HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN KONTROL DIRI PADA PEGAWAI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peranan Sumber Daya Manusia (SDM) sangatlah penting bagi kemajuan
ataupun pencapaian tujuan tersebut. Sebuah organisasi tidak akan mencapai
tujuannya tanpa adanya peran dari individu-individu yang ada di dalam organisasi
atau biasanya disebut karyawan (pegawai). Sumber daya manusia merupakan asset
organisasi yang sangat vital, karena itu peran dan fungsinya tidak bisa digantikan
oleh sumber daya lainnya. Betapapun modern teknologi yang digunakan, atau
seberapa banyak dana yang disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang
professional semuanya menjadi tidak bermakna (Vadhiem, 2010).
Eksistensi sumber daya manusia dalam kondisi lingkungan yang terus
berubah tidak dapat dipungkiri, oleh karena itu dituntut kemampuan beradaptasi yang
tinggi agar mereka tidak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Sumber daya manusia
dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran
organisasi di mana dia berada di dalamnya (Vadhiem, 2010). Sumber daya manusia
atau yang biasa disebut dengan karyawan, pekerja, ataupun juga pegawai merupakan
salah satu faktor terpenting dalam suatu organisasi, institusi, maupun perusahaan.
Sumber daya manusia yang ada di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam yaitu, pegawai pemerintah dan pegawai swasta. Definisi dari pegawai

negeri sendiri yaitu warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,
atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku (Pasal 1 ayat 1 UU 43/1999). Sedangkan pengertian dari
pegawai swasta sendiri yaitu pegawai yang bekerja pada perusahaan swasta atau di
luar instansi pemerintah dan digaji oleh perusahaan swasta tersebut.

1

2

Fenomena yang banyak terjadi di masyarakat saat ini yaitu banyak orang
yang berlomba-lomba untuk bekerja menjadi pegawai negeri karena pekerjaan
sebagai pegawai negeri dinilai aman bagi masa depan mereka. Hal ini tidak dapat
dipungkiri karena adanya beberapa paham yang berkembang di masyarakat bahwa
bekerja sebagai pegawai negeri memiliki banyak keuntungan, diantaranya yaitu masa
kerja yang sudah jelas atau pasti, jam kerja yang tidak terlalu menuntut, tidak adanya
pemecatan secara tiba-tiba, dan juga banyaknya tunjangan atau insentif yang
nantinya diterima. Akibat paham seperti itulah yang akhirnya membuat semua orang
berlomba agar dapat lolos dalam seleksi pegawai negeri, bahkan tidak jarang banyak
orang yang melakukan segala cara agar dapat bekerja sebagai pegawai negeri seperti

melakukan suap kepada pihak penyelenggara, mencari kenalan dalam dinas tertentu,
dan lain-lainya.
Dari peluang seperti inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu untuk mengambil keuntungan dengan menerima suap dari calon pegawai
negeri. Contohnya saja sejumlah kasus pelanggaran hukum yang diduga terjadi dan
dilakukan oleh PNS di lingkungan Pemprov Riau adalah dugaan suap penerimaan
150 anggota Satpol PP pada 2009. Kasus ini diduga melibatkan Kepala Satpol PP
Muchtar Amin yang terbukti melanggar prosedur pengeluaran SK pengangkatan
personil Satpol PP, sehingga ada 10 personil yang dinyatakan lulus, kemudian
dibatalkan Kemudian ada juga kasus suap sekaligus penipuan yang dilakukan Kasi
Bidang Penindakaan Satpol PP Iryanto. Ia mengakui menerima uang lebih dari Rp
200 juta dari 8 orang yang diiming-iminginya diangkat menjadi personil Satpol PP
Riau ( Riauterkini, 19 April 2011).
Selain pelanggaran berupa kasus suap, banyak juga pelanggaranpelanggaran lainnya yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil. Dikemukan oleh
berita Antara, terdapat empat orang PNS di bekasi yang melakukan pelanggaran
disiplin yaitu dengan tidak masuk kerja selama 15 hari dengan alasan mengurus
kepindahan tempat kerjanya (Antara, 2011). Bukan hanya pelanggaran disiplin,
kasus suap ataupun rekening gendut yang terjadi di lingkungan pegawai negera sipil,
tetapi ada juga yang berupa kasus pelanggaran asusila baik berupa perselingkuhan
antara sesama pegawai negeri sipil maupun dengan non-PNS. Seperti dilansir di


