I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Sragen merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian, yaitu kurang lebih 63,22 dari total jumlah
penduduknya. Luas lahan pertanian di kabupaten Sragen sebesar 40.162 ha atau 43 luas kabupaten Sragen. Lahan pertanian ini terdiri dari lahan pertanian teknis seluas
23.158 ha, setengah teknis 1.742 ha, sederhana seluas 488 ha dan sisa merupakan sawah tadah hujan. Sebagian dari lahan pertanian tersebut memperoleh air dari
jaringan irigasi dan pembiayaan operasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Daerah Irigasi DI Bapang terletak dalam Wilayah Kerja Administrasi Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. DI Bapang berada di bawah pengelolaan
Satuan Kerja DPS Daerah Pengelolaan Sungai Cemoro, Balai PSDA Pengelola Sumber Daya Air Bengawan Solo, Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah. Fungsi DI
Bapang adalah untuk mengairi sawah di kecamatan Plupuh dan kecamatan Tanom. Dalam perkembangannya kerusakan yang terjadi di DI Bapang juga tidak
dapat diabaikan. Kerusakan-kerusakan yang terdapat di DI Bapang antara lain pendangkalan saluran irigasi yang diakibatkan oleh sedimentasi. Longsornya saluran
irigasi serta kerusakan pada bangunan utama, bangunan pengambilan, bagi dan sadap. Kerusakan ini dapat terganggunya aliran air irigasi ke bagian hilir. Hal ini
berpengaruh pada perbandingan antara debit tersedia dengan debit kebutuhan faktor k. Semakin tinggi nilai faktor k akan memberikan produksi tanaman yang semakin
tinggi pula. Namun demikian dana rehabilitasi yang tersedia belum tentu mencukupi untuk
seluruh kebutuhan. Perlu dilakukan analisa skala prioritas sehingga dana yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pada studi ini adalah: 1. Kondisi DI Bapang rusak.
2. Dana rehabilitasi terbatas, sehingga diperlukan pemilihan bagian jaringan irigasi yang direhabilitasi.
C. Batasan Masalah