rumpun. Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan kepinding
tanah masih berada di bawah ambang ekonomi. Jarak tanam jajar legowo dan
pembersihan gulma pada 7 MST membuat intensitas cahaya matahari yang masuk
ke sela-sela tanaman cukup tinggi. Hal tersebut diduga berpengaruh terhadap
perkembangan populasi kepinding tanah. Tingginya populasi semut pada
permukaan tanah di pematang sawah juga memungkinkan adanya predasi antara

9

Rata-rata populasi
(individu/rumpun)

semut api (Solenopsis geminata) yang banyak ditemukan, dengan telur maupun
imago kepinding tanah. Menurut Shepard et al. (1987) semut api dapat memangsa
telur dan imago kepinding tanah.
Populasi wereng cokelat mulai ditemukan pada 2 MST dengan jumlah 0.09
individu per rumpun dan mengalami fluktuasi dari awal sampai akhir pengamatan
(Gambar 2). Siklus hidup WBC relatif pendek yaitu 23-25 hari pada suhu 28 ˚C
dan 28-32 hari pada suhu 25 ˚C. WBC meletakkan sekitar 3-21 telur dalam satu
kali peletakan dan selama hidupnya mampu bertelur sebanyak 270-902 butir
(Nurbaeti et al. 2010). Kemampuan tersebut memungkinkan terjadinya
peningkatan populasi wereng cokelat dalam waktu yang relatif singkat. Namun,
populasi WBC yang ditemukan setiap minggu pengamatan mengalami penurunan.
Bahkan, pada minggu ke-10, 12, dan 13 tidak ditemukan WBC. Puncak populasi
wereng terdapat pada 15 MST dengan rata-rata populasinya 0.29 individu per
rumpun. Pada umur tersebut tanaman sedang mengalami fase pengisian malai.
Distribusi unsur hara yang meningkat pada jaringan tanaman pada fase tersebut
dimanfaatkan oleh hama wereng. Selain itu, wereng yang muncul pada umur
tersebut diduga adalah generasi ketiga. Menurut Baehaki dan Widiarta (2009)
wereng generasi ketiga dapat mencapai 500 kali lipat generasi awal. Namun di
lahan yang diamati, hal tersebut tidak terjadi karena banyaknya musuh alami.
Musuh alami yang ditemukan yaitu predator laba-laba Pardosa sp. (Lycosidae),
Kumbang Verania lineata (Coccinellidae), Ophionea nigrofasciata (Carabidae),
dan Paederus sp. (Staphylinidae). Keberadaan musuh alami laba-laba Pardosa sp.
cukup melimpah dengan perkembangan populasi yang lebih stabil dibandingkan
wereng cokelat. Pada saat tanaman umur 10 MST, populasi laba-laba Pardosa sp.
mencapai rata-rata 0.38±0.063 individu per rumpun (Lampiran 2). Pada saat yang
sama populasi wereng cokelat nol atau tidak ditemukan. Laba-laba pemburu
tersebut berpengaruh terhadap rendahnya populasi wereng cokelat. Menurut
Shepard et al. (1987) satu individu Pardosa sp. mampu memangsa sebanyak 5-15
ekor mangsa per hari dengan salah satu mangsa utamanya adalah wereng cokelat.
Rendahnya jumlah anakan padi Pandanwangi juga berpengaruh terhadap
rendahnya populasi wereng batang cokelat.
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

Scotinophara spp.
sp.
Scotinophara
N. lugens

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Umur tanaman (MST)
Gambar 2 Perkembangan populasi Scotinophara sp. dan N.lugens pada tanaman
padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur

10

Rata-rata populasi
(individu/rumpun)

Populasi tertinggi wereng hijau terjadi pada tanaman umur 5 MST dengan
jumlah rata-rata 0.15 individu per rumpun sedangkan populasi terendah terdapat
pada dua minggu pengamatan terakhir tidak ditemukannya wereng hijau (Gambar
4). Fluktuasi populasi wereng hijau di lahan dapat dipengaruhi oleh keberadaan
musuh alami yang ditemukan seperti laba-laba Tetragnathidae dan Araneidae,
yang aktif memangsa wereng hijau
0.4
0.3
0.2
Tetragnathidae
0.1

