Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Bunga Kelengkeng Nusantara Secara Reaksi Warna

IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE PADA MADU BUNGA KELENGKENG NUSANTARA
SECARA REAKSI WARNA TUGAS AKHIR OLEH :
NEVI HAYATI UTAMI NIM 112410028
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE PADA MADU BUNGA KELENGKENG NUSANTARA
SECARA REAKSI WARNA TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
NEVI HAYATI UTAMI NIM 112410028
Medan, Mei 2014 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,
Dr. Sumaiyah, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197712262008122002
Disahkan Oleh : Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001
Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skhir ini.Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Bunga Kelengkeng Nusantara Secara Reaksi Warna”, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dr. Sumaiyah S.Si., M.Si., Apt. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini. 3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 4. Bapak Drs. I Gde Nyoman Suandi, M.M., Apt., selaku Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan. 5. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku koordinator pembimbing praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan. 6. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
Universitas Sumatera Utara

7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga
kepada Ayahanda Nasib Shobirin dan Ibunda Silfianti tercinta yang telah memberikan do’a, semangat dan motivasi sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Kepada adikku Fahmi, yang penulis sayangi, penulis mengucapkan terima kasih atas do’a, semangat dan motivasi yang telah diberikan, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Terima kasih kepada teman dekat dan sahabat penulis Nurzah, Winda, Eci, Sofhy, Bang Denny, Hendra, Adhli, Alfalah, Faisal, Boston, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Seluruh teman-teman mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan,Mei 2014 Penulis
Nevi Hayati Utami NIM 112410028
Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE PADA MADU BUNGA KELENGKENG NUSANTARA
SECARA REAKSI WARNA ABSTRAK
Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna coklat kuning muda sampai coklat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui reaksi enzim diastase pada madu yang digunakan untuk membedakan madu asli dengan madu palsu.
Identifikasi enzim diastase dilakukan secara reaksi warna sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.
Hasil identifikasi secara reaksi warna menunjukkan bahwa pada sampel yaitu dengan terbentuknya warna hijau/coklat.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa madu bunga kelengkeng nusantara yang diperiksa mengandung enzim diastase sehingga memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia 01-3545-2004 yaitu positif. Kata kunci: madu bunga kelengkeng nusantara, identifikasi, enzim diastase,
reaksi warna
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman LembarJudul ……………………………………………………………. i LembarPengesahan ...…………………………………………………… ii Kata Pengantar ....…..………………………….……………………….... iii Abstrak ……………………………………….………………………….. v Daftar Isi …………………………………….…………………………... vi DaftarTabel ……………………………………………………………... ix DaftarGambar …………………………………………………………... x DaftarLampiran …………………………………………………………. xi BAB I PENDAHULUAN ………………….………………………..….. 1
1.1 LatarBelakang ………………….…………………………... 1 1.2 Tujuan …………………………..……………….………….. 2 1.3 Manfaat ………………………….………………………….. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……..…………………………………. 3 2.1 Madu .................……………………………..……………… 3
2.1.1 Fungsi Madu ……….…………………………………. 4 2.1.2 Komposisi Madu ........................................................... 5 2.1.3 Penggolongan Madu ...................................................... 6 2.1.4 Macam Madu ................................................................. 7 2.1.5 Kualitas Madu ................................................................ 7 2.1.6 Efek Samping Madu ....................................................... 9
Universitas Sumatera Utara