3

Harian Joglosemar (Sragen), pada tahun 2009 kantor inspektorat daerah setempat
telah mendata bahwa telah terjadi 50% kasus pelanggaran oleh PNS yang berkisar
antara kasus pelanggaran disiplin dan kasus pelanggaran asusila (Joglosemar, 27
Oktober 2009).
Fakta – fakta diatas merupakan hal yang sangat mengejutkan, karena
pegawai negeri sipil yang diharapkan dapat menjadi contoh dan panutan di
masyarakat mengenai sistem pemerintahan di negara kita, justru banyak melakukan
pelanggaran-pelanggaran baik berupa pelanggaran disiplin maupun pelanggaran
hukum. Pelanggaran yang dilakukan oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung
jawab tersebut membuat nama baik instansi dinas mereka menjadi tercoreng, selain
itu mengakibatkan pudarnya kepercayaan dari masyarakat terhadap instansi
pemerintah.
Dari data yang dihimpun oleh Inspektorat Pemerintah Kabupaten Daerah
Bekasi, pada tahun 2010 telah terjadi pelanggaran di 88 SKPD (Satuan Perangkat
Kerja Daerah) dengan 111 kasus dan 99 diantaranya sudah ditindaklanjuti.
Umumnya pelanggaran terjadi pada


administrasi pelaporan keuangan, realisasi

program kegiatan dan disiplin pegawai (POS KOTA, 12 Agustus 2011). Selain data
tersebut juga terdapat data dari Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan
(PPATK) yang dilansir pada RIMANEWS, yang menyatakan bahwa terdapat 50%
pegawai negeri sipil (PNS) muda yang terindikasi melakukan tindak pidana korupsi.
Dengan banyaknya tindak pidana korupsi di Indonesia, membuat indonesia
menempati urutan ke-100 dari 183 negara tindak pidana korupsi. Indonesia
mengalami kenaikan skor 0,2 dibanding tahun 2010 dan menempati urutan ke-100
dengan skor indeks persepsi korupsi (IPK) sebesar 3,0. Hasil survei tersebut
berdasarkan penggabungan hasil 17 survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
internasional pada tahun 2011 (RIMANEWS, 06 Desember 2011).
Dari sekian banyak fakta dan kasus-kasus yang ada di lingkungan kantor
pemerintahan, tidak jarang juga ditemukan kasus yang terjadi di insitusi atau
lembaga hukum. Salah satu kasus yang terkenal dan menjadi sorotan publik yaitu
kasus suap yang dilakukan oleh Gayus Tambunan ataupun juga Arthalytha Suryani,
yang mendapatkan fasilitas dan pelayanan berbeda dari tahanan lainnya karena

4


diduga melakukan suap kepada pihak Rutan. Bukan hanya kasus suap yang marak
terjadi di institusi hukum, tetapi juga tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum
yang bekerja sebagai pegawai di institusi hukum tersebut. Kemudian menurut data
yang dihimpun oleh LSM Kontra dan ICW yang menyatakan bahwa lebih dari 50
orang tahanan politik dan narapidana politik yang mendapat tindak kekerasan di
Lapas Maluku dan Papua (Tribun News, 2011).
Data yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Lembaga Pemasyarakatan
(Ditjen Lapas) mencatat jumlah pelanggaran pegawai pemasyarakatan pada tahun
2009 menunjukkan peningkatan sebanyak 17 kasus dibanding tahun 2008. Jumlah
total pelanggaran pegawai pemasyarakatan selama tahun 2009 mencapai 238 kasus,
yang mencakup pelanggaran ringan sekitar 54 kasus, pelanggaran sedang 77 kasus,
pelanggaran berat 80 kasus dan terlibat narkoba 27 kasus (Solopos, 31 Desember
2009). Dari data statistik diatas dapat menjadi bukti bahwa masih banyaknya terjadi
pelanggaran oleh pegawai pemasyarakatan itu sendiri. Lembaga permasyarakatan
sebagai badan hukum yang diharapkan mampu menegakkan aturan-aturan yang
berlaku sehingga tidak akan terjadi lagi pelanggaran-pelanggaran di dalam lapas.
Akan tetapi harapan ini seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi
sekarang ini, banyak sekali pelanggaran yang terjadi di dalam lapas.
Fenomena yang terjadi sekarang ini membuat citra lembaga hukum maupun
kantor pemerintahan menjadi tercoreng dengan sendirinya, karena hal yang