Lycosidae

0

2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819
Umur tanaman (MST)
Gambar 3 Perkembangan populasi musuh alami laba-laba pada tanaman
padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur
Walang sangit (Leptocorisa sp.) mulai ditemukan pada tanaman umur 12
MST dengan populasi 0.01 individu per rumpun. Populasi walang sangit
meningkat pada tanaman umur 17 MST dan mencapai puncaknya pada 18 MST
kemudian menurun kembali pada 19 MST (Gambar 4). Puncak populasi walang
sangit terjadi saat bulir padi memasuki fase pematangan masak susu. Kondisi
pertanaman sekitar yang tidak serempak dan kehadiran gulma dan padi liar
sebagai inang sementara, mendukung keberadaan walang sangit di lahan. Jumlah
walang sangit yang ditemukan termasuk kategori rendah. Selain walang sangit,
kepik hijau (Nezara viridula) juga menyerang bulir padi. Sama seperti walang
sangit, kepik hijau populasinya meningkat pada fase generatif yaitu pada masa
pematangan bulir padi. Puncak populasi N. viridula terdapat pada tanaman umur
19 MST dengan populasi 0.62 individu per rumpun (Gambar 4).
Keberadaan musuh alami predator Tetragnathidae (Lampiran 4) diduga
mampu menekan populasi Leptocorisa sp. Kelimpahan Tetragnathidae baik pada
pengamatan langsung maupun penjaringan, jumlahnya lebih banyak dibandingkan
hama tersebut. Gambar 3 menunjukkan perkembangan populasi Tetragnathidae
yang mengalami fluktuasi. Fluktuasi populasi Tetragnathidae dan walang sangit
berbanding lurus pada 17, 18, dan 19 MST. Hal tersebut menunjukkan adanya
hubungan ketersediaan mangsa bagi musuh alami.

11

Rata- rata populasi
(individu/rumpun)

0.7
0.6
0.5
0.4

N.viridula

0.3
0.2

N.virescens

0.1

Leptocorisa sp.
sp
Leptocorisa

0
2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

Umur tanaman (MST)
Gambar 4 Perkembangan populasi N. viridula, N. virescens dan Leptocorisa sp.
pada tanaman padi Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Penggerek batang merupakan hama utama tanaman padi termasuk pada
varietas Pandanwangi. Gejala serangan penggerek mulai ditemukan pada 4 MST.
Intensitas serangan tertinggi terjadi pada 11 MST atau pada masa vegetatif akhir
dengan intensitas serangan mencapai 5.81% (Gambar 5). Intensitas serangan
penggerek batang terendah terdapat pada minggu ke 17 atau pada masa generatif
awal. Persentase serangan pada minggu tersebut adalah 0.33%. Penggerek batang
yang ditemukan adalah penggerek batang kuning Scirpophaga incertulas dan
penggerek batang bergaris Chilo supressalis. Hama S. incertulas diketahui dari
adanya penerbangan imago dengan ciri-ciri ngengat berwarna kuning dan titik
hitam di kedua sayapnya. Sementara C. supressalis diketahui dengan melihat
adanya lima garis membujur berwarna keunguan pada larva yang diambil dari
tanaman terserang (Reissig et al. 1986). Intensitas gejala beluk pada saat panen
mencapai 1.83%. Persentase serangan penggerek juga dipengaruhi oleh tipe
tanaman. Padi dengan jumlah anakan rendah seperti varietas Pandanwangi tidak
memiliki kemampuan memperbarui anakan yang terserang seperti yang dimiliki
oleh padi varietas dengan jumlah anakan banyak (Pathak dan Khan 1994).
Sehingga kerugian tanaman yang terserang pada fase vegetatif tidak dapat
digantikan. Rendahnya serangan penggerek diduga karena keberadaan musuh
alami seperti Ophionea sp. dan laba-laba Oxyopidae. Laba-laba Oxyopidae
mampu memangsa 2-3 ngengat sehingga mampu menekan perkembangan
penggerek batang padi (Shepard et al. 1987). Intensitas serangan penggerek masih
berada pada kategori rendah. Intensitas serangan di bawah ambang ekonomi yang
ditetapkan Baehaki (2002) yaitu 6% fase vegetatif dan 9 % pada fase generatif.

