Kebutuhan energi dan nutrien kuda pacu indonesia dan aplikasi pada formulasi ransum berbasis pakan lokal

KEBUTUHAN ENERGI DAN NUTRIEN KUDA PACU
INDONESIA DAN APLIKASI PADA FORMULASI RANSUM
BERBASIS PAKAN LOKAL

YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Kebutuhan Energi dan
Nutrien Kuda Pacu Indonesia dan Aplikasi Pada Formulasi Ransum Berbasis
Pakan Lokal adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Januari 2012

Yohannis Lodewyk Revly Tulung

ABSTRACT
YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG. Energy and Nutrient Requirements
of Indonesia Race-Horses and It Application in Feed Rations Formulation based
on Local Feed. Under direction of SURYAHADI, WASMEN MANALU and
BERNAT TULUNG.
This study was conducted to obtain standardization of energy and nutrient
needs racehorses in Indonesia. The objective of this study was to assess the needs
of feed, energy and nutrient feed through the relationship between feed intake
based on metabolic weight trainer methods, methods of estimating need through
the cafeteria and the digestibility of feed by weight metabolic workload and to
base the rations formulation of racehorses of Indonesia racehorses. The main
activity of the study include: 1). Analysis of feed requirements according to the
method of trainers, conducted observation location during training with the model
equation: Y = a+ bx. 2). Method of determination of the need based on the
cafeteria. 3). Determination of energy (DE) and nutrient requirements of racehorse
Indonesia based on consumption, weight

and metabolic workload, model
equation: Consumption (K) = a + bP W0.75. 4). The trial of local feed formulation
compared with imported feed, the experiment was conducted on 14 horses racing
with the distance of 800 to 1600 m. Consumption of dry matter, energy and
nutrient feed were influenced by metabolic weight during exercise programs for
racing preparation, by the equation Y = 2,927 + 0,105x for the consumption of dry
matter, Y = 11,34 + 0,41x for energy consumption, Y = 0,618 + 0,022x for crude
protein, Y = 0,272 + 0,009x for crude fiber, Y = 0,111 + 0,004x for fat; Y = 0,030
+ 0,001x for calcium; Y = 0,002 + 0,0006x for phosphorus and Y = 1,876 +
0,067x for BETN. The results obtained by the method cafeteria average
consumption is 12,23 kg dry matter, energy consumption of 3,747 Mcal/kg; 1,317
kg of (CP); fat 0,501 kg; 2,241 kg of crude fiber; Ca 0,03 kg; P 0,06 kg. The test
results level by level preferences (palatability) of the seven types of feed were
corn, grass, grain, bran, soybean and cafeterias was given of green beans. The
results based on-1the needs of digested energy the average of consumption of dry
matter (kg.day ) obtained was Y = 7,989 + 4,95x; needs of DE (MCal day -1)
=17,91+ 10,88x; needs of digested protein Y = 1,581+0,971x; crude fiber -1Y =
0,951+0,607x; needs fats (kg.hari-1) = 0,287+0,176x;
needs calcium (kg.hari ) =
-1

0,080+0,049x;
needs
phosphorus
(kg.
day
)
=
0,043+0,027x;
needs BETN
(kg.hari-1) = 5,040+3,118x. The results of research to see the potential of local
feed compared with feed imports made through a test match between racehorse
fed and feed local. From these results it can be concluded that: 1). The results of
this trainer method of analysis can be concluded that the consumtion of dry
matter, energy and nutrien feed is infuenced by metabolic weight during an
ecercise program for the preparation raced racehorse. 2). These observations
cafeteria method, it can be concluded that the highest feed consumption is corn
38,01% of the total consumption of dry feed (12,23 kg), with 30,64 mkal ME
consumption / kg, 10,77% crude protein; crude fiber 18,33%; fat 4,10%; 0,3%
Ca, and P 0,48%. 3). From the results of this study can be concluded that, the need
for dry ingredients, ingested energy (DE), as well as the nutrient feed racehorses

can be expected from the intake, digestibility, workload and metabolic weight . 5).
The test results duel between racehorse fed local and feed import, the horse was
fed with locally have achievements that are not inferior to that consume feed
imports , so the formula can be used as a standard ration of feed requirements for
racehorses Indonesia.
Keywords : Indonesia racehorses, trainers method, nutrient requirements, cafeteria
method, metabolic weight.

RINGKASAN
YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG. Kebutuhan Energi dan Nutrien
Kuda Pacu Indonesia dan Aplikasi Pada Formulasi Ransum Berbasis Pakan
Lokal. Dibimbing oleh SURYAHADI, WASMEN MANALU dan BERNAT
TULUNG.
Kuda pacu sebagai ternak untuk perlombaan mempunyai keunikan dalam
hal mengkonsumsi pakan, sebab tujuan pemberian pakan adalah untuk mencapai
prestasi yang baik pada saat pacuan, oleh sebab itu perlu diperhatikan kebutuhan
pakan maupun zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan terlebih kandungan
energi yang mempunyai peran utama saat dipacu.
Pemeliharaan kuda pacu di Indonesia sebagian besar masih mengacu pada
pemberian pakan yang dilakukan oleh negara maju di luar negeri. Hal ini

disebabkan karena standarisasi kebutuhan pakan kuda di Indonesia belum ada,
sehingga masyarakat peternak kuda pacu memelihara kuda tersebut masih bersifat
tradisional yakni secara turun temurun dengan mengandalkan bahan baku pakan
impor yang digunakan menjelang perlombaan sehingga membutuhkan biaya yang
cukup besar untuk pakan. Padahal Indonesia merupakan negara agraris sehingga
bahan baku pakan yang ada kemungkinan bisa diramu sebagai sumber pakan
kuda, akan tetapi karena belum ada pengujian tentang kandungan nutrisi dan
formulasi yang lebih tepat, maka belum dimanfaatkan.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji kebutuhan pakan,
energi dan nutrien pakan melalui hubungan antara konsumsi pakan dengan bobot
metabolik berdasarkan metode trainer, metode kafetaria serta pendugaan
kebutuhan melalui kecernaan pakan dengan beban kerja dan bobot metabolik
untuk dijadikan dasar pada formulasi ransum kuda pacu Indonesia.
Kegiatan utama penelitian ini meliputi : 1). Inventarisasi metode trainer
kuda pacu, dilakukan melalui wawancara dengan 14 trainer kuda pacu, serta
pengamatan langsung tentang pakan yang diberikan serta jumlah konsumsi dan
program latihan. 2). Analisis kebutuhan berdasarkan metode kafetaria, melalui uji
coba 7 jenis pakan lokal pada 10 ekor kuda pacu. 3). Penentuan kebutuhan energi
(DE) dan nutrien kuda pacu Indonesia berdasarkan konsumsi, bobot metabolik
dan beban kerja, melalui 24 ekor kuda pacu dengan model persamaan: Konsumsi

