Tabel 5.5 Hasil uji KBM No Konsentrasi
Ekstrak Pertumbuhan Koloni Bakteri
Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif Staphylococcus
aureus Bacillus
subtilis Escherichia
coli Pseudomonas
aeruninosa 1
50 -
- -
- 2
25 -
- -
+ 3
12.5 -
- -
+ 4
6.25 -
- -
+ 5
3.13 -
- -
+ 6
1.56 -
+ -
+ 7
0.78 -
+ -
+ 8
Kontrol Positif
+ +
+ +
9 Kontrol
Negatif -
- -
- Keterangan : - = tidak ada pertumbuhan koloni bakteri
+ = ada pertumbuhan koloni bakteri
5.2. Pembahasan Penelitian
Dalam menentukan efek antibakteri terdapat dua metode, yaitu metode uji difusi dan dilusi. Uji difusi dilakukan dengan mengukur zona hambat bahan coba
terhadap bakteri yang pembentukannya bergantung pada kelarutan dan difusi bahan coba di media padat. Metode dilusi lebih efektif untuk menilai efek
antibakteri bahan coba karena bahan tersebut langsung disuspensikan dengan mikroorganisme. Selain itu metode uji dilusi dapat menentukan nilai KHM dan
KBM bahan coba terhadap bakteri yang diuji sehingga hasil penelitian akan lebih representatif. Berdasarkan keefektifan tersebut metode dilusi dipilih untuk
mengetahui aktivitas antibakteri dalam penelitian ini Siregar, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Ekstraksi terhadap kulit manggis dimulai dengan proses maserasi yang merupakan proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengadukan pada temperatur ruangan kamar . Proses maserasi bertujuan agar sel-sel kulit manggis dapat mengeluarkan senyawa-senyawa aktif yang memiliki
daya antibakteri seperti flavonoid, xanton, tannin, terpenoid, dan saponin dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol yang dapat
melarutkan semua senyawa aktif, baik yang bersifat polar, semipolar, hingga non polar sehingga etanol dapat menarik senyawa aktif yang terkandung dalam kulit
manggis. Pelarut etanol lebih banyak mengikat senyawa kimia dibandingkan pelarut metanol ataupun air dan pelarut etanol juga tidak bersifat toksik. Setelah
proses maserasi selesai dilanjutkan dengan proses perkolasi yakni penetesan cairan penyari dalam wadah silinder atau perkolator Siregar, B., 2011.
Pada pengamatan uji KHM dan KBM, dilakukan dengan dua kali pengulangan dan mendapatkan hasil cukup konsisten. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang valid dan menghindari adanya bias. Hasil uji KHM yang dilakukan menunjukkan warna keruh pada seluruh tabung hal ini dapat
menandakan bahwa ekstrak etanol kulit manggis tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Pada tabung reaksi yang berisi ekstrak etanol kulit
manggis dan bakteri Staphylococcus aureus, terdapat kekeruhan yang berbeda- beda, warna kekeruhannya sesuai warna konsentrasi ekstrak etanol kulit manggis
yang dimasukkan. Ekstrak etanol kulit manggis memberi warna coklat pada media biakan sehingga pengamatan terhadap uji KHM bakteri Staphylococcus aureus
sulit ditentukan.
Pada tabung reaksi yang berisi bakteri Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruninosa juga terdapat kekeruhan yang beragam. Kekeruhan
pada seluruh tabung tersebut juga menunjukkan warna yang sama dengan konsentrasi ekstrak etanol kulit manggis, dengan ini penentuan kekeruhannya
yang dibandingkan dengan kontrol positif menjadi sulit. Oleh karena itu dalam penelitian ini warna keruh pada tabung-tabung tersebut lebih mungkin disebabkan
karena konsistensi dan warna ekstrak yang dihasilkan terlalu pekat sehingga mengganggu penilaian kekeruhan suspensi secara visual. Penilaian kekeruhan
Universitas Sumatera Utara
maupun kejernihan suspensi sulit dilakukan sehingga tidak dapat ditentukan nilai KHM ekstrak etanol kulit manggis terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus
subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruninosa.
