Pengembangan teknik pembenihan langsung (Direct seeding) untuk regenerasi hutan

PENGEMBANGAN TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG
(DIRECT SEEDING) UNTUNTUK REGENERASI HUTAN

FAISAL DANU TUHETERU

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Pengembangan
Teknik Pembenihan Langsung (Direct Seeding) untuk Regenerasi Hutan" adalah

karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
b e d atau d i i t i p dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam D a f h Pustaka di

bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
Penulis

Faisal Danu T u h e t e ~

NRP. E45 1070011

ABSTRACT
FAISAL DANU TUHETERU. Developing Direct Seeding Method for Forest
Regeneration. Under academic supervision of IRDIKA MANSUR and
CAHYO WIBOWO.

Reforestation in tropical area is usually conducted by planting seedlings
(potted seedlings). However, direct seeding (direct planting of seed in the field)
could be an alternative method for the same purpose. This study investigated the
effect of various direct seediing technique and weeding on early establishment and
growth of several plantation forest trees species, and analyze the technical and
economic aspect. The results showed that method which buried, and covering seed
with mulch had significant effect on percentage and germination rate in

greenhouse condition. On the other hand, broadcasting the seed on the soil surface
was ineffective and resulted in low germination (failed). Field experiment showed
that Enterolobium. cyclocarpum, Intsia bijuga, Adenanthera pavoniana,
Dalbergia lalifoolia and Paraserianthes falcataria species were suitable for direct
seeding with burying the seed. On the other hand, and Gmelina arborea was
suitable for direct seeding by putting the seed above soil surface, and covering
them with mulch. Success in direct seeding could be categorized based on Doust
et al. (2008) categorization. In this study, there were found two categories, namely
category I (high survival rate and rapid growth) for E. cyclocarpum and G.
arborea; and category 3 (high survival rate and slow growth) for I. bijuga, A.
pavoniana, P. falcataria, C. pentandra and D. latifolia). According to literature
review and this study, direct seeding wuld reduce cost for forest establishment by
reducing labaour cost and increasing the efficiency of resource use, if compared
with planting of potted seedlings.
Keywords: direct seeding, efficiency, Enterolobium cyclocarpum, Gmelina
arborea, reforestation

RINGKASAN
FAISAL DANU TUHETERU. Pengembangan Teknik Pembenihan
Langsung (Direct Seeding) untuk Regenerasi Hutan. Dibimbing oleh

IRDIKA MANSUR dan CAHYO WIBOWO.

Reforestasi lahan di-wilayah tropika umumnya dilakukan dengan
penanaman dengan bibif namun dalam prakteknya memiliki kekurangan
diantxanya membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, teknik
pembenihan langsung dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk tujuan yang
sama Teknik pembenihau langsung telah dipraktekan untuk merehabilitasi lahan
pasca tambang, rehabilitasi lahan dan hutan terdegradasi serta untuk sistem
agroforesh-y. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai perlakuan
metode penaburan (pembenaman) benih dan gulma terhadap pertumbuhan awal
dan perkembangan tanaman, jenis tanaman yang wcok untuk diiembangkan
dengan teknik pembenihan langsung serta efektivitas pembenihan langsung dari
aspek teknis dan ekonomi.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahapan yakni pertama, seleksi
jenis potensial untuk pembenihan langsung di rumah kaca Penelitian ini
dilaksanakan di rumah kaca ~akult& Kehutanan IPB dengan menggunakan
rancangan acak lengkap. kedua, pengujian mutu fisik dan fisologis benih
dilakukan di rumah kaca kebun percobaan C i b a y a n dan Laboratorium
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB pada bulan November sampai dengan
Desember 2008 dan htiga, pengujian benih jenis terseleksi di lapangan di kebun

percobaan Cikabayan pada Januari hingga April 2009.
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode benih dibenamkan dan ditutup
mulsa berpengaruh signifikan terhadap daya kecambah dan laju perkecambahan
pada kondisi rumah kaca atau penaburan benih di atas permukaan media tidak
efektif dan menghasilkan daya kecambah yang rendah. Hasil penelitian lapangan
menunjukkan bahwa sengon but0 (Enterolobium cyclocarpum), saga
(Adenanthera pavoniana), sonokeling (Dalbergia latifolia) dan merbau (Zntsia
bijuga) serta sengon (Paraserianthes falcataria) sangat cocok dengan metode
benih dibenamkan sedangkan metode penaburan beni!! ditutup mulsa wcok untuk
tanaman jati putih (Gmelina arborea).
Hasil inventarisasi gulma pada plot - plot yang tidak disiangi secara
umum ditemukan sekitar 20 jenis gulma yang digolongkan kedalam 10 famili.
Jenis - jenis gulma tersebut adalah famili Poaceae (Brachiara spp., Digitaria
ciliaris (Retz.), Digitaria IongiJora (Retz.), Zmperata cylindrica L. dan Axonopus
compressus (Swartz) Beauv), Fabaceae (Centrosema sp. 1, Centrosema sp 2.,
Mimosa invisa, M. pudica L.), Euphorbiaceae (Croton hirtus L'Herit, Phyllanthus
niruri L.), Asteraceae (Ageratum conyzoides L. dan Emilia sonchifolia (L.)),
Amaranthaceae (Celosia argentea L.), Borangiaceae (Heliotropium indicum L.),
Capparidaceae (Cleome rutidosperma DC), Malvaceae (Sida rhombifolia L.),
Oxalidaceae (Oxalis barrelieri L.) dan Rubiaceae (Borreria alata (Aubl) DC).

Secara umum jenis Boreria alata (Rubiaceae) adalah jenis yang hampir
ditemukan dan dominan disemua plot penelitian.

Berdasarkan pada pengelompokan kesuksesan pembenihan langsung oleh
Doust et al. (2008) maka diperoleh dua kelompok kesuksesan teknik pembenihan
langsung yakni kategori 1 (daya hidup tinggi dan pertumbuhan cepat) untuk G.
arborea dan E. cyclocarpurn, dan kategori 3 (daya hidupnya tinggi tetapi
pertumbuhannya lambat) untuk I. bijuga, A. pavoniana, P. falcataria, C.
pentandra dan D. latifolia. Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pembenihan langsung dapat mengurangi biaya
pembangunan hutan dan lahan dengan cara mengurangi biaya tenaga keja dan
efisiensi sumberdaya bila dibandingkan dengan metode penanaman dengan bibit.

