Pengaruh Media Massa terhadap Niat Konsumen Membeli Produk Berlabel Halal, Proceedings Forum Manajemen Indonesia 6: Entrepreneurial Management



ISSN No. 240708

.

Proceedings Forum Manajemen Indonesia 6

ENTREPRENEURIAL MANAGEMENT

6

-"


FORUM MANAJEMEN INDONESIA 6
·'

/iJ?

ENTREPRENEURIAL MANAGEMENT


Depatemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara
Medan
November 2014

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014

PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP NIAT KONSUMEN
MEMBELI PRODUK BERLABEL HALAL
Muniaty Aisyah
Prodi. Manajemen, FEB UIN Jakarta
munykres@gmail.com

Abstrak – The purposes of this research is to analyze the influence of mass media on consumer intention to
purchase halal-labeled products. This research uses convenience random sampling and applies Structural
Equation Model with 366 samples which represents the Muslim consumer especially college students. The finding
shows that mass media doesn’t significantly influence consumer intention to purchase halal-labeled products
directly, but indirectly, mass media significantly influence consumer intention to purchase halal-labeled products

which is mediated by consumer’s religious behavior. Thus, it is suggested that government with other related
institutions need to conduct an intensive program to educate and socialize the public about halal-labeled products
through above and below the line campaign.
Kata kunci: produk halal, label halal, media massa, perilaku religius

I. PENDAHULUAN
Pada tahun 1988 masyarakat Indonesia dikejutkan
dengan ditemukannya 34 jenis produk makanan dan
minuman dalam kemasan yang mengandung lemak
babi. Salah satu produk penyedap rasa terkenal di
Indonesia juga terbukti mengandung enzim babi di
tahun 2000. Berikutnya di tahun 2009 ditemukan
kandungan DNA babi pada beberapa produk dendeng
sapi dalam kemasan yang telah beredar luas di berbagai
pasar tradisional dan modern di beberapa daerah seperti
Jakarta dan Bandung. Belakangan di tahun 2012
masyarakat Jakarta kembali dikejutkan oleh adanya
kasus pengoplosan daging sapi dengan daging celeng
di pasar Cipete dan Depok. Meskipun mayoritas
penduduknya muslim, namun kasus peredaran produk

non halal berulangkali terjadi di Indonesia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma’ruf
Amin mengaku, MUI hanya bisa melakukan kontrol
terhadap produsen yang telah memiliki sertifikat halal
MUI saja. Kepala Badan POM (Pengawas Obat dan
Makanan), Lucky S.Slamet juga mengaku, lembaganya
hanya melakukan razia terhadap produk pangan dalam
bentuk olahan yang tidak layak dikonsumsi seperti
produk olahan makanan dan minuman dalam kemasan
yang kadaluarsa, sedangkan bahan pangan yang belum
diolah seperti daging sapi, Badan POM hanya berfungsi
sebagai lembaga pendukung. Dinas Pemerintah
terkaitlah yang menjadi sektor terdepan dalam
pengawasan (Savitri dkk., Koran Tempo, 20/12/2012:
A7).
Selama ini sertifikasi halal MUI dipandang belum
sepenuhnya efektif melindungi konsumen muslim
karena menurut undang-undang yang berlaku
sebelumnya, pengajuan sertifikasi halal produk oleh
para pelaku usaha hanya bersifat sukarela. Karena itu,

keberadaan Undang-Undang Jaminan Produk Halal
yang baru disyahkan pada 25 September 2014 lalu
mutlak dibutuhkan sebagai payung hukum yang kuat
1|P a g e - 2 5 5

dalam memberikan mandat kepada pemerintah untuk
mengatur kehahalan produk di Indonesia (Aidilla,
Republlika 2014).
Namun demikian, pada kenyataannya hanya
sedikit konsumen (12,8 - 37,7%) yang benar-benar
memahami akan adanya potensi kandungan bahan baku
non halal pada produk makanan, minuman, obat-obatan
dan kosmetika di pasaran (Aisyah, 2014).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat memungkinkan adanya zat tambahan dalam
memproses produk makanan, minuman, obat-obatan
dan kosmetika yang bukan cuma dapat dibuat secara
kimiawi atau bioteknologi, tetapi juga diekstraksi dari
tanaman atau hewan (Girindra, 2001). Disinilah
kemungkinan terjadinya perubahan suatu produk dari

halal menjadi tidak halal. Hal ini terjadi jika bahan
baku, bahan tambahan ataupun bahan penolong yang
digunakan berasal dari ekstraksi hewan nonhalal seperti
babi, alkohol, darah, dan lain-lain yang diharamkan
dalam Islam, atau karena bercampur dengan bahan
yang diragukan kehalalannya sehingga produk tersebut
menjadi syubhat. Dalam Islam, segala sesuatu yang
syubhat atau tidak jelas status kehalalannya maka
sebaiknya ditinggalkan (LPPOM MUI, 2013).
Contohnya mi instan, pada proses pengolahannya
menggunakan bahan tambahan pangan seperti anti
kepal. Anti kepal yang perlu diwaspadai adalah edible
bone phosphate (E-542) karena bisa saja berasal dari
tulang hewan babi, atau magnesium stearat (E-572) dan
asam stearat (E-570) yang bisa saja berasal dari
turunan lemak babi (Haryono, Juli-Agustus 2010).
Begitupula dengan produk air putih dalam kemasan,
perlu diwaspadai apakah media filter untuk
menghilangkan warna dan bau pada air menggunakan
arang aktif yang berasal dari tulang hewan babi

(Mahmud, Juli-Agustus 2011). Pada produk kosmetika
seperti pasta gigi yang mengandung kalsium, perlu
diwaspadai karena bisa saja berasal dari tulang hewan
babi (Dyah dkk., 2010). Pada obat berbentuk cair atau

