Unsur (2)

(1)

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

Unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah : TEMA

AMANAT ALUR/PLOT

PERWATAKAN/PENOKOHAN LATAR/SETTING

SUDUT PANDANG/POINT OF VIEW GAYA BAHASA

A. TEMA

adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang ditampilkan dalam karangannya

B. AMANAT

adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan

pengetahuan, pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup

C. PLOT/ALUR

adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. TAHAP-TAHAP ALUR

1. Tahap perkenalan/Eksposisi

adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat) 2. Tahap pertentangan /Konflik

adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya)


(2)

Konflik ada dua ; 1. konflik internal

adalah konflik yang terjadi dalam diri tokoh. 2. konflik eksternal

adalah konflik yang terjadi di luar tokoh(konflik tokoh dengan tokoh, konflik tokoh dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, konlik tokoh denganTuhan dll)

3. Tahap penanjakan konflik/Komplikasi

adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin

berkembang dan rumit (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)

4. Tahap klimaks

adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita)

5. Tahap penyelesaian

adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.

MACAM-MACAM ALUR Alur maju

adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.


(3)

2. Alur mundur/Sorot balik/Flash back

adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan

peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.

3. Alur gabungan/Campuran

adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam

pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau,kemudian

mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi. D. PERWATAKAN/PENOKOHAN

adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh ADA TIGA CARA UNTUK MELUKISKAN WATAK TOKOH Analitik

adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh. Contoh :

Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Lucu dan penyanyang.

2. Dramatik

adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.

Bisa melalui tempat tinggal,lingkungan,percakapan/dialog

antartokoh, perbuatan, fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, jalan pikiran tokoh.

Contoh :

Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu

langsung melempar tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih dahulu. (tingkah laku


(4)

tokoh)

3. Campuran

adalah gabungan analitik dan dramatik.

Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia , binatang, atau benda-benda mati yang diinsankan

PELAKU/TOKOH DALAM CERITA Pelaku utama

adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.

2. Pelaku pembantu

adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.

3. Pelaku protagonis

adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.(jujur,setia,baik hati dll)

4. Pelaku antagonis

adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu, pembohong dll)

5. Pelaku tritagonis

adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang biasa disebut dengan tokoh penengah. E. LATAR/SETTING

Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam sebuah cerita.


(5)

1. Latar tempat

adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di ruangan dll)

2. Latar waktu

adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)

3. Latar suasana

adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi dll)

F. SUDUT PANDANG PENGARANG

Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.

Sudut pandang dibedakan atas : 1. Sudut pandang orang kesatu

adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat

langsung dalam cerita, terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang pertama jamak : kami, kita) 2. Sudut pandang orang ketiga

adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak, nama-nama lain)

GAYA BAHASA Majas Pertentangan

Majas pertentangan terbagi menjadi 7 macam, yaitu: 1. Hiperbola


(6)

3. Ironi

4. Antonomasia 5. Oksimoron 6. Paradoks 7. Kontradiksio

1. Hiperbola , Hiperbola adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.

Contoh:

 Keringatnya menganak sungai.

 Suaranya menggelegar membelah angkasa.

2. Litotes, Litotes adalah majas yang menyatakan kebalikan daripada hiperbola, yaitu menyatakan sesuatu dengan memperkecil atau memperhalus keadaan. Majas litotes disebut juga hiperbola negatif.

Contoh:

 Tapi, maaf kami tak dapat menyediakan apa-apa. Sekadar air untuk membasahi tenggorokan saja yang ada.

Tentu saja karangan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.

3. IroniIroni adalah majas yang menyatakan makna yang berlawanan atau bertentangan, dengan maksud menyindir. Ironi disebut juga majas sindiran. Contoh:

Bagus benar ucapanmu itu, sehingga menyakitkan hati.