dilakukan oleh segelintir oknum pegawai yang tidak bertanggung jawab, yang justru
merusak citra lembaga maupun kantor pemerintah secara keseluruhan. Dengan
adanya kejadian-kejadian ini bukan hanya membuat masyarakat merasa ragu dengan
fungsi dan tugas lembaga-lembaga pemerintahan, tetapi juga secara perlahan
membuat masyarakat kehilangan kepercayaan akan pemerintah.
Kasus di atas sedikit banyak mencerminkan tentang kelemahan dari sistem
peradilan yang ada di negara kita, dan juga menjadi cerminan bahwa telah terjadi
kemerosotan nilai-nilai di masyarakat sekarang ini. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhi, misalnya tuntutan ekonomi maupun juga
tuntutan peran yang ada di masyarakat yang menyebabkan hal ini dapat terjadi.
Selain itu juga, karena seorang individu hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan

5

jasmani-nya saja tanpa berusaha menyeimbangkannya dengan kebutuhan rohani-nya.
Kebutuhan rohani yang dimaksudkan disini yaitu kebutuhan antara manusia dengan
Tuhan-nya, jika kebutuhan rohani tersebut dapat dipenuhi juga dengan seimbang
maka kasus-kasus di atas dapat dihindari atau bahkan tidak terjadi.
Pada dasarnya manusia diberikan bermacam-macam kecerdasan dalam
dirinya. Menurut Daniel Goleman (1999), manusia memiliki dua kecerdasan dalam

dirinya yaitu kecerdasan emosional (emotional quotient) dan kecerdasan intelegensi
(intellegent

quotient).

Kecerdasan

emosional

(emotional

qoutient)

adalah

kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain,
dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan
(Goleman, 1999). Sedangkan kecerdasan intelegensi (intellegent quotient) adalah
kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat
bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

Selain IQ dan EQ, manusia juga memiliki kecerdasan spiritual dalam
dirinya, akan tetapi jarang disadari atau digunakan. Menurut Danah Zohar dan Ian
Marshal, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan makna dan nilai (Zohar & Marshal, 2007). Kecerdasan spiritual sendiri
merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan
kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju
manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta
berprinsip “hanya karena Allah” (Ginanjar, 2001). Pada umumnya, semua orang
hanya mengetahui mengenai kecerdasan intelegensi karena kecerdasan ini
berhubungan dengan IQ yang menjadi patokan seberapa pintar seseorang, dan
kecerdasan emosi yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam
menguasai emosi dalam dirinya. Untuk dapat memanfaatkan kecerdasan tersebut
dengan baik, ketiga jenis kecerdasan itu harus dikombinasikan dengan baik sehingga
akan menghasilkan pribadi atau individu yang sebaik-baiknya.
Pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-harinya manusia hanya
cenderung untuk menggunakan atau melatih kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelegensi-nya, tanpa menyadari bahwa kecerdasan spiritual juga penting
manfaatnya. Sebenarnya kecerdasan spiritual juga sangat penting gunanya dalam

6


kehidupan seseorang, dengan memiliki kecerdasan spiritual maka seseorang akan
dapat berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan juga sesuai dengan hati
nurani-nya, selain itu juga dapat menghindari seseorang dari perilaku yang
melanggar hukum maupun hati nurani. Orang dengan kecerdasan spiritual yang baik
juga akan lebih mampu menjalani hidupnya dengan lebih baik, mampu melakukan
hal-hal yang bermanfaat dan bermakna, dan juga memiliki pegangan dalam
menjalankan kehidupannya. Hal ini juga telah dibuktikan dengan adanya beberapa
penelitian mengenai kecerdasan spiritual yang dilakukan oleh psikolog barat,
misalnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Michael Persinger (1990), kemudian
adapula penelitian dari ahli syaraf V. S. Ramachandran dan timnya dari California
University (1997), yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia
sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan otak dan
syaraf (Ginanjar, 2001).
Selain penting adanya kecerdasan spiritual dalam diri seorang individu,
kontrol diri juga dibutuhkan oleh setiap individu. Menurut Chaplin (2009), kontrol
diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian
kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah
laku impulsif. Dengan kontrol diri, seseorang akan mampu untuk memikirkan segala
sesuatu yang akan dilakukannya, baik ataupun buruk perilakunya dan konsekuensi