2.2 Tanaman Lengkeng ……………………………………........ 9 2.2.1 Botani Tanaman Lengkeng ........................................... 10 2.2.2 Kandungan Gizi Lengkeng ........................................... 10 2.2.3 Jenis-Jenis Lengkeng .................................................... 11
2.3 Enzim Dalam Madu ..………………………………………. 12 2.3.1 Enzim Diastase …............……………………………. 12 2.3.2 Fungsi Enzim Diastase ………………….…………… 12 2.3.3 Proses Kimia Enzim Diastase ………………………... 12
BAB IIIMETODE PERCOBAAN …………..........…………………… 15 3.1 TempatPengujian …………………………………………... 15 3.2 Alat …………………………………………………………. 15 3.3 Bahan …………………………………………….................. 15 3.4 Prosedur Kerja ………………..…………………….............. 15
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ...……………………………... 17 4.1 Hasil ……………………………………..…………………. 17 4.2 Pembahasan ………………………………………………... 17
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ……..…………………………. 18 5.1 Kesimpulan ………………………………………………..... 18 5.2 Saran ………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 19 LAMPIRAN ……………………………………………………………. 20
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL Halaman
Tabel2.1Persyaratan Kualitas Madu ....................................................... 8 Tabel4.1Data HasilIdentifikasiEnzim Diastase Pada Madu Secara
Reaksi Warna ............................................................................ 17
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.4. Penambahan Amilum Dengan Iodin …………..................... 13
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Sampel Madu Bunga Kelengkeng Nusantara …………….. 20
Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE PADA MADU BUNGA KELENGKENG NUSANTARA
SECARA REAKSI WARNA ABSTRAK
Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna coklat kuning muda sampai coklat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui reaksi enzim diastase pada madu yang digunakan untuk membedakan madu asli dengan madu palsu.
Identifikasi enzim diastase dilakukan secara reaksi warna sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.
Hasil identifikasi secara reaksi warna menunjukkan bahwa pada sampel yaitu dengan terbentuknya warna hijau/coklat.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa madu bunga kelengkeng nusantara yang diperiksa mengandung enzim diastase sehingga memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia 01-3545-2004 yaitu positif. Kata kunci: madu bunga kelengkeng nusantara, identifikasi, enzim diastase,
reaksi warna
Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna coklat kuning muda
sampai coklat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Konstituen dari madu adalah campuran dekstrosa dan fruktosa dengan jumlah yang sama dan dikenal sebagai gula invert 50-90% dari gula yang tidak terinversi dan air. Madu biasa dipalsukan dengan gula invert buatan, sukrosa, dan glukosa cair perdagangan. Madu dapat pula dipalsukan dengan cara pemberian suatu asupan kepada lebah berupa larutan gula sukrosa yang bukan berasal dari nektar (Gunawan, 2004).

Enzim penting yang terdapat dalam madu adalah enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Enzim diastase adalah enzim yang mengubah karbohidrat kompleks (polisakarida) menjadi karbohidrat yang sederhana (monosakarida). Enzim invertase adalah enzim yang memecah molekul sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan enzim oksidase adalah enzim yang membantu oksidasi glukosa menjadi asam peroksida. Enzim peroksidase melakukan proses oksidasi metabolisme. Semua zat tersebut berguna untuk proses metabolisme tubuh (Suranto, 2004).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-1994 telah ditetapkan bahwa kandungan enzim diastase dalam madu harus positif. Jika dalam madu kandungan enzim diastase negatif maka madu tersebut dikatakan madu
Universitas Sumatera Utara

palsu dan dinyatakan tidak memenuhi syarat. Tugas akhir ini berjudul “Identifikasi Enzim Diastase pada Madu Bunga Kelengkeng Nusantara secara Reaksi Warna”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
Identifikasi enzim diastase pada madu dilakukan secara reaksi warna. Proses pembentukan pati menjadi glukosa yang dilakukan oleh enzim diastase pada madu dalam uji aktivitas enzim dengan menggunakan iodin yang disertai perubahan warna larutannya sebagai berikut : Pati (Biru) – Dekstrin (Biru kecoklatan) – Akrodekstrin (Coklat) – Eritrodekstrin (Merah) – Maltosa (Kuning) – Glukosa (Jernih/bening) (Murdijati, 1992).
1.2 Tujuan Untuk mengidentifikasi enzim diastase pada madu Bunga Kelengkeng
Nusantara yang seperti ditetapkan oleh pemerintah Indonesia berdasarkan SNI.
1.3 Manfaat Memberikan informasi kepada pihak terkait dan masyarakat mengenai ada
atau tidaknya enzim diastase pada madu.
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
` 2.1 Madu
Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga. Diperlukan dua faktor untuk menghasilkan madu. Pertama, bunga yang nektarnya merupakan bahan baku pembuatan madu. Kedua, serangga yaitu lebah yang merupakan tenaga ahlinya. Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Perubahan nektar menjadi madu dimulai ketika lebah pekerja membawa nektar ke sarangnya. Nektar yang berhasil dibawa pulang diberikan kepada lebah pekerja lainnya untuk dicampur dengan air liur dan dihilangkan airnya (Sarwono, 2001).
Lebah madu menghasilkan madu yang dibuat dari nektar (senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula) sewaktu musim tumbuhan berbunga. Sewaktu nektar dikumpulkan oleh lebah pekerja dari bunga, bahan tersebut masih mengandung air tinggi (80%) dan juga gula (sukrosa tinggi). Setelah lebah mengubah nektar menjadi madu, kandungan air menjadi rendah dan sukrosa di ubah menjadi fruktosa (gula buah; levulosa) dan glukosa (dekstrosa) (Sihombing, 1997).
Selama berabad-abad madu yang dibuat oleh lebah dari sari bunga merupakan satu-satunya zat pemanis murni dan alami yang bisa diperoleh oleh manusia. Dalam beberapa tahun terakhir telah bermunculan pengganti madu dalam bentuk gula pasir hasil pabrik yang cenderung atau telah mengusir madu
Universitas Sumatera Utara

