ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERADAAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI )

ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE EXISTENCE OF RISK
MANAGEMENT COMMITTEE
( Empirical Study On The Non-Financial Companies Listing On the
Indonesia Stock Exchange )
by :
Meipasari

This study aimed to test empirically whether the independent variable board size ,
big four auditors, complexity, and firm size, affects the existence of the risk
management committee.
The samples in this study were obtained by using the method of purposive
judgment sampling to non-financial companies in year 2011 . Based on
predetermined criteria, then there are 113 samples were selected as sample .
Hypothesis testing is performed using logistic regression analysis
The results showed that the variable that affect the existence of the risk
management committee is firm size, while the independent variables board size ,
big four auditors, complexity, does not affect the existence of the risk
management committee .
Keywords : risk management committee , board size , big four auditors ,
complexity , firm size .


ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
KEBERADAAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI )

Oleh:
Meipasari

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah variabel ukuran
dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran
perusahaan, berpengaruh terhadap keberadaan risk management committee.
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive
judgment sampling terhadap perusahaan non keuangan pada tahun 2011.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka terdapat 113 sampel perusahaan
yang menjadi sampel penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan yang
berpengaruh terhadap keberadaan risk management committee, sedangkan

variabel ukuran dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas,
tidak berpengaruh terhadap keberadaan risk management committee.
Kata kunci: risk management committee, ukuran dewan komisaris independen,
Auditor big four, kompleksitas, ukuran perusahaan.

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ………………………………………………………………

i

DAFTAR TABEL………………………………………………………….

iii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………....


iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ..........................................................................
1.2.Perumusan Masalah dan Batasan Masalah ...............................
1.2.1. Perumusan Masalah .....................................................
1.2.2. Batasan Masalah………………………………………
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
1.3.1. Tujuan Penelitian .........................................................
1.3.2. Manfaat Penelitian .......................................................

1
6
6
7
7
7
8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Landasan teori ...........................................................................
2.1.1. Agency theory .............................................................
2.1.2. Signalling theory..........................................................
2.2.Risk management committee ....................................................
2.2.1. Pengertian Risk management committee (RMC) .........
2.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi RMC ..................................
2.3.1. Ukuran Dewan Komisaris Independen. .......................
2.3.2. Auditor big four ............................................................
2.3.3.Kompleksitas .................................................................
2.3.4.Ukuran Perusahaan........................................................
2.4. Penelitian Terdahulu ...............................................................
2.5. Model Penelitian ....................................................................
2.6. Pengembangan Hipotesi .........................................................
2.6.1.Ukuran Dewan dan RMC .............................................
2.6.2.Auditor Big Four dan RMC ..........................................
2.6.3.Kompleksitas dan RMC ..............................................
2.6.4.Ukuran Perusahaan dan RMC .......................................

9
9

11
12
12
13
13
14
14
15
16
18
18
18
19
20
20

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1.Jenis dan Sumber Data ..............................................................
3.2.Metode Pengumpulan Data .......................................................


22
22

ii

3.3.Populasi dan Sampel .................................................................
3.4.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...........................
3.4.1. Variabel Dependen (Y) .............................................
3.3.2.Keberadaan RMC
.............................................
3.4.3. Variabel independen (X1) (X2) (X3) (X4) ....................
3.5.Alat Analisis ..............................................................................
3.5.1. Statistik Deskriptif .......................................................
3.5.2. Pengujian Hipotesis......................................................

22
23
23
23
23

24
25
25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Data Penelitian ..........................................................
4.2.Analisis Data dan Hasil Penelitian ............................................
4..2.1.Analisis Statistik Deskriptif .........................................
4.2.2.Pengujian Hipotesis.......................................................
4.2.3.Menilai Keseluruhan Model Fit ....................................
4.2.4.Menguji Kelayakkan Model Regresi ............................
4.2.5.Koefisien Determinasi ...................................................
4.2.6.Uji Koefisien Regresi ....................................................

28
29
29
32
34
36

37
38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................
5.2. Keterbatasan Penelitian ..........................................................
5.3. Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

44
46
46

iii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1. Penentuan Sampel Penelitian...……………………..................


28

Tabel 4.2. Hasil uji statistik deskriptif.......... ……………………………….

29

Tabel 4.3. Hasil Uji Statistik frequencies reputasi Auditor.......................…

30

Tabel 4. 4. Gambaran Kasus Penelitian ………………................................

33

Tabel 4.5. Variabel Dependen……………………………………................

33

Tabel 4.6. Nilai -2 log likelihood…………………………………………..


34

Tabel 4.7. Nilai -2 log likelihood dengan variabel …………....

35

Tabel 4. 8. Nilai Hosmer and lemeshow’s…………………………………..

36

Tabel 4.9. Nilai nagelkerkel R square …………………………………

37

Tabel 4.10. Hasil uji Regresi Linear Logistik……………………....

38

Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Pengujian Signifikansi……………………....


