ANALISIS KOMPARATIF SANKSI PIDANA TERKAIT DENGAN KARYA JURNALISTIK MENURUT KUHP, UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 1999, DAN RUU KUHP KONSEP 2008

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF SANKSI PIDANA TERKAIT DENGAN KARYA JURNALISTIK MENURUT KUHP, UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 1999, DAN RUU KUHP KONSEP 2008

Oleh SA’ BAN

Karya jurnalistik merupakan suatu karya yang dihasilkan oleh para jurnalis atau insan pers. Dan merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan suatu sistem bernegara yang demokratis, transparan, dan terbuka. Salah contoh karya jurnalistik yang dihasilkan oleh insan pers yaitu suatu pemberitaan atau informasi tentang suatu hal atau peristiwa, baik yang dimuat dalam media cetak maupun elektronik. Oleh karena itu sudah seharusnya jika karya jurnalistik yang dihasilkan insan pers yang berfungsi sebagai media informasi dan menjadi media koreksi dijamin kebebasannya. Hal ini sangat penting untuk menjaga obyektifitas dan transparansi dalam dunia pers itu sendiri, sehingga pemberitaan yang di hasilkan dapat dituangkan dengan sebenar-benarnya tanpa ada rasa ragu dan takut. Pada saat ini banyak karya jurnalistik yang sudah dipidanakan dan sanksi pidana yang digunakan dalam mempidanakan suatu karya jurnalistik pada masa ini dirasa oleh para jurnalis atau insan pers sangat memberatkan, dan dapat menghambat pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : a). Bagaimanakah perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008, b). Bagaimanakah perbandingan sanksi pidana terkait dengan karya jurnalistik dalam KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-teori, dan konsep-konsep yang berhubungan langsung dengan komparatif sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No. 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008 dan didukung dengan pendapat dari narasumber Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(2)

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan didapat suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008. (a). Menurut KUHP, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, ataupun gambaran yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum, (b). Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu yang dimuat dalam Pasal 4, 5, 9, 12, dan 13, (c). Menurut RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, gambaran, ataupun rekaman yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum. 2. Perbandingan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik antara lain yaitu : a). Adanya sanksi pidana denda terkait karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008, b). Sanksi pidana penjara baik yang terdapat dalam KUHP maupun RUU KUHP Konsep 2008 lebih kurang (1) satu tahun. Sedangkan perbedaan sanksi pidana terkait karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008 antara lain yaitu : a). Sanksi pidana penjara terkait karya jurnalistik hanya ada pada KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008 dan tidak ada menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999, b). Sanksi pidana yang ada menurut RUU KUHP Konsep 2008 merupakan yang paling berat jika dibandingkan dengan yang ada menurut KUHP, danUndang-Undang No.40 Tahun 1999, c). Sanksi pidana terkait dengan karya jurnalistik paling banyak terdapat pada RUU KUHP Konsep 2008, jika dibandingkan dengan KUHP atau Undang-Undang No.40 Tahun 1999 karena adanya perluasan definisi atau perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik dalam RUU KUHP Konsep 2008.

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana dipaparkan di atas, diajukan saran-saran sebagai berikut : a). Dibuatnya suatu perumusan perbuatan pidana yang jelas terkait dengan karya jurnalistik agar dapat diketahui apakah suatu perbuatan tersebut merupakan perbuatan pidana yang terkait dengan jurnalistik atau bukan, agar tidak salah dalam menggunakan atau menerapkan peraturan perundang-undangan dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan karya jurnalistik, dan b). Dalam hal terjadinya tindak pidana terkait dengan karya jurnalistik, diharapkan lebih mengutamakan penggunaan Undang-Undang No.40 Tahun 1999, karena perbandingan sanksi pidananya lebih ringan dari yang ada dalam KUHP ataupun RUU KUHP Konsep 2008 agar tidak menghambat insan pers dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berguna untuk mewujudkan negara yang demokratis.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara yang demokratis merupakan negara yang menjunjung tinggi kebebasan, baik dalam berekspresi, mengeluarkan pikiran baik secara lisan ataupun tulisan. Pers di Indonesia berfungsi sebagai media penyampai informasi bagi publik, menjadi wahana pendidikan, hiburan bagi masyarakat, dan melakukan fungsi kontrol terhadap jalannya kekuasaan negara. Agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal, pers membutuhkan ruang kebebasan yang memadai. Kemerdekaan pers merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam peradaban manusia yang maju, dan bermanfaat tinggi yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

