Metode Langsung Direct Method steel

Metode Langsung (Direct Method)
Direct artinya langsung. Direct method atau metode langsung yaitu suatu cara menyajikan materi
pelajaran Bahasa Asing dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa
pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu katakata yang sulit dimengerti anak didik, guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga,
mendemonstrasiakan, menggambarkan dan lain- lain.
Ciri-ciri metode ini adalah :
Ø

Materi pelajaran pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat.

Ø
Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumusrumus gramatika, tapi yang utama adalah siswa mampu mengucapkan bahasa secara baik.
Ø
Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik berupa alat
peraga langsung, tidak langsung (bnda tiruan) maupun peragaan melalui simbol-simbol atau gerakangerakan tertentu.
Ø
Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar dikondisikan untuk menerima dan
bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan bahasa lain.
Kebaikan metode langsung (Direct)
Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektivitasnya memiliki keunggulan antara lain :
Ø

Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam bahasa
asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam-macam media
yang menyenangkan.
Ø
Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat-kalimat
sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena,
pensil, bangku, meja, dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-simbol bahasa
asing yang diajarkan oleh gurunya.
Ø
Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga : apakah video, film,
radio kaset, tape recorder, dan berbagaimedia/alat peraga yang dibuat sendiri, maka metode ini menarik
minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit.
Ø
Siswa memperoleh pengalaman langsung danpraktis, sekalipun mula-mula kalimat yang
diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya

Ø
Alat ucap(lidah) siswa/ anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan- ucapan yang
semula sering terdengar dan terucap.
Kelemahan metode ini ,diantaranya :

Ø

Penguasaan bahasa yang sempurna biasanya sukar bisa dicapai.

Ø

Sukar sekali diterapkan pada kelas yang besar.

Ø

Memerlukan pengajaran yang memiliki kemampuan aktif dalam bahasa asing yang diajarkan.

Ø
Dengan menggunakan hanya bahasa asing kerapkali banyak waktu terbuang, sebab bahasa
ibu kadang lebih efektif dipakai untuk menjelaskan berbagai macam aspek bahasa
Metode Alamiah (Natural Method)
Metode Alamiah (Natural Method) disebut demikian karena dalam proses belajar, siswa dibawa ke alam
seperti halnya pelajaran bahasa ibu sendiri. Dalam pelaksanakannya, metode ini tidak jauh berbeda
dengan metode lengsung (direct) dimana guru menyajikan materi pelajaran langsung dalam bahasa
asing tanpa diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal- hal tertentu di mana kamus dan bahasa anak

didik dapat digunakan.
Kelebihan metode ini antara lain :
Ø
Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif, karena setiap individu siswa dibawa kedalam
suasana lingkungan sesungguhnya untuk aktif mendengarkan dan menggunakan percakapan dalam
bahasa asing.
Ø
Pengajaran membaca dan bercakap- cakap dalm bahasa asing sangat diutamakan, sedangkan
pelajaran gramatikal diajarkan sewaktu- waktu saja.
Ø
Pengajaran menjadi brmakna dan mudah diserap siswa, karena setiap kata dan kalimat yang
diajarkan memiliki konteks (hubungan) dengan dunia (kehidupan sehari- hari) siswa/ anak didik.
Kelemahan metode ini antara lain :
Ø
Siswa merasa kesulitan belajar apabila belum memiliki bekal dasar bahasa asing terutama
pada tingkat- tingkat pemuja, sehingga penggunaan/ pemakaian bahasa asli siswa tidak dapat dihindari.
Dengan demikian, tujuan semula dari metode ini untuk membaca dan bercakap- cakap selalu dalam
bahasa asing sulit diterapkan secara murni, tapi harus diterapkan secara konsekuensi.

Ø

Pada umumnya, anak didik dan guru bersikap tradisional mengutamakan gramatika lebih
dahulu daripada membaca dan percakapan sesuatu hal yang salah secara ilmiah yang amat perlu diubah.
A.

