9 1.
Transisi δ→δ Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energi
sinar yang frekuensinya terletak di antara ultraviolet vakum kurang dari 180 nm. Jenis transisi ini terjadi pada daerah ultraviolet vakum sehingga kurang begitu
bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri ultraviolet-visibel. 2.
Transisi n→δ Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung
atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan elektron n. Energi yang diperlukan untuk transisi jenis ini lebih kecil dibandingkan transisi δ
→δ sehingga sinar yang diserap pun mempunyai panjang gelombang lebih panjang,
yakni sekitar 150-250 nm. Kebanyakan transisi ini terjadi pada panjang gelombang kurang dari 200 nm.
3. Transisi n→π dan transisi π→π
Untuk memungkinkan terjadinya transisi ini, maka molekul organik harus mempunyai gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam
gugus tersebut memberikan orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini merupakan transisi yang paling cocok untuk analisis sebab dengan panjang
gelombang 200-700 nm, dan panjang gelombang ini secara teknis dapat diaplikasikan pada spektrofotometer ultraviolet-visibel. Perbedaan antara transisi
n →π dan transisi π→π dapat dilihat pada tabel 1.
10
Tabel 1. Perbedaan antara transisi n
→π dan transisi π→π Transisi n
→π Transisi π→π
Absorptivitas molar ε antara 10-100 Lcm
-1
mol
-1
Absorptivitas molar ε antara 1000-10000 Lcm
-1
mol
-1
Biasanya pelarut yang polar menyebabkan pergeseran biru atau
hypsocromic shift pergeseran pita serapan ke arah panjang gelombang
yang lebih pendek Biasanya pelarut yang polar
menyebabkan pergeseran merah atau bathocromic shift pergeseran pita
serapan ke arah panjang gelombang yang lebih panjang
2.2.3 Kegunaan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel
Data spektrum ultraviolet-visibel secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit
hanya dapat menghasilkan sedikit sekali puncak absorbsi maksimum dan minimum. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektrofotometri
inframerah, resonansi magnet inti, dan spektrometri massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut. Penggunaannya
terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter panjang gelombang maksimum, nilai absorptivitas, nilai absorptivitas molar, nilai
koefisien ekstingsi yang khas untuk senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut tertentu Satiadarma, dkk., 2004; Rohman, 2007.
Kegunaan utama spektrofotometri ultraviolet-visibel adalah analisis kuantitatif Satiadarma, dkk., 2004. Beberapa kegunaannya dalam analisis
kuantitatif yaitu penetapan kadar tablet meloksikam Nemutlu dan Kir, 2004,
11 penetapan kadar tablet levofloksasin Desai, dkk., 2011, penetapan kadar
ranitidin hidroklorida Basavaiah dan Nagegowda, 2004, dan penetapan kadar tablet kombinasi parasetamol, fenileprin, dan klorfeniramin Khoshayand, dkk.,
2010. Menurut Rohman 2007, Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek
kuantitatif spektrofotometri ultraviolet-visibel. Menurut Hukum Lambert-Beer, serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat
ditulis dengan persamaan : A = a.b.c gliter atau A = ε. b. c molliter atau A = A
1 1
.b.c g100 ml Dimana:
A = serapan a = absorptivitas
b = ketebalan sel c = konsentrasi
ε = absorptivitas molar A
1 1
= absorptivitas spesifik
2.2.4 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel
Biasanya spektrofotometer telah mempunyai software untuk mengolah data yang dapat dioperasikan melalui komputer yang telah terhubung dengan
spektrofotometer Moffat, dkk., 2005. Menurut Satiadarma, dkk., 2004 dan Rohman 2007, komponen
spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai berikut: 1.
Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau
lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350- 900 nm.
12 2.
Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.
3. Optik-optik: dapat didesain untuk memecah sumber sinar melewati 2
kompartemen. 4.
Detektor: digunakan sebagai alat yang menerima sinyal dalam bentuk radiasi elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke
rangkaian sistem penguat elektronika. Respon tiap jenis detektor terhadap bagian dari spektrum radiasi tidak sama, sehingga setiap spektrofotometer
menggunakan detektor yang paling cocok untuk daerah pengukurannya.
2.3 Spektrofotometri Derivatif 2.3.1 Pengertian Spektrofotometri Derivatif
Spektrofotometri derivatif merupakan transformasi spektrum serapan menjadi spektrum derivatif pertama, kedua, atau spektrum derivatif orde lebih
tinggi Ditjen POM, 1995. Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektrum pada spektrofotometri ultraviolet-visibel
Moffat, dkk., 2005. Menurut Moffat, dkk., 2005, pada spektrofotometri konvensional,
spektrum serapan merupakan plot serapan A terhadap panjang gelombang λ. Pada spektr
ofotometri derivatif, plot A lawan λ, ditransformasikan menjadi plot dAdλ lawan λ untuk derivatif pertama, dan d
2
A dλ
2
lawan λ untuk derivatif kedua, dan seterusnya.
A = f λ, order nol
dAd λ = f ′λ, order pertama
d
2
Ad λ
2
= f ″λ, order kedua, dan seterusnya.