Kemerdekaan pers merupakan wujud dari kedaulatan rakyat dan menjadi unsur penting dalam menciptakan kehidupan berbangsa, bernegara yang demokratis, dan berkeadilan. Dewasa ini ancaman terhadap kemerdekaan pers tidak lagi datang dari negara, melainkan dari pihak-pihak yang tidak puas atau takut pada pemberitaan pers. Suatu pemberitaan yang dimuat baik dalam media cetak atau elektronik merupakan salah satu contoh dari bentuk karya jurnalistik yang dihasilkan oleh insan pers yang saat ini sudah banyak dipidanakan. Pemberitaan yang di muat di media cetak maupun elektronik tersebut sering menimbulkan masalah bahkan sampai ke meja hijau. Kasus yang timbul mulai dari pencemaran nama baik, penghinaan, penyiaran kabar bohong, dan lainnya. Pada saat ini


(4)

banyak bermunculan kasus yang terkait dengan karya jurnalistik. Salah satu contoh kasus yang terkait dengan karya jurnalistik yaitu kasus penyiaran kabar bohong terhadap Tommy Winata oleh Bambang Harymurti melalui media majalah tempo dan kasus Penghinaan terhadap Presiden Megawati Soekarnoputri oleh Supratman melalui media Rakyat Merdeka. Pada kedua contoh kasus tersebut di atas yang digunakan dalam mempidanakan karya jurnalistik yaitu berupa pemberitaan di media cetak adalah KUHP bukan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999. Padahal jika dilihat dari kasus tersebut yang pantas digunakan adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 bukan KUHP, karena sejak tahun 1999 komunitas pers sudah menerapkan Undang Undang tentang Pers yang bersifat lex

spesialis. Sehingga tuntutan hukum terhadap pemberitaan pers dan profesi

jurnalistik harus berlaku spesifik. Yakni melalui mekanisme hak jawab, hak koreksi, pengadilan internal (Dewan Pers), sebelum menempuh jalur hukum umum. Jika pers terbukti bersalah, hukuman yang pantas ialah berupa denda yang tidak membangkrutkan usaha pers.

KUHP sendiri sebenarnya telah mengatur sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik yang dimuat dalam beberapa pasal, diataranya, yaitu : Pasal 137, Pasal 137, Pasal 155, Pasal 207, Pasal 310, dan sebagainya. Dan didalamnya terdapat pidana penjara dan pidana denda. Sedangkan dalam Undang Nomor 40 Tahun 1999 sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik dimuat dalam Pasal 18 ayat (1, 2, dan3), namun sanksi pidana yang terdapat hanya pidana denda saja. Selain dalam KUHP dan Undang Nomor 40 Tahun 1999, sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik juga di atur dalam RUU KUHP Konsep 2008, Namun dalam RUU KUHP Konsep 2008 adanya perluasan dalam definisi atau


(5)

perumusan terhadap perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik dari yang telah ada dalam KUHP dan Undang Nomor 40 Tahun 1999. Dari permasalahan yang ada terkait dengan karya jurnalistik mungkin salah satu penyebabnya adalah belum jelasnya definisi atau perumusan dari perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik itu sendiri sehingga salah dalam penggunaan peraturan perundang-undangan dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan karya jurnalistik.

Berdsarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik dengan melakukan perumusan perbuatan pidana dan melakukan perbandingan terhadap sanksi pidananya menurut KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 dan RUU KUHP Konsep 2008, yang hasilnya disusun dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Sanksi Pidana Terkait Dengan Karya Jurnalistik Menurut KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah:

a. Bagaimanakah perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.


(6)

b. Bagaimanakah perbandingan sanksi pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi kajian dalam bidang hukum pidana. Di samping itu, dikaji pula ketentuan-ketentuan hukum pidana terhadap sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik di Indonesia, yaitu dalam sanksi pidana penjara dan denda, yang dibatasi pada KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

b. Untuk mengetahui perbandingan sanksi pidana tekait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.


(7)

2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis

Secara teoritis kegunaan penulisan ini adalah dalam rangka pengembangan kemampuan berkarya ilmiah, daya nalar, dan acuan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki, juga untuk digunakan sebagai bahan kajian bagi

kalangan hukum dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya ilmu hukum pidana.

b. Secara praktis

Secara praktis kegunaan penulisan ini adalah diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran atau masukan dalam mengatasi dan menanggulangi masalah yang terkait dengan karya jurnalistik di Indonesia.

D. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Dalam menetapkan jumlah atau lamanya ancaman pidana, pembentuk undang-undang dihadapkan pada dua alternatif sisitem, yaitu :

a. Sistem atau pendekatan relatif

Maksud dari sistem relatif adalah untuk setiap tindak pidana tidak ditetapkan bobot atau kualitas (maksimum sanksi pidana)-nya sendiri-sendiri, tetapi bobotnya direlatifkan, yaitu dengan melakukan perumusan dan penggolongan dari tindak pidana dalam beberapa tingkatan dan sekaligus menetapkan maksimum pidana untuk tiap kelompok tindak pidana.


(8)

b. Sistem atau pendekatan absolut

Maksud dari sistem absolut diatas adalah untuk setiap tindak pidana ditetapkan dengan bobot kualitasnya sendiri-sendiri, yaitu dengan menetapkan sanksi pidana maksimum untuk setiap tindak pidana yang dilakukan. Penetapan maksimum sanksi pidana untuk tiap tindak pidana ini dikenal dengan sebutan “sistem maksimum”. Dapat juga disebut dengan sistem atau pendekatan tradisional, karena selama ini memang biasa digunakan dalam perumusan KUHP diberbagai negara termasuk Indonesia.

Berdasarkan hal diatas dapat diuraikan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008 mengenai perumusan dan perbandingannya dengan melihat bobot atau kualitas ancaman sanksi pidananya.

2. Konseptual

Kerangka konsepstual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep yang hendak diteliti agar tidak terjadi salah pengertian atau penafsiran terhadap istilah-istilah maupun konsep-konsep yang diteliti. Adapun istilah-istilah sebagai berikut:

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. (Poerwadarminta, 1995 : 37)

2. Sanksi adalah hal yang bersifat negatif bagi mereka yang berbuat menyimpang dari norma. (Sudarto, 1990 : 3)


(9)

3. Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat tertentu. (Sudarto,1990 : 9) 4. Jurnalis/wartawan adalah sebuah profesi. Dengan kata lain, wartawan adalah

seorang profesional, seperti halnya dokter, bidan, guru, pengusaha atau pengacara. (http://witantra.wordpress.com/2008/05/19/etika-pers-dan-kode-etik-jurnalistik/ : 4:59 pm, May 19, 2008 oleh : Witantra )

5. Jurnalistik adalah pengetahuan atau ilmu mengenai catatan harian (berita) dengan segala aspeknya mulai dari mencari, mengolah hingga menyebarkan kepada khalayak luas. (http://witantra.wordpress.com/2008/05/19/etika-pers-dan-kode-etik-jurnalistik/ : 4:59 pm, May 19, 2008 oleh : Witantra )

6. Karya jurnalistik adalah hasil dari buah pikiran seorang jurnalis atau wartawan yang dituangkan dalam bentuk pemberitaan tentang suatu hal, baik dalam media cetak maupun elektronik yang di mulai dari mencari, mengolah, hingga menyebarkan kepada khalayak luas baik dengan cara lisan maupun tulisan agar pemberitaan atau informasi tersebut bisa diketahui oleh setiap orang.

(http://witantra.wordpress.com/2008/05/19/etika-pers-dan-kode-etik-jurnalistik/ : 4:59 pm, May 19, 2008 oleh : Witantra )

7. Jurnalisme merupakan suatu kegiatan mencari, mengolah,dan menyampaikan informasi kepada khalayak luas. (http://witantra.wordpress.com/2008/05/19/ etika-pers-dan-kode-etik-jurnalistik/ : 4:59 pm, May 19, 2008 oleh Witantra ) 8. Pers adalah suatu lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

menjalankan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk


(10)

tulisan, suara, gambar, suara dan gambar serta data grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan jenis saluran yang tersedia. Dimana pers saat ini tidak hanya terbatas pada media cetak maupun media elektronik tetapi juga telah merambah keberbagai medium informasi seperti internet. (http://witantra.wordpress.com/2008/05/19/ etika-pers-dan-kode-etik-jurnalistik/ : 4:59 pm, May 19, 2008 oleh Witantra ) 9. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan

usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi. ( Undang-Undang No. 40 Tahun 1999)

E. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami penulisan skripsi ini secara keseluruhan, maka penulisan sistimatikanya adalah :

I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman kepada pengertian-pengertian umum tentang pokok bahasan, antara lain pengertian tentang tindak pidana, jurnalisme, jurnalis, karya jurnalistik, wartawan, pers.