43

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Penelitian

Halaman
……………………………………….
18

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Manajemen risiko telah menjadi bagian dalam pertimbangan untuk menjalankan
bisnis yang tidak dapat dipisahkan. Banyak perusahaan yang bangkrut dan
dilikuidasi karena menderita kerugian yang sedemikian besarnya. Ini terjadi
karena banyak perusahaan yang tidak atau gagal memperhitungkan risiko yang
ada. Kasus Enron, WorldCom dan kasus-kasus akuntansi lainnya serta terjadinya
krisis keuangan global di tahun 2008 yang menyebabkan banyaknya perusahaan
yang bangkrut memberikan andil besar bagi perusahaan untuk lebih
memperhatikan penerapan manajemen risikonya.
Organisasi menghadapi kenaikan berbagai jenis risiko termasuk risiko keuangan,
operasional, reputasi, regulasi, dan risiko informasi (Burlando, 1990;KPMG, 2001
dalam Subramaniam et al, 2009). Lingkungan perusahaan yang berkembang pesat
juga mengakibatkan makin kompleksnya risiko bisnis yang harus dihadapi
perusahaan. Perubahan teknologi, globalisasi, dan perkembangan transaksi bisnis
juga menyebabkan makin tingginya tantangan yang dihadapi perusahaan dalam
mangelola risiko yang harus dihadapinya untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya. Untuk mengatasi hal ini perusahaan dapat menerapkan manajemen
risiko secara lebih formal dan terstruktur.

2

Aspek pengawasan merupakan kunci penting demi berjalannya sistem manajemen
risiko perusahaan yang efektif (Andarini dan Januarti, 2010). Dewan komisaris
adalah penanggung jawab pengawasan teringgi di dalam perusahaan, oleh karena
itu pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen risiko di perusahaan juga
menjadi tanggung jawab dewan komisaris. Untuk membantu melaksanakan
tanggung jawabnya yang begitu luas, dewan komisaris dapat mendelegasikan
tugas pengawasan risiko kepada komite pengawas manajemen. Komite tersebut
diharapkan dapat mendiskusikan kebijakan dan panduan untuk mengatur proses
manajemen risiko perusahaan (Krus dan Orowitz, 2009 dalam Andarini dan
Januarti, 2010). Komite pengawas manajemen dapat sebagai komite audit atau
komite lain yang terpisah dari audit dan berdiri sendiri, meskipun demikian
tanggung jawab utama dari pengawasan manajemen risiko tetap di tangan dewan
komisaris secara penuh (Subramaniam, et al., 2009).

Beberapa perusahaan masih mendelegasikan tugas pengawasan risiko kepada
komite auditnya (Beasley, 2007; Bates dan Leclerc, 2009; Krus dan Orowitz,
2009; COSO, 2009 dalam Andarini dan Januarti). Dengan semakin luasnya
tanggung jawab komite audit akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan
komite audit untuk menjalankan tugasnya secara efektif . Alasan inilah yang
membuat beberapa perusahaan untuk membentuk suatu komite pengawas
manajemen yang terpisah dari komite audit dan berdiri sendiri, yang berfungsi
untuk menangani tugas pengawasan dan manajemen risiko perusahaan, atau
disebut dengan risk management committee (RMC). Diharapkan dengan
membentuk komite ini dapat membuat fungsi pengawasan risiko berjalan dengan
efektif.

3

Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh dengan keberadaan risk management committee. Antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam, et al., (2009) hasil penelitiannya
menunjukan bahwa hanya ukuran dewan dan proporsi komisaris independen saja
yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management
committee sedangkan variabel CEO independen, leverage, tipe industri, segmen
usaha, proporsi piutang dan persediaan terhadap asset, dan big four auditor tidak
berpengaruh. Yatim (2009) juga melakukan penelitian tentang hal ini dan
hasilnya menunjukan bahwa ukuran perusahaan, kompleksitas, auditor big four,
ukuran dewan, kerajinan komite audit, berpengaruh secara signifikan terhadap
keberadaan risk management committee. Kemudian untuk penelitian di
Indonesia,diantaranya yang dilakukan oleh Andarini dan Januarti (2010) namun
hasil penelitiannya menunjukan bahwa hanya ukuran perusahaan saja yang
berhubungan secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee
sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan. Sedangkan dalam penelitian
Pratika (2011) hasilnya menunjukan bahwa hanya big four auditor eksternal saja
yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management
committee . Swtyarini (2011) pun melakukan penelitian tentang hal ini hasilnya
menunjukan bahwa hanya reputasi auditor saja yang berpengaruh secara
signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel
komisaris independen, ukuran dewan, kompleksitas, risiko pelaporan keuangan,
leverage, frekuensi rapat, tidak berpengaruh.

4

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang juga
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dengan keberadaan risk management
committee. Perbedaanpenelitian ini dari penelitian sebelumnya yaitu berupa
tahun penelitian. Faktor-faktor yang terpilih sebagai variabel independen
sebanyak empat variabel, yaitu ukuran dewan komisaris independen, Auditor big
four, kompleksitas, dan ukuran perusahaan. Jumlah tahun penelitian untuk
penelitian ini adalah satu tahun, yaitu tahun 2011. Sampelnya adalah perusahaan
non keuangan yang listing di BEI dan yang mempublikasikan laporan keuangan
dan laporan tahunanya pada tahun 2011 tersebut dengan metode purposive
sampling.
Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang berasal dari
luar perusahaan dan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan.
Komisaris independen didalam perusahaan diharapkan dapat meningkatkan fungsi
pengawasan dalam perusahaan. Diharapkan dengan ukuran dewan komisaris
independen yang besar dapat meningkatkan terbentuknya komite baru. Hasil
penelitian Subramaniam, et al.,(2009) menunjukan bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management
committee sedangkan hasil penelitian Andarini dan Januarti (2010), Setyarini
(2011) dan Pratika (2011) menyebutkan bahwa proporsi komisaris independen
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management

committee .