dari meja makan kita. Madu tetap merupakan zat pemanis dan satu-satunya zat pemanis yang menawarkan kualitas kehidupan yang tidak mungkin tidak dijumpai pada zat-zat pemanis lainnya (Jarvis, 2002).

Di masyarakat berkembang kebiasaan uji keaslian madu yang ditunjukkan menyala ketika dibakar dengan korek api, telur bisa matang, tidak rembes ketika diteteskan pada kertas koran dan sebagainya. Pengujian tersebut sebenarnya tidak seratus persen benar, masih butuh pembuktian melalui laboratorium. Salah satu pengujian yang paling praktis adalah dengan menggunakan pH meter. Madu palsu biasanya memiliki pH 2,4-3,3, sedangkan madu asli mempunyai pH 3,4-4,5. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilakukan uji kandungan madu di laboratorium (Ardilles, 2011).
Karena pH madu berada pada kisaran 3,2-4,5, keasaman madu adalah faktor signifikan yang menyebabkan madu bersifat antibakteri. Sifat antibakteri madu membantu mengatasi infeksi pada luka, sedangkan antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, mempercepat penyembuhan, dan mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit (Rostita & Tim Redaksi Qanita, 2007). 2.1.1 Fungsi Madu
Madu berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran urin, meningkatkan fungsi otak, meningkatkan daya tahan tubuh, untuk menyembuhkan sakit pinggang, maag, batuk, pilek, dan mempercepat penyembuhan luka bakar atau luka akibat operasi (Suranto, 2004).
Universitas Sumatera Utara

Madu memiliki kekuatan menyembuhkan luar biasa. Sudah lama manusia memanfaatkan madu untuk mengatasi luka bakar, mengatasi stamina atau meningkatkan gairah seksual. Khasiat setiap jenis madu bisa saja berbeda, tetapi semua jenis madu pasti mengandung antioksidan, seperti vitamin E dan vitamin C yang kadarnya sama. Antioksidan tersebut diyakini sangat berpotensi mencegah kanker dan penyakit jantung (Rostita & Tim Redaksi Qanita, 2007). 2.1.2 Komposisi Madu
Kandungan gizi dalam madu yang terdiri dari asam amino, karbohidrat, protein, serta beberapa jenis vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mudah diserap sel-sel tubuh. Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak. Madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab penyakit infeksi (Rostita & Tim Redaksi Qanita, 2007).
Zat-zat atau senyawa yang terkandung dalam madu sangat kompleks dan kini telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat atau senyawa dalam madu. Mungkin di masa yang akan datang dapat ditemukan lagi senyawa lain bila penelitian terus dilakukan oleh para peneliti dalam bidang peternakan madu (Sihombing, 1997).
Komposisi madu ditentukan oleh dua faktor, yakni komposisi nektar asal madu bersangkutan dan faktor-faktor eksternal tertentu. Lagipula untuk penilaian harus diingat bahwa kualitas madu sebenarnya agak sulit disamakan mutunya karena ada berbagai cara untuk analisis yang dapat digunakan, diantaranya ion-
Universitas Sumatera Utara