Intensitas seranagn
Pengggerek (%)

12
7
6
5
4
3
2
1
0

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 23

Umur tanaman (MST)

Gambar 5 Perkembangan serangan penggerek batang pada tanaman padi
Pandanwangi di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Hama utama yang ditemukan pada tanaman padi Pandanwangi adalah trips
(Thrips oryzae (Bagnall)) atau Stenchaetothrips biformis, kepinding tanah
(Scotinophara sp.), wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens), wereng hijau
(Nephotettix virescens), kepik hijau (Nezara viridula), dan walang sangit
(Leptocorisa sp.). Hama yang paling banyak ditemukan pada fase vegetatif awal
adalah trips. Kepinding tanah, wereng batang cokelat dan wereng hijau ditemukan
pada fase vegetatif dan generatif. Walang sangit dan kepik hijau dominan
ditemukan pada fase generatif. Musuh alami yang banyak ditemukan adalah labalaba predator yaitu Tetragnathidae, Lycosidae, Oxyopidae, Araneidae, serta
serangga predator Formicidae, Carabidae, Coccinellidae dan Staphylinidae.
Saran
Perlu dilakukan pengamatan pada kondisi lahan dan waktu yang berbeda
sehingga didapatkan data yang lebih lengkap mengenai hama yang dominan
menyerang serta keberadaan musuh alami pada tanaman padi Pandanwangi.
Pengamatan perbandingan kelimpahan hama dan musuh alami pada tanaman padi
Pandanwangi dengan teknik budidaya organik dan konvensional perlu dilakukan
untuk melihat perbedaan kelimpahan hama dan musuh alami pada kedua teknik
budidaya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Baehaki SE. 2013. Penggerek batang padi dan teknologi pengendalian. J Litbang
Pertanian. 8(1):2-6.
Baehaki SE, Widiarta IN. 2009. Hama wereng dan cara pengendaliannya pada
tanaman padi. J Litbang Pertanian. 13(1):347-350.
[BBPTP] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Karakteristik komposisi
flavour (2-acetyl-1-pyroline) padi aromatik dan non aromatik di 3 Provinsi
di Indonesia [laporan akhir]. Subang (ID): BBPTP.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Konsumsi beras nasional (ton) 2013 [Internet].
[diunduh 2015 Maret 25]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/site/result
Tab.
Barrion AT, Litsinger JA. 1994. Taxonomy of rice insect pest and their arthropod
parasites and predators. Di dalam: Heinrich EA, editor. Biology and
Management of Rice Insect. New Delhi (IN): Wiley Eastern Limited. hlm
13-362.
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalam Pelajaran Serangga.
Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Pr. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects.
[Diperta Cianjur] Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 2012. Komoditas prioritas
lokal spesifik (Pandan Wangi) [Internet]. [Diunduh 2015 Mei 25], Tersedia
pada: http://disperta.cianjurkab.go.id/index.php?option=com_content&view
=article&id =95&Itemid=534.
Heinrichs EA, Katanyukul W, Rezaul KANM, Misra BC. 1986. Management of
insect pests in rainfed lowland rice. Di dalam: Progress in Rainfed Lowland
Rice. Manila (PH): International Rice Research Institute. hlm 349-358.
Indriyati, Wibowo L. 2008. Keragaman dan kelimpahan collembola serta
arthropoda tanah di lahan sawah organik dan konvensional pada masa bera.
J HPT Tropika. 8(2):110-116.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan P.A van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ikhtiar Baru- Van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesië.
Nurbaeti B, Nuratmadja IA, Putra S. 2010. Hama Wereng Cokelat (Nilaparvata
lugens Stal) dan Pengendaliannya. Bandung (ID): Balai Pengkajian
Pertanian Jawa Barat.
Nurjaya, Rochayati S, Pratiwi E. 2012. Teknologi pemanfaatn jerami pada lahan
sawah terdegradasi. Di dalam: Wiratno, Husnain. Pengelolaan Lahan pada
Berbagai EkosistemMendukung Pertanian Ramah Lingkungan. Bogor (ID):
Balai Penelitian Tanah. hlm 47-60.
Pathak MD, Khan ZR. 1994. Insect Pests of Rice. Manila (PH): International Rice
Research Institute.
Reissig WH, Heinrichs EA, Litsinger JA, Moody K, Fiedler R, Mew TW, Barrion
AT. 1986. Ilustrated Guide to Integrated Pest Management in Rice in
Tropical Asia. Manila (PH): International Rice Research Institute.
Rohman RE. 2008. Analisis daya saing beras pandan wangi dan varietas unggul
baru (Oryza sativa): kasus Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang,