Metode Langsung (Direct Method)

Direct artinya langsung. Direct method atau metode langsung yaitu suatu cara menyajikan materi
pelajaran Bahasa Asing dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa
pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu katakata yang sulit dimengerti anak didik, guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga,
mendemonstrasiakan, menggambarkan dan lain- lain. [1]
Metode ini lahir sebagai reaksi terhadap penggunaan metode nahwu wa tarjamah yang mengajarkan
bahasa seperti bahasa yang mati. Dan sebelumnya sejak tahun 1850 telah banyak muncul propaganda
yang mengampanyekan agar menjadikan pengajaran bahasa asing itu hidup, menyenangkan dan efektif.
Propaganda ini menuntut adanya perubahan yang mendasar dalam metode pengajaran bahasa asing.
Sehingga secara cepat lahirlah metode pembelajaran baru yang disebut dengan metode langsung.
Dalam metode ini selama mengajar guru berlangsung menggunakan bahasa yang diajarkan, sedangkan
bahasa pelajar tidak boleh digunakan. Langkah-langkah pembelajaran bahasa Arab dengan
menggunakan metode langsung, yaitu: memilih topic yang sesuai dengan taraf kemampuan peserta
didik.Kemudian guru mengucapkan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak
didik dengan menggunakan alat peraga bila diperluka (Ibrasyi, 1955:264).Hal ini sesuai dengan Yusuf

(1997:193) yang mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab perlu dipersiapkan materi dengan
baik dan ditetapkan topic pembahasan. Materi disesuaikan dengan taraf perkembangan dan
kemampuan anak didik,dan dimulai dengan kata-kata yang dapat dimengerti anak didik. Yusuf,
1997:193).Lebih lanjut Ahmad Fauzi (1998:14). Mengatakan bahwa dalam mengajarkan bahasa Arab
dengan menggunakan metode langsung perlu dijelaskan dengan menggunakan alat peraga, sedangkan
arti yang abstrak dijelaskan melalui asosiasi. Dansejak permulaan peserta didik dilatih cara berfikir
menurut bahasa yang diajarkan.Demikian juga latihan mendengar dan meniru banyak diberikan agar
dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.
Metode ini berpijak dari pemahaman, pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ilmu
pasti atau ilmu alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus- rumus
tertentu, berpikir dan mengingat, dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktik langsung
mengucapkan kata- kata atau kalimat- kalimat tertentu. Sekalipun kata- kata atau kalimat tersebut mulamula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata- kata dan kalimatkalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula artinya.
Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajar bahasa kepada anak- anaknya mula- mula
dengan melatih anak- anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan kata per
kata, kalimat per kalimat, dan anaknya menurutinya meskipun kita lihat terasa lucu. Misalnya ibunya
mengajari “ ayah” maka anaknya menyebutnya “ aah” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak

mengenali kata- kata itu dan akhirnya ia mengerti pula tentang maksudnya.
Pada prisnipnya, metode langsung ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui
metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu(bahasa

lingkungannya). Meskipun pada mulanya terihat sulit anak didik untuk menirukannya, tapi metode ini
menarik bagi anak didik. [2]
Ciri- ciri metode ini antara lain :
Ø Tujuan dasar yang diharapkan oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
Ø Hendaklah pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan bahasa Arab tidak menggunakan lain
sebagai medianya.
Ø Percakapan antar individu merupakan bentuk pertama dan yang umum untuk digunakan dalam
masyarakat, sehingga pada awal pembelajaran bahasa Arab hendaknya percakapan mereka
menggunakan kosakata dan susunan kalimat sesuai dengan maksud dan tujuan belajar siswa.
Ø Diawal pembelajaran siswa dikondisikan untuk mendengarkan kalimat- kalimat sempurna dan
mempunyai makna yang jelas, sehingga siswa mampu dan mudah memahaminya.
Ø Nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran nahwu diberikan
tidak secara khusus tetapi diajarkan disela- sela penggunaan ungkapan- ungkapan bahasa dan kalimatkalimat yang muncul dalam percakapan.
Ø Teks arab tidak disajikan kepada siswa sebelum mereka mengenal suara, kosakata serta susunan
yang ada didalamnya. Dan juga siswa tidak menulis teks Arab sebelum mereka bisa membaca dengan
baik serta memahaminya.
Ø Penerjemahan dari dan ke bahasa Arab adalah sesuatu yang harus dihindari dalam metode ini,
sehingga tidak dibenarkan menerjemahkan bahasa Arab dengan bahasa apapun.
Ø Pengembangan ketrampilan kognitif siswa seperti kemampuan analogis dan analisis merupakan hal