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
liquid seperti obat batuk sirup perlu diperhatikan
apakah bahan bakunya menggunakan etanol atau
alkohol (Roswiem dan Haryono, November-Desember
2009).
Jelaslah bahwa bahan baku non halal seperti
alkohol, hewan babi dan turunannya kerap digunakan
dalam proses produksi makanan dan minuman olahan,
obat-obatan dan kosmetika. Sayangnya, hanya sedikit
(12,8 - 37,7%) konsumen yang memahami hal ini
(Aisyah, 2014). Hal ini mengimplikasikan rendahnya
pengetahuan konsumen tentang produk berlabel halal.
Salah satu penyebab rendahnya pengetahuan konsumen
diduga karena tidak banyak media massa yang memuat
berbagai informasi tentang kehalalan atau keharaman

produk di pasaran. Konsumen muslim tidak banyak
yang mengetahui keberadaan Jurnal Halal yang
diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat dan
Kosmetika (LPPOM) MUI yang memuat berbagai
informasi aktual mengenai kehalalan-keharaman
produk serta daftar produk yang telah memiliki
sertifikat halal MUI.
Rendahnya pengetahuan
konsumen tentang kehalalan-keharaman produk
menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat
Indonesia terhadap produk berlabel halal. Berdasarkan
data The Third Industrial Master Plan 2006-2020,
Ministry of International Trade and Industry Malaysia,
daya beli penduduk muslim Perancis yang hanya 3,554
juta jiwa jauh lebih besar dibandingkan daya beli
penduduk muslim Indonesia yang berjumlah 208,8 juta
jiwa lebih, ditambah penduduk muslim Malaysia,
Filipina dan Thailand dengan total perbandingan 1: 65
(Sihombing dalam Bisnis Indonesia, 20/01/2011:6).
Oleh karena itu penelitian ini bermaksud

membuktikan secara empirik tentang ada-tidaknya
pengaruh media massa terhadap niat konsumen muslim
di Indonesia untuk membeli produk berlabel halal.
Hasilnya diharapkan dapat menjadi acuan dalam
merumuskan strategi pemasaran produk berlabel halal
yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Meningkatnya pemahaman dan kepedulian
konsumen mengenai kehalalan produk akan berdampak
pada meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia
akan produk berlabel halal. Hal ini juga akan
mendorong para pelaku usaha untuk segera
mensertifikasi dan melabelisasi halal produknya karena
label halal merupakan salah satu langkah strategis
dalam menghadapi persaingan global yang semakin
kompetitif melalui peningkatan kualitas produk lokal
yang terjamin kehalalannya.
Melalui penerapan
strategi pemasaran produk berlabel halal yang tepat,
akan mendorong gerakan sertifikasi dan labelisasi halal
produk di Indonesia sehingga para pelaku usaha akan

dapat memberikan jaminan, kepastian dan ketentraman
batin kepada masyarakat khususnya konsumen muslim
di Indonesia.

II. LANDASAN TEORI

2|P a g e - 2 5 5

2.1. Pengaruh Media Massa Pada Perilaku
Konsumen
Pada dasarnya perilaku konsumen dalam membeli
suatu produk dipengaruhi oleh tiga faktor (Assael,
2003) yaitu: (1) Individu konsumen, dimana pilihan
dalam membeli produk dipengaruhi oleh diri konsumen
itu sendiri seperti sikap, gaya hidup, kebutuhan,
persepsi, kondisi demografi dan karakteristik
kepribadian konsumen; (2) Lingkungan, pilihan dalam
membeli produk dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
seperti keluarga, teman, tetangga dan orang lain yang
dekat dengan konsumen sehingga interaksi sosial yang

telah dilakukannya akan mempengaruhi keputusannya
untuk membeli suatu produk; (3) Penerapan strategi
pemasaran, yaitu stimuli pemasaran yang dikendalikan
pemasar atau perusahaan seperti promosi iklan
diberbagai media massa, harga jual produk, kualitas
produk, strategi pendistribusian produk dan lain
sebagainya. Penelitian ini bermaksud menganalisis
pengaruh salah satu aspek penerapan strategi
pemasaran khususnya media massa pada perilaku
konsumen yaitu niat membeli produk berlabel halal.
Menurut Effendi (1993:95), dua hal yang dapat
mempengaruhi perilaku khalayak dalam menggunakan
media massa adalah: lingkungan sosial dan motif
khlayak. Lingkungan sosial khalayak mencakup: (1)
karakteristik demografi, seperti usia, jenis kelamin,
agama, etnis, suku bangsa, tempat tinggal, jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan, besar pendapatan, dan
lain-lain, (2) afiliasi kelompok, (3) karakteristik
kepribadian. Sedangkan motif khalayak (McQuail
dalam Rakhmat, 2008:210) mencakup :

1. Motif mencari hiburan: hasrat untuk melarikan diri
dari kegiatan rutin, bersantai, mengisi waktu,
penyaluran emosi, memperoleh rasa estetis atau
membangkitkan gairah seks.
2. Motif identitas pribadi: menemukan penunjang
nilai-nilai pribadi, menemukan model perilaku,
mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain dalam
media, meningkatkan pemahaman tentang diri
sendiri.
3. Motif integrasi sosial: memperoleh empati sosial,
mengidentifikasi diri dengan orang lain,
menemukan bahan percakapan sosial, membantu
menjalankan peran sosial yang memungkinkan
berinteraksi dengan teman, keluarga dan
masyarakat.
4. Motif informasi: mencari berita tentang peristiwa
dan kondisi lingkungan dan masyarakat, referensi
untuk memperteguh pilihan/keputusan, memuaskan
rasa ingin tahu, belajar dan pendidikan, rasa damai
atau percaya diri dengan bertambahnya
pengetahuan.
Setiap
produk
media
massa
memiliki
kecenderungan diinterpretasikan secara berbeda oleh
individu atau khalayak (Redatin dalam Nursyawal,
2004:6). Media massa hanya mungkin berpengaruh
secara signifikan jika berada dalam habitat yang sesuai
dengan tingkat sosial penggunanya. Pengaruh negatif
media massa terhadap perilaku khalayak ditentukan