 Kau memang pandai, mengerjakan soal itu tak satupun ada yang betul. 4. Antonomasia


(7)

Antonomasia adalah penyebutan terhadap seseorang berdasarkan ciri khusus Yang dimilikinya

Contoh:

 Sssssttt, lihat! Si cerewet datang. Kalian tidak perlu bertanya.  Macam-macam! Biar si gendut saja nanti yang menghadapinya.

 Kemarin saya lihat si Kacamata hitam keluar bersama-sama dengan si Kribo. Benar tidak?

5. Oksimoron

Oksimoron adalah pengungkapan yang mengandung pendirian/pendapat terhadap sesuatu yang mengandung hal-hal yang bertentangan.

Contoh:

 Memang benar musyawarah itu merupakan wadah untuk mencari kesepakatan. Namun tidak jarang menjadi wadah pertentangan para pesertanya.

 Siaran radio dapat dipakai untuk sarana persatuan dan kesatuan, tetapi dapat juga sebagai alat untuk memecah belah suatu kelompok masyarakat atau bangsa.

 Olahraga mendaki bukit memang menarik, tetapi juga sangat berbahaya. 6. Paradoks

Paradoks adalah pengungkapan terhadap suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi mengandung kebenaran.

Contoh:

 Memang hidupnya mewah, mempunyai mobil, rumahnya besar, tetapi mereka tidak berbahagia. Tidak tahu mengapa, mungkin karena belum mempunyai anak.

 Walaupun ia tinggal di kota besar, kota metropolitan, hiburan ada di mana-mana, ia bercerita padaku katanya kesepian.


(8)

7. Kontradiksio

Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.

Contoh:

 Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.

 Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.

C. Majas Pertautan

Majas pertautan dibedakan menjadi: 1. Metonimia

2. Sinekdok, terdiri atas:

o Pars pro toto

o Totem pro parte 3. Alusio

4. Eufemisme

1. Metonimia

Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.

Contoh:


(9)

 Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.

2. Sinekdok

Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.

Contoh:

 Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)

Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)

1. Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:

o Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.

o Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.

o Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.

o Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00

2. Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian saja. Contoh:

o Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.


(10)

3. Alusio

Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.

Contoh:

Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)  Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)

4. Eufemisme

Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.

Contoh:

 Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)

 Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)  Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti

menaikkan)

D. Majas Perulangan Contoh:

Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya. Sumber: http://mulanovich.blogspot.com/2013/01/kumpulan-majas-gaya-bahasa-beserta.html#ixzz30erEGzFZ


(11)

(12)

Dengan adanya analisis novel ini penulis lebih memahami tentang unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik , bahwa penulis telah menyelesaikan tugas analisis novel pelajaran Bahasa Indonesia dengan membahas Unsur-Unsur Intrinsik Novel.

Dalam penyusunan analisis, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan analisis novel ini tidak lain berkat bantuan, dorongan orang tua. Sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Guru bidang Study pelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.

Semoga analisis novel ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai Amin.

Indralaya, mei 2014

Penulis. Dilla helfira


(13)

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

Unsure-unsur instrinsik terdiri atas : TEMA

AMANAT ALUR/PLOT

PERWATAKAN/PENOKOHAN LATAR/SETTING

SUDUT PANDANG/POINT OF VIEW GAYA BAHASA

Berdasarkan penjelasan di atas penulis akan menganalisis novel yang berjudul “Surga Di Warung Kopi” dari unsur-unsur instrinsik


(1)

7. Kontradiksio

Kontradiksio adalah pengungkapan yang memperlihatkan pertentangan dengan yang sudah dikatakan lebih dulu sebagai pengecualian.

Contoh:

 Sebenarnya semua saudaranya, yang dulu-dulu pandai, hanya dia sendiri yang bodoh. Mungkin saja karena malasnya.

 Malam itu gelap gulita, tanpa kerlip kunang-kunang yang sebentar tampak dan sebentar hilang.

