1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan manusia indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia
indonesia seuutuhnya. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam
proses pembangunan nasional. Sumber daya manusia yang berkualitas tidak mungkin tumbuh sendiri secara tiba–tiba, tetapi memerlukan pembinaan dan
pengembangan melalui jalur pendidikan sebagai mana tertuang dalam kebijakan nasional yakni pemerataan kesempatan belajar, peningkatan relevansi pendidikan
dengan tuntutan pembangunan dan peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina manusia yang
demikian, karena hanya melalui pemenuhan pendidikanlah didapat manusia- manusia baru yang berorientasi dalam pembangunan. Garis–Garis Besar Haluan
Negara tahun 1999 mengamanatkan bahwa kita perlu meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun
pemerintah untuk mendapatkan sistem pendidikan yang efektif dan efesien dalam menghadapi perkembangan kualitas sumber daya manusia sendiri secara terarah,
terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh
2
komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan perlindungan sesuai dengan potensinya.
Dalam pembangunan nasional, semua warga Negara Indonesia dituntut aktif ikut serta dalam pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada
hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan pancasila sebagai dasar, tujuan dan
pedoman. Pembinaan dan upaya peningkatan manusia yang ditinjau pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat.
Pendidikan adalah salah satu tolak ukur yang bisa dijadikan pedoman dalam mengukur tinggi rendahnya sumber daya manusia. Pendidikan
dimaksudkan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh setiap individu, potensi-potensi tersebut apabila tidak dikembangkan hanya akan
menjadi sumber daya yang terpendam tanpa akan dapat kita lihat dan rasakan hasilnya, untuk itu individu perlu diberi berbagai kemajuan dalam pengembangan.
Berbagai hal tersebut antara lain; konsep, prinsip, kreatifitas, tanggung jawab dan keterampilan. Dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan agama. Keberadaan lembaga pendidikan, kebijaksanaan dan program-programnya
telah dapat kita lihat dan rasakan di mana–mana, dan selalu berubah-ubah dalam
3
setiap waktu. Perubahan tersebut karena adanya perbedaan dan pertentangan antara pengalaman yang lampau dan harapan dimasa mendatang . perbedaan dan
pertentangan tersebut selalu berpusat disekitar kurikulum, proses pengajaran, dan sumber daya manusianya. Sehingga guru pendidikan jasmani selalu menghadapi
permasalahan yang sama, mereka harus menghadapi dan memecahkan permasalahan yang selalu tak terpecahkan.
Dewasa ini banyak dikalangan masyarakat mengeluh tentang kualitas pendidikan formal yang sedang berjalan. Dan banyak pula pendidik profesional
yang telah memberi tanggapan balik, dan dengan kepekaan pertimbangannya, mereka mencoba mengadakan modifikasi program, melalui program
eksperimental, memperbaharui kurikulum, dan memasukkan beberapa pelajaran baru, serta beberapa pengalaman baru yang akan dicobakan pada setiap jenjang
pendidikan, dalam rangka meningkatkan proses pendidikan di Indonesia. Kalau diperhatikan dengan seksama, maka setiap permasalahan pendidikan
jasmani, selalu merupakan permasalahan yang unik, karena proses pembelajaran Penjasorkes terjadi di lapangan dan dengan mudah akan selalu mendapat persepsi
dari setiap orang yang ada di sekitarnya, tetapi yang terpenting adalah bahwa pandangan dan pendapat tentang pendidikan jasmani selalu ditemukan di dalam
sistem pendidikan pada umumnya. Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian integral dari pandidikan
secara menyeluruh yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktifitas jasmani guna mendorong kebiasaan hidup sehat menuju pertumbuhan dan
4
perkembangan jasmani, mental, sosial, dan ekonomi yang serasi, selaras dan seimbang Depdikbud, 2002:1067.
Pelaksanan Penjasorkes di sekolah tidak dapat lepas dari sosok seorang guru. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan Sardiman, 2003:125. Guru memiliki
kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan. Menurut Sutomo
2007:12, tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
berarti mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru yang seperti
itu yang bisa dijadikan teladan bagi semuanya. Setiap guru mempunyai tingkat kecakapan yang berbeda–beda, namun
demikian pada dasarnya guru selalu mengutamakan siswanya dalam setiap materi pelajaran. Sebagai contoh guru penjasorkes yang tidak hanya menekankan
perkembangan siswa dari aspek psikomotor saja, tetapi juga aspek lain, yaitu aspek kognitif dan afektif. Selain itu guru penjas juga sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahan serta menuntun siswa belajar, tidak semata-mata sebagai pengajar yang transfer of knowledge tetapi juga sebagai pendidik yang transfer of
values. Bukan suatu hal yang mengejutkan apabila kebanyakan guru penjasorkes
dikagumi dan menjadi idola di setiap sekolah. Kekaguman itu muncul disebabkan karena beberapa faktor, salah satu faktor tersebut adalah kinerjanya sebagai guru
5
penjasorkes di sekolah. Kinerja yang baik akan memunculkan tanggapan yang positif terhadap guru penjasorkes.