yang tidak boleh menyibukkan perhatian pemakai model ini.
Ø Penjelasan kata- kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa Arab dengan
berbagai model, seperti syarhul al- makna, murodif (sinonim) atau memakai mudladad (antonim) atau
dengan syiaq yang lain.
Ø Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan untuk latihan bahasa , seperti imla’, mengulang
cerita atau mengarang bebas.[3]

Ø Perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk berbicara
dibandingkan pada aspek yang lain.
Ø

Materi pelajaran pertama- tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat.

Ø Gramatika diajarkan hanya bersifat sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghapal rumus- rumus
gramatika, tapi yang utama adalah siswa mampu mengucapkan bahasa asing secara baik.
Ø Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu (alat peraga) baik alat peraga
langsung, tidak langsung (benda tiruan) maupun peragaan melalui symbol- symbol atau gerakangerakan tertentu.
Ø Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar- benar dikondisikan untuk menerima dan
bercakap- cakap dalam bahsa asing dan dilarang menggunakan bahasa lain.[4]
Ø


Materi pelajaran terdiri dari kata- kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari- hari.

Ø Gramatika diajarkan dengan melalui situasi dan dilakukan secara lisan bukan dengan cara
menghafal aturan- aturan gramatika.
Ø Arti yang konkrit diajarkan dengan menggunakan benda- benda sedangkan arti yang abstrak melalui
asosiasi
Ø Banyak latihan- latihan mendengar dan menirukan dengan tujuan agar dapat dicapai penguasaan
bahasa secara otomatis.
Ø

Aktivitas belajar banyak dilakukan di dalam kelas.

Ø

Bacaan mula- mula diberikan secara lisan.

Ø

Sejak permulaan murid dilatih untuk “berfikir dalam bahasa asing”.[5]


Ø Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara tanya jawab dengan guru/
sesamanya.
Ø Materi qiroah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam menjelaskan makna yang
terkandung didalam bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
Metode langsung dilihat dari segi efektifitasnya memiliki keunggulan antara lain :
Siswa termotivasi untuk dapat menyebut dan mengerti kata- kata kalimat dalam bahasa asing yang

diajarkan gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan macam- macam media yang
menyenangkan.
Karena metode ini biasanya guru mula- mula mengajarkan kata- kata dan kalimat- kalimat sederhana
yang dapat dimengerti dan diketahui siswa dalam bahasa sehari- hari misalnya (pena, pensil, bangku,
meja, dll), siswa dapat dengan mudah menangkap symbol- symbol bahasa asing yang diajarkan gurunya.
Metode ini relative banyak menggunakan berbagai macam alat peraga, apakah video film, kaset, dan
berbagai media / alat peraga yang dibuat sendiri. Metode ini menarik minat siswa, karena sudah merasa
senang/ tertarik, pelajaran terasa tidak sulit.
Siswa memperoleh pengalaman langsung dan praktis, sekalipun mula- mula kalimat yang diucapkan itu
belum dimengerti dan dipahami sepenuhnya.
Alat ucap(lidah) siswa/ anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan- ucapan yang semula
sering terdengar dan terucap.[6]

Lebih mengutamakan ketrampilan kalam.
Menjauhi penggunaan terjamah dalam pembelajaran bahasa Arab.
Bahasa ibu tidak memiliki tempat dalam pembelajaran bahasa Arab
Menggabungkan secara langsung antara kata- kata dengan apa yang dimaksud dengan kata- kata
tersebut.
Tidak menggunakan hukum- hukum nahwu.
Menggunakan prinsip menirukan dan menghafal.
Mempersiapkan pengetahuan bahasa yang bermanfaat bagi ujaran dalam konteks.
Cocok dan sesuai bagi tingkat- tingkat linguistic para siswa.
Beberapa penampilan dan pajangan bagi tuntunan spontan.[7]
Namun demikian metode langsung memiliki kekurangan- kekurangan didalamnya yaitu :
Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidak dapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa
merasa jenuh dan merasa dongkol karena kata- kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak
pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjemahkan
kedalam bahasa anak.