Auditor big four dipandang memiliki reputasi baik. Secara umum akan
memberikan panduan kepada kliennya mengenai praktek corporate governance

5

terbaik, khususnya mengenai pembentukan risk management committee (Chen, et
al., 2009 dalam Andarini dan Januarti, 2010 ). Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan
akan pemeliharaan kualitas audit dan perlindungan akan reputasi mereka
(Subramaniam et al., 2009). Hasil penelitian Yatim (2009) dan Pratika (2011)
menunjukan bahwa auditor big four berpengaruh secara signifikan terhadap
keberadaan risk management committee sedangkan hasil penelitian Andarini dan
Januarti (2010) dan Subramaniam et al., (2009) menyebutkan bahwa auditor big
four tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management
committee .
Kompleksitas perusahaan yang besar dapat meningkatkan risiko dalam level yang
berbeda, termasuk risiko operasional dan teknologi, sehingga dibutuhkan
mekanisme pengawasan risiko yang lebih besar (Subramaniam, et al., 2009).
mekanisme pengawasan risiko ini dapat berupa risk management committee.
Hasil penelitian Yatim (2009) menunjukan bahwa kompleksitas berpengaruh
secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan
hasil penelitian Andarini dan Januarti (2010) dan Setyarini (2011) menyebutkan
bahwa kompleksitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk
management committee .
Ukuran perusahaan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
terbentuknya komite baru secara sukarela (Chen, et al., 2009 dalam Putri Andini
dan Indira Januarti, 2010 ). Selain itu semakin besar perusahaan akan semakin
besar pula risiko yang harus dihadapinya, termasuk keuangan, operasional,
reputasi, peraturan, dan risiko informasi (KPMG, 2011 dalam Andarini dan
Januarti, 2010 ). Hasil penelitian Yatim (2009) dan Andarini dan Januarti

6

(2010) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap keberadaan risk management committee sedangkan hasil penelitian,
Pratika (2011) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap keberadaan risk management committee .
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai keberadaan risk management committee, dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keberadaan Risk
Management Committee (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan
Yang Listing Di BEI)”.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
1. Apakah ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif dengan
keberadaan risk management committee (RMC)?
2. Apakah Auditor big four berpengaruh positif dengan keberadaan risk
management committee (RMC)?
3. Apakah kompleksitas berpengaruh positif dengan keberadaan risk
management committee (RMC)?
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif dengan keberadaan risk
management committee (RMC)?

1.2.2. Batasan Masalah
Batasan masalah untuk memfokuskan ruang lingkup penelitian ini adalah:

7

1. Penelitian ini menggunakan risk management committee (RMC) sebagai
variabel dependen dan variabel independen yaitu ukuran dewan
komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran
perusahaan.
2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah semua perusahaan dari
sektor non keuangan yang menerbitkan laporan keuangan dan laporan
tahunan dalam periode pengamatan.
1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran dewan komisaris
independen berpengaruh positif dengan keberadaan risk management
committee (RMC).
2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa Auditor big four berpengaruh
positif dengan keberadaan risk management committee ( RMC ).
3. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa kompleksitas berpengaruh positif
dengan keberadaan risk management committee (RMC).
4. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif dengan Keberadaan risk management committee (RMC ).

1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

8

1. Menambah pengetahuan dan kajian para akademisi mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh dengan keberadaan risk management committee (RMC).
2. Memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang berpengaruh dengan
keberadaan risk management committee (RMC).
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih
lanjut di masa mendatang dan sebagai tambahan untuk referensi ilmiah
bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis maupun penelitian
yang lebih luas.

9

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Agency Theory

Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal
(principal) yaitu investor dengan manajer (agent). Investor memberikan
wewenang pada manajer untuk mengelola perusahaan. Teori agensi mendasarkan
hubungan kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent) sulit tercipta
karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest).
Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat menimbulkan
permasalahan yang dikenal dengan asimetri informasi. Keadaan asimetri
informasi terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara
principal dan agent. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri
informasi) ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena
adanya kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakantindakan agen.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah:
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agent tidak
melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja.
2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen didasarkan

10

pada informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai kelalaian
dalam tugas.
Untuk meredam tindakan para agent yang tidak sesuai dengan kepentingannya
principal memiliki dua cara yaitu (Jensen dan Meckling, 1976;Subramaniam,et
al., 2009 ):
1. Mengawasi perilaku agent dengan mengadopsi fungsi audit dan
mekanisme corporate governance lain yang dapat meluruskan
kepentingan agent dengan kepentingan principal.

2. Menyediakan insentif kepegawaian yang menarik kepada agent dan
mengadakan struktur reward yang dapat membujuk para agent untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik principal.