(K)= a W 0.75 + bP. 4). Uji coba pakan formulasi pakan lokal, dibandingkan
dengan pakan impor, percobaan ini dilakukan pada 14 ekor kuda pacu dengan
jarak tempuh 800 sampai 1600 m.
Hasil penelitian yang diperoleh ternyata konsumsi bahan kering, energi
dan nutrien pakan dipengaruhi oleh bobot metabolik saat program latihan kuda
pacu untuk persiapan dipacu, dengan persamaan YBK= 2,927 + 0,105x untuk
konsumsi bahan kering, YE= 11,34 + 0,41x untuk konsumsi energi; YPk= 0,618 +
0,022x untuk protein kasar; YSk= 0,272 + 0,009x untuk serat kasar; YL= 0,111 +
0,004x untuk lemak; YCa= 0,030 + 0,001x untuk kalsium; YP= 0,002 + 0,0006x
untuk fosfor dan YBETN= 1,876 + 0,067x untuk BETN.
Hasil penelitian berdasarkan metode kafetaria diperoleh rataan konsumsi
bahan kering adalah 12,22 kg, dengan konsumsi energi(DE) 32,63 Mkal/kg,
protein 1,08 kg, lemak 1,73 kg, serat kasar 2,18 kg, kalsium 0,66 kg serta fosfor

0,89 kg. Hasil uji berdasarkan tingkat kesukaan (palatabilitas) secara berturutturut adalah jagung, hujauan, gabah, dedak, kedelai dan kacang hijau.
Hasil penelitian berdasarkan kebutuhan energi tercerna diperoleh rataan
konsumsi bahan kering BK (kg.hari -1) adalah Y= 7,989 + 4,95x; kebutuhan DE
(Mkal hari-1) = 10,88x + 17,91; kebutuhan protein tercerna (kg.hari-1) = 0,971x +
1,581; serat kasar (kg.hari-1)= 0,607x + 0,951; kebutuhan Lemak (kg.hari-1) =
0,176x + 0,287; kebutuhan kalsium (kg.hari-1) = 0,049x + 0,080; kebutuhan fosfor

(kg.hari-1) = 0,027x + 0,043; kebutuhan BETN (kg.hari-1) = 3,118x + 5,040.
Hasil penelitian untuk melihat prestasi yang dicapai oleh kuda yang
mengkonumsi pakan impor dan pakan lokal berturut-turut : jarak 800 m waktu
tempuh 0'.53" (53 detik)untuk pakan impor dan 0'.54" untuk pakan lokal; jarak
1000 m 1'.08"(1 menit 8 detik dan 1'.05"; jarak 1200 m 1'.18" dan 1'.20"; 1400 m
1'.35" dan 1'.34"; jarak 1600 m 1'.47" dan 1'.54".
Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa : 1). Pemberian
pakan oleh trainer saat latihan, telah disesuaikan dengan bobot badan (bobot
badan metabolik) kuda. Selama program latihan tersebut konsumsi bahan kering,
energi, protein, kalsium, fosfor dan BETN berkorelasi kuat dengan bobot
metabolik. 2). Komposisi nutrisi ransum kuda menurut trainer adalah: memiliki
kandungan energi(DE) 3,87 Mkal/kg, kadar protein, serat kasar, lemak, kalsium
dan fosfor masing-masing berturut-turut: 21,12; 9,3; 3,8; 1,0 dan 0,6%. Menurut
pemberian pakan metode trainer konsumsi bahan kering, energi(DE), protein,
serat kasar, lemak, kalsium dan fosfor adalah berturut-turut: 9,9 kg; 0,58 Mkal,
0,031 kg; 0,005 kg; 0,0001 kg dan 0,0009kg. 3). Dari hasil pengamatan metode
kafetaria ini, maka dapat disimpulkan bahwa kuda pacu dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya dengan cara memilih dan mengatur tingkat konsumsi setiap
bahan yang tersedia. Rasio hijauan dan konsentrat berkisar 30:70%. Dari
komponen konsentrat bahan yang paling banyak dikonsumsi adalah, jagung,

gabah, dedak, bungkil kelapa, kedelai, kacang hijau. Dari penelitian ini diketahui,
bahwa kadar serat kasar ransum keseluruhan berkisar 17,91%. Sedangkan
kandungan energi(DE) dan kadar protein ransum kuda adalah masing-masing
26,70 Mkal/kg dan 8,89%. Rataan konsumsi bahan kering (bobot kuda 278384kg) adalah 12,22 kg, dengan konsumsi energi(DE) 32,69 Mkal/kg, protein
1,08 kg, lemak 1,73 kg, serat kasar 2,18 kg, kalsium 0,66 kg serta fosfor 0,89 kg.
4). Pendugaan kebutuhan kuda akan energi KE=17,91W0.75 + 10.88P/ W0.75 dimana
KE = kebutuhan energi(DE Mkal/hr) dan W adalah bobot badan kuda dan P adalah
beban kerja yang merupakan perkalian dari bobot joki (kg) x jarak tempuh (km) x
kecepatan(km/menit). Demikian juga dengan pendugaan kebutuhan bahan kering
(KBK) = 7,989 W0.75 + 4,95P/ W0.75, protein (KP)= 1,581W0.75 + 0,971P/ W0.75,
kalsium (KCa)= 0,080 W0.75 + 0,049 P/W0.75 dan fosfor (KF )= 0,043 W0.75 + 0,027
P/ W0.75 (kg ekor-1 hari-1). 5). Kuda yang mengkonsumsi pakan lokal dapat
memperoleh prestasi yang optimal bila turut dipertimbangkan per pemberiannya
mengikuti pola latihan yang diberikan oleh para trainer. Ransum pakan lokal
tersebut memiliki mutu yang memadai dan tidak kalah dibanding dengan formula
ransum impor. 6). Pada dasarnya kebutuhan nutrisi kuda pacu dapat ditentukan
dengan berbagai metode dan dapat dipilah lebih lanjut menjadi kebutuhan
maintenance dan kebutuhan produksi, kebutuhan kuda tersebut berbeda dengan
yang direkomendasikan oleh NRC(1989). Perbedaan ini perlu mendapat perhatian
dalam formulasi ransum kuda. 7). Penggunaan bahan baku lokal dapat digunakan


dengan mempertimbangkan terlebih dahulu palatabilitas dan kandungan
nutrisinya. Mengingat harga bahan baku pakan lokal relatif lebih murah dan
ketersediaan yang berkelanjutan maka terdapat peluang besar dan prospek yang
baik dalam formulasi dan produksi ransum kuda pacu di Indonesia.
Kata Kunci : Kuda pacu Indonesia, metode trainer, kebutuhan nutrien, metode
kafetaria, bobot metabolik

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
peneliian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

.