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
oleh tingginya frekuensi khalayak berinteraksi dengan
media massa yang berkonten negatif. Sebaliknya,
pengaruh positif media massa terhadap perilaku
khalayak ditentukan oleh tingginya frekuensi khalayak
berinteraksi dengan media massa yang berkonten
positif (Rakhmat, 2008:208).
Pengaruh negatif tayangan televisi terhadap
perilaku masyarakat ditentukan oleh tingginya
frekuensi menonton televisi yang memberikan
sumbangan atas penyimpangan nilai dan perilaku atau
akibat terlalu banyak menonton tayangan televisi yang
berkonten negatif. Pada masyarakat yang tingkat melek
hurufnya rendah seperti di Indonesia, media televisi
menjadi sangat besar fungsinya sebagai pengisi waktu
sehingga ketika tayangan negatif
lebih banyak
ditayangkan, berpotensi besar menimbulkan pengaruh
negatif pada perilaku pemirsanya.
Hasil survei Unicef pada tahun 2007
menyebutkan, anak Indonesia menonton televisi
sebanyak 5 jam sehari. Dibangku SMP seorang anak
rata-rata sudah menyaksikan siaran televisi selama
15.000 jam padahal waktu belajar di sekolah tidak lebih
dari 11.000 jam. Bayangkan sedikit sekali sisa waktu
yang dapat digunakan untuk berinteraksi sosial dengan
orang lain atau melakukan hal lain yang lebih
bermanfaat. Mungkin inilah sebabnya mengapa nilainilai sosial, nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas
masyarakat melemah (Nursyawal, Pikiran Rakyat,
25/8/2009).
Hasil penelitian Komisi Perlindungan Anak
Indonesia terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar di
Indonesia cukup mencengangkan dimana 97% perilaku
seks remaja diilhami pornografi di internet (Syarif,
2012:75). Menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi
Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika
tahun 2012, jaringan internet telah digunakan oleh 55
juta dari 237,8 juta penduduk di Indonesia dimana 44%
penggunanya berasal dari usia 24 tahun ke bawah. Data
tahun 2009 menunjukkan bahwa Indonesia adalah
peringkat 3 besar negara pengakses video porno di
dunia. Maraknya konten porno di internet sangat
membahayakan bagi remaja yang rasa ingin tahunya
sangat tinggi dan sangat mudah terpengaruh (Tulung,
2012:76).
Internet acapkali dianggap sebagai penyebab
perilaku asosial penggunanya. Namun selain efek
negatif, internet juga dapat memberikan efek positif
bagi penggunanya seperti penyampaian dan
pengiriman informasi yang lebih cepat dan update
melalui fasilitas email, surat kabar online, forum
diskusi dan juga chatting, serta beragam situs-situs
yang ada, yang akan semakin memperkaya khasanah
pengetahuan penggunanya (Yuyun, 2004: 1). Dengan
demikian, pengaruh media massa dapat berdampak
positif maupun negatif terhadap pembentukan perilaku
seseorang. Karena penelitian ini bermaksud
menganalisa perilaku konsumen khususnya niat
membeli produk berlabel halal, maka perlu dikaji lebih
jauh aspek keagamaan atau perilaku religius konsumen
yang dibagi menjadi perilaku hablumminallah dan
hablumminannas.
3|P a g e - 2 5 5

Menurut Islam, kewajiban umat muslim
mengkonsumsi produk halal adalah wajib dan menjadi
bagian dari sistem kehidupan manusia yang didasari
oleh tiga komponen terpenting, yaitu akidah, akhlak
dan syariah. Aspek akidah menekankan bahwa seorang
muslim yang meyakini kebesaran Allah akan memilih
mengkonsumsi produk halal demi mempertahankan
hidupnya dengan batasan yang telah ditetapkan oleh
Allah. Aspek akhlak menekankan bahwa seorang
muslim yang terbiasa mengkonsumsi produk halal,
dirinya akan terhindar dari akhlak madzmumah
(tercela). Aspek syariah menekankan pada pelaksanaan
ibadah (perilaku hablumminallah) dan pelaksanaan
muamalah (perilaku hablumminannas) yang baik dan
benar dengan mengaplikasikan perilaku untuk hanya
mengkonsumsi produk yang halal dalam kehidupan
sehari-hari sebagai salah satu wujud ketaatan seorang
muslim dalam menjalankan syariat Islam secara
sempurna/ kaaffah (Antonio, 2006:39).
Dengan meneliti pengaruh media massa terhadap
niat konsumen membeli produk berlabel halal secara
tidak langsung, maka akan dapat dibuktikan secara
empirik bahwa perilaku religius konsumen akan
memediasi pengaruh media massa terhadap niat
konsumen membeli produk berlabel halal. Pengaruh
media massa terhadap perilaku religius seseorang
tergantung pada jenis konten media massa yang diakses
serta intensitasnya berinteraksi dengan media massa
yang dipilih. Interaksi individu dengan media massa
diukur dari jenis konten dan intensitas individu
berinteraksi dengan media massa umum, media
informasi keagamaan dan narasumber keagamaan
(Mansoer, 2008: 97,110,165).
Dalam penelitian ini, interaksi dengan media
massa umum diukur dari tingginya intensitas konsumen
dalam mengakes media massa umum berkonten positif
dan rendahnya intensitas konsumen dalam mengakses
media massa umum berkonten negatif. Interaksi
dengan media massa umum berkonten positif dilihat
dari tingginya intensitas konsumen dalam menonton
acara berita, film dokumenter, tayangan ilmu
pengetahuan dan wawasan umum di televisi;
mendengarkan acara berita di radio, mendengarkan cd
atau menonton vcd/ dvd tentang motivasi diri atau
pengembangan karir dan usaha; membaca surat kabar,
buku-buku pengetahuan, jurnal atau majalah bisnis;
mengakses berbagai informasi berita dan artikel-artikel
berwawasan umum di internet; serta mengakses
berbagai media massa umum lainnya yang bermanfaat.
Sedangkan interaksi dengan media massa umum
berkonten negatif dilihat dari rendahnya intensitas
konsumen dalam menonton tayangan sinetron, film
atau acara gosip
di televisi yang acap kali
mempertontonkan kehidupan materialistis, pergaulan
bebas, kekerasan seksual, penipuan, tindakan korupsi,
pembunuhan dan lain-lain; kebiasaan membaca novel,
komik, buku cerita atau majalah yang berkonten
negatif; kebiasaaan mengakses situs-situs porno,
menghabiskan banyak waktu untuk main game online
atau mengakses jejaring sosial di internet terlalu lama;

