Ripitabilitas Sifat Kecepatan Lari dan Korelasi Fenotipiknya dengan Tinggi Badan pada Kuda Pacu Indonesia

RIPITABILITAS SIFAT KECEPATAN LARI DAN KORELASI
FENOTIPIKNYA DENGAN TINGGI BADAN
PADA KUDA PACU INDONESIA

SKRIPSI
JUSTIAN RENARDI LOUIS

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

RINGKASAN
JUSTIAN RENARDI LOUIS. D14062273. 2010. Ripitabilitas Sifat Kecepatan
Lari dan Korelasi Fenotipiknya dengan Tinggi Badan pada Kuda Pacu
Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc.
Pembimbing Anggota : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.
Kuda Pacu Indonesia merupakan hasil grading-up kuda Sumba dengan kuda
pacu Thoroughbred, membentuk ”bangsa baru” yang telah beradaptasi baik dengan

lingkungan Indonesia sehingga dianggap sebagai kuda lokal. Kuda tersebut memiliki
potensi untuk dikembangkan. Salah satu parameter genetik yang diperlukan untuk
program seleksi sifat kecepatan lari adalah ripitabilitas. Penelitian ini diperlukan
sebagai dasar pengembangan Kuda Pacu Indonesia (KPI).
Perolehan informasi kecepatan lari sebagai data penelitian dilakukan dari
koleksi data pada Buku Panduan Acara Kejurnas Pordasi tahun 1998–2008. Data
yang diperoleh merupakan data performa fenotipik kuda pacu yang dilombakan. Data
yang diolah merupakan kecepatan lari, yang diperoleh dari informasi waktu tempuh
dan jarak lomba, dan tinggi badan. Setiap individu kuda yang diamati memiliki
jumlah catatan yang tidak sama satu sama lain. Data dari individu-individu kuda
yang diamati dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan umur. Perhitungan
ripitabilitas kecepatan lari dilakukan berdasarkan Becker (1968) dengan model
statistik Yik = µ + αi +eik. Perhitungan nilai korelasi dilakukan dengan rumus korelasi
regresi.
Kecepatan lari KPI jantan dan betina pada umur dua tahun berbeda (P4 tahun; berturut-turut
sebesar 15,096±0,514; 15,244±0,704; dan 15,308±0,758 m/detik.
Ripitabilitas kecepatan lari kuda pacu jantan pada umur dua tahun
(0,573±0,140) lebih tinggi daripada betina (0,315±0,206). Ripitabilitas kecepatan lari
pada umur tiga tahun (0,278±0,138) dikategorikan sebagai ripitabilitas sedang.
Ripitabilitas kecepatan lari tertinggi (0,737±0,042) ditemukan pada umur empat

tahun, dikategorikan sebagai ripitabilitas tinggi. Ripitabilitas kecepatan lari umur
diatas empat tahun (0,460±0,095) lebih rendah daripada umur empat tahun, tetapi
masih tetap dikategorikan sebagai ripitabilitas tinggi.
Pada umur dua tahun pengaruh genetis kecepatan lari pada kuda pacu jantan
lebih tinggi dibandingkan betina, sedangkan pengaruh lingkungan sementara
ditemukan lebih tinggi pada kedua jenis kelamin umur tiga tahun. Pada umur tersebut
pengaruh lingkungan sementara, seperti pelatihan, masih lebih besar daripada
pengaruh genetis. Kelompok kuda pacu umur empat tahun mampu mengekspresikan
keunggulan sifat kecepatan lari; karena pengaruh genetis lebih tinggi daripada
pengaruh lingkungan sementara. Pengaruh genetis dan lingkungan sementara diamati
pada ripitabilitas kecepatan lari.
Hasil uji-t menunjukkan bahwa secara umum tinggi badan KPI pada kisaran
umur 2– >4 tahun tidak berbeda. Tinggi badan KPI pada umur 2 dan 3 tahun
berturut-turut sebesar 151,143±4,949 dan 151,21±5,528 cm. Kuda pacu jantan dan
ii

betina umur empat tahun memiliki tinggi badan berturut-turut sebesar 153,095±5,610
dan 149,811±5,394 cm; pada umur diatas empat tahun berturut-turut sebesar
151,626±8,219 dan 148,662±5,039 cm.
Kelompok kuda pacu jantan umur empat tahun memiliki korelasi positif