Kata kunci : efisien, Enterolobium cyclocarpurn, Grnelina arborea, pembenihan
langsung, reforestasi

O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya fulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a.pengufipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
kmya ilmiah, p e y s u n a n laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh Karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PENGEMBANGAN TEKNIK PEMBENIHAN LANGSUNG
(DIRECT SEEDING) m
T
U
K REGENERASI HUTAN

FAISAL DANU TUHETERU

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar
Magister Sains pada
Mayor Silvikultur Tropika


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Judul Tesis

:

Nama Mahasiswa
NRF'

:
:

Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung
(Direct Seeding) untuk Regenerasi Hutan
Faisal Danu Tuheteru
E451070011


Disetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Irdika Mansur. M.For.Sc
Ketua

Dr. Ir. Cahvo fibowo. M.Sc.F
Anggota

Koodinator Mayor
Silvikultur Tropika

C

Prof. Dr. Ir. IGK Tapa Darma.

Tanggal Ujian : 27 Juli 2009

Tanggal Lulus : 0 6 A l l G 2009


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala hikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
dengan judul Pengembangan Teknik Pembenihan Langsung (Direct Seeding)
untuk Regenemi Hutan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Irdika Mansur,
M.For.Sc dan Bapak Dr. Ir. Cahyo Wibowo, M.Sc.F selaku komisi pembimbing
serta Bapak Dr. Ir. Sri Wilarso Budi R selaku pcnguji l u x komisi yang telah
banyak memberikan masukan dan saran dalarn pelaksanaan dan penyelesaian tesis
ini. Disamping it4 penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf
laboratorium Silvikultur dan Kebun Percobaan Cikabayan IPB. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan istri serta seluruh keluarga dan
sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2009
Penulis

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rohomoni (Kab. Maluku Tengah) pada tanggal
28 Desember 1978 dari ayah Muh. A Tuheteru dan ibu Rabea SangadjilTuheteru.

Penulis merupakan puba kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2008, penulis
menikah dengan Rika Marwia Sangadji.
Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Inpres 2 Rohomoni
(1985-1991), yang dilanjutkan ke Sh4P Negeri 2 Pelau Kariu selarna 3 tahun.
Setelah lulus tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas dari tahun
1994-1997 di SMU Negeri 7 Ambon. Pada Tahun 2003, penulis menyelesaikan
p e n d i d i i sarjana di Institut Pertanian Bogor pada Jurusan Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan.
Sejak 2006 hingga sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari. Pada tahun
2007, penulis mendapatkan kesempatan untuk tugas belajar di Mayor Silvikultur
Tropika, Sekolah Pascasarjana IPB dengan sponsor dari Beasiswa Program
Pascasarjana (BPPS) Departemen Pendidikan Nasional RI.

DAFTAR IS1
Halaman
xii

...


Xlll

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................
Rumusan Masalah .....................................................
Tujuan Penelitian .....................................................
..
Hipotesis Penellhan ..................................................
Kerangka Pemikiran ..................................................

TINJAUAN PUSTAKA
Teknik Pembenihan langsung ......................................
Faktor .Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan
Pertumbuhan Anakan ................................................................

14

Waktu dan Tempat ....................................................
Alat dan Bahan ........................................................
Prosedur Kerja .........................................................
Analisis Data ...........................................................

16
16
16
23

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hail ..........................................................................................
Seleksi jenis potensial untuk direct seeding di rumah kaca .
Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih .........................
Pengujian benih jenis terseleksi di lapangan ........................
Pembahasan ...............................................................................
Pengaruh Metode Penaburan Benih di Rumah Kaca ..........
Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih .........................
Pengaruh Metode Penaburan Benih di lapangan ..............
Pengaruh Penyiangan Gulma dan Gangguan Laimya .........
Kajian Ekonorni Pembenihan Langsung ..............................

SIMF'ULAN DAN SARAN ...................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................

80

Deskripsi singkat jenis yang berpotensi dipakai untuk pembenihan
langsung ........................................................................

10

Beberapa perbedaan sifat benih ortodoks dan rekalsitran ...................

11

Perbandingan biaya pembenihan langsung dengan penanaman bibit ...

12

Estimasi biaya penanaman dan pembenihan langsung pada lahan
pengembalaan di New Zealand .....................................................

13

Prestasi kerja pengolahan lahan dan penanaman E. cyclocarpum per
hektar .........................................................................

13

Deskripsi perlakuan awal benih ...............................................

17

Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan benih terhadap
daya dan laju kecambah benih serta tinggi semai pada umur 8 minggu
setelah penaburan benih .......................................................

24

Pengaruh metode penaburan benih terhadap daya berkecambah benih
(%) setelah 8 minggu penaburan .............................................

25

Pengaruh metode penaburan benih terhadap laju kecambah (hari)
benih setelah 8 minggu setelah penaburan .................................

26

Pengaruh metode penaburan benih terhadap tinggi (cm) semai setelah
8 minggu penaburan ..............................................................

27

Hasil pengujian mutu fisik-fisiologis benih ..........................................

28

Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan
dan interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman
P. falcataria umur 3 bulan ....................................................

30

Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman P. falcataria umur 3 bulan ...........

31

Pengamh Metode penaburan benih terhadap parameter perhmbuhan
tanaman P.falcataria umur 3 bulan ........................................

31

Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdarnpingan dengan tanaman
P. falcataria umur 3 bulan ........................................................

32

Hasil analisa sidik ragam pengamh metode penaburan, penyiangan
dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman
E. cyclocarpum umut 3 bulan ................................................
Pengaruh Metode p e n a b m benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman E. cyclocarpum umur 3 bulan .......
Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman
E. cycIocarpum umur 3 bulan ...............................................
Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan
dan interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman A.
pavoniana umur 3 bulan ......................................................
Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana umur 3 bulan ..........
Pengaruh metode penaburan benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman A. pavoniana umur 3 bulan ..........
Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman
A. pavoniana umur 3 bulan ...................................................
Hasil analisa sidik ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan
dan interaksiiya terhadap parameter pertumbuhan tanaman Lbijuga
umur 3 bulan ....................................................................
Pengamh metode penaburan benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman I. bijuga umur 3 bulan ................
Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman
..
I. byuga umur 3 bulan .........................................................
Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan
dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman
G. arborea umur 3 bulan .......................................................
Pengamh metode p e n a b m benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman G. arborea umur 3 bulan .............
Tabel 25. Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan
dengan tanaman G. arborea umur 3 bulan .................................
Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan
dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman
C. pentandra umur 3 bulan ....................................................
Pengaruh metode penaburan benih clan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman C. pentandra umur 3 bulan ...........

Analisis vegetasi gulma yang twnbuh berdampingan dengan tanaman
C. pentandra umur 3 bulan ...................................................