Govindarajan (2008) menyatakan satu elemen kunci dari teori keagenan
adalah bahwa prinsipal dan agen mempunyai perbedaan preferensi dan tujuan.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan
mereka. Para agen diasumsikan menerima kepuasan bukan saja dari kompensasi
keuangan tetapi juga dari syarat-syarat yang terlibat dalam hubungan agensi,
seperti kemurahan jumlah waktu luang, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja
yang fleksibel. Prinsipal diasumsikan tertarik hanya pada hasil keuangan yang
bertambah dari investasi mereka dalam perusahaan.
Penggunaan teori agensi telah banyak digunakan pada penelitian-penelitian
sebelumnya khususnya tentang keberadaan komite (Ruigrok, et al., 2006 dan
Benz dan Frey (2007) dalam Subramaniam, et al., 2009). Secara umum, komitekomite tersebut merupakan mekanisme pengawasan internal di dalam perusahaan

11

dan keberadaan komite pengawas yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
meningkatkan kualitas pengawasan yang lebih baik dan menurunkan perilaku
oportunistik yang dilakukan oleh manajer. Komite-komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris tersebut diperkirakan ada dalam situasi dimana biaya agensi
tinggi, seperti leverage tinggi serta kompleksitas dan ukuran perusahaan yang
lebih besar (Subramaniam, et al., 2009).

2.1.2 Signalling Theory
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain dan
informasi lainnya. Ketika digunakan dalam praktek pengungkapan perusahaan,
signalling theory secara umum menguntungkan bagi perusahaan untuk
mengungkapkan praktek corporate governance yang baik, sehingga dapat
menciptakan kualitas perusahaan yang baik dalam pasar (Subramaniam, et al.,
2009). Salah satu bentuk sinyal tentang kualitas perusahaan tersebut adalah
pembentukan komite, yang memberikan informasi bahwa perusahaan tersebut
lebih baik dalam segi pengawasan dibandingkan dengan perusahaan lain.
Menurut signalling theory, walaupun belum ada peraturan yang memandatkan
mengenai pembentukan RMC sebagai komite yang secara khusus berperan dalam
pengawasan risiko, perusahaan tetap dapat membentuk RMC dalam komitmennya
menuju praktek good corporate governance.

12

2.2 Risk Management Committee (RMC)
Risk Management Committee (RMC) adalah sebuah sub komite pengawas
manajemen yang secara khusus bertugas menyediakan pembelajaran mengenai
sistem manajemen risiko, mengembangkan fungsi pengawasan risiko pada tingkat
dewan komisaris, dan mengevaluasi laporan risiko perusahaan. (KPMG., 2001
dalam Subramaniam, et al., 2009) .

Saat ini, RMC sangat populer sebagai sebuah komite pengawasan yang membantu
dewan komisaris (Fields dan Keys, 2003 dalam Subramaniam, et al., 2009).
Secara umum area tugas dan wewenang RMC meliputi:
1. Mempertimbangkan strategi manajemen risiko organisasi
2. Mengevaluasi operasi manajemen risiko organisasi
3. Menilai pelaporan keuangan organisasi
4. Memastikan bahwa organisasi dalam prakteknya memenuhi hukum dan
peraturan yang berlaku (COSO, 2004;Sullivan, 2001;Sultani, 2006 dalam
Subramaniam, et al.,2009 ).

Dalam penerapannya RMC dibagi menjadi dua jenis yaitu RMC yang berdiri
sendiri (terpisah) dan RMC gabungan (dikombinasikan dengan komite audit).
RMC terpisah memiliki kualitas pengendalian internal yang lebih tinggi
dibandingkan dengan RMC gabungan. Hal ini didasarkan bahwa manajemen
risiko adalah suatu proses identifikasi, pengelolaan dan pemantauan dalam
meminimalkan risiko. RMC memungkinkan dewan direksi untuk lebih efektif
menangani dan menilai berbagai ancaman dan peluang yang dihadapi oleh entitas.

13

RMC yang terpisah akan memungkinkan anggota komite untuk sepenuhnya
fokus pada proses penanganan risiko. Hal ini memberikan kualitas pemantauan
internal yang lebih baik daripada sebuah komite gabungan. Sebuah RMC
gabungan dan komite audit tidak hanya mengawasi risiko manajemen tapi secara
aktif juga terlibat dengan pelaporan keuangan dan pengawasan fungsi audit (Alles
et al., 2005 dalam Subramaniam, et al., 2009)
2.3

Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Risk Management
Committee

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan risk management
committee pada penelitian ini adalah:

2.3.1

Ukuran Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak
terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang
terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai
hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali,
anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu
sendiri ( KNKG 2006).

Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar
perusahaan (tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan) yang dipilih
secara transparan dan independen, memiliki integritas dan kompetensi yang
memadai, bebas dari pengaruh yang berubungan dengan kepentingan pribadi
atau pihak lain, serta dapat bertindak secara objektif dan independen dengan
berpedoman kepada prinsip-prinsip Good Corporate Governance

14

(transparency, accountability, responsibility, fairness). (Alijoyo dan Zaini,
2004 dalam Yudiati (2011).
2.3.2

Auditor Big Four

Auditor Big Four dipandang memiliki reputasi baik. Secara umum akan
memberikan panduan kepada kliennya mengenai praktek corporate governance
terbaik, khususnya mengenai pembentukan RMC (Chen, et al., 2009 dalam
Subramaniam et al., 2009). Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan akan pemeliharaan
kualitas audit dan perlindungan akan reputasi mereka (Subramaniam et al., 2009).
Adapun kategori KAP the big four di Indonesia:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan KAP
Tanudirejo,wibisana dan rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang berafiliasi dengan
KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.
3. KAP Ernest and Young, yang berafiliasi dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang berafiliasi dengan KAP Osman
Bing Satrio dan rekan.

2.3.3

Kompleksitas

Secara umum, kompleksitas perusahaan dapat dilihat dari jumlah segmen bisnis
yang dimilikinya. Kompleksitas perusahaan yang besar dapat meningkatkan
risiko dalam level yang berbeda, termasuk risiko operasional dan teknologi,
sehingga dibutuhkan mekanisme pengawasan risiko yang lebih besar
(Subramaniam, et al., 2009).

15

2.3.4

Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan adalah nilai yang menunjukkan besar-kecilnya suatu
perusahaan. Beberapa proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran
perusahaan yaitu, total asset, jumlah penjualan dan kapitalisasi pasar. Peneliti
menggunakan total asset sebagai ukuran perusahaan karena diantara ketiga proksi
diatas, total aktiva dinilai lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan
kapitalisasi pasar.
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm) dan
perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan
kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994 dalam Pratika 2011).
Ketentuan untuk ukuran perusahaan diatur dalam UU RI No. 20 Tahun 2008.
Peraturan tersebut menjelaskan 4 jenis ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari
jumlah penjualan dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Keempat jenis
ukuran tersebut antara lain:
a.

Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan bersih ≤
Rp50.000.000,- ( tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki jumlah
penjualan ≤ Rp. 300.000.000,-.

b.

Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih Rp.
50.000.000,- sampai Rp. 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan
bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp. 300.000.000,- sampai
dengan Rp. 2.500.000.000,-.

16

c.

Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih
Rp. 500.000.000,- sampai Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan
bangunan) serta memiliki jumlah penjualan Rp. 2.500.000.000,- sampai
dengan Rp. 50.000.000.000,-.

d.

Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih ≥
Rp. 10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki
jumlah penjualan ≥ Rp. 50.000.000.000,-.

2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan
risk management committee menunjukkan hasil yang berbeda. Subramaniam, et
al., (2009) dalam penelitiannya menggunakan variabel CEO independen, proporsi
komisaris independen, ukuran dewan, leverage, tipe industri, segmen usaha,
proporsi piutang dan persediaan terhadap asset, dan big four auditor. Hasilnya
menunjukan bahwa hanya ukuran dewan dan proporsi komisaris independen saja
yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management
committee sedangkan variabel CEO independen, leverage, tipe industri, segmen
usaha, proporsi piutang dan persediaan terhadap asset, dan big four auditor tidak
berpengaruh.

Yatim (2009) juga melakukan penelitian tentang hal ini dan dalam penelitiannya
menggunakan variabel ukuran perusahaan, kompleksitas, leverage, big four
auditor, tipe industri, ukuran dewan, kerajinan komite audit, keahlian komite dan
independensi komite audit. Hasilnya menunjukan bahwa ukuran perusahaan,
kompleksitas, auditor big four, ukuran dewan, kerajinan komite audit,

17

berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee
sedangkan variabel leverage, tipe industri, keahlian komite dan independensi
komite audit tidak berpengaruh.

Kemudian untuk penelitian di Indonesia, Andarini dan Januarti (2010)
menggunakan tujuh variabel yaitu komisaris independen, ukuran dewan, reputasi
auditor, kompleksitas, risiko pelaporan keuangan, leverage, ukuran perusahaan.
Namun hasilnya menunjukan bahwa hanya ukuran perusahaan saja yang
berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management committee
sedangkan variabel lainnya yaitu, komisaris independen, ukuran dewan, reputasi
auditor, kompleksitas,risiko pelaporan keuangan, leverage, tidak berpengaruh.
Sedangkan dalam penelitian Pratika (2011) menggunakan tujuh variabel yaitu,
komisaris independen, ukuran dewan, big four auditor eksternal, segmen bisnis,
proporsi piutang dan persediaan, proporsi utang jangka panjang, ukuran
perusahaan. Namun hasilnya menunjukan bahwa hanya big four auditor eksternal
saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberadaan risk management
committee sedangkan variabel lainnya yaitu, komisaris independen, ukuran
dewan, segmen bisnis, proporsi piutang dan persediaan, proporsi utang jangka
panjang, ukuran perusahaan tidak berpengaruh.
Setyarini (2011) pun melakukan penelitian tentang hal ini dan menggunakan
menggunakan tujuh variabel yaitu komisaris independen, ukuran dewan, reputasi
auditor, kompleksitas, risiko pelaporan keuangan, leverage, frekuensi rapat.
Hasilnya menunjukan bahwa hanya reputasi auditor saja yang berpengaruh secara
signifikan terhadap keberadaan risk management committee sedangkan variabel