(11)

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang cara-cara melakukan penelitian yang meliputi pendekatan masalah, jenis dan sumber data,dan serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pembahasan dari permasalahan ,yaitu tentang analisis komparatif sanksi tindak pidana yang terkait dengan karya jurnalstik dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008. Yang terdapat dalam penulisan skripsi ini melalui studi kepustakaan. V. PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan hasil akhir penelitian dan pembahasan serta saran-saran yang diberikan atas dasar penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian skripsi ini.


(12)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : (a). Menurut KUHP, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, ataupun gambaran yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.

(b). Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu yang dimuat dalam Pasal 4, 5, 9, 12, dan 13

(c). Menurut RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, gambaran, ataupun rekaman yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.


(13)

2. Perbandingan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik antara lain yaitu :

a). Adanya sanksi pidana denda terkait karya jurnalistik menurut

KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

b). Sanksi pidana penjara baik yang terdapat dalam KUHP maupun RUU KUHP Konsep 2008 lebih kurang (1) satu tahun.

c). Adanya persamaan dalam cara penuntutan terkait karya jurnalistik dalam hal penerbitan dan percetakan antara KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008

Sedangkan perbedaan sanksi pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008 antara lain yaitu :

a). Sanksi pidana penjara terkait karya jurnalistik hanya ada pada KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008 dan tidak ada menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

b). Sanksi pidana yang ada menurut RUU KUHP Konsep 2008 merupakan yang paling berat jika dibandingkan dengan yang ada menurut KUHP, dan Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

c). Sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik paling banyak terda pat pada RUU KUHP Konsep 2008, jika dibandingkan dengan yang ada dalam KUHP atau Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu karena ada nya perluasan definisi atau perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik dalam RUU KUHP Konsep 2008.

B. Saran

1. Dibuatnya suatu perumusan yang jelas terhadap perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik agar dapat diketahui apakah suatu perbuatan tersebut


(14)

merupakan perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik atau bukan, agar tidak salah dalam menggunakan atau menerapkan peraturan perundang-undangan dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan karya jurnalistik.

2. Dalam hal terjadinya tindak pidana yang terkait dengan karya jurnalistik, diharapkan lebih mengutamakan penggunaan Undang-Undang No.40 Tahun 1999, karena perbandingan sanksi pidananya lebih ringan dari yang ada dalam KUHP ataupun RUU KUHP Konsep 2008 agar tidak menghambat insan pers dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berguna untuk mewujudkan negara yang demokratis.


(15)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : (a). Menurut KUHP, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, ataupun gambaran yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.

(b). Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu yang dimuat dalam Pasal 4, 5, 9, 12, dan 13

(c). Menurut RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, gambaran, ataupun rekaman yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.


(16)

2. Perbandingan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik antara lain yaitu :

a). Adanya sanksi pidana denda terkait karya jurnalistik menurut

KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

b). Sanksi pidana penjara baik yang terdapat dalam KUHP maupun RUU KUHP Konsep 2008 lebih kurang (1) satu tahun.

c). Adanya persamaan dalam cara penuntutan terkait karya jurnalistik dalam hal penerbitan dan percetakan antara KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008

Sedangkan perbedaan sanksi pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008 antara lain yaitu :

a). Sanksi pidana penjara terkait karya jurnalistik hanya ada pada KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008 dan tidak ada menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

b). Sanksi pidana yang ada menurut RUU KUHP Konsep 2008 merupakan yang paling berat jika dibandingkan dengan yang ada menurut KUHP, dan Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

c). Sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik paling banyak terda pat pada RUU KUHP Konsep 2008, jika dibandingkan dengan yang ada dalam KUHP atau Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu karena ada nya perluasan definisi atau perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik dalam RUU KUHP Konsep 2008.

B. Saran

1. Dibuatnya suatu perumusan yang jelas terhadap perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik agar dapat diketahui apakah suatu perbuatan tersebut


(17)

merupakan perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik atau bukan, agar tidak salah dalam menggunakan atau menerapkan peraturan perundang-undangan dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan karya jurnalistik.

2. Dalam hal terjadinya tindak pidana yang terkait dengan karya jurnalistik, diharapkan lebih mengutamakan penggunaan Undang-Undang No.40 Tahun 1999, karena perbandingan sanksi pidananya lebih ringan dari yang ada dalam KUHP ataupun RUU KUHP Konsep 2008 agar tidak menghambat insan pers dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berguna untuk mewujudkan negara yang demokratis.


(1)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : (a). Menurut KUHP, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, ataupun gambaran yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.

(b). Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu yang dimuat dalam Pasal 4, 5, 9, 12, dan 13

(c). Menurut RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, gambaran, ataupun rekaman yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.