Hasil analisa sidii ragam pengaruh metode penaburan, penyiangan
dan interaksinya terhadap parameter pertumbuhan tanaman
D.latifolia umur 3 bulan ......................................................
Pengaruh interaksi metode penaburan benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman D. latifolia umur 3 bulan .............
Pengaruh Metode penaburan benih dan penyiangan terhadap
parameter pertumbuhan tanaman D. latifolia umur 3 bulan .............
Analisis vegetasi gulma yang tumbuh berdampingan dengan tanaman
D. latiflia umur 3 bulan .....................................................
Sifat fisik dan !&nia tanah di lokasi penelitian ............................
Gambaran m u m kondisi iklim di lokasi penelitian .......................
Perbandiigan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan
langsung dengan bibit E. cyclocarpum ....................................
Perbandingan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan
langsung dengan bibit E. cyclocmpum ....................................
Perbandimgan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan
langsung dengan bibit P. falcataria ........................................
Perbandigan biaya pembuatan tanaman antara teknik pembenihan
langsung dengan bibit P. falcataria ........................................

Halaman

..

..

Kerangka p h penellt~an..................................................................
Kelebihan dan kekurangan penanaman dengan pembenihan
..
langsung dan blblt ..............................................................................
Pertambahan tinggi tanaman selama 16 minggu pengamatan ..........
Performa kecambah benih yang abnormal pada metode penaburan
benih di permukaan media kecambah (A, D = radikel C. pentandra
dan D. latifIa yang mengarah ke atas, B = radikel yang busuk dan
kering pada benih D. regia, C = radikel yang memanjang pada jenis
S. saman, E,F,G & H = tidak kokoh atau tidak tegaknya kecambah
E. cyclocarpum, M azedarach, C. pentandra dan S. saman pada
metode penaburan benih diatas permukaan media ) .....................
Pengujian mutu fisik (A, B & C = pengukuran berat benih dari jenis
A. pmoniana, P. falcataria dan I. bijuga) dan mutu fisiologis benih
tanaman uji @ = performa kecambah dari jenis tanaman yang
diuji) ...........................................................................
Biomassa gulma pada tanaman P. falcataria umur 3 bulan .............
Pengaruh kombinasi perlakuan terhadap penyerapan unsur hara N, P
dan K ...........................................................................
Visualisasi benih dan perkecambahan benih E. cyclocarpum
(A = perkecambahan benih pada metode penaburan benih ditutup
mulsa,
B = metode dienamkan dan C = benih E. cycloca?pum
yang sudah diberi perlakuan pendahuluan) ........................................
Biomassa gulma pada tanaman E. cyclocarpum umur 3 bulan .........
Biomassa gulma pada tanaman A. pmoniana urnur 3 bulan ............
Pengaruh interaksi metode penaburan dan penyiangan terhadap
berat kering akar (gr) tanaman I. bijuga umur 3 bulan (A1 =
Disiangi, A2 = Tidak disiangi, BI = Metode Benih dibenamkan dan
B2 = Metode benih ditutup mulsa) .......................................
Biomassa gulma pada tanaman I. bijuga umur 3 bulan

................

Biomassa gulma pada tanaman G. arborea umur 3 bulan ..............

Visualisasi benih dan perkecambahan benih Intsia bijuga di
lapangan (A = perkecambahan benih pa& metode penaburan benih
ditutup mulsa, B = metode dibenamkan dan C = benih I. Bijuga) ...
Visualisasi benih dan perkecambahan benih G. arborea di lapangan
(A = perkecambahan benih pada metode dienamkan, B = metode
penaburan benih ditutup mulsa) .........................................................
Biomassa gulma pada tanaman C. pentendra umur 3 bulan ...........
Biomassa gulma pada tanaman D. latiflia umur 3 bulan ..............
Pertumbuhan tinggi tanaman umur 90 hari ..............................
Pertambahan diameter tanaman umur 90 hari ...........................
Visualisasi tanaman umur 3 bulan yang berkompetisi dengan gulma
(A = G. arborea, B = E. cyclocarpum, C = D. latifoiia, D = I.
bijuga, E = C. Pentandra dun F = A . pavoniana) .............................
Visualisasi gangguan yang terjadi terhadap tanaman di lapangan (A
& B = daun I. bijuga yang tergulung oleh hama Clouges sp. pada
daun I. bijuga, C = Valanga sp., D = Dumping offpada G. arborea
dan E = terputusnya batang C. pentandra karena dirnakan burung) ..
Perbandingan efisiensi biaya teknik pembenihan langsung dengan
bibit P.falcataria .......................................................................
Perbandingan efisiensi biaya teknik pembenihan langsung dengan
bibit E.cyclocmpum. ..................................................................

Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik hutan hujan tropika di
dunia. Kepemilikan ini mengantarkan Indonesia sebagai negara dengan kekayaan
keanekaragaman hayati terbesar ketiga di dunia (Bappenas 2003). Namun seiring
dengan pemanfaatan dan eksploitasi yang berlebihan menyebabkan sumber daya
ini menjadi terdegradasi. Data menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2004,
kawasan hutan yang terdegmdasi telah mencapai luas 59,17 juta ha dengan laju

kemsakan 2.84 juta/ha/tahun, sedangkan lahan kritis di luar kawasan hutan
tercatat mencapai luas 41,47 juta hektar (Dephut 2006). Oleh k a n a itu, perlu
dilakukan upaya rehabilitasi 100,64 juta hektar khan dan hutan ~

~ tersebut.
a k

Untuk mendukung upaya tersebut Pemerintah Indonesia telah banyak
mengeluarkan berbagai kebijakan dan program rehabilitasi lahan dan hutan. Sejak
tahun 1955, usaha rehabilitasi telah dilakukan d e n g k nama program penghijauan
dan reboisasi. Saat ini pemerintah terus melakukan kegiatan rehabilitasi dengan
program utamanya adalah gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (GNRHL)
dengan segala derivasinya yang dicanangkan sejak tahun 2003. Sejak program
gerhan digulirkan sampai dengan tahun 2006 luas lahan yang telah direhabilitasi
sebanyak 1.4 juta hektar Wurniati 2007). Dari berbagai faktor penyebab
lambannya rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia, faktor adanya keterbatasan
regenerasi alami dan penanaman konvensional dalam mengembalikan h g s i dan
keberedaan hutan turut berkontribusi terhadap kondisi tersebut (Nurhasybi &
Sudrajat 2005).
Menurut Nurhasybi dan Sudrajat (2003) bzh..va regenerasi alami mengalami
kesulitan karena pada lahan-lahan yang kritis sulit ditemukan pohon-pohon yang
mampu menghasilkan benih denm

kualitas dan kuaniitas yang memadai.

Sedangkan penanaman konvensional memerlukan waktu dan biaya pelaksanaan
yang lebih besar dari mulai perbanyakan tanaman, persemaian, penanaman sampai
pada pemelihaman. Diperparah lagi dengan aksesibilitas yang rendah pada
sebagian besar kawasan lahan kritis membuat kondisi tersebut membutuhkan
metode yang pmktis.