(koefisien korelasi 0,53) yang sangat nyata (P4 years old. The data from each age were analyzed separately.
Results showed that the racing-speed of 2 years old male and female Indonesian
racehorses are significantly different (P4 years old are not significantly different. Group of 4 years old
males shows a very significant (P4

39

27

66

Jumlah (Ekor)

168

151

--

11


Prosedur dan Rancangan
Prosedur
Data yang diperoleh merupakan data performa fenotipik kuda pacu yang
dilombakan. Data meliputi nama kuda, nama induk pejantan, warna rambut, umur,
tinggi badan, nama pemilik, event dan tahun lomba, jarak tempuh lomba, waktu
tempuh lomba, waktu pelaksanaan lomba dan selisih jarak finish dengan kuda peserta
sebelumnya. Data tersebut akan dirangkum dalam bentuk tabel yang lebih mudah
untuk dipelajari.
Data yang dapat diolah merupakan catatan kecepatan lari dan tinggi badan
selama masa produktif sampai dengan tahun terakhir pencatatan dilakukan. Setiap
individu kuda yang diamati memiliki jumlah catatan yang tidak sama satu sama lain.
Data dari individu-individu kuda yang diamati dikelompokkan berdasarkan jenis
kelamin dan umur, kemudian ditabulasikan untuk mempermudah pengolahan data
lebih lanjut.
Data yang telah ditabulasikan digunakan dalam perhitungan ripitabilitas pada
penelitian ini. Perhitungan nilai ripitabilitas kecepatan lari menggunakan data
kecepatan lari yang diperoleh dari informasi waktu tempuh dan jarak lomba. Hintz
(1980) menyatakan bahwa waktu tempuh mengindikasikan jumlah detik yang
dibutuhkan seekor kuda untuk menyelesaikan lomba, dan merupakan parameter yang

paling sering digunakan. Ekîz dan Koçak (2007) melaporkan bahwa waktu tempuh
lomba dalam setiap pacuan merupakan satu-satunya pengukuran langsung pada
kecepatan dan juga merupakan pengukuran kuantitatif yang tepat untuk
mengevaluasi secara genetis performa pacu pada kuda. Nilai kecepatan lari seekor
kuda diperoleh dengan membagi jarak lomba terhadap waktu tempuh. Pengujian
rataan dilakukan dengan uji-t 2 sampel; jika uji-t antara kelompok jantan dan betina
pada kelompok umur tertentu menunjukkan hasil tidak nyata, maka data yang
digunakan merupakan data gabungan (kelompok jantan dan betina).
Data yang telah ditabulasikan tersebut diolah lebih lanjut untuk mendapatkan
hubungan korelasi antara kecepatan lari dan tinggi badan. Perhitungan nilai korelasi
dilakukan dengan rumus korelasi regresi. Hubungan korelasi ini disebut korelasi
fenotipik pada penelitian ini.

12

Rancangan dan Analisis Data
Data kecepatan lari yang telah ditabulasikan diolah menggunakan metode
analisis ragam (ANOVA) seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2. dan diolah lebih
lanjut untuk mendapatkan nilai ripitabilitas. Data yang sama juga digunakan untuk
mendapatkan nilai korelasi antara kecepatan lari dengan tinggi badan kuda yang

diamati. Pengelompokan dan pentabulasian data dilakukan dengan menggunakan
program Excell Microsoft Office. Pengolahan data dengan metode analisis ragam,
analisis uji-t 2-sampel, dan perhitungan nilai korelasi dilakukan melalui program
MINITAB14 dan Statistix8.
Model rancangan percobaan berdasarkan Becker (1968) yaitu:
Yik = µ + αi +eik
Keterangan:
Yik