Tanggapan–tanggapan itu akan muncul dari semua orang yang ada disekitar guru penjasorkes itu sendiri. Karena setiap aktivitas maupun kinerjanya
akan dapat dilihat dengan jelas. Tidak lain adalah sesama guru yang mengajar di sekolah setempat. Pasti banyak pandangan yang akan timbul dari masing–masing
guru non penjas tersebut. Yang nantinya pandangan–pandangan tersebut dapat kita ambil dari sisi positifnya. Salah satunya yaitu sebagai motifasi bagi guru
penjas untuk meningkatkan kinerjanya. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pencapaian kinerja
guru secara optimal diantaranya adalah motivasi, persepsi, dan fasilitas. Motivasi merupakan suatu bentuk dorongan yang membuat seseorang untuk melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan yang dikehendaki atau untuk mendapat kepuasan dirinya. Selain motivasi, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru Penjaskes
yaitu persepsi, persepsi dimulai dari pengamatan dan penangkapan mengenal obyek-obyek dan fakta-fakta melalui pengamatan panca indera, selanjutnya
dengan adanya persepsi yang baik dari guru lain terhadap kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, diharapkan guru dapat meningkatkan kinerjanya
dalam pembelajaran. Selain dua faktor di atas, fasilitas juga sangat berperan dalam tujuan proses pembelajaran, dengan adanya fasilitas yang memadai maka seorang
guru lebih mudah dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah
setelah Kabupaten Cilacap, dan berbatasan langsung dengan 9 kabupaten lain.
6
Sebelah barat kabupaten Grobogan berbatasan dengan kabupaten Semarang dan Demak, sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Kudus, Pati, dan blora,
disebelah timur berbatasan dengan kabupaten Blora, sedangkan disebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sragen, Boyolali, Semarang, dan Ngawi Jatim .
Mata pencaharian penduduknya petani, pedagang, buruh, guru, karyawan dan pegawai negeri sipil. Kabupaten Grobogan juga mempunyai potensi penghasil
kayu jati, karena di Kabupaten Grobogan masih banyak hutan jati. Dibidang olah raga Kabupaten Grobogan mempunyai tim sepak bola Persipur yang sekarang
masih mengikuti Liga Indonesia. Selain itu Pemerintah Kabupaten Grobogan juga memperhatikan dunia pendidikan dengan ikut mensukseskan program wajib
belajar 9 tahun. Kecamatan Gubug merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
kabupaten Grobogan yang sebagian mata pencaharian penduduknya adalah petani, pedagang dan pegawai negeri sipil. Di kecamatan Gubug terdapat tiga Sekolah
Menengah Pertama Negeri yaitu SMP Negeri 1 Gubug, SMP Negeri 2 Gubug, SMP Negeri 3 Gubug. Menurut pandangan masyarakat, ketiga sekolah tersebut
memiliki prestasi akademik yang baik dan menjadi sekolah favorit yang mampu menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang mampu bersaing dengan lulusan-
lulusan dari sekolah lain. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 13 sampai
dengan 15 Januari 2009 di Sekolah Menengah Pertama Negeri Se Kecamatan Gubug yaitu SMP Negeri 1 Gubug, SMP Negeri 2 Gubug, dan SMP Negeri 3
7
Gubug, 27 guru non Penjas dan menggunakan metode penyebaran angket atau kuisioner, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1 Pendapat guru non penjasorkes tentang kinerja guru penjasorkes di sekolah :
No Kategori
Frekuensi prosentase
1. Baik 22
81,48 2. Sedang
5 18,52
3. Kurang Baik
Jumlah 27 100
Berdasarkan data tabel diatas pendapat guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes disekolah yang menyatakan baik sebesar 81,48 , yang
menyatakan sedang sebesar 18,52 , dan 0 yang menyatakan kurang baik. Tabel 2
Pendapat guru non penjasorkes mengenai penting tidaknya mata pelajaran penjasorkes diajarkan di sekolah :
No Kategori
Frekuensi prosentase
1. Penting
27 100
2. Tidak Penting
Jumlah 27 100
Berdasarkan data table diatas pendapat guru non penjasorkes terhadap penting tidaknya mata pelajaran penjasorkes diajarkan di sekolah yang
menyatakan penting sebesar 100 , dan 0 yang menyatakan tidak penting. Tabel 3
Pendapat guru non penjasorkes terhadap profesionalisme guru penjasorkes di sekolah :
No Kategori
Frekuensi prosentase
1. Sudah Profesional
19 70,37
2. Belum Profesional
8 29,63
Jumlah 27 100
8
Berdasarkan data tabel di atas pendapat guru non penjasorkes terhadap profesionalisame guru penjasorkes di sekolah yang menyatakan sudah
professional sebesar 70,73 , sedangkan yang menyatakan belum profesional sebesar 29,63 .
Berdasarkan dari data ketiga tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru non penjasorkes berpendapat bahwa kinerja guru penjasorkes
di sekolah baik dan ada beberapa guru yang menyatakan sedang terhadap kinerja guru penjas di sekolah. Untuk penting tidaknya mata pelajaran penjasorkes
diajarkan di sekolah seluruh responden menyatakan mata pelajaran penjasorkes penting diajarkan di sekolah. Sedangkan untuk kategori keprofesionalitasan
sebagian besar responden menyatakan sudah professional. Dari uraian kesimpulan diatas, maka munculah suatu pertanyaan bagaimanakah kinerja guru
penjas di sekolah ? Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
suatu penelitian tentang kinerja yang dilakukan oleh guru Penjasorkes di sekolah sehingga diangkat judul : Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes Terhadap
Kinerja Guru Penjasorkes di SMP Negeri Se-Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan”.
1.2 Rumusan Masalah