KEBUTUHAN ENERGI DAN NUTRIEN KUDA PACU
INDONESIA DAN APLIKASI PADA FORMULASI RANSUM
BERBASIS PAKAN LOKAL

YOHANNIS LODEWYK REVLY TULUNG

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Ilmu Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Penguji pada Ujian Tertutup

: Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan, M.Sc.Agr
Prof. Dr. Ir. Polung H. Siagian, MS.


Penguji pada Ujian Terbuka

: Dr. Ir. Mursyid Mas‟um, M.Agr
Dr. Bambang Purwantara, MSc.

Judul Disertasi

Nama
NIM

: Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda Pacu
Indonesia dan Aplikasi pada Formulasi Ransum
Berbasis Pakan Lokal
: Yohannis Lodewyk Revly Tulung
: D061030121

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suryahadi, DEA
Ketua

Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, MSc.
Anggota

Prof. Dr. Ir. Bernat Tulung, DEA.
Anggota

Mengetahui

Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 9 Januari 2012

Tanggal Lulus :

Kupersembahkan kepada
Bapa di Sorga Melalui AnakNya Yesus Kristus
Kedua orang tuaku
Istriku Veyne Eldy Rorimpandei
Anak-anakku Michael, Gerald dan Reyven
Whoso loveth instruction, loveth knowledge
Proverbs 12:1b

PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Bapa di Sorga karena bimbingan
dan penghentaranNya maka karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ini
merupakan hasil penelitian yang penulis kerjakan berdasarkan penelaan lapangan
dan laboratorium di daerah Sulawesi Utara sejak April 2006 sampai Oktober
2009, dengan judul Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda Pacu Indonesia dan
Aplikasi pada Formulasi Ransum berbasis Pakan Lokal.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Suryahadi, DEA,
Bapak Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu, MSc dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bernat Tulung,
DEA, Bapak Prof. Dr. Toha Sutardi, MSc (Alm, Pembimbing), Bapak Dr. Ir.
Rachjan G. Pratas, M.Sc (Alm, Pembimbing) selaku komisi pembimbing yang
selama ini telah membimbing, mengarahkan, dan membantu menyelesaikan karya
ilmiah ini. Pimpinan dan Staf Sekolah Pascasarjana, Pimpinan dan Staf Program
Studi Ilmu Ternak Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rektor
Universitas Sam Ratulangi Manado, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Pimpinan dan Staf Proyek BPPS DIKTI 2003, Pemerintah Kabupaten
Minahasa Selatan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara atas bantuan sebagian
dana dan kesempatan tinggal di Asrama Mahasiswa Sam Ratulangi Bogor.
Selama penelitian lapangan penulis dimudahkan atas kesediaan waktu dan
tempat dari para pemilik, trainer, joki serta groom kuda pacu Sulawesi Utara,
secara khusus kepada Bapak Ir. Niko Mewengkang, Bapak Oddy Luntungan, SH,
dan Bapak Sany Pandey selaku pemilik dan pelatih kuda pacu yang telah
meminjamkan ternak kuda pacu sebagai materi penelitian. Selanjutnya kepada Ir.
Abraham Pendong, MSc yang banyak membantu dalam analisis statistik, Ir. Dave
Pijoh dan teman-teman se Asrama Mahasiswa Sam Ratulangi Bogor Baru II,
Bogor Baru I dan Sempur yang telah membantu mendoakan, memberi dukungan
dan dorongan. Ibu Dra. Adel Suparman Kansil atas doa dan perhatian yang
diberikan.
Rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua
Mama dan Papa (alm), Ayah Mertua (alm), serta Ibu Mertua atas kasih sayang,
bimbingan dan doa serta perhatian untuk anak-anak dan istriku selama penulis

mengikuti pendidikan S3. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakakkakak: Wim, Frieda, Welly, Albert, Katherina, Bernat dan Hanny serta kakakkakak ipar atas dukungan doa dan bantuan baik material terlebih moril.
Selama mengikuti program S3, penulis banyak mendapat pengertian,
inspirasi, kesabaran dan doa dari istriku yang tercinta Veyne Rorimpandei, Spt
dan anak-anakku yang tersayang: Michael, Gerald dan Reyven.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, dengan harapan semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa memberkati Bapak dan Ibu. Sebagai suatu hasil dari proses belajar, penulis
menyadari karya ilmiah ini tidak lepas dari kekurangan dan keterbatasannya.
Walaupun demikian penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu peternakan khususnya di bidang nutrisi kuda pacu Indonesia
yang selama ini belum ada standar kebutuhannya.

Bogor, Januari 2012

Yohannis Lodewyk Revly Tulung

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tomohon pada tanggal 8 Juli 1959, sebagai anak
bungsu dari delapan bersaudara dari ibu Dientje Estelina Ogi dan ayah Noch
Petrus Tulung. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pada tahun
1977 di Tomohon, penulis menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Peternakan
Universitas Sam Ratulangi Manado dan lulus tahun 1986. Pada tahun 1994
penulis mengikuti program pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Ternak pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan selesai tahun 1998. Pada tahun
2003 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti program S3 pada Program
Studi Ilmu Ternak Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai dosen Jurusan Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak
pada Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado sejak tahun 1988
sampai sekarang.
Sebuah artikel berjudul Standarisasi Kebutuhan Energi(DE) dan Nutrien
Kuda Pacu Indonesia berdasarkan Konsumsi, Bobot Metabolik dan Beban Kerja
telah dimasukkan untuk dipublikasi pada Jurnal Zootek vol. 21, edisi Juli 2010.
Artikel lain berjudul Analisis Kebutuhan Pakan Menurut Metode Trainer Kuda
Pacu di Sulawesi Utara telah disetujui untuk diterbitkan pada Jurnal Zootek vol.
31 edisi 2011.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………….………...

xvi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………

xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………

xix

1 PENDAHULUAN ………………………………………………...
Latar Belakang ………………………………………………..
Tujuan Penelitian ……………………………………………..
Manfaat Penelitian ……………………………………………
Hipotesis ……………………………………………………...
Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………