18

komisaris independen, ukuran dewan, kompleksitas, risiko pelaporan keuangan,
leverage, frekuensi rapat, tidak berpengaruh.
2.5

Model Penelitian

Model penelitian ini disusun berdasrkan variabel-variabel penelitian, yaitu:
Ukuran Dewan
Komisaris
Independen
Auditor Big Four
Kompleksitas

Keberadaan Risk
Management
Committee (RMC)

Ukuran Perusahaan

2.6

Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Ukuran Dewan dan keberadaan risk management committee (RMC).
Independensi merupakan hal yang penting dalam penerapan Good Corporate
Governance (GCG). Proporsi komisaris independen di dalam suatu dewan
merupakan sebuah indikator independensi dari dewan. Sebuah dewan dengan
proporsi komisaris independen yang tinggi cenderung untuk menyediakan
pengawasan yang lebih besar pada aktivitas manajemen risiko perusahaan (Yatim,
2009). Pincus, et al. (1989) dalam Subramaniam, et al., (2009) menyatakan
bahwa keberadaan komisaris independen di dalam sebuah dewan akan
meningkatkan kualitas pengawasan karena mereka tidak berhubungan dengan
perusahaan sebagai pegawai, dan mereka juga berperan sebagai perwakilan
independen dari kepentingan shareholders. Perusahaan dengan proporsi

19

komisaris independen yang lebih besar akan lebih memperhatikan risiko yang
akan dihadapi perusahaan, dan dengan membentuk RMC mungkin dapat
membantu mereka dalam menghadapi tanggungjawab pengawasan manajemen
risiko dibandingkan dengan proporsi komisaris independen yang rendah.
Penelitian Yatim (2009) memberikan sebuah hasil yaitu sebuah dewan dengan
proporsi komisaris independen yang besar cenderung untuk membentuk RMC,
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1

: Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif dengan

keberadaan RMC.

2.6.2 Auditor Big Four dan keberadaan risk management committee (RMC).
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu selfinterest, maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara principle dengan agent sangat diperlukan, dalam hal ini adalah
auditor independen. Auditor yang termasuk the big four cenderung mendorong
kliennya untuk menerapkan good corporate governance. Terutama dalam
pembentukan komite baru untuk membantu dewan komisaris menjalankan
tugasnya dengan lebih baik. Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk memelihara
kualitas audit dan perlindungan atas reputasi mereka Subramaniam, et al., 2009).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yatim (2009) dan briana
(2009) yang menyatakan bahwa perusahaan yang laporan keuangannya diaudit
oleh auditor Big Four cenderung untuk membentuk RMC .
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H2

: Auditor big four berpengaruh positif dengan keberadaan RMC.

20

2.6.3 Kompleksitas dan keberadaan risk management committee (RMC).
Kompleksitas sebuah perusahaan dapat dilihat dari jumlah segmen bisnis yang
dimiliki oleh perusahaan. Semakin kompleks suatu perusahaa akan meningkat
juga risiko yang dihadapi perusahaan. Kompleksitas yang lebih besar
meningkatkan risiko pada tingkat level yang berbeda termasuk risiko operasional
dan teknologi yang menuntun terhadap permintaan yang lebih besar untuk
mengawasi risiko tersebut (Subramaniam et al., 2009). Sehingga untuk mengatasi
hal ini dewan komisaris dapat membentuk komite baru yang khusus mengawasi
risiko.
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H3

: Kompleksitas berpengaruh positif dengan keberadaan keberadaan risk
management committee (RMC).

2.6.4 Ukuran Perusahaan dan keberadaan risk management committee
(RMC).
Berdasarkan teori agensi, apabila ukuran perusahaan lebih besar, maka biaya
keagenan yang dikeluarkan juga lebih besar. Selain itu perusahaan besar juga
berpotensi terhadap risiko kebangkrutan apabila perusahaan tersebut tidak
dikelola dengan baik. Semakin besar perusahaan akan semakin besar pula risiko
yang harus dihadapinya, termasuk keuangan, operasional, reputasi, peraturan, dan
risiko informasi (KPMG, 2011 dalam Andarini dan Januarti, 2010 ).

Untuk

mengatasi masalah ini maka dewan komisaris dapat membentuk komite baru
yang khusus mengawasi risiko.

21

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Yatim (2009) dan Andarini dan
Januarti (2010) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap keberadaan risk management committee (RMC).
Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H4

: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dengan keberadaan risk
management committee (RMC).

22

BAB III
METODA PENELITIAN

3.1

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk keperluan analisis dalam penelitian ini berupa data
sekunder, yaitu laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan non keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 untuk keperluan analisis
data. Data diperoleh dari website Indonesian Stock Exchange (www.idx.co.id)
dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.2

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dimana penulis mengumpulkan data yang didapatkan dari bebagai
sumber antara lain data yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011,
dari literatur, jurnal-jurnal dan sumber lain yang terkait dengan permasalahan
dalam penelitian.
3.3

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling,
yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel tersebut.

23

Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah:
1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2011
2.

Perusahaan menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan secara
lengkap.