(2)

2. Perbandingan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik antara lain yaitu :

a). Adanya sanksi pidana denda terkait karya jurnalistik menurut

KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

b). Sanksi pidana penjara baik yang terdapat dalam KUHP maupun RUU KUHP Konsep 2008 lebih kurang (1) satu tahun.

c). Adanya persamaan dalam cara penuntutan terkait karya jurnalistik dalam hal penerbitan dan percetakan antara KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008

Sedangkan perbedaan sanksi pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008 antara lain yaitu :

a). Sanksi pidana penjara terkait karya jurnalistik hanya ada pada KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008 dan tidak ada menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

b). Sanksi pidana yang ada menurut RUU KUHP Konsep 2008 merupakan yang paling berat jika dibandingkan dengan yang ada menurut KUHP, dan Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

c). Sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik paling banyak terda pat pada RUU KUHP Konsep 2008, jika dibandingkan dengan yang ada dalam KUHP atau Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu karena ada nya perluasan definisi atau perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik dalam RUU KUHP Konsep 2008.

B. Saran

1. Dibuatnya suatu perumusan yang jelas terhadap perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik agar dapat diketahui apakah suatu perbuatan tersebut


(3)

merupakan perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik atau bukan, agar tidak salah dalam menggunakan atau menerapkan peraturan perundang-undangan dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan karya jurnalistik.

2. Dalam hal terjadinya tindak pidana yang terkait dengan karya jurnalistik, diharapkan lebih mengutamakan penggunaan Undang-Undang No.40 Tahun 1999, karena perbandingan sanksi pidananya lebih ringan dari yang ada dalam KUHP ataupun RUU KUHP Konsep 2008 agar tidak menghambat insan pers dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berguna untuk mewujudkan negara yang demokratis.


(4)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : (a). Menurut KUHP, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, ataupun gambaran yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.

(b). Menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu yang dimuat dalam Pasal 4, 5, 9, 12, dan 13

(c). Menurut RUU KUHP Konsep 2008, yaitu : Dalam hal menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan suatu karya jurnalistik di muka umum melalui media cetak atau elektronik, baik berupa tulisan, lukisan, gambaran, ataupun rekaman yang berisikan suatu kabar berita, maupun berisi penghinaan terhadap orang lain yang tujuannya agar diketahui atau lebih diketahui oleh umum.


(5)

2. Perbandingan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik antara lain yaitu :

a). Adanya sanksi pidana denda terkait karya jurnalistik menurut

KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008.

b). Sanksi pidana penjara baik yang terdapat dalam KUHP maupun RUU KUHP Konsep 2008 lebih kurang (1) satu tahun.

c). Adanya persamaan dalam cara penuntutan terkait karya jurnalistik dalam hal penerbitan dan percetakan antara KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008

Sedangkan perbedaan sanksi pidana terkait dengan karya jurnalistik menurut KUHP, Undang-Undang No.40 Tahun 1999, dan RUU KUHP Konsep 2008 antara lain yaitu :

a). Sanksi pidana penjara terkait karya jurnalistik hanya ada pada KUHP, dan RUU KUHP Konsep 2008 dan tidak ada menurut Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

b). Sanksi pidana yang ada menurut RUU KUHP Konsep 2008 merupakan yang paling berat jika dibandingkan dengan yang ada menurut KUHP, dan Undang-Undang No.40 Tahun 1999.

c). Sanksi pidana yang terkait dengan karya jurnalistik paling banyak terda pat pada RUU KUHP Konsep 2008, jika dibandingkan dengan yang ada dalam KUHP atau Undang-Undang No.40 Tahun 1999, yaitu karena ada nya perluasan definisi atau perumusan perbuatan pidana terkait dengan karya jurnalistik dalam RUU KUHP Konsep 2008.

B. Saran

1. Dibuatnya suatu perumusan yang jelas terhadap perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik agar dapat diketahui apakah suatu perbuatan tersebut


(6)

merupakan perbuatan pidana yang terkait dengan karya jurnalistik atau bukan, agar tidak salah dalam menggunakan atau menerapkan peraturan perundang-undangan dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan karya jurnalistik.

2. Dalam hal terjadinya tindak pidana yang terkait dengan karya jurnalistik, diharapkan lebih mengutamakan penggunaan Undang-Undang No.40 Tahun 1999, karena perbandingan sanksi pidananya lebih ringan dari yang ada dalam KUHP ataupun RUU KUHP Konsep 2008 agar tidak menghambat insan pers dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berguna untuk mewujudkan negara yang demokratis.