1
1
3
4
4
5

2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………..
Deskripsi Tentang Kuda ……………………………………...
Sejarah Olah Raga Berkuda …………………………………
Jenis kompetisi Olah Raga Berkuda ………………………...
Dressage/Tunggang Serasi…………………………………….
Endurance …………………………………………………….
Show Jumping………………………………………………...
Eventing………………………………………………………
Polo Berkuda ………………………………………………..
Kuda pacu (Racehorses) ……………………………………...
Metode Latihan ……………………………………………….
Sistem Pernafasan Kuda ……………………………………...
Sistem Peredaran Darah Kuda ……………………………….
Kecepatan Pergantian Sel-Sel Darah Merah Kuda …………..
Sistem Urinaria Kuda ………………………………………..
Pertulangan Kuda ……………………………………………
Sistem Otot Kuda …………………………………………….
Sistem Pencernaan Kuda ..........................................................
Konsumsi dan Kecernaan zat-zat Makanan ………………….
Kebutuhan Energi dan Nutrien Kuda ………………………..
Kebutuhan Energi untuk kerja ……………………………….
Kebutuhan Nutrisi Untuk Kuda ………………………………
Protein ……………………………………………………….
Serat kasar …………………………………………………….
Lemak ………………………………………………………...
Mineral ……………………………………………………….
Vitamin ……………………………………………………….
Air …………………………………………………………….
Keadaan Umum ……………………………………………..

7
7
7
8
8
9
9
10
10
10
12
15
16
17
17
17
18
19
21
23
23
25
25
26
27
28
30
30
32

3 ANALISIS KEBUTUHAN PAKAN DAN NUTRIEN KUDA
PACU MENURUT METODE TRAINER ………………………
Abstrak………………………………………………………..

39
39

Pendahuluan ………………………………………………….
Bahan dan metode ………………………………………..
Hasil ……………………………………………………….
Pembahasan ……………………………………………….
Simpulan …………………………………………………..
Daftar Pustaka ……………………………………………..

39
40
41
46
50
51

ANALISIS KEBUTUHAN NURIEN KUDA PACU
BERDASARKAN METODE KAFETARIA …………………
Abstrak……………………………………………………...
Pendahuluan …………………………………………………
Bahan dan metode …………………………………………
Hasil ………………………………………………………..
Pembahasan ………………………………………………..
Simpulan ……………………………………………………
Daftar Pustaka ……………………………………………..

53
53
53
53
54
59
62
62

STANDARISASI KEBUTUHAN ENERGI (DE) DAN
NUTRIEN KUDA PACU INDONESIA BERDASARKAN
KONSUMSI, BOBOT METABOLIK DAN BEBAN
KERJA…………………………………………………………..
Abstrak………………………………………………………..
Pendahuluan …………………………………………………..
Bahan dan metode ……………………………………………
Hasil ………………………………………………………….
Pembahasan ………………………………………………….
Simpulan ……………………………………………………..
Daftar pustaka ……………………………………………….

65
65
65
67
69
74
82
82

6 FORMULASI RANSUM BERBASIS PAKAN LOKAL……….
Abstrak……………………………………………………….
Pendahuluan ………………………………………………….
Bahan dan metode ………………………………………….
Hasil …………………………………………………………
Pembahasan …………………………………………………
Simpulan ……………………………………………………
Daftar Pustaka ………………………………………………

85
85
85
86
87
89
90
90

7 PEMBAHASAN UMUM ………………………………………..

91

8 SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………..
Simpulan……………………………………………………..
Saran………………………………………………………….

95
95
96

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….

97

LAMPIRAN …………………………………………………………

105

4

5

DAFTAR TABEL
Halaman

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Hasil analisa komposisi bahan kering zat-zat makanan, pakan
percobaan…………………………………………………….
Konsumsi Bahan Kering(kg), Energi(Mcal) dan Zat-zat
Makanan(kg) Bobot Metabolik(kg)………………………….
Rataan konsumsi bahan kering, energi dan zat-zat makanan
secara kafetaria………………………………………………
Pola konsumsi pakan berdasarkan metode kafetaria……….
Kadar Energi Termetabolisasi (ME) dan Nutrien Pakan
Terkonsumsi…………………………………………………
Rataan konsumsi bahan kering pakan, energi dan zat-zat
makanan berdasarkan tingkat palatabilitas………………...
Rataan Konsumsi Hijauan, Konsentrat, Energi, Bahan Kering
dan Nutrien (kg ekor -1. hari -1) selama penelitian.............
Hasil Estimasi Kebutuhan Energi Tercerna (DE) serta Nutrien
Pakan Penelitian dan NRC (1989)………………………….
Komposisi pakan lokal dan pakan sustaina percobaan…….
Konsumsi Bahan Kering, Energi, Protein kasar, Serat kasar,
Lemak, Ca dan P Pakan Sustaina…………………………..
Konsumsi Bahan Kering, Energi, Protein kasar, Serat kasar,
Lemak, Ca dan P Pakan Lokal………………………………
Hasil pengamatan prestasi kuda pacu dengan menggunakan
pakan sustaina dan pakan lokal……………………………..

41
41
54
55
56
56
69
79
86
87
87
88

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Diagram Alir Penelitian………………………………………

5

2

Sistem pencernaan kuda……………………………...............

19

3

Kandang dan Kuda Pacu (semi permanen)…………………..

33

4

Kandang dan tempat makan………………………………….

34

5

Arena Pacuan Kuda Maesa Tompaso (pkl.06.00)…………..

34

6

Waming Up di track pacuan (pkl 05.00)…………………….

36

7

Penjemuran pada Sinar Matahari Pagi (pkl 07.00)………….

37

8

Kuda akan memasuki track untuk latihan Troott,
Canter dan gallop…………………………………………….

38

9

Latihan Troott, Canter dan Gallop (pkl 06.00)……………...

38

10

Bentuk Konsentrat yang diberikan pada kuda pacu………..

38

11

Hubungan antara Konsumsi Bahan Kering dan
Bobot Metabolik………….………………………………….

42

Hubungan antara Konsumsi Energi dan
Bobot Metabolik…………………………………………….

43

Hubungan antara Konsumsi Protein Kasar dan
Bobot Metabolik…………………………………………….

43

Hubungan antara Konsumsi Serat Kasar dan
Bobot Metabolik…………………………………………….

44

Hubungan antara Konsumsi Lemak dan
Bobot Metabolik…………………………………………….

44

Hubungan antara Konsumsi Kalsium dan
Bobot Metabolik…………………………………………….