C. Majas Pertautan

Majas pertautan dibedakan menjadi: 1. Metonimia

2. Sinekdok, terdiri atas: o Pars pro toto o Totem pro parte 3. Alusio

4. Eufemisme

1. Metonimia

Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang atau hal, sesuai penggantinya.

Contoh:


(2)

 Si Jangkung dipakai sebagai sebagai pengganti orang yang mempunyai ciri jangkung.

2. Sinekdok

Sinekdok adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.

Contoh:

 Sudah seminggu ini Iwan tidak tampak batang hidungnya. (Padahal yang dimaksud bukan hanya batang hidung)

Indonesia berhasil memboyong kembali piala Thomas. (Padahal yang berhasil hanya satu regu bulu tangkis)

1. Pars pro toto adalah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan. Contoh:

o Jauh-jauh telah kelihatan berpuluh-puluh layar di sekitar pelabuhan itu.

o Selama ini kemana saja kau? Sudah lama tak nampak batang hidungmu. Nenek selalu menanyakan kau.

o Ia harus bekerja keras sejak pagi hingga sore karena banyak mulut yang harus disuapi.

o Kita akan mengadakan selamatan sebagai rasa syukur karena kita naik kelas semua. Untuk itu biaya kita tanggung bersama tiap kepala dikenakan iuran sebesar Rp 1.500,00

2. Totem pro parte adalah majas penyebutan keseluruhan untuk maksud

sebagian saja. Contoh:

o Dalam musim kompetisi yang lalu, kita belum apa-apa. Tetapi dalam tahun ini, sekolah kita harus tampil sebagai juara satu.


(3)

3. Alusio

Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau hal dengan menggunakan peribahasa yang sudah umum ataupun mempergunakan sampiran pantun yang isinya sudah dimaklumi. Majas ini disebut juga majas kilatan.

Contoh:

Menggantang asap saja kerjamu sejak tadi. (Membual/beromong-omong)  Ah, kau ni memang tua-tua keladi. (Maksudnya makin tua makin menjadi)

4. Eufemisme

Eufemisme adalah majas kiasan halus sebagai pengganti ungkapan yang terasa kasar dan tidak menyenangkan. Eufemisme digunakan untuk menghindarkan diri dari sesuatu yang dianggap tabu atau menggantikan kata lain dengan maksud bersopan santun.

Contoh:

 Orang itu memang bertukar akal. (Pengganti gila)

 Kalau dalam hutan jangan menyebut-nyebut nenek. (Pengganti harimau)  Pemerintah telah mengadakan penyesuaian harga BBM. (Pengganti

menaikkan)

D. Majas Perulangan Contoh:

Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya. Sumber: http://mulanovich.blogspot.com/2013/01/kumpulan-majas-gaya-bahasa-beserta.html#ixzz30erEGzFZ


(4)

(5)

Dengan adanya analisis novel ini penulis lebih memahami tentang unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik , bahwa penulis telah menyelesaikan tugas analisis novel pelajaran Bahasa Indonesia dengan membahas Unsur-Unsur Intrinsik Novel.

Dalam penyusunan analisis, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan analisis novel ini tidak lain berkat bantuan, dorongan orang tua. Sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Guru bidang Study pelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.

Semoga analisis novel ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai Amin.

Indralaya, mei 2014

Penulis. Dilla helfira


(6)

Karya sastra disusun oleh dua unsur yang menyusunnya. Dua unsur yang dimaksud ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latae dan pelataran, dan pusat pengisahan. Sedangkan unsur ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luarnya menyangkut aspek sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

Unsure-unsur instrinsik terdiri atas : TEMA

AMANAT ALUR/PLOT

PERWATAKAN/PENOKOHAN LATAR/SETTING

SUDUT PANDANG/POINT OF VIEW GAYA BAHASA

Berdasarkan penjelasan di atas penulis akan menganalisis novel yang berjudul “Surga Di Warung Kopi” dari unsur-unsur instrinsik