15
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Shepard MD, Barion AT, Litsinger JA. 1989. Mitra Petani Padi Seranggaserangga, Laba-laba, dan Patogen yang Membantu. Untung K,
Wirjosuharjo S, penerjemah. Manila (PH): International Rice Research
Institute. Terjamahan dari: Farmers Partner, Insects, Spiders and
Phatogens.
Singh RK, Singh US, Khus GS. 2000. Aromatic Rice. New Delhi (IN): Oxford &
IBH`Publishing.
Untung K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Way MJ, Islam Z, Heong KL. 1998. Ants in tropical irrigated rice: distribution
and abundance, especially of Solenopsis geminata (Hymeoptera:
Formicidae). Bulletin of Entomological Research [Internet]. 88 (04): 467476. Tersedia pada: http://www.researchgate.net/publication/231925692
_ants_in_tropical_irigated_rice_Distribution_and_abundance_especially_of
_solenopsis_geminata_%Hymenoptera_Formicidae%29.DOI:10.1017/s0007
4530004 22 18.
Wijaya H, Kusbiantoro B, Faridah DN, Handoko DD, Taufik. 2008. Identifikasi
komponen aroma aktif beberapa varietas beras (Oryza miristica L) aromatik
asli Indonesia sebagai upaya pemanfaatan potensi beras Indonesia
[ringkasan penelitian]. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.
.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perkembangan kelimpahan hama pada tanaman padi Pandanwangi berdasarkan pengamatan langsung
Rataan populasi hama tanaman padi Pandanwangi pada umur ke- (MST)
HAMA
2
3
4
5
6
7
8
9
Thrips oryzae
0.18±0.065 3.35±0.931 8.76±1.235 9.52±1.288 6.17±0.982 2.23±0.578
0.02
0
Scotinophara sp.
0
0
0
0
0
0.04
0.07±0.096 0.08±0.038
N. lugens
0.09
0.08±0.037
0.1
0.04
0.09±0.035
0.03
0.01
0.03
N.virescens
0.07±0.040
0.03
0.04
0.15
0.08
0.11±0.031
0.05
0.01
Leptocorisa sp.
0
0
0
0
0
0
0
0

10
0
0.16±0.036
0
0.01
0

Lanjutan lampiran 1
HAMA
Thrips oryzae
Scotinophara sp.
N. lugens
N.virescens
Leptocorisa sp.

11
0
0.25±0.073
0.01
0.05
0

Rataan populasi hama tanaman padi Pandanwangi pada umur ke- (MST)
12
13
14
15
16
17
18
0
0.03
0.11±0.098 0.27±0.108 0.46±0.124 0.89±0.145 0.15±0.050
0.73±0.150 0.98±0.122 0.59±0.188 0.76±0.092 0.75±0.091 0.19±0.091 0.35±0.489
0
0
0.05±0.050
0.29±0.47
0.18±0.056
0.06
0.01
0.03
0.03
0.02
0
0.04
0.01
0
0.01
0.01
0.01
0
0
0.13±0.067
0.19