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
serta mengakses berbagai media massa lainnya yang
kurang bermanfaat.
Interaksi dengan media informasi keagamaan
diukur dari intensitas konsumen dalam mengakses
berbagai informasi keagamaan seperti menonton
ceramah agama, acara talk show keagamaan, acara
musik religi, film-film bertema religius dan acara-acara
keagamaan lainnya di televisi, mendengarkan ceramah
agama di radio, membaca buku-buku keagamaan, surat
kabar, majalah, tabloid, bulletin, dan bahan bacaan
lainnya yang bertema keagamaan, mengakses berbagai
informasi keagamaan berupa artikel atau video dari
berbagai situs dan website di internet. Sedangkan
interaksi dengan nara sumber keagamaan diukur dari
intensitas konsumen dalam mencari informasi
keagamaan keluar dari sistem sosialnya dengan cara
berinteraksi secara langsung dengan para narasumber
keagamaan diberbagai acara diskusi/ talk show,
seminar, pelatihan/ training, pengajian, majelis taklim
dan lain sebagainya untuk menanyakan secara langsung
dan mempelajari masalah-masalah keagamaan guna
memperdalam pengetahuan dan pemahamannya
tentang ajaran Islam (Mansoer, 2008: 94-97). Semakin
tinggi intensitas individu berinteraksi dengan media
massa umum berkonten positif, media informasi
keagamaan dan narasumber keagamaan, maka semakin
tinggi pula peran media massa dalam menanamkan
perilaku religius serta niatnya untuk membeli produk
berlabel halal.
2.2. Perilaku Religius
Dalam Islam, perilaku manusia dibangun diatas
kerangka hubungan manusia dengan Allah (hablum
minallah) melalui perjanjian yang diatur dalam syari'atNya berkenaan dengan kewajiban menunaikan perintah
atau hak-hak Allah Ta'ala, serta kerangka hubungan
manusia dengan sesama manusia (hablum minan-nas)
melalui kewajiban menunaikan hak-hak sesama
manusia baik yang muslim maupun non muslim.
Dari kerangka inilah kemudian diuraikan kriteria
perilaku religius atau akhlaqul karimah (perilaku yang
terpuji) yang diharapkan dimiliki oleh seorang muslim
yang taat. Shalat merupakan ibadah yang mewakili
ibadah-ibadah lain dalam rangka membina hubungan
vertikal dengan Allah SWT (hablum minallah), yang
sekaligus pula mewakili muamalah dalam rangka
membina hubungan horizontal dengan sesama manusia
(hablum minannas), karena itu, ibadah shalat menjadi
lebih mulia manfaatnya dan lebih besar pahalanya jika
dilakukan dengan berjama’ah. Begitu pula dengan
berpuasa dan berzakat, selain mencerminkan ketaatan
seorang muslim beribadah kepada Tuhannya, sekaligus
pula melatih jiwa dan kepedulian sosialnya terhadap
sesama manusia. Dengan melaksanakan ibadah haji,
selain menjalani serangkaian ibadah ritual di tanah suci
Makkah, sekaligus pula melatih keimanan dan
kesabaran, disamping dapat bertemu, berkumpul serta
berinteraksi langsung dengan sesama umat muslim dari
seluruh penjuru dunia. Dengan demikian, bagi umat
Islam, membina perilaku hablum minallah dan hablum
4|P a g e - 2 5 5

minannas, merupakan syarat tercapainya kemuliaan
hidup di dunia dan akhirat.
2.2.1. Perilaku Hablumminallah
Perilaku hablumminallah atau perilaku Islami
terhadap Tuhan adalah perilaku meyakini tentang
keimanan dan pelaksanaan ibadah sesuai dengan
ajaran Islam. Perilaku hablumminallah dibentuk oleh
dimensi pengetahuan, sikap/ keyakinan dan
pengamalan keimanan dan ibadah yang berlandaskan
pada alQuran dan Hadits (Mansoer, 2008:101-111).
Dimensi pengetahuan keimanan dan ibadah
meliputi sejumlah pengetahuan minimal dan dasar yang
harus dimiliki oleh seorang muslim tentang agamanya
yaitu pengetahuan tentang rukun iman yang enam
(iman kepada Allah, iman kepada para malaikat Allah,
iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul
Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qodho
dan qadar), dan rukun Islam yang lima (syahadat,
shalat, puasa, zakat, dan naik haji bila mampu).
Dimensi sikap/ keyakinan keimanan dan ibadah berisi
pengakuan dan pengharapan seorang muslim terhadap
teologi (pandangan ke-Tuhanan) terkait dengan
keyakinan akan hikmah rukun iman dan rukun Islam
yang dalam Islam disebut dengan aqidah.
Dimensi pengamalan keimanan dan ibadah
merupakan konsekuensi atau akibat dari dimensi
pengetahuan dan keyakinan, yaitu berupa dimensi
pengalaman rohaniah (keimanan) dan praktik (ibadah)
yang tampak dalam perilaku sehari-hari seorang
muslim. Pengalaman keimanan (rohaniah) berisikan
pengalaman batin, perasaan-perasaan, persepsipersepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang
dalam berhubungan dengan kekuatan Tuhan, seperti
merasa tenang dan sejuk hatinya setelah mengerjakan
shalat atau membaca Quran, merasakan dipermudah
segala urusan setelah berzakat/infaq/sedekah untuk
menolong orang lain yang kesusahan, mendapatkan
hasil yang maksimal atas suatu pekerjaan yang
dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan lain
sebagainya. Sedang pengamalan ibadah (praktek)
mencakup perilaku menyembah Allah, ketaatan atau
kepatuhan yang dilakukan seorang muslim untuk
menunjukkan komitmen terhadap keyakinan agama
yang dianutnya seperti melaksanakan kelima rukun
Islam (membaca syahadat, shalat, berpuasa, berzakat,
dan naik haji) serta ibadah-ibadah sunnah lainnya
(seperti shalat sunnah, berpuasa sunnah, berinfaq/
sedekah, membaca Quran, dan lain-lain).
2.2.2. Perilaku Hablumminannas
Mansoer (2008: 18,19) menjelaskan, perilaku
hablumminannas atau perilaku beretika Islami adalah
perilaku muamalah yang terinternalisasi nilai-nilai
Islami yang diwujudkan dalam kebiasaan bertingkah
laku sehari-hari seorang muslim terhadap diri sendiri,
sesama manusia dan alam sekitar. Perilaku
hablumminannas dibentuk oleh dimensi: 1) perilaku
Islami terhadap diri sendiri, yaitu bertingkah laku jujur/
amanah, disiplin dan beretos (semangat) kerja, 2)