Memperhatikan fakta bahwa upaya rehabilitasi tidak sebanding dengan laju
perluasan kawasan lahan dan hutan yang msak dan kritis maka perlu adanya
altematif metode rehabilitasi hutan dan lahan. Salah satu altematif metode yang
dapat dikembangkan adalah metode pembenihan langsung di lapangan (direct
seeding). Pembenihan langsung me~p&aII teknik penaburan atau penanaman
benih di lapangan tanpa melalui tahapan persemaian (Schmidt 2000; Beyer 2008).
Pembenihan langsung mempunyai salah satu keuntungamya dapat mengurangi
biaya pembangunan lahan dan hutan dengan cara meniadakan biaya produksi bibit
di persemaian dengan begitu biaya pengangkutan bibit dan upah buruh di
persemaian serta biaya penanaman dapat ditekan sehingga biaya total penanaman
dapat dikurangi secam nyata. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam segi
pendanaan program rehabilitasi. Keuntungan lain dari teknik ini adalah
pembangunan lahan lebih cepat dan dapat menjangkau lahan yang luas,
kenampakan secara alami serta menjaga performa tanaman (dalam pengangkutan
sering tejadi goncangan dan terputusnya akar) (Pumell& Higgins 1999; Ochsner
2001; G d e 2006). Kelemahan teknik ini adalah kurangnya perlindungan selama
perkecambahan

karena

faktor-faktor

lingkungan

yang

mempengaruhi

perkecambahan dan pertumbuhan semai sulit dikendalikan serta tidak efektif pada
lahan dengan kecuraman lereng yang tinggi (Beyer 2008). Keberhasilan tanaman
di lapangan sangat bergantung pada kondisi saat penaburan mencakup kondisi
cuaca dan tempat (tanah) (Colin 1998).
Laporan penelitian teknik pembenihan langsung di daerah tropis masih
kurang clan terbatas bila dibmdingkan dengan sub tropis (Australia dan Amerika
serikat),

a t a i temperate (Amerika Serikat, Kanada dan Scandanavia).

Kemungkiian tidak diaplikasikan di daerah tropika karena banyak jenis pohon
yang benihnya rekalsitran dan kompetisi dengan g~lrna Di dam& tropika,
aplikasi pembenihan langsung untuk rehabilitasi lahan pasca tambang dilaporkan
di India dan Australia (Ochsner 2001). Berbagai jenis tanaman yang dipakai untuk
rehabilitasi lahan terdegradasi terutama rehabilitasi hutan diantaranya pinus
(Pinus spp.), walnut (Juglam spp.), oak (Qztercus sp.), akasia (Acacia &lbute
Acacia pyrmantha & A. melanoxylon), Ekaliptus (Eucalyptus spp.), MeIaleuca
spp., Goodia lotifolia, Goodenia ovata, Gahnia sieberiam, sesbania sesban, dl1

(Owuor et 01. 2001; Anonim 2004, Goode 2006). Untuk lahan tambang, Cujanus

cajun telah diujicobakan di India (Ochsner 2001), jenis Acacia spirorbis (legum),
Carumina collinu dan Gymnostoma deplacheanum (Casuarinaceae), Grevillea

spp (Proteaceae), Carpolepis launifoolia (Mwceae) telah diaplikasikan di lahan
tambang nikel di New Caledonia (Sarrailh & Ayrault 2001).
Selain rehabilitasi lahan tambang, teknik ini juga dipraktekkan dalam sistem
agroforestry dengan jenis legum (Owour et al. 2001; Niang et 01. 2002), restorasi
hutan di Amazon (Camargo et al. 2002 dalam Schmidt 2008), rehabilitasi hutan
terdegradasi di Meksiko @enin-Agular 2003 dalam Schmidt 2008), penanaman
lahan kering di Nigeria (Eden Foundation 1996), rehabilitasi mangrove (Schmidt
2008) serta restorasi hutan dengan berbagai spesies (Knight et al. 1998).
Kaitannya dengan rehabilitasi lahan dan hutan di Indonesia maka teknik ini perlu
diujicobakan.
Secara umum pembenihan langsung dapat diterapkan dalam 3 (tiga) bentuk
(Schmidt 2007) yaitu : 1) penaburan benih ukuran kecil pada lahan terbuka

(broadcast sowing of small seed on cleaned land), bempa teknik aerial sowing
dan hydroseeding. Teknik aerial sowing telah diterapkan untuk rehabilitasi hutan

dan lahan curam di China, India dan Vietnam, sedangkan hydroseeding ditempkan
untuk rehabilitasi lereng - lereng lahan bekas tambang bauksit di Yunani Tengah
(Brofas et al. 2007) dan nikel di New Caledonia (Sarrailh & Ayrault 2001), 2)
penaburan benih dengan ketepatan tinggi (precision sowing), biasanya benih
ditabur langsung di tanah dengan menggunakan berbagai peralatan tabur. 3)
penaburan benih seem satu-satu umumnya untuk benih u k u m besar (sowing

individual seed of usual& larger-seeded species).

Rumusan Masalah
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam
m g k a menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah teknik pembenihan langsung dapat diterapkan untuk regenerasi hutan

di Indonesia

2. Apakah teknik pembenihan langsung untuk jenis pohon hutan dapat
diterapkan untuk regenerasi hutan

3. Apakah penerapan teknik pembenihan langsung lebih rnenguntungkan sekonomis dan teknis dibandiigkan dengan penanaman dengan bibit
Tujuan dan Manfaat Peuelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mendapatkan teknik pembenihan langsung yang efektif untuk regenerasi
hutan di Indonesia

2. Mendapatkan jenis pohon hutan yang dapat ditanam dengan teknik
pembenihan langsung yang diterapkan untuk regenerasi hutan

3. Mendapatkan informasi efektivitas penggunaan pembenihan langsung untuk
rehabilitasi lahan dari aspek teknis dan ekonomi
Hipotesis Penelitian
Beberapa hip6tesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Teknik pembenihan langsung dapat diterapkan untuk regenerasi hutan di

Indonesia

2. Terdapat jenis - jenis pohon hutan yang dapat dipakai untuk teknik
pembenihan langsung dalam penerapannya untuk regenexi hutan
3. Penerapan teknik pembenihan langsung lebih efisien dibandingkan dengan

teknik penanaman dengan bibit

Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan dan Eksploitasi SD
Hutan dan Lahan

I

Degradasi Hutan dan Lahan

I

II

Rehabilitasi

I

I

I
@[anling Seedlings)

I

(Direct seeding)