change chromatography, gas-liquid chromatography, dsb, lama penyimpanan sampel dan perbedaan jenis dan asal bunga penghasil nektar. Karena pengaruh cuaca, topografi dan pola pertanian yang berbeda, maka sulit mengharapkan mutu madu yang sama. Madu yang berasal dari negara yang berlainan umumnya berbeda pula. Rataan kandungan madu Amerika Serikat disajikan sebagai salah satu contoh zat-zat yang terkandung di dalamnya (Sihombing, 1997).
Jenis tanaman sebagai sumber utama nektar dan polen mengakibatkan komponen madu berbeda. Berbagai tumbuhan di Indonesia dapat mejadi sumber nektar dan polen, namun penelitian tentang hal ini masih sangat terbatas (Sihombing, 1997).
Perbedaan komposisi madu yang berasal dari berbagai negara disebabkan oleh perbedaan cuaca, topografi, tumbuhan, lebah madu yang menghasilkan madu, cara pengolahan, dan penyimpanan (Sihombing, 1997). 2.1.3 Penggolongan Madu
Berdasarkan asal nektar, madu biasa dibedakan atas tiga golongan, yaitu madu flora, madu ekstraflora, dan madu embun (Sarwono, 2001).
Madu flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Bila berasal dari satu jenis bunga disebut madu monoflora, dan yang berasal dari aneka ragam bunga disebut madu poliflora. Madu flora sangat baik untuk pakan tambahan atau untuk penambah tenaga, sedangkan madu poliflora baik sekali untuk mengobati orang yang kelelahan, kepanasan, kedinginan, terkena luka bakar, mengalami luka sayat, dan terkena luka tusuk. Madu poliflora mengandung enzim asam amino
Universitas Sumatera Utara

bebas yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan madu monoflora (Sarwono, 2001).
Madu ekstraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga, seperti daun, cabang, dan batang tanaman. Madu embun adalah madu yang dihasilkan dari cairan hasil sekresi serangga, yang kemudian eksudatnya diletakkan di bagian tanaman. Selanjutnya cairan itu diisap dan dikumpulkan oleh lebah madu. Madu ini berwarna gelap dengan aroma merangsang (Sarwono, 2001). 2.1.4 Macam Madu

Ada sekitar 300 macam madu di Amerika Serikat, sedang di toko-toko di Indonesia terdapat berbagai merek madu, yaitu Madu Sumbawa Murni, Madu Kapuk, Madu Karet, Madu Lengkeng, Madu Kopi, Allowrie, dan Chinese Honeys adalah contoh madu impor, yang masing-masing berasal dari Australia dan Cina (Sihombing, 1997). 2.1.5 Kualitas Madu
Kualitas madu ditentukan oleh cara pemanenan madu, warna madu, cita rasa madu, jenis madu, komposisi madu, dan kadar air. Baik di alam maupun di peternakan lebah, waktu pemanenan madu harus diperhatikan. Pemanenan bisa dilakukan pada saat musim nektar telah berakhir 2-3 minggu. Madu yang dipanen harus memiliki kadar air di bawah 20%. Madu yang bagus adalah yang mengandung kadar air sekitar 17,5%. Jika sel-sel dalam sarang madu telah ditutup oleh lapisan lilin, madu tersebut telah memenuhi syarat kadar air dan siap untuk dipanen (Suranto, 2004).
Universitas Sumatera Utara

Cita rasa madu ditentukan oleh zat yang terdapat dalam madu diantaranya

glukosa, alkaloid, gula, asam glukonat, dan prolin. Rasa dan aroma madu yang

paling enak adalah ketika madu baru dipanen dari sarangnya. Sesudah itu,

senyawa-senyawa yang terdapat dalam madu sedikit demi sedikit akan menguap.

Hal ini disebabkan senyawa yang terdapat dalam madu bersifat volatil (mudah

menguap). Karena itu, untuk menjaga kualitas madu, cara memanen, dan cara

menyimpan madu harus diperhatikan (Suranto, 2004).

Di Indonesia, kualitas madu ditentukan berdasarkan Standar Nasional


Indonesia (SNI) nomor 01-3543-2004 seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.

Dimana standar tersebut merupakan kriteria dari mutu madu yang telah

ditetapkam oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan merupakan hasil revisi

dari SNI tentang syarat mutu madu tahun 1994.