dari perilakunya tersebut, dan juga mampu membentengi dirinya dari perbuatan yang
melanggar hukum maupun hati nurani. Di dalam diri semua manusia pada umumnya
terdapat kontrol diri (self control), akan tetapi kebanyakan tidak disadari karena tidak
mampu menahan dorongan (keinginan atau nafsu) sehingga pada akhirnya dorongan
tersebut menutup “God-Spot” sehingga menyebabkan seseorang menjadi tidak peka
dan tidak mampu membaca kondisi bathiniah dirinya dan juga lingkungannya. GodSpot adalah kejernihan hati dan pikiran manusia yang merupakan sumber-sumber
hati suara hati yang selalu memberikan bimbingan dan informasi-informasi penting
untuk keberhasilan dan kemajuan seseorang (Ginanjar, 2001).
Dari fenomena-fenomena yang banyak terjadi di kalangan pegawai lembaga
pemasyarakatan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (pelanggaran disiplin,
tindak korupsi, pengedaran narkoba, sampai dengan kekerasan yang dilakukan

7

langsung oleh pegawai pemasyarakatan), hal ini dapat dikaitkan dengan kurangnya
kontrol diri yang dimiliki oleh pegawai lembaga pemasyarakatan. Misalnya saja
salah satu ciri dari kontrol diri yaitu memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku
impulsif, ketika seorang pegawai memiliki kemampuan ini dalam dirinya maka
perilaku yang melanggar seperti melakukan tindak kekerasan kepada napi dapat
terhindarkan. Pegawai lembaga pemasyarakatan yang memiliki kemampuan ini

dalam dirinya akan berusaha untuk mengendalikan segala perilaku yang membawa
konsekuensi negatif. Akan tetapi jika pegawai tersebut tidak memiliki kemampuan
untuk mengontrol tingkah laku impulsif dalam dirinya, maka hal-hal seperti tindak
kekerasan, pelanggaran disiplin dan lain-lain akan lebih sering terjadi. Oleh karena
itu, kontrol diri sangat dibutuhkan dalam mengontrol perilaku seorang pegawai
dalam kehidupannya sehari-hari.
Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Dwi Indahwati (2010)
mengenai “Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri pada
Remaja”, ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara
kecerdasan spiritual dengan kontrol diri, yaitu nilai r = 0,761 dengan p = 0.000 pada
taraf signifikan 0,01 yang artinya semakin tinggi kecerdasan spiritual semakin tinggi
pula kontrol dirinya. Nilai r diperoleh sebesar 0,579 yang berarti bahwa kecerdasan
spiritul memiliki sumbangan efektif terhadap kontrol diri remaja sebesar 57,9%.
Di dalam diri seseorang tidak hanya dibutuhkan kontrol diri yang baik, akan
tetapi juga kecerdasan spiritual untuk dapat menyeimbangkan segala perilakunya
sehari-hari. Jika kecerdasan spiritual dan juga kontrol diri ini dimiliki oleh semua
pegawai dalam lembaga-lembaga pemerintahan baik kantor pemerintahan maupun
lembaga hukum lainnya, mungkin akan dapat membantu dalam mengurangi atau
bahkan menghilangkan pelanggaran akademis maupun pelanggaran hukum lainnya.
Penelitian ini secara empiris menindaklanjuti penelitian yang telah dilakukan oleh
Dwi Indahwati (2010) dengan sampel yang berbeda. Penelitian ini dimaksudkan
untuk membuktikan bahwa ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol
diri.