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
perilaku Islami terhadap sesama manusia, yaitu tingkah
laku suka menolong, berbagi, bekerjasama, dermawan,
toleran, peduli dan memperhatikan hak orang lain, dan
3) perilaku Islami terhadap alam sekitar, yaitu peduli
dan memelihara alam, serta melestarikan alam
(Mansoer, 2008: 112).
2.3. Niat Berperilaku Konsumen: Niat Membeli
Produk Berlabel Halal
Penelitian ini menggunakan atribut label halal
sebagi unsur produk yang diyakini atau dipandang
penting oleh konsumen. Keyakinan total konsumen
terhadap label halal merupakan dasar yang
mempengaruhi sikap sebagai hasil evaluasi suka atau
tidak suka konsumen pada produk yang dimaksud.
Islam memandang makanan dan produk lain yang
dikonsumsi atau digunakan manusia sebagai hal yang
amat penting disamping beribadah, karena segala
sesuatu yang dikonsumsi atau digunakan manusia akan
berdampak besar pada perkembangan jasmani dan
rohaninya. Dampak jasmani mengkonsumsi bangkai,
darah, babi, hewan yang tercekik/ dipukul, minuman
keras dan produk lain yang tidak dihalalkan dalam
Islam jelas berakibat buruk bagi kesehatan manusia,
apapun agamanya. Sedangkan dampak rohaniah yang
ditimbulkan dari mengkonsumsi atau menggunakan
produk yang tidak halal dalam Islam tidak dapat diukur
dengan kadar materi saja, mengingat ancaman Allah
bagi yang melanggar kaidah syariah, dampaknya
mencakup kerugian dunia dan azab di akhirat. Dengan
demikian, masalah halal adalah masalah yang amat
penting bagi konsumen muslim karena terkait
keyakinan agamanya, sehingga label halal produk
adalah atribut atau unsur produk yang diyakini dan
dipandang penting oleh konsumen untuk memastikan
bahwa produk yang dibeli terjamin kehalalannya. Sikap
konsumen yang dilandasi keyakinan akan pentingnya
label halal akan menentukan niat konsumen untuk
membeli produk. Niat konsumen akan menentukan
perilaku membeli produk berlabel halal yang
dimaksud.
Menurut Zeithaml et.al. (2011), niat berperilaku
konsumen diukur berdasarkan dimensi:
loyalty
(kesetiaan), switch (beralih), paymore (membayar
lebih), internal response (tanggapan ke dalam), dan
external response (tanggapan ke luar). Dalam
penelitian ini, tingginya niat konsumen membeli
produk berlabel halal dideskripsikan oleh: (1) tingginya
kesediaan konsumen untuk membeli kembali atau setia
(loyal) pada produk berlabel halal yang sudah pernah ia
beli sebelumnya; (2) rendahnya keinginan konsumen
untuk beralih (switch) ke produk lain karena sudah
merasa puas akan produk berlabel halal yang sudah
pernah ia beli sebelumnya; (3) tingginya kesediaan
konsumen untuk membayar lebih mahal (paymore)
untuk mendapatkan produk berlabel halal yang sudah
pernah ia beli sebelumnya; (4) tingginya apresiasi
konsumen kepada internal perusahaan (internal
respons), seperti karyawan, manajemen dan pimpinan
perusahaan, yang telah menjamin kehalalan produknya
dengan mencantumkan label halal pada kemasan
5|P a g e - 2 5 5

produk yang sudah pernah ia beli sebelumnya; (5)
tingginya
keinginan
konsumen
untuk
merekomendasikan produk berlabel halal yang sudah
pernah ia beli sebelumnya kepada orang lain di luar
perusahaan (eksternal respons), seperti keluarga dan
teman dekat.
Dari uraian landasan teori di atas dirumuskan
bahwa media massa akan mempengaruhi niat
konsumen untuk membeli produk berlabel halal
(khususnya produk makanan, minuman, obat dan
kosmetika) baik secara langsung maupun melalui
perilaku religius konsumen. Dengan demikian, diduga:
1. Media massa mempunyai hubungan dan pengaruh
langsung terhadap niat konsumen membeli produk
berlabel halal.
2. Media massa mempunyai pengaruh tidak langsung
terhadap niat konsumen membeli produk berlabel
halal, melalui perilaku hablumminallah dan
hablumminannas konsumen.
Dari dugaan di atas maka hipotesis penelitian yang
dikembangkan adalah sebagai berikut:
- Hipotesa 1: Media massa mempengaruhi Niat
konsumen membeli produk berlabel halal secara
signifikan.
- Hipotesa 2: Media massa memiliki pengaruh tidak
langsung terhadap niat konsumen membeli produk
berlabel halal melalui perilaku hablumminallah dan
hablumminannas konsumen.
III. PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
explanatory research untuk menganalisa hubungan
kausal antara interaksi konsumen dengan media massa,
perilaku
hablumminallah
dan
perilaku
hablumminannas konsumen, terhadap niat membeli
produk berlabel halal baik secara langsung maupun
tidak langsung. Data yang digunakan adalah data
primer.
3.1. Teknik Pengambilan Sampel Dan Uji
Instrumen Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah convenience random sampling. Mengingat
obyek yang akan dianalisa adalah produk berlabel
halal, maka sampel yang dipilih hanya konsumen
muslim (Aisyah, 2007), khususnya yang berusia 18-24
tahun dari kalangan mahasiswa karena identik sebagai
komunitas pengakses teknologi informasi (IT) dan
media massa, serta memiliki peluang rentang nilai
masa hidup pelanggan yang masih panjang sehingga
menjadikannya sebagai salah satu target pemasaran
produk halal yang prospektif di era globalisasi saat ini.
Jumlah sampel sebanyak 366 responden.
Uji instrumen penelitian menggunakan uji
validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas (nilai anti
image correlation > 0.500) menunjukkan seluruh butir
pertanyaan yang mewakili seluruh variabel valid. Dari
hasil uji reliabilitas, nilai koefisien Cronbach’s Alpha
> 0.60, sehingga seluruh variabel terbukti reliabel.