= pengukuran ke-k pada individu ke-i

µ

= nilai tengah umum

αi

= pengaruh individu ke-i

eik


= pengaruh lingkungan tidak terkontrol dan atribut deviasi genetik individu

Tabel 2. Tabel Analisis Ragam
Sumber
Keragaman

KT yang
Diharapkan

Derajat Bebas

JK

KT

Antara Individu

n- 1


JKw

KTw

Antara
Pengamatan
dalam Individu

m-n

JKe

KTe

Total

m- 1

JKt


σ + k1σ
σ

Keterangan : n= jumlah individu, m.= jumlah pengamatan, JK = Jumlah Kuadrat, KT = Kuadrat
Tengah, σ

= KTw, σ = KTe, koefisien k1=

jumlah ulangan

(

)

(m. −



.


), ∑ m = kuadrat-

Nilai Ripitabilitas
Pendugaan nilai ripitabilitas dihitung dengan menggunakan rumus (Becker, 1968):
R =
σ = MS

σ2W

σ2W + σ2e

dan σ

=



13

Keterangan :

R

= ripitabilitas
= ragam kecepatan pacu antara individu-individu yang diamati
= ragam kecepatan pacu berdasarkan pengukuran-pengukuran dalam individu
yang diamati
= kuadrat tengah kecepatan pacu
= kuadrat tengah individu yang diamati

k1

= jumlah pencatatan atau ulangan

Uji-t 2 Sampel
Pengujian kesamaan antara dua populasi dihitung menggunakan rumus:
t = ((X1 - X2) -

0)

/s

Keterangan : X1 = rataaan populasi sampel 1
X2 = rataan populasi sampel 2
s

= standar deviasi sampel
0

= perbedaan antara rataan populasi

Korelasi Fenotipik Antara Kecepatan Lari dengan Tinggi Badan
Pendugaan koefisien korelasi antara dua parameter (kecepatan lari dan tinggi
badan) dihitung dengan menggunakan rumus koefisien korelasi regresi (Maciejowski
dan Zięba, 1982):
r
Keterangan : rxy

=

∑ xy –

∑ 2−

(∑ x)(∑ y)
n

∑ 2
n

∑ 2−

∑ 2
n

= koefisien korelasi untuk x (tinggi badan) dan y (keceptan lari)

Σxy

= jumlah pengamatan nilai tinggi badan dan kecepatan lari

Σx

= jumlah pengukuran nilai tinggi badan

Σy

= jumlah pengukuran nilai kecepatan lari

Σx2

= jumlah kuadrat nilai tinggi badan

Σy2

= jumlah kuadrat nilai kecepatan lari

(Σx)2 = kuadrat jumlah nilai tinggi badan
(Σy)2 = kuadrat jumlah nilai kecepatan lari
n

= jumlah pasangan-data (individu) yang diamati
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Kecepatan Lari dan Ripitabilitasnya
Sifat Kecepatan Lari
Kecepatan lari Kuda Pacu Indonesia (KPI) yang diamati pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, secara umum kecepatan lari KPI baik
pada jantan maupun betina semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Hal ini didukung pernyataan Hintz (1980) bahwa pada kuda Thoroughbred di
Amerika secara umum puncak performa pacu dicapai pada umur empat tahun.
Performa pacu seekor kuda dinilai dari nilai kecepatan atau berapa cepat seekor kuda
dapat berlari dan menyelesaikan pacuan.
Tabel 3. Rataan Kecepatan Lari (m/detik) Kuda Pacu Indonesia Jantan dan Betina
pada Berbagai Kelompok Umur
Jenis
Kelamin

Umur (Tahun)
2

3

4

>4

----------------------------------------------(m/detik)----------------------------------------------



15,030a ± 0,724
(4,82%)
(n=38)

15,076a ± 0,521
(3,46%)
(n=51)