8

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual merupakan kecerdasan atau

kemampuan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual dibutuhkan untuk dapat
memaknai setiap tindakan individu dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, di dalam
diri setiap individu memiliki kontrol diri (self control) yang mampu mengendalikan
atau mengatur individu dalam berperilaku. Jika kecerdasan spiritual dan kontrol diri
ini dimiliki oleh individu maka akan menghasilkan individu yang mampu berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan menghasilkan perilaku yang bermakna. Akan
tetapi individu yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, tidak dapat dipastikan
bahwa ia juga pasti memiliki kontrol diri yang baik dan begitu pula sebaliknya.
Maka dari penjelasan diatas, akhirnya peneliti merasa tertarik untuk
mengambil tema atau judul penelitian yaitu “Hubungan antara Kecerdasan Spiritual
dengan Kontrol Diri pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan”.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu
apakah ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri pada pegawai
lembaga pemasyarakatan ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara

kecerdasan

pemasyarakatan.

spiritual

dengan

kontrol

diri

pada

pegawai

lembaga

9

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.

Manfaat Teoritis
Manfaat dari penelitian ini bagi kalangan akademis yaitu untuk

memberikan referensi – referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam
bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya dalam bidang sumber
daya manusia (SDM).

2.

Manfaat Praktis
Manfaat dari penelitian ini bagi kalangan organisasi yaitu pada bidang

kepegawaian di Lembaga Pemasyarakatan yang menangani urusan kepegawaian,
agar kedepannya pegawai dapat menjadi lebih disiplin, tertata dan menaati segala
aturan yang ada.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN
KONTROL DIRI PADA PEGAWAI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Marita Murtiani Ariestya
08810012

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN
KONTROL DIRI PADA PEGAWAI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai salah satu persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
Marita Murtiani Ariestya
08810012

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Rabbil Alamin, dengan segala kebesarannya, karunia
dan izinnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan
salam selalu tercurah pada kekasih Allah Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat dan pengikut jejak langkahnya sampai hari akhir nanti.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan
Kontrol Diri Pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan”. Maksud penulisan
skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1
(S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa
kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan
dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Djudiyah, M.Si selaku dosen pembimbing I sekaligus dosen wali, terima
kasih atas bimbingan dan saran-saran yang bermanfaat selama penyusunan
skripsi ini dan telah banyak memberikan bantuan selama menjadi mahasiswa
di Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas
bimbingan dan saran-saran yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh

dosen

dan

staff

pengajar

Fakultas

Psikologi

Universitas

Muhammadiyah Malang.
5. Kalapas Klas I Malang dan Bpk. Sugeng Aji Pramana, SH, MH. selaku
Kepala Sub Bagian Umum Lapas Klas I Malang, yang telah memberikan ijin
kepada peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
6. Seluruh pegawai Lapas Klas I Malang yang telah membantu berjalannya
penelitian ini.

7. Yang teristimewa dan yang telah mendampingi saya dengan penuh kasih
sayang, Bapak Heri Murtono dan Ibu Siti Komariah yang telah mendukung
dan mendoakan ananda, terimakasih atas bantuan moril maupun materil yang
telah diberikan kepada ananda.
8. Adekku satu-satunya yang paling mbak sayang, Dio Aditya Murtianto terima
kasih telah atas segala dukungan dan perhatiannya selama ini.
9. Sepupu-sepupuku yang selalu menemani selama ini (Shely, Cindy) dan tante
sekaligus sahabat terbaik (Ebe), terima kasih atas segala dukungan, kasih
sayang dan nasehat-nasehat yang telah kalian berikan.
10. Sahabatku (Tuty, Dian, Pida, Vika, Rayi, Silvy) terima kasih telah menjadi
sahabatku dan terima kasih atas semangat dan perhatian yang telah kalian
berikan.
11. Untuk Saptyna Arom M, S.Psi, Hamidah Istiqomah, S.Psi, dan M. Quzwini,
S.Psi, terima kasih atas bantuan, saran dan dukungannya selama penyusunan
skripsi ini
12. Rekan-rekan Psikologi 2008 khususnya kelas A, kebersamaan yang begitu
berarti selama berkumpul bersama kalian.
13. Teman-teman seperjuangan selama bimbingan (Muthe, Sari, Dini, Ayu,
Oyong, Alin, Ari dan Kiki), tanpa kalian penulis tidak akan bisa seperti
sekarang terima kasih atas semangat dan dukungan kalian.
14. Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak.
Akhir kata tiada satu pun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik
sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................

iv

SURAT PENYATAAN .............................................................................

v

KATA PENGANTAR ................................................................................

vi

INTISARI .................................................................................................. viii
ABSTRACT ...............................................................................................

ix

DAFTAR ISI ..............................................................................................

x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................................