3. Perusahaan tidak dalam proses delisting.
4. Perusahaan tidak menggunakan mata uang asing dalam laporan
keuangannya
5. Perusahaan memiliki informasi lengkap yang dibutuhkan peneliti.
3.4

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel merupakan sesuatu yang dijadikan titik fokus sebagai obeyek penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen dan empat variabel
independen.
3.4.1 Variabel Dependen (Y)
3.4.2 Keberadaan RMC
Keberadaan RMC dalam penelitian ini, diukur dengan cara yaitu Perusahaan yang
mengungkapkan keberadaan RMC dalam laporan tahunannya diberikan nilai satu
(1), sebaliknya nilai nol (0) (Subramaniam, et al., 2009).
3.4.3 Variabel Independen (X)
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi:
1. Ukuran Dewan Komisaris Independen
Ukuran dewan komisaris independen adalah jumlah dewan komisaris independen
yang dimiliki oleh perusahaan. Dihitung dengan membagi jumlah komisaris
independen dengan keseluruhan jumlah komisaris kemudian dikalikan dengan
100%.

24

2. Auditor big four
Dalam penelitian ini Auditor big four dinyatakan dengan apakah auditor yang
digunakan oleh perusahaan termasuk dalam Big Four atau tidak.
Perusahaan yang menggunakan KAP Big Four sebagai auditor eksternalnya
diberikan nilai satu (1) dan sebaliknya diberikan nilai nol (0)
(Subramaniam, et al., 2009).

3. Kompleksitas
Kompleksitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menjumlahkan
segmen usaha yang yang dimiliki perusahaan (Subramaniam, et al., 2009).

4. Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma
natural total asset( ln total asset ) yang dimiliki perusahaan (chen, et al., 2009
dalam Andarini dan Januarti (2010).
3.5

Alat Analisis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariate
dengan menggunakan regresi logistik (logistic regretion), yang variabel terikatnya
merupakan non metrik dan variabel bebasnya merupakan metrik (nominal).
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap satu variabel dependen yang merupakan variabel
dummy. Pada teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas
dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2007).

25

Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah
sebagai berikut:
logit (RMC) = α + β1(BOARDSIZE) + β2(BIGFOUR)
+ β3(BUSSEGMENT) + β4 (SIZE ) + e.
Dimana :
RMC
α
BOARDSIZE
BIGFOUR
BUSSEGMENT
Size
e
3.5.1

= Keberadaan RMC (variabel dummy).
= Konstanta.
= Ukuran dewan komisaris independen.
= Variabel dummy auditor eksternal perusahaan.
= Kompleksitas
=Ukuran perusahaan
= error

Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum
mengenai variabel-variabel dalam penelitian yang diukur pada sampel. Analisis
statistik deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata (mean) dan standar deviasi.
3.5.2

Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Uji Model Fit
Uji model fit digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit
atau tidak terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

26

Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka Ho harus diterima atau Ha
harus ditolak (Ghozali, 2007). Statistik yang digunakan berdasarkan metode
maximum likelihood. Metode maximum likelihood adalah mencari koefisien
regresi sehingga probabilitas kejadian dari variabel dependen bisa setinggi
mungkin atau semaksimal mungkin. Besarnya probabilitas yang memaximumkan
kejadian ini disebut log of Likelihood (LL). Untuk menguji hipotesis nol dan
alternatif, -2 dikalikan dengan LL sehingga menjadi -2LL.
Semakin kecil nilai -2LL, yang memiliki nilai minimum 0, maka semakin baik
model dan sebaliknya semakin besar nilai -2LL semakin kurang baik model.
b. Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol
bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun
hasilnya jika (Ghozali, 2007):
a.

Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow ≤ 0,05, artinya ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit
model tidak baik karena model tidak dapat memperbaiki nilai observasinya.

b.

Jika nilai signifikansi Hosmer and Lemeshow > 0,05, artinya model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima
karena fit dengan data observasinya.

27

c. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Estimasi parameter dapat dinilai melalui koefisien regresi dari masing-masing
variabel yang diuji apakah menunjukkan bentuk suatu hubungan antar variabel
dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sign) untuk
melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis pada regresi logistik
dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%. Kriteria penerimaan
atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai p-value. Keputusan
berdasarkan probabilitas sebagai berikut:
a.

Jika p-value > 0,05 maka hipotesis ditolak

b.

Jika p-value < 0,05 maka hipotesis diterima

44

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Penelitian ini mencoba menguji bagaimana pengaruh yaitu ukuran dewan
komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran
perusahaanterhadap keberadaan risk management committee. Pada Perusahaan
non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011. Dari hasil
penelitian yang telah diuraikan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistic tidak terbukti terdapat pengaruh Ukuran Dewan
Komisaris Independen terhadap keberadaan risk management committee.
Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,55>5%.
Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis
ke-1 tidak berhasil didukung.
2. Hasil pengujiananalisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistic tidak terbukti terdapat pengaruh Auditor big four
terhadap keberadaan risk management committee. Hal ini dibuktikan
dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,384 > 0,05. Karena tingkat