Teknik

Pemilihan jeois

I

t
Penanaman dengan telcnik

Ya

I

Benih diletakan diatas

Ya

+
Reveeetasi

Garnbar 1 Kerangka pikir penelitian.

cocok

TINJAUAN PUSTAKA
Teknik pembenihan langsung
Pengertian, keuntungan dan kelemahan pembenihan langsung
Pembenihan langsung merupakan teknik penaburan benih di lapangan tanpa
melalui tahapan persemaian (Schmidt 2000; Beyer 2008). Keuntungan
penggunaan metode pembenihan langsung antam lain : (1) menghemat biaya dan
waktu pelaksanaan revegetasi, (2) tidak ada biaya persemaian, (3) benih lebih

mudah dibawa dan (4) dapat dilakukan pada lahan - lahan dengan aksesibilitas
rendah, (5) kerapatan tegakan yang alami serta (6) cendemng mempunyai
pertumbuhan akar yang bagus. Sedangkan kelemahan dari pembenihan langsung
adalah (1) kumngnya perlindungan selama perkecambahan karena faktor-faktor
lingkungan yang rnempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan semai sulit
dikendalikan, (2) tidak efektif pada lahan dengan kecuraman lereng yang tinggi,

(3) membutuhkan kontrol intensif terhadap predator benih dan kompetisi dengan
gulma, serta (4) keterbatasan jenis yang tumbuh di kondisi yang ekstrim (Purnell
and Higgins 1999; Ochsner 2001; Illionis Departement of Agriculture 2003;
Goode 2006; Douglas et al. 2007; Beyer 2008; Schmidt 2008). Secara singkat
kelebihan dan kekurangan penerapan pembenihan langsung disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2 Kelebihan dan kekurangan penanaman dengan pembenihan langsung
dan bibit (Schmidt 2008).

Menumt Colin (1998), pemilihan metode pembenihan langsung tergantung
kepada 1) ketersediaan alat atau sarana, 2) ukuran (luasan) areal yang akan
ditanami dan kepadatan tanaman yang diinginkan, 3) aksesibilitas lahan serta 4)
tipe tanah, erosi, water loging serta pengamh angin. Secara umum Schmidt (2007)
menyebutkan ada beberapa ha1 penting penentu keberhasilan penerapan
pembenihan langsung diantaranya :

- Kondisi Iklim
Pembenihan langsung dapat berhasil dengan kondisi d n g sampai tinggi
tanpa kondisi temperatur yang ekstrim. Untuk daerah kering, maka pemilihan
metode menjadi sangat penting. Waktu penaburan, persiapan lahan serta
pemilihan jenis juga turut berpengaruh.

-

Pemilihan tempat dan penyiapan lahan. Pertimbangan utama pemilihan ternpat
adalah ternpat dengan topografi yang datar sehingga mempermudah
penanaman dan mengelirninasi terjadinya erosi tanah dan menghindari lokasi
dengan kecuraman topografi yang tinggi. Sedangkan penyiapan lahan
ditujukan untuk menghindari tumbuhnya vegetasi pesaing (mmput atau
gulma) sehingga dapat m e m b e r i h peluang mulai tumbuh dan bersaing lebih
cepat. Penyiapan lahan dilakukan dengan aplikasi herbisida dan secara
manual. Intinya kesesuaian jenis dengan tempat.

-

Pemilihan jenis. Jenis yang dipilih dapat beradaptasi dengan kondisi tanah,
memilii daya kecambah dan pertumbuhan awal yang cepat dengan daya
hidup tinggi di lapangan, penguasaan teknik silvikultur serta benihnya tersedia
sepanjang waktu (tidak sampai menghambat).

-

Konkol terhadap predator benih.
Konkol terhadap k~mpetisivegetasi sebelum dan sesudah penanaman.

Pemilihan Jenis untuk Teknik Pembenihan langsung
Dasar Pemilihan jenis untuk Rehabilitasi Lahan Terdegradasi
Menurut Khan et al. (2000) salah satu penentu keberhasilan revegetasi pada
lahan yang mengandung logam berat adalah pemilihan jenis tanaman. Pemilihan
jenis vegetasi ini hams memperhatikan kondisi iMim, faktor topografi dan
persyaratan tumbuh bibit (The New York Departement of Environmental
Conservation 2005). Sebelumnya telah dijelaskan oleh Setiadi (2002), jenis yang
dipilih adalah jenis yang tahan terhadap cahaya matahari, tumbuh cepat,
mempunyai tajuk yang luas, menghasilkan banyak serasah, mampu tumbuh baik
pada tanah yang kahat unsur hara dan kadar air yang terbatas, serta memiliki sifat
katalitik Kriteria jenis yang dipilih tersebut hatus dipenuhi karena pada lahan
bekas tambang intensitas cahaya matahari umumnya 100% sehingga jenis yang
ditanam tidak butuh naungan. Selain itu, bibit dengan kecepatan tumbuh yang
baik dan mempunyai tajuk yang luas memungkinkan tejadinya penutupan tajuk
pada areal tersebut lebii cepat. Sedangkan jenis yang bersifat katalitik perlu
dipertimbangkan karena jenis-jenis ini mampu mengundang hewan-hewan
penyebar biji (seed dispersal) sehingga akan mempercepat terjadinya kolonisasi
pada areal tersebut.
Berdasarkan hasil review beberapa literatur (Higgins et al. 1993; Ocshner
2001) kriteria tanaman yang umumnya digunakan untuk teknik pembenihan
langsung adalah 1) jenis asli setempaf 2) cepat tumbuh untuk merestorasi fungsi
ekosistem, 3) dapat berasosiasi dengan mikroba tanah seperti mikoriq rhizobium
danfrankia, 4) umumnya tanaman dengan benih ortodoks, dan 5) tanaman yang
sesuai secara ekologi (sifat fisik dan kimia tanah), ekonomi dan sosial.
Salah satu famili yang jenisnya banyak dipakai dalam kegiatan revegetasi
adalah famili Leguminosae (Fabaceae). Famili ini mempunyai tingkat
pertumbuhan yang tinggi, mampu memfiksasi nitrogen dari udara karena memiliki
bintil akar, toleran pada kondisi yang ekstrim, dapat mengkonservasi tanah, tidak
memiliki bahan beracun pada daun dan eksudat akar (Piiyopusarerk 1998). Selain
itu,

umumnya teknik silvikultur dari famili ini dikuasai dengan baik dan

menguasai daerah kering serta merupakan jenis pionir di daerah tropis lembab
(Schmidt 2000).