8

C. Tujuan Penelitian .........................................................................

8

D. Manfaat Penelitian .......................................................................

9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Spiritual .................................................................... 10
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ............................................. 10
2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual ................................................. 11
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ......... 14
4. Aspek – aspek Kecerdasan Spiritual ....................................... 17
B. Kontrol Diri ................................................................................. 18
1. Pengertian Kontrol Diri .......................................................... 18
2. Ciri –ciri Kontrol Diri ............................................................. 19
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kontrol Diri ...................... 21
4. Aspek – aspek Kontrol Diri .................................................... 21
C. Pegawai Negeri ............................................................................ 23
D. Lembaga Pemasyarakatan ........................................................... 24
1.

Pengertian Lembaga Pemasyarakatan ..................................... 24

2.

Tujuan dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan......................... 25

3.

Jenis – jenis Pemasyarakatan .................................................. 26

4.

Susunan Organisasi Lapas Klas I ............................................ 26

E. Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kontrol Diri
pada Pegawai Lembaga Pemasyarakatan ..................................... 27
D. Kerangka Berpikir ....................................................................... 30
E. Hipotesis ...................................................................................... 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ................................................................... 32
B. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... 32
C. Definisi Operasional ..................................................................... 33
D. Populasi dan Sampel .................................................................... 34
E. Prosedur Penelitian ....................................................................... 34
1.

Tahap Persiapan ..................................................................... 34

2.

Tahap Pelaksanaan ................................................................. 35

3.

Tahap Analisis Data ............................................................... 35

F. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................... 35
1.

Jenis Data ............................................................................... 35

2.

Metode Pengumpulan Data..................................................... 35

G. Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 43
H. Metode Analisa Data .................................................................... 49
BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data.............................................................................. 51
B. Hasil Analisa Data........................................................................ 31
C. Pembahasan ................................................................................. 54
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 64

DAFTAR TABEL

Tabel 1

: Skor Pilihan Jawaban..................................................................

37

Tabel 2

: Blue Print Skala Kecerdasan Spiritual.........................................

41

Tabel 3

: Blue Print Skala Kontrol Diri......................................................

43

Tabel 4

: Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Kecerdasan Spiritual .

45

Tabel 5

: Rangkuman Analisa Validitas Butir Skala Kontrol Diri ..............

46

Tabel 6

: Uji Reliabilitas Item Skala Kecerdasan Spiritual .........................

48

Tabel 7

: Uji Reliabilitas Item Skala Kontrol Diri ......................................

48

Tabel 8

: Uji Reliabilitas Item Skala Kecerdasan Spiritual dan Kontrol Diri
secara keseluruhan .....................................................................

49

Tabel 9

: Rancangan Analisa Data .............................................................

50

Tabel 10

: Hasil Perhitungan T-Score Skala Kecerdasan Spiritual ...............

52

Tabel 11

: Hasil Perhitungan T-Score Skala Kontrol Diri ...........................

52

Tabel 13

: Hasil Uji Korelasi Product Moment ...........................................