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Madu

No. Jenis Uji 1. Aktivitas enzim diastase, min. 2. Hidroksimetilfurfural (HMF),
maks. 3. Air, maks. 4. Gula pereduksi (dihitung sebagai
glukosa), min. 5. Sukrosa, maks. 6. Keasaman, maks.
7. Padatan yang larut dalam air, maks.
8. Abu, maks. 9. Cemaran logam
Timbal (Pb), maks. Tembaga (Cu), maks. 10. Cemaran arsen (As), maks.

Satuan DN
mg/kg
% b/b % b/b

% b/b ml NaOH
1 N/kg % b/b
% b/b
mg/kg mg/kg mg/kg

Persyaratan 3 50
22 65
5 50
0,5
0,5
1,0 5,0 0,5

Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Efek Samping Madu

Madu merupakan nutrisi alami yang efek sampingnya amat minimal.

Sebuah penelitian Ladas yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition


(1995) melaporkan bahwa konsumsi madu pada orang normal dapat menimbulkan

diare atau gangguan perut. Hal ini mungkin disebabkan kandungan fruktosa madu

yang cukup tinggi. Kadar fruktosa madu termasuk yang tertinggi sekelompok

dengan buah apel dan pir. Tingginya fruktosa madu pada beberapa orang dapat

menyebabkan gangguan penyerapan yang disebut malabsorbsi fruktosa. Hal ini

cukup merepotkan bagi orang-orang yang sebelumnya punya pencernaan yang

sensitif. Namun, menurut Ladas, hal itu justru menguntungkan untuk orang yang

punya keluhan susah buang air besar karena efek laksatif dari madu tersebut

(Suranto, 2007).

2.2 Tanaman Lengkeng


Tanaman lengkeng atau kelengkeng termasuk suku rambut-rambutan.

Kedudukan tanaman lengkeng dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas

: Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo


: Sapindales

Famili

: Sapindaceae

Genus

: Nephelium

Universitas Sumatera Utara

Spesies

: Nephelium longanum sin. Euphoria longana (Lour.) Stend.

(Rukmana, 2007).

2.2.1 Botani Tanaman Lengkeng

Lengkeng merupakan tanaman keras yang mempunyai batang kayu yang

kuat, sistem perakarannya sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang sangat

dalam (terutama tanaman lengkeng yang berasal dari biji), sehingga sangat tahan

terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh (Sunanto, 1990).

Daun lengkeng termasuk daun majemuk, tiap tangkai memiliki tiga sampai

enam pasang helai daun. Bentuknya bulat panjang, ujungnya agak runcing, tidak

berbulu, tepinya rata, dan permukaannya mengandung lapisan lilin. Kuncup

daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang berwarna merah

(Sunanto, 1990).

Bunga lengkeng berbentuk malai yang terletak di ujung ranting-

rantingnya, warnanya kuning muda atau putih kekuningan, ukurannya sangat kecil

sehingga hanya dapat diamati secara jelas bila memakai alat pembesar (Sunanto,

1990).

2.2.2 Kandungan Gizi Lengkeng

Lengkeng kecuali dapat dikonsumsi langsung (dipasarkan) sebagai buah

segar juga dapat dikalengkan. Buah lengkeng mempunyai kandungan mineral

yang kaya akan kalori dan gizi di samping vitamin C (Sunanto, 1990).

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Jenis-Jenis Lengkeng a. Varietas Batu
Lengkeng varietas batu termasuk lengkeng jenis unggul. Kulit buahnya agak kasar dan berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar daripada varietas lainnya. Daging buahnya lebih tebal dan mudah sekali lepas dari biinya, (Jawa: nglothok). Rasa aromanya lebih tajam dan lebih segar, sehingga harganya di pasaran juga lebih mahal dibandingkan dengan jenis lainnya. Tetapi, jumlah buah tiap malainya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis lainnya (Sunanto, 1990). b. Varietas Kopyor
Lengkeng varietas ini di pasaran harganya lebih rendah. Kulit buahnya halus berwarna coklat agak kuning (hampir seperti buah duku). Daging buahnya sulit lepas dari bijinya. Jumlah buah tiap malainya sangat banyak dan masih mampu berproduksi sangan baik di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian sampai 950 meter di atas permukaan laut (Sunanto, 1990).
2.3 Enzim Dalam Madu Ada dua enzim yang mencolok dalam madu yakni enzim diastase dan
enzim invertase. Konsep enzim yang lama menggolongkan enzim amilase menjadi dua kelompok, kelompok pertama yakni α-amilase amiloklasik atau amilitik) yang menceraikan rantai pati secara acak menjadi dekstrin dan menghasilkan hanya sedikit gula tereduksi. Kelompok kedua, ß-amilase (sakharogenik) yang menceraikan gula tereduksi maltose dari ujung rantai pati. Derajat keasaman (pH) optimum bagi α-amilase berkisar antara 5,0 pada suhu 22-
Universitas Sumatera Utara