45

Hubungan antara Konsumsi Fosfor dan
Bobot Metabolik…………………………………………….

45

Hubungan antara Konsumsi BETN dan
Bobot Metabolik…………………………………………….

46

Hubungan antara Konsumsi Pakan (%) dan
Kandungan GE(kcal)……………………………………….

55

Konsumsi Bahan Kering dan
Beban Kerja/BM…………………………………………….

70

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Konsumsi Bahan DE dan
Beban Kerja/BM………………………………………………

71

Hubungan antara konsumsi Protein dan
Beban Kerja/BM………………………………………………

71

Hubungan antara konsumsi Serat Kasar dan
Beban Kerja/BM..........................................................................

72

Hubungan antara konsumsi Lemak dan
Beban Kerja/BM……..................................................................

72

Hubungan antara konsumsi Kalsium dan
Beban Kerja/BM………………………………………………

73

Hubungan antara konsumsi Fosfor dan
Beban Kerja/BM………………………………………………

73

Hubungan antara konsumsi BETN dan
Beban Kerja/BM………………………………………………

74

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Analisis regresi anatara konsumsi bahan kering dan
bobot metabolik………………………………………………...

107

Analisis regresi anatara konsumsi energi dan
bobot metabolik………………………………………………...

108

Analisis regresi anatara konsumsi Protein kasar dan
bobot metabolik………………………………………………...

109

Analisis regresi anatara konsumsi Serat kasar dan
bobot metabolik………………………………………………..

110

Analisis regresi anatara konsumsi Lemak kasar dan
bobot metabolik………………………………………………..

111

Analisis regresi anatara konsumsi Kalsium dan
bobot metabolik………………………………………………...

112

Analisis regresi anatara konsumsi Fosfor dan
bobot metabolik………………………………………………...

113

Analisis regresi anatara konsumsi BETN dan
bobot metabolik………………………………………………...

114

9

Program Latihan dari para trainer……………………………...

115

10

Analisis regresi pola konsumsi antara persentase
konsumsi pakan dan kandungan ME (kkal)…………………...

116

11

Konsumsi Bahan Kering (Cafetaria)…………………………...

116

12

Konsumsi Energi kkal (Cafetaria)……………………………...

118

13

Konsumsi Protein (Cafetaria)………………………………….

119

14

Konsumsi Lemak Kasar (Cafetaria)…………………………...

120

15

Konsumsi Serat Kasar (Cafetaria)……………………………...

122

16

Konsumsi Kalcium (Cafetaria)………………………………...

123

17

Konsumsi Fosfor (Cafetaria)…………………………………...

124

2

3

4

5

6

7

8

18

19

20

21

22

23

24

25

Analisis regresi antara konsumsi bahan kering dan
beban kerja per bobot metabolik………………………………

126

Analisis regresi antara konsumsi energi tercerna dan
beban kerja per bobot metabolik………………………………

127

Analisis regresi antara konsumsi protein kasar dan
beban kerja per bobot metabolik………………………………

129

Analisis regresi antara konsumsi serat kasar dan
beban kerja per bobot metabolik………………………………

130

Analisis regresi antara konsumsi lemak kasar dan
beban kerja per bobot metabolik………………………………

132

Analisis regresi antara konsumsi kalsium dan
beban kerja per bobot metabolik………………………………

133

Analisis regresi antara konsumsi fosfor dan
beban kerja dan bobot metabolik………………………………

135

Analisis regresi antara konsumsi BETN dan
beban kerja dan bobot metabolik………………………………

136

1 PENDAHULUAN

Pemanfaatan ternak sebagai tenaga kerja dan transportasi sudah dilakukan oleh
masyarakat sejak dahulu. Akan tetapi, saat ini penggunaan ternak sebagai tenaga kerja
telah tersaingi oleh peralatan yang modern baik untuk transportasi maupun untuk
pengolahan lahan pertanian. Dewasa ini penggunaan ternak sebagai sumber tenaga
untuk pengolahan pertanian hanya terdapat pada masyarakat di pedesaan. Demikian
pula dengan ternak sebagai penarik beban.
Ternak sapi, kerbau, maupun kuda adalah jenis ternak dengan tujuan produksi
berbeda. Ternak sapi dan kerbau selain sebagai ternak kerja juga dimanfaatkan sebagai
sumber daging, sedangkan ternak kuda tujuan produksi yang dikenal selama ini adalah
untuk menarik beban maupun untuk hiburan, yakni diperlombakan.
Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk pengembangan ternak kuda, sebab alat transportasi
yang kelihatan masih digunakan sampai saat ini, yakni bendi (andong), cukup banyak
terdapat di daerah ini. Demikian juga untuk ternak kuda pacu, khususnya Minahasa yang
merupakan lokasi pemeliharan kuda pacu di SULUT, populasinya masih cukup besar.
Pada tahun 1993 sampai tahun 1998, Sulawesi Utara merupakan produsen kuda pacu
terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan karena prestasi kuda pacu Sulut menonjol saat
itu yang beberapa kali menggondol lambang supremasi tertinggi pacuan kuda tingkat
nasional, bahkan sampai saat ini rekor kuda pacu tercepat di Indonesia pada kelas 1100
m (Prince Star) belum terpecahkan.
Beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan populasi kuda pacu di Sulut. Hal
ini disebabkan karena harga pakan yang terlalu mahal, sehingga minat masyarakat
petani peternak kuda pacu menurun, dan yang bertahan untuk memelihara kuda pacu
tinggal orang-orang yang mempunyai banyak modal, bahkan di daerah ini petani
peternak yang dahulunya memiliki kuda pacu hanya menjadi pemelihara kuda milik
pejabat-pejabat setempat.
Saat ini dengan adanya kesulitan bahan bakar minyak di Indonesia maka
tentunya akan membuka kemungkinan penggunaan ternak kuda sebagai tenaga tarik