53

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Instrumen Penelitian

Lampiran 2

: Data KasarKecerdasan Spiritual

Lampiran 3

: Data Kasar Kontrol Diri

Lampiran 4

: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5

: Hasil Analisa Data

Lampiran 6

: Surat Keterangan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2008). Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang: UMM Press.
Anshari, H. (1996). Kamus psikologi. Surabaya: Usaha nasional Surabaya.
Anon. (2009). Tahun 2009, 20 petugas lapas dipecat.
http://palembang.tribunnews.com/31/12/2009/tahun-2009-20-petugas-lapasdipecat (diakses tanggal 14 Nov 2011).
Anon. (2011). Inspektorat awasi pelanggaran PNS.
http://bataviase.co.id/node/769701 (diakses tanggal 14 Nov 2011).
Anon. (2011). Banyak PNS muda kaya, pecat Menkeu Agus?.
http://www.rimanews.com/read/20111206/48153/banyak-pns-muda-kayadari-korupsi-pecat-menkeu-agus (diakses tanggal 14 Nov 2011).
Anon. (2011). Pungli di Lapas Lobusuna R Prapat didukung petugas.
http://harianorbit.com/2011/09/pungli-di-lapas-lobusona-r-prapat-didukungpetugas/ (diakses tanggal 14 Nov 2011)
Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2009). Reabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azzet, A. M. (2010). Mengembangkan kecerdasan spiritual bagi anak.
Yogyakarta: Kata Hati.
Badrudin (2009). Kecerdasan spiritual dan pengaruhnya terhadap kinerja
karyawan.http://badruddin69.wordpress.com/2009/06/07/kecerdasanspiritual-dan-pengaruhnya-terhadap-kinerja-karyawan/ (diakses tanggal 14
Nov 2011).
Calhoun, J dan Acocella, J. (1995). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan
kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Chaplin, J.P. (2009). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Jumanisanti, Dwi P. (2009). Perbedaan Kontrol Diri Pada Wanita Dewasa
Sebelum Mengikuti Yoga Dan Setelah Mengikuti Yoga. (Skripsi, Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang).
Ghufron, M. & Risnawati, S. (2010). Teori – teori psikologi. Yogyakarta : AR –
RUZZ MEDIA

Ginanjar, A. (2001). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual.
ESQ. Jakarta: Arga.
Goldfried, M. R. & Merbaum, M. (1973). Behaviour change through self control.
New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Indahwati, D. (2010). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kontrol diri
pada remaja. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Kerlinger, F. N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Lazarus, R. S. (1976). Pattern of adjustment third edition. Tokyo: McGraw-Hill
Kogakusha.
Ngaliyati. (2010). Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku
keberagamaan siswa di MAN Malang II Kota Batu. (Skripsi, Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang).
Hidayati, Nur. (2005). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Strategi
Coping Pada Karyawan BPR SAA (Sentral Arta Asia) Lumajang. (Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang).
Pangaribuan, L. M. P. (2000). Hukum acara pidana : satu kompilasi ketentuanketentuan KUHP serta dilengkapi dengan hukum internasional yang
relevan. Jakarta : Djambatan.
Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang: UMM Press.
Ramayulis. (2011). Psikologi agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Sahrasad, H. (2011). Korupsi PNS muda: bisakah dibasmi?.
http://nasional.inilah.com/read/detail/1804554/korupsi-pns-muda-bisakahdibasmi (diakses tanggal 14 Nov 2011).
Septiyaning, I. (2009). Pelanggaran pegawai lapas naik 17 kasus di 2009.
http://www.solopos.com/2009/channel/nasional/pelanggaran-pegawai-lapasnaik-17-kasus-di-2009-10883 (diakses tanggal 14 Nov 2011).
Setia, M. Yamin P. (2010). Penjara yang tak membuat jera.
http://myaminpancasetia.wordpress.com/2010/01/15/penjara-yang-takmembuat-jera/ (diakses pada tanggal 14 Nov 2011).

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sukidi. (2002). Kecerdasan spiritual : mengapa SQ lebih penting daripada IQ
dan EQ. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suharsono. (2001). Melejitkan IQ, IE, dan IS. Jakarta: Inisiasi Press.
Tunggal, H. S. (2000). Undang-undang pemasyarakatan beserta peraturan
pelaksanaannya. Jakarta: Harvarindo.
Vadhiem. (2010). Peran manajemen sumber daya manusia dalam organisasi.
http://vadhiem.wordpress.com/2010/10/22/peran-manajemen-sumber-dayamanusia-dalam-organisasi/ (diakses tanggal 14 Nov 2011).
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang: UMM Press.
Zohar, D. dan Marshall, I. (2007). SQ : kecerdasan spiritual. Bandung : PT.
Mizan Pustaka.
Zulkarnain. (2002). Hubungan kontrol diri dengan kreativitas pekerja. USU
Library. http: //duniapsikologi.dagdigdug.com/ (diakses tanggal 17 Mei
2012).