30ºC sampai 5,3 pada suhu 45-50ºC, sedang untuk ß-amilase adalah 5,3. Laporan terbanyak akan pH optimum bagi diastase madu adalah 5,3 (Sihombing, 1997).
Pemanasan maupun penyimpanan lama terhadap madu mengakibatkan inaktivasi enzim madu dan data kinetik enzim madu telah diketahui sehingga paruh-hidupnya (half-life) dapat diketahui (Sihombing, 1997). 2.3.1 Enzim Diastase
Enzim diastase adalah enzim yang mengubah karbohidrat kompleks (polisakarida) menjadi karbohidrat yang sederhana (monosakarida) (Suranto, 2004).
Lebah madu tidak dapat memanfaatkan pati mentah atau dimasak atau dekstrin. Sumber diastase dalam madu adalah lebah madu itu sendiri, meski ada juga yang menduga nektar sebagai sebagian sumbernya (Sihombing, 1997). 2.3.2 Fungsi Enzim Diastase
Enzim diastase pada madu dapat mengubah pati menjadi glukosa dengan menggunakan iodin yang disertai dengan perubahan warna larutan (Murdijati, 1992). 2.3.3 Reaksi Kimia Enzim Diastase
Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa.
(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6 Pati Air Glukosa
Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-

mula pecah menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut

dekstrin. Dekstrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltosa (dua unit glukosa) dan

akhirnya maltosa pecah menjadi glukosa (Murdijati, 1992).

Proses perubahan pati menjadi glukosa yang dilakukan oleh enzim

diastase pada madu dalam uji aktivitas enzim dengan menggunakan iodin yang

disertai perubahan warna larutannya adalah sebagai berikut :

Pati (biru)

dekstrin (biru kecoklatan) akrodekstrin (coklat)

eritrodekstrin (merah) Maltosa (kuning) Glukosa (jernih/bening) + I2

Gambar 2.4 Penambahan amilum dengan iodin Larutan iodin digunakan untuk tes pati, warna biru tua menandai adanya larutan pati. Diperkirakan bahwa larutan iodin (ion I3− dan I5−) tersubstitusi ke dalam pati, tersubstitusinya iodin setelah terputusnya ikatan glukosida dalam pati oleh enzim dan terurai menjadi molekul molekul lebih sederhana, maka makin banyak terbentuk gugus OH bebas yang dapat disubstitusi oleh iodin sehingga konsentrasi iodin dalam larutan makin kecil dan molekul air semakin banyak terbentuk, apabila pati terhidrolisis sempurna maka gugus iodin yang bakal diabsorbsi semakin banyak atau di pihak lain konsentrasi molekul air akan
Universitas Sumatera Utara

bertambah, semakin kecil konsentrasi iodin bebas maka larutan akan berubah menjadi jernih (Murdijati, 1992).
Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat Pengujian Pengujian identifikasi enzim diastase pada madu secara rekasi warna
dilakukan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Alat Alat yang digunakan adalah gelas ukur, penangas air, pipet tetes dan
tabung reaksi.
3.3 Bahan Bahan yang digunakan adalah air suling, larutan iod dan larutan pati 1%.
3.4 Prosedur Kerja Dicampurkan 1 bagian madu dengan 2 bagian air suling. Ditambahkan 10
ml larutan ini dengan 1 ml larutan pati 1% dan dipanaskan pada 45oC selama 1 jam. Selanjutnya campuran ditambah dengan 1 ml larutan iod, 10 ml lagi dari larutan madu dicampur dengan larutan pati (tanpa pemanasan) dan ditambah larutan iod seperti diatas. Madu buatan atau madu yang pada waktu pengolahannya banyak mengalami pemanasan atau pada madu buatan akan
Universitas Sumatera Utara

memberikan reaksi enzim diastase negatif (warna biru). Sedangkan madu asli atau madu yang pengolahannya baik akan memberikan reaksi enzim diastase positif (warna kehijauan atau coklat).
Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari hasil pengujian identifikasi enzim diastase pada madu secara reaksi
warna, diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Data Hasil Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Secara Reaksi Warna.