15,220a ± 0,700
(4,6%)
(n=40)

15,280a ± 0,813
(5,32%)
(n=39)



15,203b ± 0,634
(4,17%)
(n=40)

15,118a ± 0,509
(3,37%)
(n=48)

15,271a ± 0,718
(4,7%)
(n=36)

15,349a ± 0,675
(4,4%)
(n=27)

Rataan

15,119± 0,686
(4,54%)
(n=78)

15,096 ± 0,514
(3,41%)
(n=99)

15,244 ± 0,704
(4,62%)
(n=76)

15,308 ± 0,758
(4,95%)
(n=66)

Keterangan: persen dalam kurung menyatakan koefisien keragaman, n=jumlah individu, superscript
yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan (P4 tidak berbeda.
15

Nilai rataan kecepatan lari kuda pacu betina pada umur tiga tahun relatif lebih
rendah daripada umur dua tahun. Penurunan kecepatan lari ini kemungkinan karena
waktu dan frekuensi latihan kuda pacu betina yang berkurang akibat penerapan
program manajemen reproduksi. Peternak atau pemilik kuda memerlukan
replacement-stock atau pengganti yang diturunkan dari kuda pacu unggul. Kuda pacu
betina pada periode umur ini (tiga tahun) mendapatkan porsi dan waktu latihan yang
lebih sedikit, karena dikonsentrasikan untuk persiapan memperoleh keturunan
dengan mempertimbangkan masa bunting dan kondisi kesehatan kuda betina serta
anak. Jumlah kuda pacu betina unggul yang mengikuti pacuan berkurang karena
program tersebut. Damron (2006) menyatakan bahwa proses pengawinan kuda betina
sebaiknya dilakukan pada umur diatas dua tahun meskipun pubertas atau dewasa
kelamin dicapai pada umur 1,0–1,5 tahun. Manajemen reproduksi ini mencakup
masa laktasi anak kuda, program latihan selama kebuntingan dan pasca kelahiran
anak, pemenuhan kebutuhan pakan dan nutrisi. Penerapan aspek manajemen yang
berbeda oleh masing-masing peternak akan memberikan hasil yang berbeda pula
pada setiap individu kuda pacu betina, terutama pada sifat kecepatan lari.
Koefisien keragaman terbesar pada sifat kecepatan lari kuda pacu betina
(4,7%) dimiliki oleh kelompok kuda pacu betina umur empat tahun. Hal ini mungkin
terjadi karena sifat pacu unggul dari kuda pacu betina telah terekspresi. Berdasarkan
jumlah sampel yang diamati, secara umum kuda pacu pada umur tiga tahun
meningkat (n=99). Kemungkinan hal ini terjadi karena cukup banyak peternak yang
baru mulai menyertakan kuda mereka dalam pacuan saat kuda berumur tiga tahun.
Pada umur tersebut banyak ditemukan kuda dengan performa yang layak untuk
disertakan dalam pacuan; yang diperlihatkan dengan koefisien keragaman yang
menurun (4,54% pada umur dua tahun menjadi 3,41% pada umur tiga tahun) atau
keseragaman kecepatan lari yang meningkat. Keseragaman kecepatan lari ini
menunjukkan bahwa baik kuda yang baru turut serta maupun kuda yang telah
berpacu sebelumnya memiliki kecepatan lari yang tidak terlalu berbeda.
Koefisien keragaman terkecil kuda pacu jantan (3,46%) ditemukan pada
umur tiga tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh kuda pacu jantan
berumur tiga tahun yang diamati dalam penelitian ini memiliki kecepatan yang
hampir seragam. Koefisien keragaman yang sedikit lebih besar (4,82%) dimiliki oleh
16

kelompok kuda pacu jantan berumur dua tahun. Hal ini sangat mungkin terjadi
karena banyak faktor, diantaranya pengalaman latihan setiap individu, program
latihan dan pemeliharaan, proses perkembangan perototan setiap individu, program
pemberian pakan dan manajemen, dan hubungan joki