beban maupun angkutan, seperti yang dilakukan oleh masyarakat dahulu. Bahkan di
kota-kota tertentu sampai saat ini masih mengandalkan ternak kuda sebagai sarana
transportasi sehingga dapat mengatasi penggunaan bahan bakar minyak.
Kuda pacu sebagai ternak untuk perlombaan mempunyai keunikan dalam hal
mengkonsumsi pakan, sebab tujuan pemberian pakan adalah untuk mencapai prestasi
yang baik pada saat pacuan. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan kebutuhan pakan
maupun zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan, terlebih kandungan energi
yang mempunyai peran utama saat dipacu. Apabila dilihat dari kebutuhan dan konsumsi
pakan utama kuda adalah hijauan, karena kuda tergolong herbivora, maka jumlah
konsumsi hijauan lebih besar, akan tetapi pada kenyataanya kebutuhannya sangat
berbeda karena kuda pacu membutuhkan energi yang baik untuk latihan maupun dipacu
saat perlombaan, sehingga kebutuhan utamanya berasal dari biji-bijian sebagai
penyusun konsentrat yang mengandung energi yang baik untuk proses kerja pada kuda
pacu.
Pemeliharaan kuda pacu di Indonesia sebagian besar masih mengacu pada
pemberian pakan yang dilakukan oleh negara maju di luar negeri. Hal ini disebabkan
karena standarisasi kebutuhan pakan kuda di Indonesia belum ada, sehingga masyarakat
peternak kuda pacu memelihara kuda tersebut masih secara turun-temurun dengan
mengandalkan bahan baku pakan impor yang digunakan menjelang perlombaan
sehingga prestasi saat dipacu tidak maksimal. Padahal, Indonesia merupakan negara
agraris sehingga bahan baku pakan yang ada kemungkinan bisa digunakan sebagai
sumber pakan kuda. Akan tetapi, belum ada pengujian karakteristik nutrisi dan formulasi
yang lebih tepat. Bahan baku pakan lokal menurut hasil-hasil analisis kandungan zat-zat
makanan tidak kalah dibandingkan dengan komposisi zat-zat makanan dari negara luar,
hanya saja formulasinya belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian. Salah satu
metode pendekatan untuk memformulasikan pakan adalah melalui metode trainer, uji
palatabilitas pakan melalui metode kafetaria pada ternak kuda pacu.
Selain itu, perbedaan kuda pacu yang ada di Indonesia yang diizinkan oleh
PORDASI untuk diperlombakan adalah persilangan kuda lokal dengan thoroughbred,
maka tentunya mempunyai perbedaan breed yang berdampak pada perbedaan
konsumsi dan kebutuhan pakan, serta zat-zat makanan.

Melihat tujuan pemeliharaan kuda untuk kemampuan kerja baik untuk dipacu
maupun menarik beban serta bentuk/postur tubuh yang indah waktu diperlombakan
maka tentunya faktor yang sangat mendukung adalah pakan, khusus kandungan zat
makanan, yakni energi dan protein serta mineral dan vitamin.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji kebutuhan pakan, energi dan
nutrien pakan melalui hubungan antara konsumsi pakan dengan bobot metabolik
berdasarkan metode trainer, metode kafetaria serta pendugaan kebutuhan melalui
kecernaan pakan dengan beban kerja dan bobot metabolik untuk dijadikan dasar pada
formulasi ransum kuda pacu persilangan thoroughbred dengan kuda poni Indonesia.
Tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengkaji informasi tentang program latihan dan pola latihan yang
disesuaikan dengan metode pemberian pakan dan nutrien saat latihan
untuk persiapan perlombaan yang dilakukan oleh trainer kuda pacu agar
mencapai prestasi maksimal.
2. Memperoleh informasi tentang pola konsumsi serta kebutuhan pakan dan
nutrien kuda pacu melalui metode kafetaria.
3. Mendapatkan hasil terhadap tingkat kesukaan pada beberapa jenis pakan
melalui palatabilitas pakan.
4. Mengetahui kebutuhan energi tercerna, serta nutrien yang optimal
berdasarkan beban kerja dan bobot metabolik, melalui analisis inputoutput dengan menggunakan analisis regresi.
5. Mendapatkan standar kebutuhan pakan dan nutrisi kuda pacu Indonseia
sesuai dengan bobot metabolik per beban kerja.
6. Aplikasi formulasi ransum pakan lokal dibandigkan dengan pakan impor
terhadap prestasi kuda pacu Indonesia.

MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
program latihan kuda pacu, metode pemberian pakan serta kebutuhan energi

tercerna(DE) dan nutrien pakan untuk perbaikan pakan dengan menggunakan
pakan lokal yang bermanfaat baik pada petani/peternak kuda pacu maupun
masyarakat pecinta olah raga berkuda serta instansi pemerintah terkait.

HIPOTESIS
1. Kebutuhan energi tercerna(DE) dan nutrien kuda pacu dapat diduga dari beban
kerja dan bobot metabolik.
2. Kandungan energi pakan dapat diduga dari bobot metabolik melalui pola
konsumsi.

RUANG LINGKUP PENELITIAN

TAHAP I
ANALISIS KEBUTUHAN MENURUT
METODE TRAINNER KUDA PACU

PROGRAM PEMBERIAN
PAKAN

PROGRAM LATIHAN

TAHAP II
ANALISIS KEBUTUHAN
MENURUT METODE KAFETARIA

Peubah yang diukur : :
- Bobot kuda
-

Jumlah konsumsi pakan, energi dan zat

TAHAP

III

ESTIMASI KEBUTUHAN PAKAN

Peubah yang diukur

-Bobot Kuda
:

-Konsumsi DE dan Nutrien pakan
Bobot
joki,
jarakP tempuh
dan waktu
Pk, SK,
L, Ca,
dan BETN

TAHAP IV
FORMULASI RANSUM BERBASIS
BAHAN PAKAN LOKAL

Peubah yang diukur :
- Konsumsi bahan kering pakan,
- Prestasi (Kecepatan)

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA
DESKRIPSI TENTANG KUDA
Kuda merupakan salah satu jenis ternak yang termasuk pada golongan
hewan sebagai berikut. Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus)
memiliki klasifikasi zoologis sebagai berikut (Ensminger,1962):
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Perissodactyla
Famili
: Equidae
Genus
: Equus
Spesies
: Equus caballus
Pada dasarnya kuda memiliki berbagai jenis kerja yakni kerja tarik, yang
terdiri atas kerja ringan, kerja sedang dan kerja berat. Ada pula jenis kuda
tunggang atau kuda ringan, ini terdiri atas beberapa kategori yaitu three-gaited
horses yang pengembangannya ditujukan pada keterampilan berjalan yakni walk,
trot dan canter dan ada juga kuda yang termasuk pada kategori five-gated horses
yang di samping keterampilan walt, trot dan canter juga slow gaited dan rack.
(Blackely dan Bade, 1991).
SEJARAH OLAH RAGA BERKUDA
Kuda sudah dikenal sejak zaman purba, dimana hubungan antara manusia
dengan kuda dapat dilihat dari kesenian dan sastra yang berasal dari negeri
Ukraine, China, Mesir, Persia dan Yunani kuno. Untuk menentukan secara pasti
mengenai siapa yang pertama kali menjinakkan kuda dan melatihnya untuk
ditunggang sangat sulit, namun penemuan ilmiah menunjukkan bahwa manusia
telah menunggang kuda sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Suku Yunani
dan Romawi kuno merupakan ahli tunggang dan menggunakan kuda untuk
pacuan dan olahraga. Tentara Yunani dan Romawi menunggang kuda dalam
perang, dan suku Yunani (Xenophon) menulis tentang prinsip-prinsip berkuda
sejak 400 SM, dan hingga kini prinsip-prinsip mereka masih digunakan untuk
berkuda. Akademi berkuda pertama didirikan oleh Federico Grisone 1532 di
Napoli, Itali, kemudian pada akhir abad 16 sebuah akademi equestrian
berkembang di Versailles, Perancis, tetapi kemudian menghilang karena revolusi
Perancis. Sebuah sekolah menunggang “kuno” yang bertahan hingga kini adalah