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014

3.2. Teknik Analisis
Teknik analisis Structural Equation Model (SEM)
dengan aplikasi AMOS (Analysis of Moment Structur
digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesa
fungsi dari variabel terikat terhadap variabel bebas
karena terdapat variabel laten (tak langsung) sehingga
dapat menunjukkan keterkaitan dan hubungan kausal
antar variabel dan indikatornya masing-masing.
Hubungan kausal antar variabel dirumuskan dalam
persamaaan struktural sebagai berikut:
M2 = γX + β1M1
Y2 = γX + β1M1+ β2M2
Pengukuran setiap indikator dari masing-masing
dimensi variabel dilakukan dengan memberi skor pada
setiap butir pertanyaan dengan menggunakan skala
Likert berupa interval yang memperlihatkan
kesetujuan-ketidaksetujuan, pernah-tidak pernah,
sering-jarang, tersedia-tidak tersedia, tinggi-rendah,
dan lain-lain yang menggambarkan perasaan atau sikap
responden, dengan pengukuran skor terendah adalah 1
dan skor tertinggi adalah 5.
Sebelum menguji goodness of fit model, perlu
dilakukan uji validitas konstruk untuk menganalisis
apakah indikator merupakan bagian dari konstruk
dimana nilai estimate pada model standardized
regression weights
atau nilai loading factor
variabelnya ≥ 0,5 (Mustafa dan Wijaya, 2012: 72,74).
Lalu dilanjutkan dengan uji kesahihan konvergen
dimana apabila setiap indikator memiliki nilai critical
ratio yang lebih besar dari 2 kali nilai standard eror,
maka indikator secara sahih telah mengukur apa yang
seharusnya diukur pada model yang disajikan (Mustafa
dan Wijaya, 2012: 74,146).
Indikator-indikator yang fit kemudian dianalisa
sebagai dasar pengukuran dan pembuatan model
persamaan struktural, sehingga model yang diusulkan
dalam penelitian ini adalah hasil dari data yang sudah
diolah dan telah memiliki nilai goodness of fit, barulah
kemudian dapat dilakukan uji SEM untuk
membuktikan ada tidaknya keterkaitan dan hubungan
kausal antar masing-masing variabel.
Untuk menguji pengaruh tidak langsung, setelah
uji SEM, dilakukan pula analisa lebih lanjut
menggunakan Sobel test dimana jika nilai pengaruh
tidak langsung dari hasil perkalian lebih besar (>) dari
pengaruh langsung, maka sifat variabel antara adalah
mutlak atau sempurna memediasi/ complete mediation
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sebaliknya, jika nilai pengaruh tidak langsung dari
hasil perkalian lebih kecil ( 0,780 >1), dan RMSEA
(0,098 < 0,10), maka dapat disimpulkan bahwa model
terbukti fit sehingga pengujian hipotesa dapat
dilakukan. Dari hasil uji kesahihan konvergen, setiap
dimensi memiliki nilai critical ratio yang lebih besar 2
kali dari nilai standard eror sehingga indikator
penelitian mampu membentuk konstruk. Dari hasil uji
kausalitas menggunakan teknik Structural Equation
Model (SEM) dengan aplikasi AMOS 6 menunjukkan:
Secara langsung, untuk hipotesa 1, dari hasil uji
kausalitas didapat nilai p-value 0,173 > 0,05, sehingga
Ha 1 ditolak, yaitu: media massa tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap niat konsumen membeli
produk berlabel halal. Artinya, media massa tidak
berfungsi sebagai sarana atau tidak kondusif dalam
menanamkan niat konsumen membeli produk berlabel
halal. Rendahnya intensitas konsumen mengakses
media informasi keagamaan menjadikan media massa
belum berfungsi sebagai sarana yang dapat
mempengaruhi meningkatnya niat konsumen untuk
membeli produk berlabel halal.
Berdasarkan hasil uji SEM, Ha 2 diterima, yaitu:
media massa mempunyai pengaruh tidak langsung
terhadap niat konsumen membeli produk berlabel halal
melalui perilaku hablumminallah dan perilaku
hablumminannas konsumen.
Dilanjutkan dengan Sobel test, dimana:
- Pengaruh langsung: X - Y = 0.081
- Pengaruh tidak langsung: X - M1 - M2 – Y = 0.140
x 0.491 x 0.291 = 0.020
Karena pengaruh tidak langsung lebih kecil dari
pengaruh langsung (0.020 < 0.081), maka terjadi
mediasi parsial. Artinya, secara tidak langsung, media
massa mempengaruhi niat konsumen membeli produk
berlabel halal yang dimediasi secara parsial oleh
perilaku hablumminallah dan hablumminannas
konsumen. Kurang sempurnanya perilaku religius
konsumen memediasi pengaruh media massa terhadap
niat membeli produk berlabel adalah karena pada
kondisi nyata, konsumen lebih banyak mengakses
tayangan/ konten media massa yang bersifat hiburan
sehingga pengaruh media massa hanya bersifat parsial.
Artinya, jika interaksi lebih banyak pada upaya
mengakses media massa yang berkonten positif seperti
media informasi keagamaan, maka akan meningkatkan
niat konsumen untuk membeli produk berlabel halal.
Dengan demikian, meskipun media massa secara
langsung tidak mempengaruhi niat konsumen membeli
produk berlabel halal, namun secara tidak langsung
melalui perilaku religiusnya, media massa terbukti
mampu berperan sebagai sarana yang dapat
meningkatkan niat konsumen membeli produk berlabel
halal.
Besarnya kontribusi variabel secara simultan
terhadap variabel lainnya berdasarkan squared
mulitiple correlations diketahui bahwa variabel media
massa, perilaku hablumminallah dan perilaku

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
hablumminannas konsumen memiliki peran sebesar
35,5% terhadap niat konsumen membeli produk
berlabel halal, sisa 65,5% dijelaskan variabel lain.
V. KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti
empirik tentang pengaruh media massa terhadap niat
konsumen muslim membeli produk berlabel halal baik
secara langsung maupun melalui perilaku religiusnya.
Berdasarkan hasil analisa di atas dapat disimpulkan
bahwa secara langsung media massa tidak signifikan
mempengaruhi niat konsumen membeli produk
berlabel halal karena pada kondisi nyata konsumen
lebih banyak berinteraksi dengan konten media massa
yang bersifat hiburan. Dengan kata lain, kegiatan
sosialisasi produk berlabel halal melalui media massa
yang dilakukan oleh pemerintah, MUI dan instansi
lainnya selama ini kurang berhasil atau belum mampu
menyentuh perhatian masyarakat.
Namun demikian, media massa terbukti memiliki
pengaruh tidak langsung parsial terhadap niat
konsumen membeli produk berlabel halal melalui
perilaku hablumminallah dan hablumminannas-nya,
artinya media massa dapat berfungsi sebagai sarana
yang dapat meningkatkan niat konsumen membeli
produk berlabel halal. Karenanya, disamping
memanfaatkan media massa dengan strategi kampanye
above the line yang selama ini telah dilakukan oleh
MUI, hendaknya pemerintah, MUI dan instansiinstansi terkait lainnya lebih intensif melakukan
program kampanye below the line untuk
mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat
tentang produk berlabel halal, bekerjasama dengan para
pelaku usaha antara lain melalui kegiatan sponsorship
di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi. Kegiatan
ini dapat berupa acara-acara hiburan yang menarik
minat siswa seperti pameran/ bazaar, konser musik,
perlombaan kesenian/ olah raga, dan kegiatan
ekstrakurikuler lainnya seperti talk show dan berbagai
acara edukasi interaktif lainnya.
Program sosialisasi dan edukasi tentang produk
berlabel halal ini dapat pula digalakkan di lingkungan
umum seperti mall, pusat-pusat perbelanjaan,
gelanggang olah raga, gedung-gedung perkantoran,
kelurahan, pos yandu, masjid/ musholla, tempat-tempat
pengajian/ majelis taklim dan lain-lain, dengan
melibatkan partsisipasi aktif para ulama, tokoh
masyarakat dan para anak muda berprestasi yang
menjadi panutan masyarakat dan generasi muda guna
mensukseskan program sosialisasi dan edukasi produk
berlabel halal ke berbagai lapisan masyarakat.
Disamping kampanye below the line, dapat pula
ditayangkan berbagai kampanye above the line berupa
iklan, film pendek, dan acara hiburan lainnya seperti
live show yang saat ini sedang booming di tayangkan di
televisi, serta berbagai tulisan atau artikel menarik yang
mengulas lebih dalam masalah produk halal, baik di
koran, majalah, tabloid dan berbagai media sosial di
internet yang banyak diakses masyarakat dan generasi
muda dewasa ini.
7|P a g e - 2 5 5