Beberapa jenis dari marga Akasia marnpu tumbuh dengan baik di lapangan,
Acacia auriculjformis untuk rehabilitasi tambang timah di Malaysia (Ahmad dan
Ang 1993 dalam Pinyopusarerk 1998) dan Thailand (Pinyopusarerk 1993 dalam
Pinyopusarerk 1998). Sedangkan Acacia auriculiformis, Acacia brassii, Acacia
crassicarpa, Acacia leptocarpa dan Acacia mangium digunakan untuk revegetasi
lahan bekas tambang bouksit di North Queensland serta Acacia helosericea
digunakan pada revegetasi bekas tambang Uranium di Northern Territory
(Pinyopusarerk 1998), Acacia crassicarpa pada lahan bekas tambang batubara
(Widyati 2006). Pada skala persemaian, beberapa jenis legum telah diuji coba
diantamnya lamtoro (&ucaem glauca) dan saga (Ademnthera pmoniana)
(Sembiring 2007) dan sengon (Paraserianthes falcataria) (Siregar2007) pada
tailing tambang emas.
Karakteristik Benih
Para ahli telah menggolongkan benih dalam 2 (dua) kelompok besar yakni
benih ortodoks dan rekalsitran (Schmidt 2000). Deskripsi detail dari kedua
kategori benih dapat dilihat pada Tabel 2. Pada konteks pemilihan benih untuk
penerapan teknik pembenihan langsung umumnya benih ortodoks menjadi pilihan
utama. Schmidt (2000) menyebutkan bahwa penaburan langsung benih jarang
menggunakan benih rekalsitran. Hal ini juga diungkapkan oleh Ochsner (2001)
bahwa kemungkinan teknik pembenihan langsung tidak diaplikasikan di dael-ah
tropika karena banyak jenis pohon yang benihnya rekalsitran.

Tabel 1

Deskripsi singkat jenis yang berpotensi dipakai untuk

pembenihan

langsung
Jenh
Sengon
[Parareriantherfalcataria @.)
Nielsen]

Sengon Buto
(Enterolobium cyclocatpum)
Saga
(Adenanfhera pmoniana)
Merbau
(Intsia bijuga)
Mmdi
(Melia azedarach Li)

Sonobritz
(Dalbergia latiflia Kurtz)
Sonokembang
(Pterocarpus indim)
Kihujan
(Samanea saman)

Jati F'utih
(Gmelina arborea)

I I.

Plamboyan (Delanbr regia)

Karakteristik
Sengon tumbuh pada berbagai jenis tanah, bahkan pada
jenis tanah yang drainasenya jelek, jenis pioner pada
berbagai i k l i dan cepat tumbuh serta berasosiasi dengan
mikoriza dan rhiibium (National Academy of Science
1983). Mampu beradaptasi pada tailing emas (Sigar
2006), timah (Badri 2004).
Tumbuh pada ketinggian 0 - 1000 m dpl dengan tanah
berlapisan d a l q draiiase baik, toleran terhadap tanah
berpasir dan asin (Djam'an 2003). Jenis cepat tumbuh
(National Academy of Science 1983).
Mudah tumbuh pada lahan marginal (lahan terbuka),
tumbuh pada tap& berkualitas rendah sampai sedang
(Heyne 1987)
Merbau tumbuh baik pada tanah lembab dan dapat juga
tumbuh pada tanah kering, tanah berpasir dan berbatu
dengan curah hujan A-D (Martawijaya eta!. 2005).
Mmdi termasuk jenis cepat tumbuh dan menyebar baik di
negara tropis maupun sub tropis (Heyne 1987). Dalam
pertumbuhnannya mindi membutuhkan area yang terbuka
atau tidak tahan terhadap naungan serta tahan terhadap
tanah marjinal (Global Invasive Species Database 2006
dalam Setyaningsih (2007)
Jenis dapat tumbuh pada tanah jelek, berbatu-batu dan
keras, pada ketinggian 0-600 mdpl (Mmtawijaya et ai.
7005)
----

~ i d amemerlukan
i
tempat tumbuh khusus, &pat tumbuh
baik pada berbagai jenis tanah dengan tipe hujan A-D
(Martawijaya et al. 2005)
Jenis cepat tumbuh (Heyne 1987). Dapat tumbuh pada
berbagai tipe tanah dan sampai ketinggian 1000 mdpl
(Allen & Allen 1981). Tumbuh baik di wilayah tropika
basah dan kering dengan curah hujan antam 600 - 2.500
mdtahun (National Academy of Science 1983).
Tumbuhan ini memerlukan curah hujan yang tidak terlalu
banyak dan musim kering yang kuat (Heyne 1987). Jenis
ini mampu tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian
500 mdpl pada tipe i k l i i C dengan curah hujan 100 300 mmtbulan selama 4 bulan dengan musim kering yang
kuat (Brink dan Exobim 1997 dalam Kosasih 2007).
Tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 mdpl
dengan curah hujan 1200-3000 d t a h u n , tumbuh pada
tanah berlapisan dalam, subw dan berdrainase baik.
Toleran terhadap tanah berpasir dangkal, tanah padat dan
tanah asam asalkan tidak pada tanah berdrainasejelek.
Cocok tumbuh pada daerah dataran rendah kering (Heyne

Tabel 2 Beberapa perbedaan sifat benih ortodoks dan rekalsitran
Ortodoks
Dominan di lingkungan arid
dan semi arid serta pionir di
iklim basah, juga banyak
dijumpai di iklim sedang dan
dataran tinggi tropis

Rekalsitran
Banyak dijumpai di iklim p a s
dan lernbab, khususnya hutan
klimaks dari hutan tropika basah
dan mangrove, juga dijumpai di
daerah i k l i sedang dan beberapa
jenis daerah kering.

Famili dan genus

Myrtaceae, Leguminosae,
Pinaceae, Casuarinaceae

Dipterocarpaceae, Rhizoporaceae,
Meliaceae, Artocarpus, Araucaria,
Triplochiton,Agorhis, slnygium,
Quercus

Kadar air benih dan suhu
penyimpanan

Toleran terhadap pengeringan
dan suhu rendah, kadar air
penyimpanan 5-7 % dengan
suhu 0-20C, sedangkan untuk
Cryopreservasi kadar air 2-4
%dansuhu-15 sampai -20 C

Tidak toleran terhadap
pengeringan dan suhu rendah
(kecuali bebrapa jenis rekdsitran
iklim sedang). Tingkat tolemnsi
tergantung jenis, biasanya 20-35%
dan 12-15% untuk jenis tropis.