45

signifikansi (p) lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ke-2 tidak
berhasil didukung.
3. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistic tidak terbukti terdapat pengaruh kompleksitas
terhadap keberadaan risk management committee. Hal ini dibuktikan
dengan koefisien regresi negative sebesar- 0,625 dengan tingkat
signifikansi (p) sebesar 0,043< 0,05. Walaupun tingkat signifikansi (p)
lebih kecil dari α = 0,05 tetapi hipotesis ini ditolak karena berpengaruh
negatif , sedangkan hipotesis awal peneliti bahwa kompleksitas
berpengaruh positif, maka hipotesis ke-3 tidak berhasil didukung.
4. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan
bahwa secara statistic terbukti terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap keberadaan risk management committee. Hal ini dibuktikan
dengan signifikansi (p) sebesar 0,001 < 0,05 Karena tingkat signifikansi
(p) lebih kecil dari α = 0,05 maka hipotesis ke-4 berhasil didukung.

46

5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian,
yaitu:
1. Rentan periode tahun pada penelitian ini hanya satu tahun, dianggap masih
terlalu singkat dan kurang dapat melihat kecenderungan keberadaan risk
management committee (RMC) dalam jangka panjang. .
2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya empat yaitu ukuran
dewan komisaris independen, Auditor big four, kompleksitas, dan ukuran
perusahaan, sedangkan masih banyak variabel lain yang mempengaruhi
keberadaan risk management committee.

5.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, saran yang dapat diberikan
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan beberapa variabel
lain yang mungkin mempengaruhi keberadaan risk management committee
(RMC) Selain itu juga menambah rentan waktu penelitian.
2. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan untuk menggunakan
pengukuran yang berbeda untuk variabel-variabel penelitian yang akan
diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Acmad,Tharmizi dan Sinung Primastuti.2012. “ Pengaruh Corporate Governance
Dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Informasi
Strategis” Diponogoro Journal Of Accounting Volume 1, Nomor 2, Tahun
2012, Halaman 1-15
Andarini, Putri dan Indira Januarti.2010. “Pengaruh Karakteristik Dewan
Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management
Committee pada perusahaan go public indonesia”. Simposium Nasional
Akuntani 13, Purwokerto.
Anthony,N.Robert,Vijay Govindarajan.2008. “Sistem Pengendalian Manajemen
Buku Dua”. Jakarta:Salemba Empat.
Bank Indonesia.2006.Pedoman Bank Indonesia No.8/4/PBI/206 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.Jakarta.
Brigham, Eugene dan Houston. 2001. “Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan”.
Jakarta:Erlangga.
Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jensen, Michael dan Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs And Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3
(1976) 305-360.
Jogiyanto, M.. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman. Edisi 2007. BPFE, Yogyakarta.
Komite Nasional Kebijakan Governance.2006. “Pedoman Umum Good Corporate
Governance di Indonesia”.
K.R,Subramanyam,John J. Wild.2010. “Analisis Laporan Keuangan Edisi
Kesepuluh”.Jakarta:Salemba Empat.
Muslich,Muhammad.2007. “Manajemen Risiko Operasional Teori dan
Praktik”.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Pratika ,Briana Dita.2011. “ Pengaruh Keberadaan Risk Management
Committee Terhadap Pengungkapan Manajemen Risiko (Pada perusahaan
yang listing di BEI)” .Skripsi.Universitas Diponogoro Semarang.
Restuningdiah,Nurika .2011. “Komisaris Independen,Komite Audit,Internal Audit
Risk Management Committee Terhadap Manajemen Laba”.Jurnal
Keuangan dan perbankan,no.3,hlm 351-362.
Setyarini,Yudiati Indah.2011. “ Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan
Komisaris dan Perusahaan Terhadap Pengungkapan Risk Management Committee
(Studi Empiris Pada perusahaan non financial yang listing di BEI 20082009)” .Skripsi.Universitas Diponogoro Semarang

Subramaniam, Nava, Lisa McManus, and Jiani Zhang .2009. “ Corporate
Governance, Firm Characteristics, and Risk Management Committee
Formation in Australia Companies”. Managerial Auditing Journal, Vol. 24,
No. 4, pp. 316-339.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,dan Menengah.
Unila. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung Bandar
Lampung. Penerbit Universitas Lampung.
Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Yatim .2009. “Audit Committee Characteristics and Risk Management Of
Malaysia Listed Firms”. Malaysian Accounting Review, Vol. 8,
No. 1, 19-36, 2009.
http://www.ariyoso.wordpress.com/2009/11/11/regresi-logistik/
http://www.arokhman.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/Regresi-Logistik-forMAP.pdf
http://www.idx.co.id

http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/regresi-logistik.html

Dokumen yang terkait

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN KEBERADAAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE PADA INDUSTRI HIGH PROFILE

3 54 148

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI).

0 3 7

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Risk Management Committee (Studi Empiris Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 3 78

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN RISK MANAGEMENT COMMITTEE PADA PERUSAHAAN NON-FINANSIAL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 36

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat Obligasi (Study Empiris pada Perusahaan Non Keuangan di BEI).

0 1 13

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Risk Management Committee (Studi Empiris Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 11

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Risk Management Committee (Studi Empiris Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 2

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Risk Management Committee (Studi Empiris Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 12

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Risk Management Committee (Studi Empiris Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 16

Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Risk Management Committee (Studi Empiris Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 2