19
0.02
0.05±0.058
0.02
0
0.12±0.15

17

18

18

Lampiran 2 Perkembahan kelimpahan musuh alami predator pada tanaman padi Pandanwangi berdasarkan pengamatan langsung
Rataan populasi musuh alami (MST)
Musuh Alami
2
3
4
5
6
7
8
9
Tetragnathidae
Lycosidae
Oxyopidae
Araneidae
Coccinellidae
Ophionea nigrofasciata
Paederus spp

0.08
0
0
0
0
0
0

0.11±0.051
0
0
0.02
0
0.04
0.02

0.15±0.037
0.02
0.01
0
0.01
0.01
0.01

0.24±0.047
0.04
0.11±0.031
0.14
0
0.06
0

0.27±0.099
0.16±0.049
0.27±0.069
0.05
0
0.07
0.01

0.07
0.05
0.27±0.068
0
0
0.01
0

0.1
0.15±0.045
0.11
0.02
0.01
0.08±0.037
0.01

0.07±0.040
0.24±0.029
0.08
0.31±0.063
0.02
0.05
0.07

10
0.09
0.38±0.063
0.06
0.05
0.05
0.1±0.037
0.04

Lanjutan lampiran 2
Musuh alami
Tetragnathidae
Lycosidae
Oxyopidae
Araneidae
Coccinellidae
Ophionea nigrofasciata
Paederus sp.

Rataan populasi musuh alami (MST)
14
15
16

11

12

13

17

18

19

0.03
0.18±0.061
0.09±0.044
0.09±0.035
0.2±0.064

0.05±0.037
0.05
0.08
0.02

0.05
0.29±0.037
0.08
0.08
0.39±0.070

0.14±0.069
0.24±0.021
0.12±0.030
0.02
0.16±0,04

0.14±0.027
0.22±0.042
0.08
0.11±0.031
0.2±0.044

0.35±0.051
0.25±0.028
0.20±0.030
0.06±0.044
0.25±0.081

0.19±0.045
0.17±0.025
0.13±0.028
0
0.2±0.077

0.27±0.027
0.04
0.05
0.25±0.040
0.39±0.055

0.18±0.034
0.02
0.02
0.14±0.038
0.13±0.060

0.12
0.04

0.13±0.028
0.08

0.14±0.027
0.03

0.13±0.028
0.02

0.07
0.06

0.07
0.11

0.01
0.05

0.06
0.03

0.26±0.079
0.14±0.027
0.02

19

Lampiran 3 Hama tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan selama pengamatan

Thrips oryzae

Nilaparvata lugens

Nephotettix virescens

Leptocorisa sp.

Nezara viridula

Scotinophara sp.

Scirpophaga incertulas

19

20
20

Lampiran 4 Musuh alami pada tanaman padi Pandanwangi yang dominan ditemukan selama pengamatan

Tetragnathidae

Lycosidae

Coccinellidae

Formicidae

Oxyopidae

Araneidae

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 1 Desember 1991 sebagai anak
keempat dari empat bersaudara. Penulis lahir dari pasangan petani dan ibu rumah
tangga yaitu bapak Baden (alm) dan ibu Sutihat. Penulis memiliki tiga orang
kakak perempuan yaitu Ceuceu Hamidah, Yoyoh Samsyiah dan Dedeh Siti
Khadijah. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 26
Bandung pada program IPA dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi
Proteksi Tanaman melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif berorganisasi, mengajar, mengikuti
kegiatan kepanitiaan, menjadi moderator dan pembicara seminar, serta menjadi
ketua Program Kereatifitas Mahasiswa-Pengabdian masyarakat pada tahun 2013
dan 2014. Selama tingkat persiapan bersama penulis aktif menjadi KOMTI kelas.
Penulis pernah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman
(HIMASITA) pada tahun 2014, menjadi anggota aktif Paguyuban Mahasiswa
Bandung (PAMAUNG) dan Paguyuban Mahasiswa Bidikmisi (Beasiswa DIKTI)
IPB. Prestasi yang diperoleh penulis diantaranya Juara 1 solo vokal pada ajang
Action Faperta dan IPB art contest, Juara 1 vokal grup, Juara 2 menulis cerita
inspiratif, dan baca tulis puisi SEMARAK Bidik Misi IPB 2013.