Spanish Riding School yang didirikan 1572 di Wina, Austria. Sekolah kavaleri
Perancis yang didirikan 1768 di Saumur, dengan pakar Pluvinel dan La
Guérinière, juga memberikan kontribusi besar kepada seni equestrian modern,
terutama Dressage/ Tunggang Serasi. Olahraga berkuda yang kita kenal di zaman
sekarang, berkembang pada bagian kedua abad 19. (Bowen, 2007)
Awalnya peranan kuda di Indonesia lebih dekat dengan masyarakat petani,
dari pada keluarga Raja. Dahulunya oleh para petani, kuda disamping untuk
keperluan angkutan, juga untuk menarik bajak di sawah, disamping kerbau di
beberapa daerah. Sedang cikal bakal olahraga ketangkasan berkuda di Indonesia
berawal dari menunggang kuda sambil berburu di hutan-hutan. Kesenangan
berburu dengan menunggang kuda ini masih banyak ditemukan di daerah Nusa
Tenggara Barat dan Timur. Di pulau Jawa, kuda di abad 16 sebelumnya menjadi
simbol kemegahan para Raja dan dipergunakan untuk peperangan, yang pada
gilirannya dijadikan untuk olahraga sebagai tontonan. Pada zaman Belanda,
olahraga berkuda dikenal rakyat melalui pacuan kuda, yang dilakukan pada harihari pasar atau ulang tahun Ratu Belanda. Hampir setiap daerah menjadi pusat
kegiatan pacuan kuda, dan dari situlah tumbuh peternakan tradisional, yang
melahirkan kuda-kuda pacu lokal, yang dikenal dengan kuda Batak, kuda Padang
Mangatas, kuda Priangan, kuda Sumba, kuda Minahasa dan kuda Sandel. Daerahdaerah yang dikenal mempunyai ternak-ternak kuda tradisional adalah Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan dan Nusa Tenggara. Lomba ketangkasan berkuda mulai dikenal melalui
serdadu-serdadu Belanda dengan lomba lompat rintangan (jumping).
Jenis kompetisi olahraga berkuda yang di pertandingkan di dunia terdiri
atas beberapa jenis, di antaranya adalah:
Dressage/Tunggang Serasi, Dressage adalah dasar semua pelatihan kuda
dan dibutuhkan untuk semua nomor ketangkasan, tetapi dressage juga dinilai
sebagai „Master“ berkuda karena nilai seni tinggi yang dimilikinya. Tujuan
Dressage atau Tunggang Serasi adalah pengembangan fisik kuda dan keserasian
penunggang dengan kuda. Keterampilan dan mutu yang baik terlihat dari ayunan
langkah yang bebas dan sama rata, seolah kuda bergerak mudah dan tanpa beban.
Kudanya memberi kesan bahwa ia melakukan semua gerakan dengan sendiri,

karena pertolongan yang ringan dari penunggang tidak dapat terlihat lagi. Dalam
semua kompetisi, kuda harus menunjukkan tiga cara berjalan: Walk, Trott dan
Canter, dan juga transisi dari dan ke berlainan cara berjalan dan dalam cara
berjalan sendiri (collection – extension – collection).
Endurance, Endurance merupakan kompetisi melawan waktu untuk
menguji kecepatan dan kemampuan ketahanan kuda, yang sekaligus diharapkan
dapat menunjukkan pengetahuan si penunggang mengenai kecepatan dan
penggunaan kudanya melalui lintas alam. Prestasi kuda yang ditunjukkan melalui
berbagai macam permukaan dan halangan alam sangatlah penting untuk
menentukan kepandaian berkuda si penunggang dan sikap kudanya sendiri.
Sebuah kompetisi terdiri dari berberapa tahap. Setelah setiap tahap (pada
prinsipnya setiap 40 km), diadakan sebuah inspeksi kesehatan hewan yang diatur
sebagai gerbang veteriner yang menuju kawasan pemberhentian yang diambil
waktunya (waktunya terhitung dari saat detak jantung kuda menunjukkan 64
detak/ menit; sampai saat itu waktu dianggap sebagai waktu menunggang). Tahaptahap endurance dapat berlangsung hingga dua hari atau lebih.
Show Jumping (Lompat Rintangan), Lompat rintangan adalah hal yang
biasa dilakukan oleh kuda-kuda di alam bebas ketika mereka menghindar atau lari
dari pemangsa. Zebra di kebun binatang juga terlihat melompati pohon tumbang
dan rintangan lain untuk kesenangan mereka. Kemampuan lompat rintangan
seekor kuda ketangkasan antara lain tergantung bakatnya dan membutuhkan
pelatihan yang sesuai dan secara bertahap untuk mengajarkan teknik yang baik.
Lompat rintangan melengkapi pendidikan dasar si penunggang maupun seekor
kuda tunggang, dan pada umumnya latihan jumping dijadwalkan sebanyak dua
atau tiga kali dari enam hari latihan per minggu. Nomor olahraga berkuda show
jumping atau lompat rintangan berasal dari kegemaran para penunggang Irlandia
pada zaman dahulu, karena tanah pertanian mereka sangat luas dan infrastruktur
di „pulau hijau“ itu, mereka sering melalui jalan pintas dengan melompati pagar,
tembok dan rintangan alam yang membatasi dan memisahkan tanah-tanah
pertanian mereka. Kebiasaan itu kemudian berkembang dan menjadi sebuah
kompetisi tersendiri.