Melalui gerakan sosialisasi dan edukasi, daya beli
masyarakat terhadap produk berlabel halal akan
semakin meningkat. Hal ini juga akan mendorong para
pelaku usaha untuk segera mensertifikasi dan
melabelisasi halal produknya. Namun diharapkan tidak
hanya mendorong para pelaku usaha besar dan industri
saja, tetapi juga dapat pula mendorong kesadaran para
pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Untuk itu, diperlukan kerjasama yang baik antara MUI
atau
lembaga sertifikasi halal lainnya dengan
Kementerian Koperasi dan UKM serta Dinas Koperasi
dan UKM pemerintah daerah setempat, lembagalembaga sosial masyarakat, BUMN dan perusahaanperusahaan besar untuk melaksakan program binaan
dan pengabdian masyarakat (CSR/ Corporate Social
Responsibility) untuk memfasilitasi proses sertifikasi
dan labelisasi halal produk bagi para UMKM guna
membantu meningkatkan daya saing produk UMKM di
pasar lokal.
Dibutuhkan partisipasi seluruh masyarakat, para
orang tua, para guru dan pihak lembaga pendidikan
formal, para ulama, tokoh-tokoh masyarakat, para
public figure, lembaga sosial masyarakat, Ormas Islam
dan
lainnya,
untuk
bersama-sama
dengan
pemerintahan, MUI dan instansi terkait lainnya untuk
aktif mensosialisasi dan mengedukasi seluruh anggota
keluarga, anak didik, tetangga dan masyarakat guna
mendukung gerakan sertifikasi dan labelisasi halal
produk di Indonesia. Gerakan ini akan mendorong
kesadaran para pelaku usaha dan industri untuk segera
memberikan jaminan, kepastian dan ketentraman batin
bagi konsumen muslim di Indonesia guna mencegah
terulangnya gejolak sosial, politik dan ekonomi di
masyarakat akibat isu-isu negatif peredaran produkproduk nonhalal di pasaran yang akan merugikan
banyak pihak, baik dari sisi materil maupun rohani.
Label halal produk merupakan salah satu
keunggulan kompetitif yang dapat dimanfaatkan oleh
para pelaku usaha guna menghadapi persaingan yang
semakin ketat di era globalisasi dan pasar bebas saat ini,
karena produk berlabel halal memiliki citra produk
yang berkualitas yang akan meningkatkan kepercayaan
serta loyalitas konsumen. Dengan sertifikasi dan
labelisasi halal, disamping berpeluang mengekspansi
pasar produknya ke negara-negara muslim di dunia,
pelaku usaha juga berpeluang mengekspansi pasar
produknya secara global, mengingat demand produk
halal tidak hanya berasal dari konsumen muslim saja,
tetapi juga konsumen non muslim di dunia yang telah
mengenal kebaikan dan kelebihan produk berlabel halal
(Abadi dan Tim, 2011: 5-6).
Sertifikasi dan labelisasi halal tidak hanya
bermanfaat untuk melindungi konsumen muslim saja,
tetapi juga bagi konsumen nonmuslim yang ingin
memastikan bahwa produk yang dikonsumsinya telah
terjamin kebersihannya, menyehatkan, berkualitas dan
aman digunakan, karena dengan adanya sertifikat dan
label halal akan mempermudah konsumen, apapun
agamanya, untuk memperoleh informasi menyangkut
bahan baku dan kualitas produk, kandungan gizi serta
keterangan lain yang dibutuhkan konsumen ketika

Forum Manajemen Indonesia 6 Medan 2014
memilih dan menentukan produk mana yang benarbenar terjamin kebersihannya, sehat, berkualitas, aman
dan telah melalui proses produksi yang baik dan benar,
sesuai dengan yang dibutuhkan dan diinginkan
konsumen (Alserhan, 2011:115). Dengan demikian,
sertifikasi dan labelisasi halal akan dapat mendorong
peningkatan pasar produk lokal baik ditingkat nasional
maupun global.
REFERENSI
Abadi, Tulus dan Tim Kerja. 2011, Pengkajian Hukum
Tentang Peran Serta Masyarakat Dalam
Pemberian Informasi Produk Halal, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta
Aidilla, Tahta. 2014 “ UU Jaminan Produk Halal
Disahkan Setelah Menunggu Delapan tahun”,
Republika Online, 25/9/2014, diambil dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum
/14/09/25/ncg1tk-uu-jaminan-produk-halaldisahkan-setelah-menunggu-delapan-tahun
Aisyah, Muniaty. 2014, “The Influence of Religious
Behavior on Consumers’ Intention to
Purchase Halal-Labeled Products”, Business
and Entrepreneurial Research, Vol.14 No.1
October 2014, p.15-32
Aisyah, Muniaty. 2007, “Pengaruh Labelisasi Halal
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen
Pada Produk Mi Instan”, Etikonomi, Vol.6
No.2 Desember 2007, p.171-188
Alserhan, Baker Ahmad. 2011, The Principles of
Islamic Marketing, Gower Publishing Limited,
Surrey, GU9 7PT, England
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2006, “ Islam Sebagai
Agama Yang Lengkap dan Universal”, Bank
Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta:
Tazkia Institute, Bab I, hal.37-40
Assael, Henry. 2003, Consumer Behavior and
Marketing Action, 6 th ed., Cincinnati, Ohio:
South-Western College Publishing.
Dyah, Ratna, Meta, Novia: reporter dan irf: redaktur.
2010, “Waspadai Titik Keharaman Pasta Gigi”,
diambil dari http://www.republika.co.id/berita/
ensiklopediaislam/fatwa/10/08/15/130208waspadai-titik-keharaman-pasta
Effendi, O.U. 1993, Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi, Bandung: Citra Aditiya Bhakti
Girindra, Aisyah. 2001, “Sertifikasi-Labelisasi Halal
untuk Ketenangan Produsen,” Warta Bogasari,
No. 85, Th.XII, h.4-7,20,21.
Haryono, Agung. 2010, “Wujud Samar Kehalalan
BTP”, Jurnal Halal LPPOM MUI, No.84 JuliAgustus Th.XIII 2010, hal.10
LPPOM MUI. 2013, “Panduan Sistem Jaminan Halal,”
Direktori LPPOM MUI, 2013