Uji KBM dilakukan pada keseluruhan tabung dengan teknik subkultur suspensi dari tabung ke media agar darah, dimana semua bakteri uji dapat tumbuh
baik dalam media tersebut. Setelah suspensi bakteri diinokulasi pada agar darah dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 derajat Celsius, dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri uji pada media agar darah tersebut.
Hasil uji KBM ekstrak etanol kulit manggis terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada semua konsentrasi ekstrak
memiliki nilai yang sama. Tidak dijumpai adanya pertumbuhan koloni kedua bakteri tersebut pada agar darah. Sementara itu juga tidak ditemukan
pertumbuhan koloni bakteri Bacillus subtilis di agar darah pada konsentrasi ekstrak 50, 25, 12.5, 6,25 dan 3.13. Pertumbuhan koloni
Pseudomonas aeruninosa tidak ditemukan di agar darah yang disubkultur dari suspensi mengandung konsentrasi ekstrak 50. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak etanol kulit manggis dapat membunuh semua bakteri uji, yakni Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas
aeruninosa pada konsentrasi yang berbeda-beda.
Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian dari Fernando dan Dasanayake pada tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit
manggis memiliki daya hambat terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus faecalis dengan zona hambat 16-21 mm pada
konsentrasi 0.5 gml. Sedangkan tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli, Proteus mirabilis dan Pseudomonas aeruninosa. Dapat
disimpulkan bahwa Escherichia coli dan Pseudomonas aeruninosa tidak termasuk dalam bakteri yang sensitif terhadap aktivitas antibakteri dari ekstrak metanol
kulit manggis. Hal ini mungkin disebabkan karena keadaan geografis dari masing- masing daerah yang berbeda menyebabkan perubahan kadar senyawa aktif yang
berfungsi sebagai antibakteri seperti tannin , flavonoid, dan saponin. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
cara pembuatan ekstraksi juga berpengaruh terhadap hasil pengujian ekstrak kulit manggis Sriyono dan Andriani, 2013
Senyawa aktif pada kulit manggis seperti xanton memiliki sifat antibakteri yang cukup kuat yang mampu memperlambat replikasi sel pada bakteri dan
juga sebagai antioksidan. Saponin merupakan zat aktif yang dapat menghambat stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan hemolisis sel dengan cara
meningkatkan tegangan permukaan membran. Akibatnya protein, asam nukleat, dan nukleotida yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri keluar dari dalam sel
karena kerusakan membran Darsana et al., 2012. Terpenoid merupakan senyawa fenol yang bersifat lipofilik dan menyebabkan kerusakan pada
membran sel. Senyawa kimia yang lain adalah tanin yang mempunyai sifat antibakteri dengan kemampuan menonaktifkan adhesi pada sel bakteri molekul
yang menempel pada sel inang yang terdapat pada permukaan sel dan mampu menghambat enzim transport protein melalui membran sel
Noorhamdani et al., 2013.
Flavonoid juga termasuk senyawa aktif yang terdapat pada kulit manggis. Senyawa ini merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol yang cenderung
mengikat protein sehingga menggangu proses metabolisme dan bersifat antioksidan Romas et al., 2015
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak etanol kulit manggis mempunyai aktivitas antibakteri terhadap empat jenis bakteri uji yaitu S. aureus,
E. coli, B. subtilis dan P. aeruninosa. Hal ini sesuai dengan penelitian Geetha yang membuktikan adanya efek antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap
Staphylococcus aureus 2 mgml, Escherichia coli 4 mgml, dan Pseudomonas aeruninosa 4 mgml Geetha et al., 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Nilai KHM tidak dapat dinilai, sedangkan nilai KBM ekstrak etanol kulit manggis Garnicia mannostana L terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli adalah pada konsentrasi 0.78, Bacillus subtilis pada konsentrasi 3.13 dan Pseudomonas aeruninosa pada konsentrasi 50.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan nilai KHM dan KBM absolut dari kulit manggis terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruninosa dengan metode ekstraksi dan metode uji kepekaanuji resistansi yang berbeda.
2. Perlu dilakukan uji fitokimia terhadap ekstrak kulit manggis untuk mengetahui kadar golongan senyawanya sebelum diujikan.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan uji toksisitas pada ekstrak kulit manggis untuk menilai keamanan dan mengetahui efek sampingnya
terhadap manusia.
Universitas Sumatera Utara