Pada tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena siswa belum memiliki
bahan (perbendaharaan kata- kata) yang sudah dimengerti.
Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari- hari dalam
menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu konsisten

demikian,guru terpaksa misalnya menerjemahkan kata- kata sulit bahasa asing itu kedalam bahasa anak
didik.[8]
Penguasaan bahasa yang sempurna biasanya sukar bisa dicapai.
Sukar sekali diterapkan pada kelas yang besar.
Memerlukan pengajaran yang memiliki kemampuan aktif dalam bahasa asing yang diajarkan.
Dengan menggunakan hanya bahasa asing kerapkali banyak waktu terbuang, sebab bahasa ibu kadang
lebih efektif dipakai untuk menjelaskan berbagai macam aspek bahasa.[9]
Metode ini lebih mementingkan ketrampilan kalam dibandingkan ketrampilan yang lain.
Karena tidak menggunakan bahasa ibu maka memerlukan lebih banyak keseriusan sehingga banyak
waktu terbuang.
Seorang pengajar tidak boleh melakukan kesalahan nahwiyah dalam menyusun kalimat.
Sangat membutuhkan guru yang terampil dan fasih.
Sukar menyediakan berbagai kegiatan yang menarik dan bersifat situasi didalam kelas.[10]
Contoh pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan metode mubasyarah adalah sebagai berikut:
§
Pertama
: guru membuka pelajaran dengan langsung berbbicara dengan bahasa Arab,
mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab pertanyaan dengan
bahasa Arab. Demikian guru meneruskan pertanyaan- pertanyaan dan sesekali memberi perintah.
§
Kedua
: pelajaran berkembang diseputar sebuah gambar yang menjadi untuk mengajarkan
mufradat (kosakata). Berbagai tindakan dan obyek didiskusikan sesuai dengan kegiatan yang terpampang
dalam gambar. Guru mendemontrasikan konsep yang belum jelas (abstrak) dengan cara mengulangulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian siswa mengulangi kata- kata dan ungkapanungkapan baru serta mencoba membuat kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
§

Ketiga

: setelah mufradat dipelajari dan dipahami, maka guru menyuruh siswa membaca

teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara yang keras. Guru membawa contoh kalimat yang
dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan. Bagian yang menjadi inti pelajaran tidak diterjemahkan,
tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dalam bahasa Arab dan harus
dijawab oleh siswa dengan bahasa Arab pula. Kalau menemui kesulitan maka guru mengulang
penjelasan dengan singkat dengan bahasa Arab dan siswa mencatat.
§

Keempat

: Pelajaran bisa diakhiri dengan bernyanyi bersama.[11]

Metode ini sebenarnya tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan maupun karena siswa mermasa
memiliki bahan untuk bercakap/ berkomunitas, sanksi- sanksi dapat diterapkan bagi mereka yang
menggunakan bahasa sehari- hari.
Media bashariyah (media pandang/ visual)
Media bashariyah (media pandang/ visual) dapat berupa alat peraga, yaitu benda- benda alamiyah,
orang dan kejadian, tiruan benda- benda alamiah, orang dan kejadian, dan gambar benda- benda
alamiah, orang dan kejadian.
Benda- benda alamiah yang dapat dihadirkan dengan mudah ke sekolah atau dapat ditunjuk langsung
merupakan media pandang yang cukup efektif untuk digunakan, misalnya alat- alat sekolah, alat
olahraga, dan benda- benda sekitar sekolah. Jika benda alamiah tidak mungkin dihadirkan maka dapat
diganti dengan tiruannya yang sekarang ini cukup mudah didapatkan, misalnya buah- buahan dari plastic,
mobil- mobilan, perkakas rumah tangga, baik gambar sederhana maupun gambar hasil peralatan
mutakhirnya.
Media pandang lainnya adalah kartu dengan segala bentuknya, yang meliputi:
1)

Kartu huruf

2)

Kartu kata

3)

Kartu kalimat

4)

Kartu gambar.

Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, benda- benda tiruan dan gambar merupakan media yang
cukup efektif untuk digunakan, terutama untuk pengenalan mufradat dan pola kalimat. Benda- benda
dan gambar itu dapat diletakkan disudut- sudut ruangan atau ditempel di dinding sebagai pajangan. Jika
anak telah dapat membaca, dibawah setiap gambar atau barang tiruan itu dapat disertakan namanya
dengan bahasa Arab.
B.

Metode Alamiah (Natural Method)

Metode Alamiah (Natural Method) disebut demikian karena dalam proses belajar, siswa dibawa ke alam
seperti halnya pelajaran bahasa ibu sendiri. Dalam pelaksanakannya, metode ini tidak jauh berbeda
dengan metode lengsung (direct) dimana guru menyajikan materi pelajaran langsung dalam bahasa
asing tanpa diterjemahkan sedikitpun, kecuali dalam hal- hal tertentu di mana kamus dan bahasa anak
didik dapat digunakan.
Ciri- ciri metode ini antara lain :
Ø
Urutan pelajaran mula- mula diberikan melalui menyimak/ mendengarkan (listening) baru
kemudian percakapan (speaking), membaca (reading), menulis (writing) terakhir baru gramatika.
Ø
Pelajaran disajikan mula- mula memperkenalkan kata- kata yang sederhana yang telah
diketahui anak didik, kemudian mempraktikan benda- benda mulai dari benda- benda yang ada didalam
kelas, dirumah dan diluar kelas, bahkan mengenal luar negri atau Negara- Negara asing terutama Timur
Tengah.
Ø
Alat peraga dan kamus yang dapat yang dapat digunakan sewaktu- waktu sangat diperlukan,
misalnya untuk menjelaskan dan mengartikan kata- kata sulit dalam bahasa asing dan memperbanyak
perbendaharaan kata- kata atau memperkaya vocabulary sebagai syarat utama menguasai bahasa asing.
Ø
Oleh karena kemampuan dan kelancaran membaca dan bercakap- cakap sangat diutamakan
dalam metode ini maka pelajaran gramatikal (tata bahasa) kurang diperhatikan.[12]
Ø
Menggunakan beberapa pengajar secara bergantian, sehingga anak didik mendengar bunyi
kata dan kalimat dari orang yang berbeda.
Keunggulan metode ini, antara lain :
Pada tingkat lanjutan metode ini sangat efektif, karena setiap individu siswa dibawa kedalam suasana
lingkungan sesungguhnya untuk aktif mendengarkan dan menggunakan percakapan dalam bahasa asing.
Pengajaran membaca dan bercakap- cakap dalm bahasa asing sangat diutamakan, sedangkan pelajaran
gramatikal diajarkan sewaktu- waktu saja.
Pengajaran menjadi brmakna dan mudah diserap siswa, karena setiap kata dan kalimat yang diajarkan
memiliki konteks (hubungan) dengan dunia (kehidupan sehari- hari) siswa/ anak didik.
Segi kekurangan metode ini, antara lain :
Siswa merasa kesulitan belajar apabila belum memiliki bekal dasar bahasa asing terutama pada tingkattingkat pemuja, sehingga penggunaan/ pemakaian bahasa asli siswa tidak dapat dihindari. Dengan