8|P a g e - 2 5 5

Mahmud, Farid. 2011, “Minuman Segar”, Jurnal
Halal LPPOM MUI, No.90 Juli-Agustus Th.XIV
2011, hal.24
Mansoer, Masri. 2008, Perilaku Keberagamaan
Remaja Kasus Pada Siswa SLTA Di Kota
Jakarta Selatan, Kabupaten Sukabumi dan
Kabupaten Lebak, Disertasi Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor
Mustafa, Zainal EQ dan Tony Wijaya. 2012, Panduan Teknik
Statistik SEM Dan PLS Dengan SPSS Amos, Yoyakarta:
Cahaya Atma Pustaka
Nursyawal, 2004, “Dampak Negatif Televisi”,
Pikiran Rakyat, 30 Juni 2004, hal.6
________, 2009, “Hari Tanpa Televisi (HTT):
Kendali Ada di Tangan Anda”, Koran Pikiran
Rakyat, 25/8/2009 diambil dari http://mangsawal.blogspot.com/2009/08/hari-tanpa-televisihtt-kendali-ada-di.html
Rakhmat, J. 1996. Teori-teori Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Roswiem, Anna P. dan Haryono Agung. 2009, “Bahan
Haram Dalam Obat”, Jurnal Halal LPPOM MUI,
No.80 November –Desember Th.XII 2009, hal.12
Savitri, Isma dan Wayan Agus Purnomo dan M.Andi
Perdana. 2012, “MUI Akui Kesulitan Pantau
Makanan Halal”, Koran Tempo, 20 Desember
2012, hal.A7
Sihombing, Martin. 2011, “Pasar Produk Halal
US$2,1 Triliun: Daya Beli Terhadap Produk
Halal Di Indonesia Rendah”, Bisnis Indonesia,
20 Januari 2011, hal.6
Syarif, Sugiri. 2012, “Sisi Negatif Jejaring Sosial
Meningkat Pesat Remaja Lakukan Hubungan
Seks”, Kartini Majalah Wanita, No.2324, Ed.1428 Juni 2012, hal.75
Tulung, Freddy H. 2012, “Sisi Negatif Jejaring Sosial
Meningkat Pesat Remaja Lakukan Hubungan
Seks”, Kartini Majalah Wanita, No.2324, Ed.1428 Juni 2012, hal.75-76
Yuyun, Suhati. 2012, “Remaja Dan Saluran Jejaring
Sosial”, Kartini Majalah Wanita, No.2324,
Ed.14-28 Juni 2012, hal.78
Zeithaml, V.A., Bery, L.L., dan Parasuraman, A., on
line from 2011, “The Behavioral Consequences of
Service Quality”, Journal of Marketing, Vol. 60
No.2, hal.31-46, April 1996
Biodata Penulis
Muniaty Aisyah, memperoleh gelar Magister
Manajemen konsentrasi Marketing di Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2004, dan memperoleh
gelar Doktor Ilmu Ekonomi konsentrasi Islamic
Economic and Finance pada bidang kekhususan
Islamic Marketing di Universitas Trisakti Jakarta pada
Maret 2014. Saat ini adalah Dosen Prodi. Manajemen
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


1.).
l-ll�.

J-'\.·-' .,•

I

Dokumen yang terkait

Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Produk Herbalife Pada PT.Herbalife Cabang Pringgan Medan

27 166 99

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

PENDAHULUAN KONSUMEN DAN LABEL Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Produk Berlabel Halal Di Kota Yogyakarta.

0 0 22

ANALISIS PENGARUH KETERSEDIAAN PRODUK, HARGA, KUALITAS DAN PERSEPSI PRODUK HALAL TERHADAP NIAT BELI Analisis Pengaruh Ketersediaan Produk, Harga, Kualitas Dan Persepsi Produk Halal Terhadap Niat Beli Konsumen Di Carrefour Sukoharjo.

0 0 11

PENGARUH RELIGIUSITAS, NORMA SUBYEKTIF DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP NIAT MEMBELI PRODUK MAKANAN RINGAN BERLABEL HALAL (STUDI PADA MAHASISWA MUSLIM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA).

3 8 202

PENGARUH PEMAHAMAN LABEL HALAL DAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP NIAT MEMBELI PRODUK MAKANAN KEMASAN BERLABEL HALAL (STUDI PADA SANTRI MAHASISWA PONDOK PESANTREN AL BAROKAH).

7 27 200

PENGARUH FAKTOR PERSONAL, FAKTOR SOSIAL, FAKTOR INFORMASI DAN SIKAP TERHADAP NIAT (INTENSI) MEMBELI MAKANAN BERLABEL HALAL LPPOM-MUI PADA MAHASISWA NON MUSLIM DI UNY.

0 0 172

PENINGKATAN MAWAS DIRI KONSUMEN MENGGUNAKAN PRODUK BERLABEL HALAL

0 0 12

PENGARUH KOMUNIKASI SOSIAL MEDIA TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN PADA PRODUK KOSMETIK HALAL

0 23 16

Pengaruh Labelitas Halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Produk Pempek Honey Palembang -

0 2 38