Nama zat
Baku Pembanding

Pereaksi
(+) Pati 1% (+) Iod

Pengamatan Hijau atau coklat

Hasil
Enzim Diastase (+)

Zat Uji Madu Bunga Kelengkeng Nusantara

(+) Pati 1% (+) Iod

Hijau atau coklat

Enzim Diastase (+)

4.2 Pembahasan Berdasarkan pengujian yang dilakukan, identifikasi enzim diastase yang
diperoleh pada sampel hasilnya positif. Dapat disimpulkan bahwa identifikasi enzim diastase pada madu bunga kelengkeng nusantara adalah memenuhi syarat untuk dikonsumsi atau digunakan untuk kepentingan lain. Karena berdasarkan SNI 01-3545-2004 bahwa aktivitas enzim diastase pada madu yang dianalisis tersebut adalah positif dengan persyaratan minimal 3 DN.
Pengujian ini menggunakan reaksi warna dengan menggunakan larutan pati dan larutan iodin. Dimana dengan penambahan larutan iodin, reaksi enzim diastase memberikan hasil positif dengan memberikan warna coklat.

Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil pengujian identifikasi enzim diastase pada madu secara reaksi warna, menunjukkan bahwa madu yang diuji memenuhi persyaratan menurut SNI 01-3545-1994, yaitu enzim diastase positif dalam madu. 5.2 Saran 1. Perlu pengawasan yang baik saat dilakukan identifikasi pada sampel sampai hasil akhir diperoleh. 2. Instansi terkait melakukan sampling secara berkala pada produk yang sejenis untuk mengidentifikasi aktivitas enzim diastase yang terkandung didalamnya.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Ardilles, O.T.S. (2011). Identifikasi Dan Karakterisasi Sifat Fisika Dan Kimia Madu Asli Dan Madu Yang Dijual Dari Berbagai Sumber. USU. Diakses pada tanggal 17 April 2014
Gunawan, D. dan M.S. (2004). Ilmu Obat Alam Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 20-22
Jarvis, M.D. (2002). Khasiat Sari Apel dan Madu. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hal. 31-33
Murdijati, G. (1992). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 50-53
Rostita, dan Tim Redaksi Qanita. (2007). Berkat Madu: Sehat, Cantik dan Penuh Vitalitas Cetakan Pertama. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Hal. 42-43
Rukmana, R. (2007). Lengkeng, Prospek Agrobisnis dan Teknik Budidaya. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 12
Sarwono, B. (2001). Kiat Mengatasi Masalah Praktis Lebah Madu Cetakan Pertama. Jakarta : PT . Agro Media Pustaka. Hal.
Sihombing, D.T.H. (1997). Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 35, 101, 108
Standar Nasional Indonesia 01-3545-1994 Standar Nasional Indonesia 01-3545-2004 Sunanto, H. (1990). Budidaya Lengkeng dan Aspek Ekonominya. Yogyakarta:
Kanisius. Hal. 9-15 Suranto, A. (2007). Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 40 Suranto, A. (2004). Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Jakarta: Agromedia
Pustaka. Hal. 25, 43, 31
Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Lampiran 1

Sampel Madu Bunga Kelengkeng Nusantara

Nama sampel

: Madu Bunga Kelengkeng Nusantara

Komposisi

: Madu murni bunga kelengkeng

No. Registrasi

: MD 137611005072

Tanggal Kadaluarsa : 10-2017

Wadah/Kemasan : Botol kaca

Netto

: 250 ml

Pabrik

: Madu Nusantara, Solo-Indonesia

Kode sampel

: 0009/D-1/MM/14

Pemerian Madu Bunga Kelengkeng Nusantara

Bentuk

: Cairan kental

Rasa : Manis

Warna

: Coklat

Bau : Normal

Universitas Sumatera Utara