Eventing, Eventing atau trilomba adalah pertandingan kombinasi yang
mengandalkan pengalaman penunggang dalam semua nomor berkuda. Kuda
maupun penunggang, harus memiliki kecekatan dan serba bisa. Pesertanya
mengikuti pertandingan kombinasi yang terdiri dari tiga tes: dressage, crosscountry sebagai tes utama dan jumping, dengan kuda yang sama selama
pertandingan berlangsung. Hal itu tentunya membutuhkan kerjasama antara kedua
atlit yang saling percaya, dan juga pelatihan yang terstruktur dan sistematis dalam
semua disiplin. Hanya pelatihan yang baik dan teratur menghasilkan atlit yang
mahir dalam semua disiplin dan berstamina cukup untuk menghadapi
pertandingan yang dinilai cukup berat ini.
Polo Berkuda, Sejak tahun 525 SM beberapa negara di Timur Tengah
telah mengenal permainan polo berkuda. Diduga permainan ini berasal dari negeri
Parsi. Di Parsi permainan ini disebut Chaugan, sedang di Assam (India) dikenal
dengan nama Manopur. Sejak tahun 1850, polo berkuda sangat digemari oleh para
pengusaha perkebunan teh di Assam. Satuan kavaleri Inggris memberikan
perhatian pada olahraga ini, sehingga kemudian resimen ke 10 Hussars
mendemonstrasikannya kepada penduduk kota Hounslow (Inggris). Olahraga polo
berkuda kemudian dikenalkan ke Amerika pada tahun 1883, sekarang Argentina
merupakan negara yang selalu tampil dan mengungguli pertandingan olahraga ini.
Objek dari permainan ini adalah memasukkan bola ke gawang tim musuh dengan
menggunakan tongkat kayu, setiap tim terdiri dari empat orang pemain dimana
masing-masing pemain berada diatas kuda.
Kuda

pacu

(Racehorses),

merupakan

jenis

kuda

yang

tujuan

pemeliharaanya adalah untuk memperoleh kecepatan saat di pacu dengan kriteria
penilaiannya adalah yang tercepat masuk finish.
Di Indonesia selama ini yang dipertandingkan adalah kuda pacu dan
Pordasi dengan peraturannya menetapkan bahwa kuda pacu yang boleh
diperlombakan pada arena pacuan di Indonesia adalah persilangan kuda lokal
dengan thoroughbred, sehingga untuk lomba-lomba ketangkasan berkuda lainnya
kurang popular sebab ukuran tinggi badan kuda pacu Indonesia relatif lebih
rendah dibandingkan dengan kuda impor seperti thoroughbred, arabianbred dan

lain-lain. Kuda pacu Indonesia merupakan ternak yang saat ini dibentuk melalui
program grading up dengan tujuan untuk memenuhi permintaan kuda pacu.
Proses pembentukan kuda pacu Indonesia dimulai dari G1 yang
merupakan persilangan kuda betina lokal dengan pejantan thoroughbred dengan
darah lokal 50% dan darah thoroughbred 50%. Kuda G2 merupakan hasil silang
kuda betina G1 pada umur 3 atau 4 tahun dengan pejantan thoroughbred. Kuda
betina G2 dikawinkan dengan jantan thoroughbred akan menghasilkan G3 dengan
komposisi darah lokal 12,5% dan darah thoroughbred 87,5% yang dirasa sudah
cukup baik untuk dijadikan bibit pejantan (parent-stock) pembentukan kuda pacu
Indonesia. Kuda betina G4 selanjutnya dibentuk untuk dijadikan betina parentstock yang akan disilangkan dengan kuda jantan G4 atau G3 dan menghasilkan
kuda pacu Indonesia (Soehardjono, 1990).
Gibbs at al (2009) mengemukakan dalam beberapa tahun terakhir,
perhatian yang signifikan telah diarahkan pada penelitian atlet kuda, terutama
kuda pacu dan kuda muda yang ditujukan untuk dipacu. Bahkan informasi baru
tentang konsep yang tersedia sedang dibentuk, menyangkut fisiologi dan gizi kuda
pacu. Lebih lanjut dikatakan, salah satu alasan untuk perhatian ini adalah karena
selama 50 tahun terakhir, kinerja fisik kuda pacu sangat sedikit peningkatannya.
Apabila dibandingkan dengan atlet manusia, maka perbaikan kemampuan relatif
lebih rendah untuk kuda pacu. Hal ini tidak lepas dari upaya untuk
mengembangkan kuda pacu baik dari segi genetik maupun kebutuhan pakan serta
metode latihan yang baik, karena perhatian yang kurang pada manajemen tesebut
sering mengakibatkan kuda cedera dan kelelahan yang akut. Fenomena ini
dijelaskan secara dramatis dalam perbaikan pemberian pakan dan metode latihan.
Sebab kuda juga membutuhkan keseimbangan antara nutrisi dalam pakan dengan
latihan, karena seekor kuda yang diberi pakan yang baik akan berlari cepat sesuai
dengan bawaan genetiknya. Selain dari pada itu dalam memelihara kuda,
kesehatan merupakan faktor yang harus diperhatikan karena kesehatan kuda
sangat mempengaruhi keindahan kegagahan dan tenaga.
Agar memperoleh penampilan kuda yang baik maka kita tidak hanya harus
mengerti bagaimana membentuk dan membangun perototan dan menunganginya
dengan baik, kitapun dituntut untuk mengerti mengenai fungsi dan pengaruh dari

berbagai jenis latihan yang diberikan terhadap tiap-tiap bagian organ dari kuda,
(Hodges dan Pillipiner,1991). Lebih lanjut dikatakan bahwa kuda yang ditujukan
untuk penampilan khusus akan memerlukan latihan khusus untuk membangun
perototan dan keluwesan pada saat pertunjukan, namun yang perlu ditekankan
dalam memilih seekor kuda adalah pertimbangan bentuk normal tubuh yang baik,
proporsi yang seimbang, perkembangan dan temperamen yang bagus. Tindakan
dan pembawaannya halus, anggun dan penuh harmonis, serta kemampuan
penampilan yang memuaskan. Kelainan pada bentuk normal tubuh dapat
mengurangi kesempatan seekor kuda dalam melakukan banyak aktivitas selama
masa pelatihannya, dan perkembangan yang tidak tepat akan menciptakan kondisi
stres fisik yang akan berpengaruh pada temperamennya. Temperamen dan sikap
karakter yang baik dalam beraktivitas akan membuat kuda tersebut menyenangkan
untuk dimiliki dan diatur, karena temperamen dan sikap dari kuda haruslah
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan olahraga yang akan dipilih dan
bagaimana kuda tersebut akan bertahan terhadap tuntutan dari tingkat pelatihan
penting.
Metode Latihan
Pacuan kuda adalah olahraga berkuda yang palin