Potensi waktu
peny impanan

Dengan kondisi penyimpann
optimal beberapa tahun untuk
kibanyakan jenis hingga
puluhan tahun untuk yang
lainnya

Dari beberapa hari untuk
rekalsitmn ekstrim sampai
beberapa bulan untuk y&g lebih
toleran

Karakteristik benih

Kecil hingga medium
seringkali kulit biji keras

Umumnnya medium hingga besar
dan berat

Karakteristik kemasakan

Penambahan berat kering
berhenti sebelum masak.
Kadar air turun hingga 6-10%
saat masak dengan variasi
kecil di antara individu benih

Penambahan berat kering teqadi
sampai saat benih jatuh. Kadar air
pada saat masak 30-70% dengan
variasi besa diantara individu

Dormansi

Dormansi sering teqadi

Tidak ada dormansi atau lemah.
Kemasakan dan perkecambahan
teqadi dalam selang waktu yang
singkat

Metabolisme pads saat
masak

Tidak aktif

Keadaan alami

Sumber :Schmidt (2000)

Kajian Ekonomi Pernbenihan Langsung
Secara umum pembenihan langsung mampu mengurangi biaya penanaman
di lapangan sehingga biaya penanaman menjadi murah (Engel and Parrotta 2001;
Hendromono 2002; Douglas et al. 2007; Dissanayake et al. 2008; Schmidt 2008).
Secara m u m perbandingan biaya penanaman dan pembenihan langsung dapat
dilihat pada Tabel 3. Hasil penelitian Douglas et al. (2007) menyebutkan bahwa
biaya penanaman jenis asli New Zealand pada iahan pengembalaan yang
dibutuhkan mencapai NZ$13,955

-

23,533 per ha lebih tinggi dibandingkan

dengan metode pembenihan langsung yang hanya mencapai NZ%4,915 - 14,300
per ha (asurnsi 2500 batang dengan jarak 2 x 2 m (Tabel 4). Hendomono (2002)
menyebutkan bahwa biaya penanaman langsung dengan benih di lapangan lebih
rendah bila dibandingkan dengan penanaman bibit baik pada kondisi olah tanah
minimum maupun tanpa olah tanah (tugal) (Tabel 5).
Dissanayake et al. (2008) menyebutkan bahwa penanaman langsung benih
Parfhenium argentalum Gray di wilayah Australia lebih menguntungkan dimana

dibutuhkan A$150 per ha sedangkan untuk kegiatan penanaman dengan bibit
dibutuhkan AS2.450. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Engel and Parrotta
(2001) bahwa biaya yang dibutuhkan berkisar antara US$742 sampai US$912 per
ha, jika dibandingkan dengan biaya penanaman yang membutuhkan biaya $1200 -

2500 per hektar.
Tabel 3 Perbandingan biaya pembenihan langsung dengan penanaman bibit
I

.--..

&

Biaya relatif
l ^lr*..:r^^

Benih
Penaburan benih
Transportasi tanaman & Kegiatan
persemaian
Pengolahan tanah
Pembuatan lubang tanam
Penanaman
Pemeliharaan tanaman & kontrol gulma
Penyulaman
Sumber : Schmidt (2008)

dari
p>~.aaian
Rendah
Rendah
tinggi

m.-.-

L L a p U L , -t,,"-

Pembenihan !angsung

di

Tinggi
tinggi
Tidak ada
variasi
Rendah
Tidak ada
Tinggi

l ansullivl

tinggi
tinggi
tinggi
Rendah
Rendah

Tabel 4

Estimasi biaya penanaman dan pembenihan langsung pada lahan
pengernbalaan di New Zealand

Uraian kegiatan

Penanaman

Fencing
Kontrol hama (Pest control)
Herbisida sebelum penanaman (Pre-plant/pre-sow
herbicide)
Spot spraying
Blanket spraying
Penanaman (Planting)
Penaburan (Sowing)
Biaya tanaman (Plant cost)
Biaya benih (Seed cost)
Transportasi (Transportation)
Herbisida setelah penanaman (Post-plant/postsow herbicide)
Tahun pertama (Yl)
Tahun kedua (Y2)
Tahun ketiga (Y3)
TOTAL 13

4320-4770
1&15

Pembenihan
langsung
43204770
10-15

750

-

-

15&165

2125-3000

-

-

70

-

300&11 250

1500

75-8000
20

750
750
750
955-23 535

90420
90420
90-420
4915-14 300

Surnber :Douglas el a!. (2007)

Tabel 5 Prestasi k e j a pengolahan lahan dan penanaman E. cyclocarpum per
hektar
Olah tanah minimum
Kegiatan
(HOW
benih
bibit
45,71
45,71
Pernbersihan lahan
Pembuatan dan pemasangan 2000 ajir 9,11
9,11
Pembuatan lubang
5,56
5,56
Pembuatan tugal
Penanaman benih/bibit pada lubang
4,17
4,86
Penanaman benihbibit pada tugal
Sumber :Hendtornono (2002)

Tanpa olah tanah
(HOK)
benih
bibit
45,71
45,71
9,11
9,ll

-

-

2,78

2,78

-

-

3,48

4,40

Faktor - Paktor yang Mempengaruhi Perkecambahan dan Pertumbuhan
Anakan
Perkecambahan benih mempakan batas antara benih yang masih tergantung
pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri
dalam mengambil ham Perkecambahan dimulai dengan pengambilan air,
penyerapan, diikuti dengan proses metabolisme dalam benih yang menyebabkan
pembesaran embrio dan tumbuh menjadi anakan (Schmidt 2000; 2007).
Perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan
berkecambah), perlakuan awal e m a t a h a n dormansi) dan kondisi perkecambahan
seperti air, suhu, media, cahaya dan bebas dari hama penyakit (Schmidt 2000).
Kualitas fisiologis benih yang tinggi diperlukan untuk memperoleh kapasitas
perkecambahan dan vigor yang tinggi. Kapasitas perkecanlbahan menunjukkan
kemampuan bawaan benih berkecambah dibawah kondisi yang optimal selama
pengujian benih, sedangkan vigor mencakup beberapa parameter yang
menyatakan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal
diberbagai kondisi (Schmidt 2000). Vigor dan kemampuan berkecambah sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan massa (berat) benih (Eugenio 1993; Reich et al.
1998; Seiwa et al. 2002; Humara et al. 2002; Paz and Marthes-Ramos 2003;
Yanlong et al. 2003; Schmidt 2007).
Selain kualitas benih, tingkat dormansi benih juga

menentukkan

keberhasilan perkecambahan benih. Dormansi didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada
dalam kondisi yang secara normal baik untuk perkecambahan, seperti kelembaban
cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Schmidt 2000). Lebi lanjut dijelaskan
Schmidt (2000; 2007) bahwa umumnya donnansi dapat terjadi dalam bentuk
dormansi embrio (benih secara fisiologis belum masak), dormansi mekanis
(pertumbuhan embrio terhambat karena kulit biji yang tipis), dormansi fisik (kulit
benih kedap air), dormansi kimia (benih mengandung zat - zat kimia penghambat
perkecambahan), dormansi cahaya (benih tidak dapat berkecambah kecuali jika
berada pada kondisi cahaya) serta dormansi suhu (perkecambahan rendah tanpa
perlakuan suhu yang tepat).