demikian, tujuan semula dari metode ini untuk membaca dan bercakap- cakap selalu dalam bahasa asing
sulit diterapkan secara murni, tapi harus diterapkan secara konsekuensi.
Pada umumnya, anak didik dan guru bersikap tradisional mengutamakan gramatika lebih dahulu
daripada membaca dan percakapan sesuatu hal yang salah secara ilmiah yang amat perlu diubah.
Guru yang kurang memiliki kemampuan dan pengalaman praktis dalam berbahasa asing merupakan
factor sulitnya diterapkan dan berhasil secara baik metode tersebut. Guru haruslah seorang yang aktif
berbicara didalam bahasa asing tersebut barulah murid- muridnya akan mampu pula aktif di dalam
belajar (praktik) bahasa.[13]
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini guru memainkan tiga peran utama, sebagai berikut
:
v
Guru sebagai sumber utama penyedia comprehensible input dalam bahasa sasaran. Guru
diharuskan bisa menyediakan waktu yang banyak untuk memberikan input bahasa dengan berbagai
macam bantuan seperti isyarat – isyarat sehingga anak bisa menafsirkan input yang diberikan.
v
Guru berperan sebagai pencipta suasana kelompok yang menarik dan santai serta ramah
sehingga akan meminimalkan terjadinya affective filter dalam belajar. Untuk meminimalkan terjadinya
affective filter ini, guru tidak memaksa anak untuk berbicara di dalam kelompok sebelum mereka siap
untuk berbicara;guru tidak mengoreksi kesalahan yang dibuat anak; dan guru memberikan bahan
pelajaran yang sesuai dengan minat anak.
v
Guru berperan sebagai penanggung jawab dan pemilih, mengumpulkan dan merancang
materi pelajaran dan kegiatan kelompok yang beraneka ragam untuk digunakan dalam kelompok Dalam
memilih bahan pelajaran tidak hanya dipilih berdasarkan persepsi guru semata akan tetapi juga harus
mempertimbangkan minat dan kebutuhan anak, disamping guru juga harus memilih situasi atau kegiatan
yang tepat untuk penyajian materi tertentu.
Sedangkan peran anak dalam pembelajaran dengan metode natural menurut Bambang Setiadi,dkk
(2004; 4.7) dapat dilihat dari tahap – tahap sebagai berikut:
v
Tahap pre-production, anak berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tanpa harus
memberikan respon atau berbicara selain bahasa asing yang dipelajari. Kegiatan seperti ini misalnya
dengan cara memperagakan atau menunjukkan perintah, ungkapan atau gambar – gambar yang
diceritakan guru.
v
Tahap early- production , anak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan– pertanyaan
sederhana yang diajukan oleh guru. Jawaban anak terdiri dari satu kata atau satu frase pendek.
v

Tahap speech-emergent, anak sudah terlibat dalam kegiatan bermain peran dan permainan

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS ( TGT )
1.

A.

Gambaran Mengenai Team Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus
ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith
Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini
kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa
yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian
siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games
tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis
dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam
turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam
kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams games
tournament TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok
digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaranyang dirumuskan dengan tajam dengan satu
jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta
konsep IPA.
1.

B.

Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament

Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara
kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran.
Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari
pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil
Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap
social dan semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar
sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan
kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran diharapkan;
(a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok
memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan

mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak
(Dimyati dan Mundjiono, 2006).
3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan
tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok.
1.

C.

Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran

Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan
pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu
akan mendapatkan skor.
4. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang
mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar
ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta
dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah
sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang
pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut
chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan
oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah.
Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban
reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah
membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta
berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2

menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1
menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5.

Penghargaan kelompok (team recognise)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria ( Rerata
Kelompok )

Predikat

≥ 45

Super Team

40 – 45

Great Team

30 – 40

Good Team

1.

D.

Implementasi Model Pembelajaran TGT

Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1) Pembelajaran terpusat pada siswa
2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3) Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)
4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5) Dalam kompetisi diterapkan system point
6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja
akademik
7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan
secara mingguan
8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

1.

E.

Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan
oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat

dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang
menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian
prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi
dan teori kognitif.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satusatunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka
sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun
agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa
berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep
kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling
mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian
psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan
berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus
terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara
elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi
dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam
proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara
psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai
dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki
keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar
dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan
dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:


Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara
signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas
tradisional.



Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari
kinerja dan bukannya pada keberuntungan.



TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri
akademik mereka.



TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal,
kompetisi yang lebih sedikit)



Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang
lebih banyak.



TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan
emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai
kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus
merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara
individual.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games
Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10)
dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah:

1.

Bagi Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup
banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
1.

Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan
kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan
baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
Kesimpulan

Dari pembahasan materi model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tersebut, maka
dapat disimpulkan
1.

Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.

2.

Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat menambah
wawasan tentang berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Pada postingan kali ini saya akan
mengulas tentang model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Ulasan di bawah ini disadur dari skripsi karya
Warid Ardiansyah Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Pembelajaran
Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah satunya adalah model pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament). Menurut Kurniasari (2006), model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran
kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang
heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya
game dan turnamen akademik. Sebelum memulai game dan turnamen akademik, guru terlebih dahulu
menempatkan siswa dalam sebuah tim yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari jenis kelamin, ras,
maupun etnis. Masing-masing siswa nantinya akan mewakili kelompoknya untuk bersaing dalam meja
turnamen. Setelah kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, guru kemudian menyajikan materi dan
selanjutnya siswa bekerja mengerjakan LKS dalam kelompoknya masing-masing. Apabila ada anggota
kelompok yang kurang mengerti dengan materi dan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang
lain bertugas memberikan jawaban seta menjelaskannya sebelum pertanyaan tersebut diajukan kepada
guru. Untuk memastikan apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, maka siswa akan
bertanding dalam game dan turnamen ademik. Game hanya diikuti oleh perwakilan dari masing-masing
kelompok, sedangkan turnamen diikuti oleh semua siswa. Ketika turnamen akademik, siswa akan
dipisahkan dengan kelompok asalnya untuk ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Setiap meja
turnamen terdiri dari beberapa siswa yang mewakili kelompoknya masing-masing. Penentuan dimana
meja turnamen yang akan ditempati oleh siswa dilakukan oleh guru, yaitu dengan melihat homogenitas
akademik. Maksudnya, siswa yang berada dalam satu meja turnamen adalah siswa dengan kemampuan
akademiknya setara. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh saat pre-test. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini disajikan tahapan-tahapan dalam model pembelaran TGT. Menurut Slavin (2001:166167), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim,
game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian selengkapnya sebagai berikut: 2.2.A. Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru
pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru
juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian materi. Bahkan agar lebih menarik,
penyajian materi bisa disajikan dalam bentuk audiovisual yang dikemas dalam CD interaktif seperti yang
dilakukan dalam penelitian ini. Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan

serta berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa dituntut
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang
diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan kelas. 2.2.B. Tim/kelompok Setelah penyajian
materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim
atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa
berusaha mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat
turnamen. Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan jawabannya
dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya
bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman
sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah
berbagi tugas dengan anggota kelompoknya, saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan
mengemukakan ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya. 2.2.C. Game
(permainan) Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya, tugas siswa
selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada
meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan
nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak
bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya. 2.2.D.
Tournament (turnamen) Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen
diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan siswa dari
kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh
siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda. Meja turnamen
diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan kemampuan tinggi,
meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah
siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab
soal-soal yang disediakan mewakili kelompoknya. Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa
agar semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi,
guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk
anak yang kurang pintar. Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih
tinggi. Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa
dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah.
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan memperhatikan
aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu: (1) cara memulai permainan Untuk memulai
permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara menentukan siswa yang menjadi
pembaca pertama adalah dengan menarik kartu bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah
pembaca pertama. (2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan
nomor tersebut pada lembar permainan. Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama
kemudian mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal
yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus mengerjakan soal
tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawabannya, maka penantang I

(siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk menantang jawaban pembaca atau melewatinya. (3)
Tantang atau lewati Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I
memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I melewatinya,
penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya sampai semua penantang
menentukan akan menantang atau melewati. Apabila semua penentang sudah menantang atau
melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca
serta penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban pembaca
salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka penantang mendapatkan
sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya (jika
ada). (4) Memulai putaran selanjutnya Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu
posisi kekiri. Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II
menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu, turnamen berlanjut
sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru. (5) Perhitungan poin Apabila turnamen
telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan pada lembar skor permainan.
Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru. Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan
ke lembar rangkuman tim untuk dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor
kelompok adalah dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah
anggota tim yang bersangkutan. 2.2E. Rekognisi tim (penghargaan tim) Penghargaan kelompok diberikan
berdasarkan rerata skor kelompok. Penghargaan kelompok diberikan sesuai kriteria berikut. Kriteria
(rata-rata tim) Penghargaan 40 45 50 Tim baik Tim sangat baik Tim super
Pengertian Direct Method ( Metode Langsung) Fandy  Pengertian Direct Method ( Metode Langsung)
atau pemahaman dari Direct Method yaitu berasal dari kata Direct yang artinya langsung. Direct method
atau model langsung yaitu suatu cara mengajikan materi pelajaran bahasa asing di mana guru langsung
menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak
didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka
guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemontstrasikan, menggambarkan dan
lain-lain. Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya
dengan mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumusrumus tertentu, berpikir, dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih
praktek langsunng mengucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau
kalimat tersebut mula-mula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit katakata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya. Demikian halnya kalau kita
perhatikan seorang ibu mengajarkan basah kepada anak-anaknya langsung dengan mengajarinya,
menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat dan anaknya menurutinya meskipun
masih terihat lucu. Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anak tersebut menyebut “Aah” dan
seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu dan akhirnya ia mengerti pula
maksudnya Pada prinsipnya metode langsung (direct method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa
asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan
bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk
menuirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik. Ciri-ciri metode ini adalah : Materi pelajaran
pertama-tama diberikan kata demi kata, kemudian struktur kalimat Gramatika diajarkan hanya bersifat

sambil lalu, dan siswa tidak dituntut menghafal rumus-rumus gramatika, tapi yang utam adalah siswa
mampu mengucapkan bahasa secara baik Dalam proses pengajaran senantiasa menggunakan alat bantu
(alat peraga) baik berupa alat peraga langsung, tidak langsung (bnda tiruan) maupun peragaan melalui
simbol-simbol atau gerakan-gerakan tertentu Setelah masuk kelas, siswa atau anak didik benar-benar
dikondisikan untuk menerima dan bercakap-cakap dalam bahasa asing, dan dilarang menggunakan
bahasa lain. Kebaikan metode langsung (Direct) Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektivitasnya
memiliki keunggulan antara lain : Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata
kalimat dalam bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan
macam-macam media yang menyenangkan Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan
kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana yang dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa
sehari-hari misalnya (pena, pensil, bangku, meja, dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah
menangkap simbol-simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya. Metode ini relatif banyak
menggunakan berbagai macam alat peraga : apakah video, film, radio kaset, tape recorder, dan
berbagaimedia/alat peraga yang dibuat sendiri, maka metode ini menarik minat siswa, karena sudah
merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit Siswa memperoleh pengalaman langsung
danpraktis, sekalipun mula-mula kalimat yang diucapkan itu belum dimengerti dan dipahami
sepenuhnya Alat ucap / lidah siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan yang
semula sering terdengar dan terucapkan Kekurangan-kekurangan metode langsung (Direct) Pengajaran
dapat menjadi pasif, jika guru tidakdapat memotivasi siswa, bahkan mungkin sekali siswa merasa jenuh
dan merasa dfongkol karena kata-kata dan kalimat yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat
dimengerti, karena memang guru hanya menggunakan bahasa asing tanpa diterjemahkan ke dalam
bahasa anak. Pada tingkat-tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena
siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata) yang sudah dimengerti Meskipun pada dasarnya
metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari-hari dalam menyampaikan bahan pelajaran
bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu konsisten demikian, guru terpaksa misalnya
menterjemahkan kata-kata sulit bahasa asing itu ke dalam bahasa anak didik. Metode ini sebenarnya
tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan maupun atas karena si siswa merasa telah memiliki
bahan untuk bercakap/cercicara dan tentu saja agar siswa betul-betul merasa tertantang untuk
bercakap/berkomunikasi; maka sanksi-sanksi dapat ditetapkan bagi mereka yang menggunakan bahasa
sehari-hari.