Jenis - jenis dari family Leguminosae umumnya memiliki dormansi f i s k
OIeh karena itu sebelum dikecambahkan perlu dilakukan pematahan dormsnsi.
Pematahan dormansi dapat dilakukan dengan cara skarifikasi bempa perendaman
atau stmtifikasi. Perlakuan pendahuluan dengan perendaman air pada suhu
tertentu atau perendaman dengan asam atau bahan kimia lainnya pada konsentrasi
tertentu, dapat melunakkan kulit benih dan h i h i dari protoplasma sehingga
mempermudah proses imbibisi dan penyerapan oksigen (Schmidt 2007).
Perlakuan awal (pendahuluan) dilakukan sebelum penabumn atau penanaman
benih dengan tujuan menambah kecepatan d m keseragaman perkecambahan
benih (Schmidt 2007).
Pertumbuhan anakan setelah perkecambahan bervariasi tergantung jenis
tetapi juga sangat dipengamhi lingkungan (Schmidt 2000). Menurut Schmidt
(2007) bahwa semai pada fase juvenil memiliki mekanisme adaptasi dalam bentuk
adaptasi terhadap cahaya (light adaptation) keseimbangan pucuk dan akar (shootroot balance) dan toleran terhadap tekanan (stress tolerance).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa percobaan diantaranya seleksi
jenis potensial di Rumah Kaca Fakultas Kehutanan IPB pada Juni hingga Agustus
2008, pengujian mutu fisik dan fisiologis di Laboratorium Silvikultur dan rumah
kaca Fakultas Kehutanan IPB pada November sampai dengan Desember 2008 dan
pengujian benih jenis terseleksi di lapangan di kebun percobaan Cikabayan pada
Januari hingga April 2009. Analisis tanah rutin dan hara tanaman dilakukan di
Balai Penelitian Tanah, Laboratorium Penelitian dan uji Tanah, Bogor pada bulan
Januari 2009
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran 50 m, kompas,
penugal, kamera digital, gembor, cangkul, alat tulis, bak kecambah, oven,
timbangan, penggaris, lup, dan lain-lain. Bahan yang dibutuhkan adalah benih
sengon (Paraserianrhes falcataria), sengon but0 (Enterolobiurn cyclocaqJum),
saga (Adenantherapavoniana), merbau (Intsia bijuga), mindi (Melia azedarach),
sonobritz (Dalbergia latifolia), angsana (Pterocarpus indicus), Kihujan (Sarnanea

saman), randu (Ceiba pentandra), jati putih (Grnelina arborea), dan plamboyan
(Delonix regia).

Prosednr Kerja
Percobaan I Seleksi jenis potensial untuk pembenihan langsung di ~ m a h
kaca
Perwbaan ini bertujuan untuk menyeleksi jenis - jenis potensial yang
dapat digunakan untuk pembenihan langsung pada skala rumah kaca. Hasil seleksi

ini kemudian dapat diterapkan pada skala lapangan. Tahapan percobaan adalah
sebagai berikut :

Penyiapan Media Kecambah
Media kecambah yang digunakan adalah tanah. Media tersebut diiasukan ke
dalam bak-bak kecambah dengan jumlah yang disesuaikan dengan jumlah unit
percobaan yang diujikan. Ketebalan media i 12 cm.
Perlakuan Benih
Perlakuan awal dilakukan sesuai dengan karakteristik dan perlakuan pendahuluan
yang sudah atau pernah diuji pada masing-masing jenis. Perlakuan awal masingmasing jenis tertera pada Tabel 6.

Teknik pembenihan langsung
Pe~abwanbenih dilakukan sesuai dengan metodelteknik pembenihan langsung
yang diujikan. Oleh karena itu, penaburan benih dalam bak kecambah dilakukan
dalam tiga b e n t - yakni penaburan di atas media kecambah, penaburan benih di
atas permukaan media kecambah kemudian ditutup dengan seresah serta
pembenaman benih dengan kedalaman 1-4 cm. Pada masing -masing bak
kecambah ditanam 25 benih.
Tabel 6 Deskripsi perlakuan awal benih
No
1.

Jenis
Sengon
(Paraserirmf/res
falcafaria)

2.

Sengon Buto
(Enterolobim cyclocmpum)

3.

Saga
(Adenmfherapavonicma)

4.

Merbau (Infsiabijuga)

5.

Mindi (Melia medmach)

6.

Sonobritz
(Dalbergia iahyolia)
Angsana
(Pferocmpusindicus)
Kihujan (Samuneasmun)
Randu (Ceibapentmrdra)
Jati Putih (Gmelina arborea)
Flambovan (Delonix r e d

7.
8.
9.
10.
11.

Perlakuan pendahuluan
Perlakuan ~endahuluan denrran cara direndam
dengan air' mcndidih dibiar-kan dingin sampai
dengan 24 jam (Nurhasybi 2000)
Mengikir kulit benih dekat titik tumbuh dan
direndam air dingin selama 24 jam (Djam'an
2003)
Perlakuan pendahuluan dengan cara direndam
dengan air mendidih dibiarkan dingin sampai
dengan 24 jam.
Pengikiran kemudian benih direndam dalam air
dingin selama 30 menit (Yuniarti 2003)
Dijemw selama 7 hari kemudian diretakkan
kulitnya @mu 2002)
Perendaman dalam air dingin selama 24 jam
(Pramono 2003)
Tidak ada perlakuan awal (Suita 2008)
Tanpa perlakuan awal
Tanpa perlakuan awal
Perendaman dengan air dingin selama 12 jam
Perlakuan awal sama den- senzon

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan metode penaburan benih
sebagai berikut : A1 = pembenaman benih pada kedalaman tanah 1-4 cm, A2 =
penaburan benih yang kemudian ditutup seresah dan A3

=

penaburan langsung

diatas p e r m h tanah. Dalam penelitian ini digunakan ulangan sebanyak 3 kali

clan masing-masing ulangan terdii dari 25 butir benih. Masing - masing jenis
membutuhkan 225 benih sehingga total benih yang dibutuhkan untuk 11 (sebelas)
jenis sebanyak 2475 benih.
Model iinier pada rancangan percobaan ini adalah
Yij = p + zi + ~ i j ; dimana : i = 1,2 dm 3., j = 1,2 dm 3
Keterangan :

=

Yij
P

ri
~ij

=
=
=

Nilai setiap pengamatan pada perlakuan ke - i dan ulangan ke -j
Nilai rata - rata umum
Pengaruh perlakuan metode penaburan benih ke - i
pengaruh acak pada perlakuan metode penaburan be